Oleh :
Kelompok 4
Alifa Cantika Dewi 1913033014
Rahmani Diah Permata S 1913033022
Meta Iskarina 1913033023
Sonia Ayuning Pangesty 1913033029
Maria Putri Rosari 1953033001
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Perubahan Sosial Pada Masyarakat dipusat Perbelanjaan Mall”
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada:
Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang telah mencurahkan doa dan
semangat kepada kami Ibu Risma Margaretha Sinaga, M.Hum dan Ibu Aprilia
Triaristina, S.Pd., M.Pd. yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
ini. Dan teman-teman yang telah banyak membantu dan memberi dukungan
khususnya teman teman dari Program Studi Pendidikan Sejarah 2019.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak.
Dan apabila kesalahan kata atau penulisan, penulis mohon maaf yang sebesar
besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Penelitian ......................................................................................7
2.2 Definisi Perubahan Sosial dan Kebudayaan Di Mall.................................8
2.3 Perubahan Sosial Pembelian Makanan di Mall..........................................10
2.4 Perubahan Sosial Menonton Film di Mall .................................................13
2.5 Perubahan Sosial Belanja Kebutuhan Pokok di Mall.................................15
2.6 Perubahan Sosial Area Lingkungan Bermain Anak-anak di Mall..............18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Modernisasi pada zaman sekarang ini bagaikan laju lokomotif yang tidak dapat
terbendung lagi. Modernisasi tidak hanya dalam lingkup aspek tertentu dalam
kehidupan, tetapi semua aspek mengalami suatu perubahan, seperti misalnya
modernisasi dalam bidang sosial, pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Istilah
modernisasi dianggap sebagai adanya suatu proses proses perubahan dari
konvensional menuju kemodernan. Perubahan menuju modern ini tidak hanya
dapat dilihat dari aspek-aspek baru dalam kehidupan, tetapi aspek-aspek lamapun
juga ikut tergerus arus modernisasi. Dimana perubahan merupakan proses yang
terus menerus terjadi dalam setiap masyarakat. Proses perubahan itu ada yang
berjalan sedemikian rupa sehingga tidak terasa oleh mayarakat pendukungnya
(Sihabudin, 2011 dalam Ariyani, 2014).
4
keberagaman hidup dalam masyarakat tersebut. Adanya faktor-faktor tersebut
membuat pola pikir masyarakat menjadi berkembang. Masyarakat tentunya akan
mulai berpikir perubahan tersebut akan membawa dampak positif atau negatif.
Pembangunan merupakan suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dengan demikian, proses
pembangunan terjadi disemua aspek kehidupan masyarakat yang berlangsung
pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuan/ perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversivikasi (Latifah,
2021).
Seiring perkembangan kebutuhan dan gaya hidup manusia secara global, definisi
pada pusat perbelanjaan semakin kompleks dan berubah sesuai tuntutan
kebutuhan penggunanya. Menurut Maitland (1985) dalam Utama (2011) Pusat
Perbelanjaan Modern atau Mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu
atau beberapa department store besar sebagai daya tarik terhadap retail-retail kecil
dan rumah makan dengan tipologi bangunan, seperti toko yang menghadap ke
koridor utama Mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah
Pusat Perbelanjaan Modern (Mall), dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai
ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan penjual
(Savitri, 2018).
1.2.....................................................................................................................Rum
usan Masalah
1. Apasajakah metode yang digunakan dalam makalah ini ?
2. Apa yang di maksud dalam definisi perubahan sosial dan kebudayaan di
mall ?
3. Bagaimana perubahan sosial pembelian pakaian yang ada di mall ?
4. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dengan
menonton film di mall ?
5. Bagaimana Perubahan Sosial yang terjadi pada aktifitas masyarakat yang
berbelanja kebutuhan pokok di mall ?
5
6. Bagaimana Perubahan sosial yang terjadi pada area lingkungan bermain
anak-anak yang ada di mall dibandingkan tempat yang lain ?
1.3.....................................................................................................................Tuju
an
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian makalah.
2. Untuk megetahui definisi perubahan sosial dan kebudayaan yang ada di
mall.
3. Untuk mengetahui perubahan sosial pada pembelian pakaian yang ada di
mall.
4. Untuk mengetahui perubahan sosial dalam aktifitas menonton film di mall.
5. Untuk mengetahui perubahan sosial pada masyarakat yang belanja
kebutuhan pokok di mall.
6. Untuk mengetahui perubahan sosial dalam lingkup area bermain anak-
anak di mall.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Metode Penelitian
A. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dilakukan ditempat yang sesuai dengan konteks penelitian
tersebut, yaitu di Mall .Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan masyarakat yang
mengunjungi MallBoemi kedaton, Mall Transmart Lampung, Mall Ciplazsebagai
fokus yang diteliti. Tempat tersebut adalah bukti dari salah satu adanya
modernisasi sebagai model Mall di Lampung yang paling banyak penduduk
sekitarnya.
B. Waktu Penelitian
5 Oktober-22 Oktober 2022
b. Wawancara (interview)
Wawancara dalam penelitian tidaklah bersifat netral, melainkan di pengaruhi oleh
kreatifitas individu dalam merespon realitas dan situasi ketika saat
berlangsungnya wawancara tergantung pada sifat dan karakteristik
pewawancara.Dalam konteksnya dengan objek penelitian yang diteliti, peneliti
mewawancara baik para pelaku atau masyarakat yang sedang berada di Mall
tersebut.
7
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh
dengan dokumen-dokumen.Dokumentasi dapat berupa buku-buku, jurnal-jurnal,
dan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan topik penelitian.data yang di
peroleh dalam penelitian ini merupakan data yang mendukung data premier yang
diperoleh di lapangan.
D. Analisis Data
Dalam teknik analisis data, penulis akan menggunakan analisis deskriptif dan
berfikir secara induktif yakni untuk mencapai pemahaman terhadap sebuah fokus
yang penulis teliti, dan penjabaran yang lebih jelas dan detail, sesuai dengan
fenomena yang terjadi di lapangan atau dengan kata lain menetapkan kebenaran
suatu hal atau perumusan umum mengenai suatu gejala, dengan cara mempelajari
kasus-kasus atas kejadian yang khusus yang berhubungan dengan yang penulis
teliti. Analisis data pada penulisan ini, penulis dapatkan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi.
8
sosial. Perubahan sosial dan budaya tersebut dapat terjadi dimanapun, salah
satunya Mall.
9
Teori linear adalah teori yang menjelaskan bahwa perubahan sosial di
masyarakat bersifat maju dari peradaban manusia dalam mengikuti
perkembangan yang alami.
2. Teori Fungsionalis
Teori fungsionalis menganggap bahwa perubahan sosial diakibatkan karena
adanya ketidakpuasan masyarakat karena adanya kondisi sosial yang berlaku
pada masa tertentu yang memengaruhi pribadi mereka.
Adanya pusat perbelanjaan bagi sebagian khalayak memang sudah tak asing,
terlebih lagi bagi masyarakat modern. Pusat perbelanjaan sering disebut juga
dengan sebutan "Mall". Mall merupakan tempat dimana semua kalangan mulai
dari anak-anak hingga lansia dapat menghabiskan waktu akhir pekan bersama
keluarga maupun kerabat. Aktivitas yang dilakukanoleh para pengunjung dalam
pusat perbelanjaan sangat beragam. Berbelanja, menikmati makanan di restoran
favorit atau sekedar berjalan-jalan dan ber-window shopping semua dapat
dinikmati di pusat perbelanjaan tersebut. Disamping fungsi utamanya sebagai
tempat berbelanja, pusat perbelanjaan pada umumnya menyediakan sarana
hiburan dalam misinya menawarkan suasana yang kondusif bagi para pengunjung
untuk mengabiskan waktunya dengan bersantai. Selain itu, dengan dibangunnya
pusat perbelanjaan seperti mall ini menunjukkan bahwaadanya perubahan sosial
dalam masyarakat seperti perubahan budaya belanja konsumen, perilaku
konsumtif dan perubahan gaya hidup.
10
Terjadinya perkembangan bisnis kuliner yang pesat didasari oleh perubahan
budaya dan sikap masyarakat yang mulai terbiasa untuk mengkonsumsi makanan
dan minuman di luar rumah. Fenomena ini didukung oleh banyaknya generasi
muda yang lebih menyukai makan dan menghabiskan waktu di kafe atau restoran
untuk menyantap berbagai makanan yang disediakan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa saat ini kafe telah menjadi ikon baru dalam gaya hidup moderen,
khususnya bagi anak muda perkotaan.
Perubahan sosial ini juga terjadi di mall yang ada di Lampung salah satunya yakni
Mall Boemi Kedaton, dimana maal ini menyediakan banyak restoran dan caffe.
Restoran yang tersedia pun berbagai macam ada yang meyosong tema Japanness
food seperti Ichiban Shusi dan Shabu Kitchen, Sushi Okage, HokBen, Ramen Ya,
11
dan Yoshinoya, atau bernuansa Korea seperti Kobar Grill, Gang Nam, dan
Samwon Express, makanan western tersedia A&W Chiken, atau restoran masakan
Indonesia seperti Solaria, Bakso Lapangan Tembak Senayan dll. Tersedia juga
caffe atau stand minuman seperti Els Coffe, Kopi Kulo, J.CO Donuts and Caffe,
Starbucks, Fore Coffe, Chatime, Ketje Coffe and Tea, dan masih banyak lagi.
Melalui wawancara dengan mba Ola pada Sabtu 22 Oktober 2022 yang
merupakan salah satu pengunjung Mall Boemi Kedaton“Kalo menurut saya ya
kak, dulu tuh tempat makan paling hanya sekedar tempat melepas rasa lapar ya,
dan juga restoran-restoran gak sebanyak sekarang, paling dulu saya kalo mau
makan ya nasi padang atau kaya Mcd dan Kfc, tapi sekarang udah banyak varian
restoran yang bisa kita icipi makanan nya, kaya di Mbk ni ada Ichiban Sushi atau
Shushi Okage kalo kita mau makan sushi, atau kalo mau ngopi ada Strabucks,
Fore, apalagi saya pecinta boba tersedia Chatime yang memang minuman boba
kan, makan di mall juga memberikan pengalaman baru karena saya bisa mengalih
fungsikan tempat makan menjadi arena untuk kumpul atau gathering bersama
teman-teman kuliah atau teman-teman komunitas, jadi lebih enak aja gitu kak”.
Menurut penuturannya pula membeli makan di mall sangatlah muda payment nya
karena bisa memakai dana, shopeepay, gopay yang tinggal scan qr saja, atau bisa
memakai kary debit, hal ini sangat mempermudah pembayaran.
Bisa ditarik kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan sosial masyarakat dalam
membeli makanan berdasarkan teori linear yang terjadi dalam 3 tahapan yakni
primitf, tradisional, dan modern dapat dihubungkan sebagai berikut:
1. Tahap Primitif: Ketika masyarakat melakukan jual beli masih dengan
sistem barter.
2. Tahap Tradisional: Pada tahap ini masyarakat menerapakan uang riil
dalam melakukan transaksi jual beli.
3. Tahap modern: Di tahap ini masyarakat sudah menggunakan teknologi
pembayaran yang canggih yang hanya tinggal scan qr seperti gopay dana
dll, atau bisa menggunakan kartu debit, jadi tidak perlu repot-repot
12
membawa uang terlalu banyak apabila ingin membeli sesuatu, hanya
dengan modal hp saja transaksi sudah bisa dilakukan.
13
masyarakat dalam menonton film di bioskop. Bioskop merupakan wadah bagi
masyarakat untuk menikmati pertunjukkan film, dimana penonton mencurahkan
segenap perhatiannya dan perasaannya kepada gambar hidup yang disaksikan.
Penonton akan menyaksikan suatu cerita yang seolah tampak nyata di
hadapannya.
Pada zaman dahulu pemilihan bioskop sebagai tempat hiburan tidak cukup
familiar, hal ini dikarenakan masyarakat lebih gemar menonton film di televisi
secara bersama sama daripada harus ke bioskop. Harga tiket bioskop yang juga
sedikit mahal membuat beberapa kalangan masyarakat kurang tertarik. Namun
seiring perkembangan zaman tergeserlah pula kebiasaan kebiasaan masyarakat
terlebih di kalangan anak muda. Menonton bioskop adalah hal yang wajib
dilakukan apabila terdapat film film terbaru, mereka beranggapan bahwa
menonton bioskop dapat dijadikan sebagai kegiatan pengisi liburan di waktu
luang. Terdapat beberapa hal yang memengaruhi seseorang menonton film. Di
antaranya komunikasi pemasaran; sumber informasi; rekomendasi dari orang
sekitar atau sosial media; genre film; nama dan popularitas sutradara; sekuel film;
asal negara film; popularitas pemain; karya adaptasi novel; alur; lokasi; akting dan
musik; konten yang dihindari seperti kekerasan dan seks; animasi dan efek visual;
tiga dimensi; serta, jadwal pemutaran film.
Perubahan ini juga terjadi pada Mall Ciplaz Lampung, kami mendatangi secara
langsung studio XXI untuk melakukan wawancara dengan pengunjung. Pada hari
Jumat tanggal 5 Oktober 2022 kami mewawancarai seorang pengunjung yang
bernama Ria, beliau memilih bioskop sebagai sarana hiburan karena banyak film
film Indonesia terbaru yang ingin beliau tonton. Selain itu, akses untuk
pemesanan tiket yang semakin mudah dengan memanfaatkan aplikasi membuat
semuanya terkesan lebih praktis.
“Memang saya biasa memilih nonton bioskop untuk jadi sarana hiburan
karena sekarang jika ingin nenonton bioskop tidak perlu terlalu sulit,
contohnya saat pembelian tiket yang dulu harus datang langsung
14
sekarang bisa dilakukan secara online jadi saya tidak perlu takut jika
tidak ada tempat duduknya, selain itu jarak rumah saya yang cukup jauh
dari bioskop juga sangat terbantu dengan adanya perkembangan sistem
baru ini. Saya menonton bioskop karena film film Indonesia saat ini sudah
bagus bagus jadi sayang jika terlewatkan.”- Ria (Pengunjung Bioskop
XXI Mall Ciplaz Bandar Lampung)
15
2. Tahap Tradisional: masyarakat telah mengenal teknologi perfilman
tapi masih sangat tradisional seperti layar tancap, dll.
3. Tahap Modern: masyarakat sudah memilih menonton tayangan film di
bioskop yang berada di pusat perbelanjaan atau mall.
Perubahan sosial yang terjadi di mall salah satunya adalah perubahan pembelian
bahan makanan pokok, sebelum terdapat beberapa mall besar di Bandar
Lampung.masyarakat Bandar Lampung mempercayakan membeli kebutuhan
makanan mereka di pasar-pasar tradisional dan warung-warung kelontongan.
Namun sekarang masyarakat memiliki alasan kenapa lebih memilih berbelanja
kebutuhan barang pokok mereka karena mall memiliki banyak keuntungan yang
ditawarkan kepada pelanggan.
16
Beberapa alasan dan kondisi ini menjadi salah satu alasan konsumen untuk beralih
dari pasar tradisional ke pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang relatif
sama, pasar modern memberikan kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan
berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar tradisional.
Akibatnya, perilaku berbelanja konsumen pun ikut berubah dan mulai beralih ke
pasar modern. Jika dulu masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar-
pasar tradisional, maka sekarang masyarakat cenderung berbelanja di pasar
modern. Pasar modern dapat berkembang secara cepat sedangkan pasar tradisional
17
lambat untuk merespons. Dari fenomena ini dapat dilihat bahwa terjadi perubahan
sosial masyarakat yaitu perilaku konsumtif dari pasar tradisional ke pasar modern.
18
(Foto dengan Wahyu Lestari Pembeli Pasar Moderen di mall Transmart
Lampung)
2.6..................................................................................................................... Peru
bahan Sosial Area Bermain Anak-anak di Mall
Modernisasi adalah suatu perubahan sosial untuk menjadi lebih modern. Gaya
hidup yang serba modern dan canggih menyebabkan munculnya berbagai tempat
dengan fasilitas yang modern pula. Hal tersebut merupakan bagian dari proses
perubahan sosial yang terjadi di Indonesia. Pengaruh ini dapat dilihat dari
banyaknya jumlah mall di berbagai kota yang menyuguhkan kesan modern,
mewah, dan gaul bagi masyarakat sekitarnya. Pembangunan mall merupakan
suatu bentuk perubahan sosial dari hal-hal yang bersifat tradisional menjadi
modern. Salah satu dampak modernisasi adalah dalam bidang permainan saat ini.
Jenis permainan pada zaman dahulu dan zaman sekarang cukup terlihat
perbedaannya dahulu anak-anak sering berkumpul dan bermain bersama-sama, tak
mengenal lawan jenis mereka pun bermain bersama. Kebersamaan mereka
membuat kekompakan suatu kelompok dan membuat daya kreatif anak menjadi
bagus. Seiring dengan berubahnya zaman, permainan anak zaman dahulu mulai
punah dan hampir tidak pernah ada lagi kita jumpai anak-anak kecil yang bermain
karena sekarang permainan anak sudah didukung oleh kecanggihan teknologi
yang sudah mempengaruhi zaman sekarang. Pada zaman dahulu banyak jenis
permainan yang bersifat tradisional dan jauh dari kesan modern. Permainan
tradisional memiliki karakteristik diantaranya tidak memerlukan biaya yang
mahal, meningkatkan kekompakan anak, dan tanpa memilih teman yang kaya
19
ataupun miskin. Permainan tradisional terlihat menyenangkan bagi anak-anak
maupun remaja pada zaman dahulu. Contohnya saja adalah permainan lompat tali,
congklak, gobak sodor, petak umpet, petak benteng, taplak, gasing, bekel, petak
jongkok,dan lain-lain.
Perubahan sosial ini juga dirasakan di Lampung dengan munculnya mall yang
dilengkapi tempat bermain seperti wahana bermain Trans Studio Mini. Tempat ini
menarik karena menyajikan konsep permainan indoor yang belum pernah ada di
Lampung. Asyiknya lagi bukan hanya anak-anak saja yang bisa bermain disini,
tapi juga orang dewasa.Sebelum menikmati semua wahana bermain di Transmart
Studio Mini Lampung, kita harus membeli semacam kartu perdana yang bisa diisi
ulang. Harga paket pembeliannya beragam. Pengisian saldonya sendiri ialah mulai
dari 50 ribu hingga 1 juta.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Nurhasiah pada hari sabtu, 22 Oktober
2022 beliau mengatakan “Saya ikut merasakan perubahan sosial yang ada, yang
dulunya kalau weekendcuma dirumah saja sekarang bisa nemenin anak dan cucu
bermain di trans studio mini atau timezone, kelebihannya yaitu anak-anak
20
mainannya gak kepanasan, bisa dalam pengawasan orang tua, dan juga bisa
sambil belanja disini, jadi lebih enak lah setelah ada mall ini” .
(Dokumentasi Pribadi bersama ibu Nurhasiah)
Terlihat wahana yang tersedia dalam Trans Studio Mini sudah cukup
bervariasi.Tersedia wahana di Trans Stuido Mini Lampung mencakup New York
Swing atau komedi putar dengan ayunan, Crazy Crab Cooster atau Roller coaster
Mini, Venture River, Sky Rider, Wahana Game Zone, Bumper Car, dan Mini
Train. Ada pula photoboth dan foodcourt yang menjual makanan hingga jajanan
anak-anak seperti gulali.
(Dokumentasi Pribadi)
Fasilitas lain yang ada di dalam Trans Studio Mini adalah panggung terbuka.
Panggung terbuka bisa digunakan untuk mengadakan berbagai macam kegiatan,
satu di antaranya pesta ulang tahun.
21
masyarakat pasti akan mengalami perubahan secara bertahap yang pada mulanya
secara tradisional menuju masyarakat modern.
Menurut Teori Linier, perubahan sosial terjadi dengan tiga tahapan, yaitu mulai
dari tahap primitif, tradisional, hingga modern.
a. Tahap Primitif: masyarakat belum mengenal permainan, pola hidupnya
masih seputar berburu dan meramu.
b. Tahap Tradisional: masyarakat telah mengenal permainan tradisional
seperti, lompat tali, congklak, gobak sodor, dll.
c. Tahap Modern: adanya perkembangan teknologi dan adanya modernisasi
yang menyebabkan pembangunan mall ada di hampir seluruh kota yang di
dalamnya tersedia wahana bermain atau timezone.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perubahan Sosial Budaya sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda,
pertma perubahan sosial yang dilihat dari kacamata sosiologi dan kedua
perubahan kebudayaan yang dilihat menggunakan kacamata antropologi. Namun
secara singkat dapat diartikan bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan
yang mencakup hamper semua aspek. Kehidupan sosial budaya dari suatu
masyarakat atau komunitas. Pada hakikatnya, proses ini lebih cenderung pada
proses penerimaan perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna
meningkatkan taraf hidup dan kualitas kehidupannya. Meskipun demikian
perubahan sosial budaya tidak terlepas dari penilaian tentang akibat positif dan
negative dari responden yang mengalami proses ini secara langsung.
Proses perubahan sosial yang kami temukan langsung terjadi di beberapa mall
Bandar Lampung menunjukan bahwa adanya perubahan sosial yang terjadi sedikit
demi sedikit. Dengan kemudahan serta kelengkapan menjadi salah satu hal yang
menunjang mall menjadi pusat perbelanjaan atau hiburan masyarakat. Banyak
masyarakat yang senang belanja, menonton film atau kuliner di mall karna selain
22
tempat yang bersih dan nyaman, juga kelengkapan barang yang ada menjadi
pelengkap tingginya pengunjung mall. Selain itu kecanggihan tekhnologi dengan
aktifitas perbelanjaan, menonton film, atau makan sudah memiliki sisi perubahan,
masyarakat sudah mulai membayar barang atau makanan menggunakan uang cash
tetapi sudah memakai metode QRIS, Mobile Banking, Kartu Perbankan, Micro
ATM, E-Wallet dan lain sebagainya. Tidak hanya pembelian barang atau
makanan saja, penunjang ramainya pengunjung mall juga ialah pada tempat
bermain yang menyediakan permainan seru dan bermacam-macam, area bermain
di mall juga dilengkapi oleh kartu sebagai alat untuk mencoba permainan. Jadi
permainan yang biasanya hanya dilihat oleh masyarakat hanya saat perayaan
pameran saja sekarang hanya tinggal mengunjungi mall dan meregistrasi kartu
jika kalian ingin mencoba permainan yang ada di mall tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Maitland, Barry. 1985. Shopping Mall: Planning and Design. Langman Group
Limited. New York.
Nanang, M. (2011). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.
Jurnal :
Ariyani, N. I., & Nurcahyono, O. (2014). Digitalisasi Pasar Tradisional:
Perspektif Teori Perubahan Sosial. Jurnal Analisa Sosiologi, 3(1).
Savitri, R. (2018). Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) Dengan Penekanan Ruang
Terbuka Publik. JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, 6(2).
Latifah, F. U. N., & Lestari, P. (2021). Kondisi Sosial Ekonomi Pasca
Pembangunan Hartono Mall (Studi Kasus Di Padukuhan Soropadan Dan
Padukuhan Gejayan, Desa Condongcatur). E-Societas, 10(3).
Thesis/Skripsi :
Utama, I Wayan Parsika. 2016. Alur Desain Beach Mall di Gianyar. Denpasar:
Universitas Udayana
23
Sihabudin, A. (2011). Strategi Pemberdayaan Komunitas Adat Terasing Baduy.
Suatu Upaya Menuju Perubahan. dalam Perubahan Sosial Sebuah Bunga
Rampai.
24