1, Juni 2014 : 1 - 54
Ringkasan
Teknologi yang selalu meningkat dari zaman ke zaman, kriteria beton mutu tinggi juga
meningkat sesuai dengan perkembangan zaman. Berbagai penelitian dan percobaan
dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk menigkatkan kualitas beton, teknologi bahan
dan teknik-teknik pelaksanaan yang mana hasil dari penelitian dan percobaan tersebut
dimaksudkan untuk menjawab tuntutan yang semakin tinggi terhadap mutu dan pemakian
beton. Salah satu cara agar dalam membuat beton mutu tinggi lebih ekonomis adalah
dengan memperbanyak atau mencari proporsi yang paling maksimal untuk agregat halus
(pasir) yang digunakan dalam sebuah campuran beton dengan perhitungan yang teliti agar
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kuat tekan karakteristik 6 variasi
pemakaian jumlah proporsi agregat halus (pasir) terhadap campuran beton dari 2 jenis pasir
yaitu pasir barito dan pasir rantau, kemudian untuk mengetahui variasi campuran mana yang
memenuhi kuat tekan rencana yaitu beton mutu tinggi (fc’35 MPa). Benda uji yang digunakan
adalah berbentuk silinder yang keseluruhannya berjumlah 90 benda uji, dan akan di uji kuat
tekannya pada umur 7, 14 dan 28 hari di Laboraturium Politeknik Negeri Banjarmasin.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil pengujian 6 variasi campuran beton dari 2 jenis pasir
menunjukkan bahwa hanya 1 variasi campuran beton yang kuat tekan karakteristik nya
mencapai kuat tekan rencana 35 MPa yaitu variasi 2 pasir barito dengan komposisi agregat
halus 42 persen dan agregat kasar 58 persen. Semua benda uji memenuhi syarat 1 dan
syarat II.
Kata Kunci: Variasi, Campuran, Proporsi, Pasir, Kuat Tekan, Beton, Mutu tinggi fc’ 35 Mpa
1
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54
2) ampuran beton mutu tinggi fc’ 35 yang berupa batu pecah yang diperoleh dari
dilakukan. pemecahan batu. Pada umumnya yang
3) Menentukan hasil variasi jumlah proporsi dimaksudkan dengan agregat kasar adalah
agregat halus (pasir) pada campuran beton agregat dengan besar butriran lebih dari 5mm.
mutu tinggi fc’ 35 mana yang mencapai Agregat Halus (Pasir)
kuat tekan rencana dan paling maksimal Menurut (PBI, 1971): agregat halus untuk
untuk digunakan beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau
2. DASAR TEORI berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-
Beton alat pemecah batu. Agregat halus yang
Beton diperoleh dengan cara mencam- digunakan untuk campuran beton harus
purkan semen portland, air, dan agregat (dan meme-nuhi beberapa syarat umum antara
kadang-kadang bahan tambah yang sangat lain:
bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, Dalam pemakaian air untuk beton itu
serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada sebaiknya air memenuhi syarat sebagai
perbandingan tertentu. Beton yang sudah berikut:
keras dapat dianggap sebagai batu tiru-an, a) Tidak mengandung lumpur (benda me-
dengan rongga-rongga antara butiran yang layang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
besar (agregat kasar, kerikil atau batu pecah) b) Tidak mengandung garam-garam yang
diisi oleh butiran yang lebih kecil (agregat dapat merusak beton (asam, zat organik,
halus, pasir), dan pori-pori antara agregat dan sebagainya) lebih dari15 gram/liter.
halus ini diisi oleh semen dan air (pasta c) Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari
semen). 0,5 gram/liter.
Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari
Semen 1. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir
Fungsi utama semen adalah sebagai yang tajam dan keras. Butir-butir agregat
perekat. Bahan-bahan semen terdiri dari batu halus harus bersifat kekal, artinya tidak
kapur (gamping) yang mengandung senyawa: pecah tau hancur oleh pengaruh-pengaruh
Calsium Oksida (CaO), lempung atau tanah cuaca seperti terik matahari dan hujan.
liat (clay) adalah bahan alam yang 2. Agregat halus tidak boleh mengandung
mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2), lumpur lebih dari 5 persen (ditentukan
Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida terhadap berat kering). Yang diartikan de-
(Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO). ngan lumpur adalah bagian-bagian yang
Untuk menghasilkan semen, bahan baku melalui ayakan 0,063 mm. apabila kadar
tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian lumpur melampaui 5 persen, maka agregat
untuk membentuk klinker. Klinker kemudian halus harus dicuci.
dihancurkan dan ditambah dengan gips 3. Agregat halus tidak boleh mengandung
(gypsum). bahan-bahan organis terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna
Air dari Abrams-Harder (dengan larutan
Air merupakan bahan dasar pembuatan NaOH). Agregat halus yang tidak meme-
beton yang penting, namun harganya paling nuhi percobaan warna ini dapat juga
murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan dipakai, asal kekuatan tekan adukan
semen, serta untuk menjadi bahan pelumas agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari
antara butir-butir agreegat agar dapat mudah tidak kurang dari 95 persen dari kekuatan
dikerjakan dan dipadatkan. adukan agregat yang sama tetapi dicuci
Secara umum air yang dapat dipakai untuk dalam larutan 3 persen NaOH yang
bahan pencampur beton ialah air yang bila kemudian dicuci bersih dengan air, pada
dipakai akan dapat menghasilkan beton umur yang sama.
dengan kekuatan lebih dari 90 persen 4. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir
kekuatan beton yang memakai air suling. yang beraneka ragam besarnya dan
Dalam hal terdapat kesulitan air didaerah apabila diayak dengan susunan ayakan
terpencil misalnya yang tidak terdapat air yang ditentukan, harus memenuhi syarat-
minum atau air untuk penggunaan umum dan syarat berikut:
kualitas air yang ada di khawatirkan, maka
perlu dilakukan pengujian kualitas air. a. Sisa diatas ayakan 4 mm, harus mini-
Agregat Kasar (Kerikil dan Batu pecah) mum 2 persen berat.
Menurut (PBI, 1971): agregat kasar untuk b. Sisa diatas ayakan 1 mm, harus
beton dapat berupa kerikil sebagai hasil minimum 10 persen berat.
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau
2
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54
c. Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus A = Luas Penampang Benda Uji (mm2)
berkisar antara 80 persen dan 95
persen berat. Dengan mengikuti langkah di atas, menggu-
nakan data hasil uji material yang di dapat dari
Kualitas Agregat yang diharapkan laboratorium maka dapat dilakukan pengujian
Kualitas yang terutama diharapkan dari kuat tekan beton dengan menggu-nakan
gregat kasar adalah: benda uji silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm
1. Kekuatan. untuk diperbandingkan sebagai hasil akhir dari
2. Bentuk butir. rangkaian pengujian-pengujian yang dilaku-
3. Gradasi. kan di laboratorium
Sementara kualitas agregat halus haruslah
secara fisik harus tahan terhadap pengaruh 3. METODE PENILITIAN
beku cair. Mempunyai bentuk baik, bentuk
kubikal atau bulat lebih baik dari pada yang Bahan Yang digunakan dalam penelitian ini
sangat bulat atau pipih. Pemakaian pasir hasil sebagai berikut:
penggilingan umumnya menambah kekuatan 1) Pasir Yang Digunakan yaitu dari Pasir
tekan dan lentur. Pasir juga Tergradasi Barito dari sungai Barito dan Pasir Rantau
dengan baik, akan mempunyai persentase dari Daerah Kab. Tapin.
ruang kosong yang minimal dan luas 2) Aggregat Kasar bersala dari (quarry)
permukaan minimal. Masalah pada beton Sungai Mandi, Pelaihari, Kabupaten Tanah
sering disebabkan agregat halus yang Laut, Kal-Sel. Batu pecah ½ disuplay dari
terkontaminasi dan kurva gradasi yang PT. Pandji Bangun Persada.
mempunyai “puncak”. Puncak ataupun lem- 3) Semen yang digunakan yaitu merk
bah merupakan indikasi pasir yang mengalami Tahapan tahapan yang dilakukan secara
pendarahan (bleeding sand). garis besar yaitu:
Jika agregat halus terlalu banyak, Total
luas permukaan melonjak, menyebabkan
kurangnya pasta semen. Agregat halus
mempunyai luas permukaan yang besar. Jika
terlalu banyak, beton akan memerlukan
banyak pasta semen. Dan jika agregat halus
terlalu banyak membuatKebutuhan air ber-
tambah untuk slump (kelecakan) yang
disyaratkan. Dan pada hubungan antara
gradasi agregat halus dan pendaerahan pada
beton. Pendaerahan pada beton segar adalah
umum, namun kadang terjadi secara ekstrem.
Penyebab utamanya adalah gradasi pasir
yang jelek. (Paul Nugraha dan Antony, 2007).
3
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54
ambil dari Daerah Kab. Tapin bisa dilihat pada tungan didapat hasil proporsi dari pasir Barito,
Tabel 2. Dan pengujian untuk Agregat Kasar Pasir Rantau dan Spit Matu Mandi dapat
Sungai Mandi yang di ambil di quary PT. dilihat pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7,
Pandji Bangun Persada bisa dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 3.
Tabel 4 Proporsi Campuran Ideal Pasir Barito
Tabel 1 Hasil Pengujian Pasir Barito
Pasir Barito Spesifikasi
No Macam Pemeriksaan
Standart/Rujukan Hasil SII 0052-80
2 Kadar Lumpur % SNI 03-4142-1996 0.34% Max. 5%
3 Clay lamb % SNI 03-4141-1996 2.05%
4 Kadar Zat Organik SNI 03-2816-1992 No. 5 Standart Warna No. 2
5 Berat Jenis Ssd SNI 1970 : 2008 2.62 gr Min. 2.5
6 Penyerapan % SNI 1970 : 2008 0.61% Max. 3% Tabel 5 Proporsi Campuran Variasi 1 Pasir
SNI 03-1971-1990
10
11
Kadar air %
Susunan Grading Agregat :
2.68%
Barito
1 1/2" SNI 03-1968-1990 100 BS 882-1983
3/4" 100
3/8" 100
No.4 100
No.8 100
No.16 99.44
No.30 57.2 Tabel 6 Proporsi Campuran Variasi 2
No.50 6.72
No.100 0.34
Pasir Barito
Tabel 3. Hasil Pengujian Agregat Kasar Tabel 9 Proporsi Campuran Variasi 2 Pasir
Batu Pecah 1/2 Spesifikasi
No Macam Pemeriksaan
1 Kekerasan/Keausan :
Standart/Rujukan Hasil SII 0052-80 Rantau
- Bejana Rudeloff % PACT - 012 . 79 15.64%
- Los Angeles % SNI 2417 : 2008 21.72%
2 Kadar Lumpur % SNI 03-4142-1996 1.11% Max. 1%
3 Clay lamb % SNI 03-4141-1996 1.95%
5 Berat Jenis Ssd SNI 1969 : 2008 2.690 gr Min. 2.5
6 Penyerapan % SNI 1969 : 2008 1.14% Max. 3%
8 Modulus Kehalusan % - 6.0 - 7.1
10 Kadar air % SNI 03-1971-1990 0.41% Dari proporsi diatas jumlah sampel yang
11 Susunan Grading Agregat :
1 1/2" SNI 03-1968-1990 100 BS 882-1983 dibuat berjumlah 90 biji dengan 6 katagori
3/4" 95.78
3/8" 10.26 berdasarkan perbedaan pasir dan persentasi
No.4 4.06
No.8 3.1 pencampuran yang nantinya dilihat pengaruh
No.16
No.30
2.58
1.95
dari hasil kuat tekan yang didapat mana yang
No.50
No.100
1.33
0.82
paling berpengaruh dari varian persen pasir
Mengenai nilai slump dan penambahan atau
Dari hasil pengujian tersebut didapat pengurangan jumlah air yang didapat pada
bahwa kedua pasir mempunyai kadar organik saat proses pencampuran beton bisa dilihat
yang tinggi dan untu agregat kasar pada Tabel 10
mempunyai kadar lumpur yang tinggi. Namun
masih bisa digunakan dalam pembuatan Tabel 10. Variasi Nilai Slump
Sampel mutu fc’ 35 untuk agregat kasar harus
dicuci dulu sebelum melakukan pembuatan
sampel.
Proporsi Pencampuran
Metode pencampuran yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode
SNI 03-2834-1993. Berdasarkan hasil perhi-
4
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54
Gambar 1
5
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54
Kuat tekan karakteristik (fc’) yang dicapai Hasil Pengujian dan Evaluasi Kuat Tekan
oleh campuran beton ideal pasir rantau adalah Beton Variasi 2 Pasir Rantau
sebagai berikut: Kuat tekan rencana (f’c) : 35 MPa
Rata-rata : 31,463 MPa
fc’ = - 1,64s Standar deviasi : 4,241 MPa
= 33,133 – 1,64 x 4,172 Syarat I (f’c+0,82s) : 38,478 MPa
= 26,290 Mpa Syarat II (0,85 f’c) : 29,75 MPa
fc’ = - 1,64s
= 31,463 – 1,64 x 4,241
= 24,508 MPa
6
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54
Saran
1. Untuk mendapatkan beton mutu tinggi fc’
35 Mpa, harus dilakukan penelitian yang
benar dan teliti, mulai dari pemeriksaan
bahan, perhitungan proporsi campuran,
pembuatan sample dan perawatan
(curing). Sehingga tidak mengakibatkan
kegagalan dan berakibat beton tersebut
tidak mencapai hasil yang diinginkan.
2. Penelitian mengenai variasi pemakaian
pasir terhadap kuat tekan beton mutu tinggi
sebaiknya bisa dilanjutkan, namun
tentunya dengan prosedur kegiatan yang
lebih teliti dan berhati-hati.
7. DAFTAR PUSTAKA