Anda di halaman 1dari 15

KONFLIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DAN PETUGAS

SATPOL PP DAN DAMPAKNYA TERHADAP AKTIVITAS


PERDAGANGAN DI JALAN PEKAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Nama : Shania
Kelas : X IPS 2
Mata Pelajaran : Sosiologi
Tahun Pelajaran : 2021/2022

SMAN 1 SIDIKALANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini yang berjudul “ KONFLIK PEDAGANG KAKI LIMA
(PKL) DAN PETUGAS SATPOL PP DAN DAMPAKNYA TERHADAP
AKTIVITAS PERDAGANGAN DI JALAN PEKAN ” guna memenuhi tugas
Sosiologi kelas X IPS 2.
Makalah ini disusun berdasarkan pengamatan penulis tentang konflik antara
pedagang kaki lima dan satpol pp, serta dampaknya terhadap aktivitas perdagangan.
Makalah ini berisi tentang bagaimana pandangan para pedagang kaki lima terhadap
sikap para petugas satpol pp dalam menjalankan tugasnya dan akibat yang terjadi dari
konflik kedua belah pihak.
Penulisan makalah ini melibatkan berbagai pihak masyarakat di lingkungan
Jalan Pekan (pedagang kaki lima) yang berperan sebagai narasumber dan guru yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan berkat adanya kerjasama, bantuan,
arahan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung, karena itu melalui tulisan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya
partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan seperti yang diharapkan penulis.
Penulis menyadari kekurangan begitu banyak dalam makalah ini yang sangat
jauh dari kata kesempurnaan, maka penulis harap saran dan kritik yang dapat
membantu perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada guru dan para narasumber
yang membantu atas selesainya makalah ini.
Semoga bermanfaat.

Sidikalang, 04 Mei 2022

Shania
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penilitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Teori
2.2 Landasan Teori
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Metode Penelitian
3.3 Sampel Penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sidikalang menjadi sasaran utama untuk mencari lapangan pekerjaan yang
berimbas pada bertambahnya jumlah penduduk, bertambahnya angka pengangguran
dan angka kemiskinan, serta berubahnya tata ruang kota akibat berdirinya rumah-
rumah liar yang tidak memiliki izin pendirian bangunan, dan meningkatnya jumlah
pedagang kaki lima yang berjualan tidak pada tempat yang telah ditentukan. Penduduk
Kota Sidikalang setiap tahunnya terus meningkat, ini menandakan bahwa Kota
Sidikalang terus berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk
daerah lain bermigrasi ke Kota Sidikalang.
Salah satu bentuk sektor ekonomi masyarakat perkotaan adalah dagang yang
berbentuk PKL (Pedagang Kaki Lima). Sektor ekonomi ini banyak digeluti
masyarakat KotaSidikalang. Meskipun yang berprofesi disektor ini tidak semua
merupakan warga Sidikalangasli, akan tetapi pedagang kaki lima dalam kehidupan
memunculkan berbagai permasalahan bagi ketertiban KotaSidikalang.
PKL adalah orang yang melakukan usaha dagang atau jasa, ditempat umum
baik menggunakan atau tidak menggunakan sesuatu, dalam melaksanakan kegiatan
usaha dagang. Pedagang kaki lima dalam melakukan usahanya tidak seperti orang
yang bekerja disektor formal. Mereka melakukan usahanya sesuai dengan jenis barang
atau jasa yang dihasilkan. Pedagang kaki lima rata-rata melakukan aktifitasnya pagi
sampai sore hari.
Bagi pedagang kaki lima yang melakukan usaha siang sampai malam hari rata-
rata mereka mendirikan bangunan yang semi permanen. Sedangkan pedagang kaki
lima yang melakukan kegiatan dari pagi sampai sore mereka menggunakan tenda-
tenda yang bisa dibuka atau ditutup setiap saat, mereka ini biasanya menempati
tempat yang bukan miliknya sendiri.
Selain itu, tumpukan sampah yang berasal dari sisa dagangan pedagang kaki
lima juga ditemui di beberapa ruas jalan contohnya Jalan Pekan. Tumpukan sampah
bahkan hampir memenuhi setengah badan jalan. Selain membuat pemandangan yang
tidak enak dilihat, sampah juga membuat bau tak sedap. Hal ini tentu membuat
keresahan bagi siapapun yang melewati jalan tersebut.
Adapun apabila Satpol PP melakukan penertiban dan relokasi pedagang kaki
lima, tidak bertahan lama pedagang akan kembali berjualan di trotoar dan badan jalan.
Dari wawancara yang dilakukan peneliti, alasan para pedagang berjualan
ditepi-tepi jalan yaitu para PKL menganggap tepi jalan merupakan tempat yang
strategis karena setiap pengendara yang melintas akan melihat barang yang dijual oleh
pedagang, sehingga peluang untuk mendapatkan banyak pembeli lebih besar. Selain
itu, berjualan di tepi jalan memudahkan transaksi dengan pembeli, karena pembeli
tidak perlu repot-repot untuk parkir atau membayar uang parkir seperti belanja di
supermarket atau pasar tradisional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar berlakang masalah tersebut, maka dapat diuraikan
rumusan masalahnya seperti berikut ini.
 Jelaskan latar belakang terjadinya konflik antara PKL dan petugas satpol pp di
Jalan Pekan !
 Bagaimana pengaruh konflik yang terjadi terhadap aktivitas perdagangan ?
 Apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik ?
 Bagaiman cara kedua belah pihak menyelesaikan masalah ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut.
 Untuk mengetahui latar belakang terjadinya konflik antara PKL dan petugas
satpol pp.
 Untuk mengetahui pengaruh terjadinya konflik terhadap aktivitas perdagangan.
 Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik.
 Untuk mengetahui cara kedua belah pihak menyelesaikan masalah.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut.
 Untuk memberikan pembaca pemahaman mengenai latar belakang terjadinya
konflik.
 Memberikan masyarakat informasi dari pengaruh konflik terhadapa aktivitas
perdagangan.
BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Teori
 Teknik Purposive Sampling
Pemilihan sampel diarahkan pada narasumber yang dipandang
sebagai sumber informasi yang memiliki data penting dan berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.

 Teori Perlawanan
Setiap Tindakan para anggota masyarakat rendah dengan maksud
melunakkan atau menolak tuntutan yang dikenakan oleh kelas yang lebih
atas.

 Pandangan Tradisional
Konflik dipandang negative dan disinonimkan dengan istilah
kekerasan, perusakan, dan ketidakrasionalan demi memperkuat konotasi
negatifnya.

 Everyday Forms of Resistence


Perjuangan yang biasa-biasa saja, namun terjadi terus-menerus
antara kaum tani dan orang-orang yang berusaha menarik tenaga kerja,
makanan, pajak sewa, dan keuntungan dari mereka.

 Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relation View)


Pandangan ini menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang
wajar dalam semua kelompok dan organisasi. Karena konflik itu tidak
terelakan, aliran hubungan manusia menganjurkan penerimaan konflik.
Konflik tidak dapat disingkirkan, dan bahkan ada kalanya konflik
membawa manfaat pada kinerja kelompok.

 Pandangan Interaksionis (The Interactionist View)


Pandangan ini mendorong konflik atas dasar bahwa kelompok yang
kooperatif, tenang, damai serasi cenderung menjadi statis, apatis, dan tidak
tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Oleh karena itu,
sumbangan utama dari pendekatan interaksionis adalah mendorong
pemimpin kelompok untuk mempertahankan suatu tingkat minimum
berkelanjutan dari konflik. Dengan adanya pandangan ini menjadi jelas
bahwa untuk mengatakan bahwa konflik itu seluruhnya baik atau buruk
tidaklah tepat.
2.2 Landasan Teori
 Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk usaha sektor
informal yang diwujudkan dalam usaha mikro kecil dan menengah jalanan.
Dominasi pedagang kaki lima pada sektor ini membuat sektor informal
identik dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima.
Dalam kenyataannya, sektor informal tidak hanya sekedar pedagang kaki
lima, untuk itu diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai teori yang
berkaitan dengan penelitian tentang sektor informal dan pedagang kaki
lima.
Jenis pekerjaan pedagang kaki lima dapat dijumpai di setiap sudut
ruang kota yang tersebar di seluruh wilayah. Perkembangannya cukup pesat
bahkan dinilai telah terlalu banyak dalam menghiasi ruang-ruang publik di
perkotaan. Kondisi ini timbul sesuai dengan ciri-ciri dari sector informal
yaitu mudah dimasuki, fleksibel dalam waktu dan tempat, bergantung pada
sumber daya lokal dan skala usaha yang relatif kecil.
Permasalahan pengangguran dan ketidakmampuan masuk ke sector
formal, membuat sebagian angkatan kerja memilih bekerja di sector
informal pada jenis pekerjaan pedagang kaki lima. Dengan kata lain, jenis
pekerjaan PKL memiliki kontribusi besar dalam memberikan kesempatan
kerja di sektor informal.

 Satuan Polisi Pamoing Praja (Satpol PP)


Satuan Polisi Pamoing Praja (Satpol PP) mempunyai tugas
membantu kepala daerah untuk menciptakan kondisi daerah yang tenteram,
tertib dan teartur.
Untuk mengoptimalkan kinerja Satpol PP perlu dibangun
kelembagaan Satpol PP yang mampu mendukung terwujudnya kondis
daerah yang tentram, tertib, dan teratur. Penataan kelembagaan Satpol PP
tidak hanya mempertimbangkan kriteria kepadatan jumlah penduduk di
suatu daerah, tetapi juga beban tugas dan tanggung jawab yang diemban
budaya, sosiologi, serta risiko keselamatan polisi pamong praja.
Dasar hukum tentang tugas dan tanggung jawab Satpol PP adalah PP
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamoing Praja yang ditetapkan
pada tanggal 6 Januari 2010. Dengan berlakunya PP ini maka dinyatakan
tidak berlaku PP Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi
Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428).

 Konflik
Konflik berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling
memukul. Konflik secara sosiologis diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
sosial. Dalam proses interaksi sosial antara suatu hal dengan hal lainnya
tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian, sehingga muncul
ketidakcocokan atau perbedaan yang mengakibatkan benturan kepentingan
dalam pencapaian tujuan. Benturan kepentingan yang terjadi
mengakibatkan persaingan dimana ada pihak yang berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya, kondisi
ini merupakan bentuk proses sosial disosiatif yang disebut konflik.
Dalam kamus Bahasa Indonesia (1997), konflik diartikan sebagai
percecokan, pertentangan, atau perselisihan. Konflik terjadi sebagai akibat
dari adanya perbedaan kepentingan dalam upaya pencapaian tujuan
sehingga memicu perselisihan. Pihak yang berkonflik sama-sama memiliki
tujuan yang sama namun keterbatasan sumber daya membuat keduanya
enggan bekerja sama. Atau kedua belah pihak memiliki tujuan yang
bersebrangan sehingga terjadi benturan kepentingan dalam upaya
pencapaian tujuannya. Benturan ini mengakibatkan salah satu pihak atau
kedua belah pihak merasa terganggu. Gangguan yang dilakukan meliputi
usaha-usaha aktif untuk menghalangi pencapaian tujuan pihak lain.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan antara tanggal 09 April – 30 April 2022. Tempat
penelitian yaitu pedagang kaki lima sekitaran Jalan Pekan, Kecamatan Sidikalang,
Kabupaten Dairi.

3.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini, metode pengelolaan data yang digunakan oleh peneliti
adalah metode kualitatif, yang diamana metode ini dipakai untuk mendapatkan data
secara deskriptif dan tidak dinyatakan dengan angka. Penulis menggunakan metode
studi kasus, diamana lebih mengeksplorasikan suatu masalah dengan Batasan
terperinci, pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan suatu informasi.

3.3 Sampel Penelitian


Sampel penelitian dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang dijadikan
subyek penelitian dan merupakan “wakil” dari anggota populasi tersebut. Keduanya
merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam penelitian karena dapat
memberikan generalisasi pada kesimpulan hasil penelitian yang didapat. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan sampel acak, diamana sampel yang diambil
secara acak sehingga semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Peneliti berpendapat bahwa populasi harus
dipilih secara acak untuk menghemat waktu dan lebih mudah dalam menggunakan
penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Di dalam penelitian kualitatif, informasi
lebih ditekankan pada kedalaman data yang diperoleh bukan pada banyaknya data
yang didapatkan sehingga jumlah sampel tidak menjadi hal yang penting apabila data
dianggap sudah cukup. Dengan demikian, pemilihan sampel diarahkan pada
narasumber yang dipandang sebagai sumber informasi yang memiliki data penting dan
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Selain itu, penulis juga memperoleh data dengan melakukan wawancara
langsung terhadap para narasumber.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Disini, penulis akan menguraikan hasil penelitian yang sudah didapatkan dari
para narasumber dan hasil wawancara. Ada beberapa pendapat yang disampaikan oleh
para narasumber mengenai jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh peneliti,
yaitu sebagai berikut.
 Informan I : Yaitu ibu seorang pedagang sayur
Ibu ini lebih memilih berjualan di sekitar trotoar Jalan Pekan karena
berada dekat dengan gerbang pasar (dari samping). Selain itu, lokasinya
yang strategis, dekat dengan jalan raya sehingga para pejalan raya dapat
dengan mudah melihat dagangannya. Jika ia ingin berjualan di dalam pasar,
maka ia harus datang di pagi hari (sekitar jam 5) agar ia mendapatkan
tempat. Itu sedikit menyulitkannya, mengingat ada juga yang datang
mengambil tempat di jam-jam seperti itu.
Dan sejauh ibu itu berjualan, ia pernah sekali harus berhubungan
dengan petugas satpol pp. Pastinya, hal tersebut berhubungan dengan
peraturan pasar, dimana para pedagang diwajibkan harus berada di dalam,
bukan di sekitar jalan atau trotoar. Ia sempat adu cekcok dengan para
petugas, namun berakhir dengan ibu itu yang memilih berjualan di dalam
pasar, daripada dagangannya yang diambil paksa oleh para petugas satpol
pp. Sekarang, ibu ini masih berjualan di sekitar pinggir jalan raya, ia malas
jika berjualan di dalam pasar. Selain harus datang cepat, tempat yang
digunakan kadang tidak muat untuk dagangannya.
Jika ada petugas satpol pp yang datang bertugas, ibu ini akan
langsung memindahkan seluruh dagangannya ke trotoar dan jika para
petugas satpol pp sudah pergi, ibu ini akan mengembalikan dagangannya ke
tempat semula.
Ibu ini beranggapan bahwa ia tidak masalah petugas satpol pp
menjalankan tugasnya, namun sikap para petugas yang sering terlihat
memaksa membuat si ibu terlihat jengkel dan tidak suka, setidaknya setiap
masalah dapat dibicarakan baik-baik.

 Informan II : Yaitu nenek penjual obat


Nenek ini selalu berjualan di depan rumah seseorang. Selain mudah
untuk menghindari tangkapan dagangan dari petugas satpol pp, ukuran luas
tempat dagangannya juga tidak terlalu mengambil banyak tempat. Jumlah
dagangannya tidak terlalu banyak, namun selalu memiliki pelanggan tetap.
Nenek ini tidak penah terlibat dengan petugas satpol pp, mengingat
ia berjualan di depan rumah seseorang, bukan di trotoar atau dekat jalan
raya.
Karena nenek ini yang tidak pernah terlibat dengan petugas satpol
pp, ia tidak terlalu memikirkan para petugas yang terkadang datang
memeriksa ketertiban jalan dan troroar. Namun, nenek ini juga terkadang
jengkel dengan para petugas yang mengambil paksa dagangan para penjual.
Bahkan, terkadang nenek ini juga ikut melerai konflik antara pedagang dan
petugas satpol pp.

 Informan III : Yaitu seorang abang penjual martabak


Sama halnya dengan si nenek tadi, abang ini berjualan di depan
rumah seseorang. Dulu, abang ini pernah berjualan di dalam pasar, namun
sepertinya di sana, ia tidak mendapatkan keuntungan yang sesuai. Hal ini
dikarenakan, lokasi tempat penjualan si abang jarang dilewati oleh para
pembeli. Sehingga, akhirnya ia memutuskan untuk mencoba berjualan di
luar pasar. Hasil yang didapakan sesuai dan ia akhirnya memutuskan untuk
menetap berjual di luar pasar.
Selama berjualan di dalam dan luar pasar, ia juga tidak pernah harus
berurusan dengan petugas satpol pp. Ia akan sangat kerepotan jika harus
berurusan dengan petugas satpol pp.

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadapa aktivitas
perdagangan di sekitar Jalan Pekan, faktor-faktor yang menghambat efektifitas kinerja
satpol pp dalam menertibkan pedagang kaki lima di sekitar Jalan Pekan :
a. Kurangnya kesadaran para pedagang kaki lima
Kurangnya kesadaran para pedagang kaki lima dalam memahami peraturan
daerah yang melarang berjualan di trotoar atau badan jalan, hal ini tentunya
disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari pemerintahan kota. Adapun PKL yang
sudah tahu tentang perda tersebut, kebanyakan mereka mengacuhkanya karena
tuntutan ekonomi.

b. Kurangnya distribusi personil Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)


Kurangnya jumlah personil Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam
melakukan penertiban tidak sesuai dengan jumlah pedagang yang akan ditertibkan,
sehingga satpol pp mengalami kesulitan menghadapi PKL tersebut.
c. PKL yang tidak ingin di relokasi ke tempat yang disediakan oleh petugas
satpol pp
Pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai seperti
tempat berdagang yang baru yaitu sebuah program relokasi tempat berdagang. Dari
hasil wawancara peneliti, para pedagang tidak mau pindah ke tempat yang disediakan
pemerintah karena omzetnya menurun dari biasanya yang didapapat pada saat
berjualan ditrotoar atau badan jalan.

d. Terjadinya kerusuhan dalam proses penertiban


Dalam proses penertiban PKL yang dilakukan oleh satpol pp sering terjadi
kerusuhan, hal tersebut biasanya disebabkan oleh perlawanan yang dilakukan oleh
PKL terhadap satpol pp dan pendekatan yang kurang sesuai dari satpol pp kepada
PKL.

e. Adanya aksi perlawanan dari pedagang terhadap satpol pp pada saat


penertiban dilakukan.
Alasan para pedagang berjualan di trotoar dan badan jalan adalah mendapatkan
penghasilan untuk keluarga dan sebagian besar PKL merasa bahwa mereka tidak
melanggar peraturan pemerintah, sehingga mereka berusaha untuk melakukan
perlawanan pada saat satpol pp melakukan penertiban.

f. Kurangnya sarana dan prasarana dalam penertiban PKL


Untuk memaksimalkan kegiatan penertiban tentunya satpol pp memerlukan
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat menunjang keberhasilan program
penertiban yang akan dilakukan. Tetapi pada kenyataaannya dalam melakukan
penertiban, pihak satpol pp hanya di lengkapi sarana dan prasarana berupa mobil
dinas. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh satpol pp saat ini tentunya
belum memadai karena tidak sesuai dengan banyaknya jumlah PKL yang harus
ditertibkan.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Satpol pp mengamankan keberadaan PKL yang tidak taat terhadap aturan. Hal ini
ditentang oleh para PKL, mereka melakukan perlawanan dari setiap pengamanan
satpol pp dan juga setiap kebijakan tentang keberadan PKL, demi mempertahankan
tempat mata pencaharian mereka yang di tempati. Dalam perlawanan PKL terhadap
pengamanan satpol pp tersebut, tentu saja muncul konflik antara kedua belah pihak.
Kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan sekitar pasar merupaka kebijakan
dalam rangka menjadikan pusat kota yang bersih, indah, tertib dan nyaman.

5.2 Saran
 Pemerintah
a. Diharapkan pemerintah memberikan fasilitas umum berupa lokasi, tenda,
dan gerobak untuk berjualan para PKL.
b. Diharapkan pemerintah runtin dalam memberikan pembinaan kepada
para PKL berupa sosialasi kewirausahaan.

 PKL
a. Hendaknya Pedagang Kaki lima (PKL) menyadari bahwa tempat untuk
berdagang menggunakan ruang publik. sehingga mereka harus merelakan
untuk di alokasikan sesuai dengan keputusan dan kebijakan Pemerintah.
b. Para PKL seharusnya melaksanakan kewajiban dan hak secara seimbang
agar terciptanya keindahan dan menciptakan rasa nyaman bagi semua
pihak.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi15rq5
4tL3AhVNwjgGHVdbB90QFnoECAQQAQ&url=http%3A%2F
%2Fdigilib.uinsgd.ac.id
%2F5376%2F4%2F4_bab1.pdf&usg=AOvVaw1v8MPHZauQ4Spp8W7Z_xYO

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi15rq5
4tL3AhVNwjgGHVdbB90QFnoECAMQAQ&url=http%3A%2F
%2Frepository.unair.ac.id%2F15960%2F3%2F3.%2520BAB
%2520I.pdf&usg=AOvVaw0G3Q961rf7zjiBOb1e4Yg7

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi15rq5
4tL3AhVNwjgGHVdbB90QFnoECBkQAQ&url=http%3A%2F%2Feprints.ums.ac.id
%2F65323%2F3%2FBAB%2520I.pdf&usg=AOvVaw2u7V6u-rCBNHdY5ZsbVSyH

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi15rq5
4tL3AhVNwjgGHVdbB90QFnoECCcQAQ&url=http%3A%2F
%2Fdigilib.unimed.ac.id%2F26083%2F8%2F8.%2520NIM.
%25203133111033%2520CHAPTER
%2520I.pdf&usg=AOvVaw2q1OjIruWahoSLtuKdvP-g

LAMPIRAN
1. Apa yang menjadi alasan narasumber memilih berjualan di sekitar trotoar Jalan
Pekan, bukannya di dalam pasar ?
2. Pernahkah narasumber terlibat konflik dengan petugas satpol pp ?
3. Apakah yang narasumber lakukan untuk menghindari terlibat masalah dengan
petugas satpol pp ?
4. Apa tanggapan narasumber tentang tugas yang dilakaukan oleh para petugas
satpol pp ?

Anda mungkin juga menyukai