PENDAHULUAN
permukiman warga. PKL sering kali memenuhi jalan raya sehingga membuat
kemacetan jalan, tidak jarang pula pedagang kaki lima membuang sampah hasil
sepanjang jalan juga membuat sebuah kota terkesan kumuh. Tidak jarang satpol
pp memberi peringatan kepada para PKL ini mulai dari teguran hingga peringatan
sejak 2010 hingga 2015, jumlah pedagang kaki lima (PKL) di kota itu telah
Pontianak. "Data PKL tahun 2010, tercatat sebanyak 1.661 PKL, dalam lima
tahun ke depannya atau 2015 menjadi 2.156 PKL atau meningkat sebesar 29
dalam hal tersebut, terus melakukan penataan terhadap keberadaan PKL agar tidak
membuat kumuh.
PKL yang berada di sepanjang jalan raya tidak memiliki izin untuk
berjualan di sana. Banyak cara yang di lakukan pemerintah untuk menertipan para
bagi para PKL untuk berjualan, selain tempat sewa ruko yang harganya sangat
hampir ada di setiap tepi jalan tak jarang membuat kemacetan pada jalan ini. PKL
juga membuang sampah dagangan di sekitar tempat jualan bahkan di sungai jawi.
berukuran .. m x ..m yang biasanya di gunakan untuk offroad. Lahan ini strategis
untuk tempat PKL berjualan. Ada beberapa PKL yang sudah menepati disekitar
kawasan tersebut.
1. 3 Batasan Masalah
akan dibahas dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan tempat untuk berjualan PKL ?
2. Bagaimana mengatasi sampah di tempat untuk berjualan PKL tersebut ?
3. Bagaimana merencanakan sarana dan prasarana di tempat PKL tersebut ?
1. 4 Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu
- Menertipkan dan menata para PKL agar lebih teratur dalam berjualan.
1.5 Metodologi
Metode - metode yang kami gunakan dalam perencanaan tempat pedagang kaki
lima yaitu :
Sumarsono, 2004 ).
2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan salah sutu bentuk pengamatan atau
itu sendiri. Tiap orang memandang sesuatu di dunia ini menurut proyeksi
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
Bab ini meliputi teori teori dan aturan yang berhubungan dengan perencanaan
Bab ini berisikan data data yang di butuhkan untuk perencanaan tempat untuk
lima.
BAB V PENUTUP
Bab ini meliputi kesimpulan dari hasil perencanaan tempat untuk pedagang kaki
DAFTAR PUSTAKA
ini.
LAMPIRAN
Merencanakan
tempat berjualan
PKL, sistem
persampahan
ditempat
Judul
Pengumpulan
Data
Analisa
Konsep
BAB II
DASAR TEORI
era penjajahan inggris. Terminologi kaki lima mulai dikenal pada masa
pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles di Batavia tahun 1811 1816.
Nama kaki lima bermula dari kebijakan Raffles menginstruksikan sistem lalu
lintas di sebelah kiri jalan jalan raya. Ditepi tepi jalan harus dibuat troroar
untuk pejalan kaki yang tingginya harus 31 cm dan lebar 150 cm atau five feet.
Foot atau kaki adalaj ukuran tradisonal inggris. Satu kaki kira kira panjang 33
cm. Jadi, lima kaki kurang lebih sama dengan 1,5 meter. Kemudian, Teguh
Setiawan menjelaskan bahwa setelah five foot way dibuat, orang orang di
Batavia bisa lalu lalang tanpa khawatir tertabrak kereta kuda. Ini karena five foot
way dibuat lebih tinggi dari badan jalan. Namun situasi itu tidak berlangsung
lama, para pedagang dari bangsa Mealyu yang hemar memanfaatkan gerobak
dorong atau dagang dengan cara dipikul memanfaatkan five foot way untuk sarana
beristirahat, tidak hanya digunakan oleh pejalan kaki istirahat, tetapi digunakan
oleh para pedagang untuk menggelar barang dagangannya dan melayani pembeli (
Widjajanti, 2000 )
menjadi fenomena sosial dan budaya. Sudah banyak kajian yang dilakukan oleh
suatufenomena sosial. Hal ini dikarenakan pedagang kaki lima terlahir dari proses
sosial sehingga fenomena kehadirannya juga dapat dijelaskan secara teoretis
dengan menggunakan Teori Interaksi Sosial. Suatu aktivitas jual beli juga
merupakan interkasi sosial, minimal antara penjual dan pembeli. Orang bekerja
juga pekerjaan pedagang kaki lima menjadikan pelaku usahanya memiliki suatu
setatus pekerjaan yang jelas dan mencukupi kebutuhan hidupnya, seseorang sudah
pasti harus menjalani kerja sama antarindividu, antara individu dan kelompok atau
Interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih individu yang
lain dianggap kurang baik kepada individu yang satu. Jadi, hubungan antara dua
individual atau lebih itu saling timbal balik, demi terciptanya suatu hubungan
yang baik antara dua atau lebih individu. Kontak sosial memiliki beberapa sifat,
yaitu kontak sosial positif dan kontak sosial negatif. Kontak sosial positif adalah
kontak sosial yang mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial
negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan kontak sosial. Selain itu, kontak sosial juga memiliki sifat primer
suatu perantara.
melainkan ada tindakan dan ada respon atau tanggapan terhadap tindakan tersebut.
sebagai berikut :
oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga pandangan
sesuatu.
struktur atas yang utama adalah terdiri dari Core wall /shear wall, balok , lantai
dan kolom. Core wall,untuk bangunan bertingkat tinggi memiliki fungsi sebagai
struktur pengaku bangunan terhadap gaya horizontal. Pada umumnya struktur core
wall tersebut dimanfaatkan sebagai ruang angkutan vertikal, dapat berupa lift atau
tangga biasa.
dan kolom.
3. Precast, komponen struktur dicor di pabrik (plant), kemudian ditranspor ke
bangunan. Ada tiga jenis beban yang bekerja pada suatu elemen struktur, yaitu
beban mati (dead loads), beban hidup (live loads), dan beban angin (wind loads).
1. Beban mati (dead loads)
Beban mati adalah berat suatu elemen struktur dan nonstruktur yang
perabotan.
3. Beban angin (wind loads)
Beban angin diperhitungkan khususnya pada konstruksi atap miring.
Beban angin yang bekerja pada konstruksi atap miring meliputi angin
tekan dan angin isap. Beban angin dengan kecepatan dan kekuatan tinggi
dan menghisap dibidang lain. Oleh karena itu, pengaruh beban angin ini
(luas netto) dan tidak memperhatikan luas lantai yang dibutuhkan untuk
Bangunan ( GSB ) dan Garis Sepadan Jalan ( GSJ ) bisa dilihat di Tabel
2.3.
TABEL 2.6 Pengaturan Parkir
dari tikungan dan jika tidak memenuhi persyaratan tersebut, letak pintu
Mobil
Apartemen Setiap 1 unit
Bangunan Olah Raga Setiap 15 penonton/ kursi
Bioskop Kelas A I Setiap 7 kursi
Kelas A II Setiap 10 kursi
Kelas A III Setiap 15 kursi
Gedung Pertemuan/ Padat Setiap 4 m2 lantai bruto
Tidak Padat Setiap 10 m2 lantai bruto
Konvensi Bintang 4 5 Setiap 5 unit kamar
Hotel Bintang 2 3 Setiap 7 unit kamar
Bintang 1 ke bawah Setiap 10 unit kamar
Tingkat Kota Setiap 100 m2 lantai bruto
Pasar Tingkat Wilayah Setiap 200 m2 lantai bruto
Tingkat Lingkungan Setiap 300 m2 lantai bruto
Setiap 60 m2 lantai bruto
Perdagangan / Toko Setiap 200 m2 lantai bruto
Pergudangan Setiap 200 m2 lantai bruto
Perguruan Tinggi Setiap 100 m2 lantai bruto
Perkantoran Kelas I Setiap 10 m2 lantai bruto
Restoran / Hiburan Kelas II Setiap 20 m2 lantai bruto
VIP Setiap 1 tempat tidur
Rumah Sakit Kelas I Setiap 5 tempat tidur
Kelas II Setiap 10 tempat tidur
Setiap 100 m2 lantai bruto
Sekolah
Keterangan :
Lantai netto : lantai yang efektif digunakan
Lantai bruto : seluruh luas lantai, termasuk WC, gedung,
ANALISIS DATA
Pontianak yang memiliki luas 13,24 km2 dan terbagi menjadi 4 kelurahan,
yaitu Kelurahan Pallima, Kelurahan Sungai jawi , Kelurahan Sungai Jawi
130.078 jiwa, dengan rinciaan 65.245 laki laki dan 64.833 perempuan.
kepadatan penduduk sebesar 7.898 jiwa per km2 dan laju pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dari Kota Pontianak namun dari sisi lain nilai
Kota Pontianak karena jumlah penduduk yang lebih besar dari kecamatan
lainnya.
Adapun foto dokumentasi tampak pada lokasi ini dapat di lihat pada
Tampak Dalam
DAFTAR PUSTAKA
Di hp luky