Anda di halaman 1dari 24

PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT DI PUSAT


PERBELANJAAN MALL

Dosen Pengampu : Dr. Risma Margaretha Sinaga, M.Hum


Aprilia Triaristina, S.Pd.,M.Pd.

Oleh :
Kelompok 4
Alifa Cantika Dewi 1913033014
Rahmani Diah Permata S 1913033022
Meta Iskarina 1913033023
Sonia Ayuning Pangesty 1913033029
Maria Putri Rosari 1953033001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Perubahan Sosial Pada Masyarakat dipusat Perbelanjaan Mall”
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada:
Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang telah mencurahkan doa dan
semangat kepada kami Ibu Risma Margaretha Sinaga, M.Hum dan Ibu Aprilia
Triaristina, S.Pd., M.Pd. yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
ini. Dan teman-teman yang telah banyak membantu dan memberi dukungan
khususnya teman teman dari Program Studi Pendidikan Sejarah 2019.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak.
Dan apabila kesalahan kata atau penulisan, penulis mohon maaf yang sebesar
besarnya.

Bandar Lampung, Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Penelitian ......................................................................................7
2.2 Definisi Perubahan Sosial dan Kebudayaan Di Mall.................................8
2.3 Perubahan Sosial Pembelian Makanan di Mall..........................................10
2.4 Perubahan Sosial Menonton Film di Mall .................................................13
2.5 Perubahan Sosial Belanja Kebutuhan Pokok di Mall.................................15
2.6 Perubahan Sosial Area Lingkungan Bermain Anak-anak di Mall..............18

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Menurut Kingsley Davis menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan suatu


perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurut
Soemardjan, perubahan sosial meliputi segala perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyrakat yang mempengaruhi
sistem sosialnya, yang termasuk di dalamnya yaitu nilai-nilai, sikap, dan pola
perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat. Perubahan sosial dapat
diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu
masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya
mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang
terdiri dari kelompok-kelompok sosial (Nanang,2012).

Modernisasi pada zaman sekarang ini bagaikan laju lokomotif yang tidak dapat
terbendung lagi. Modernisasi tidak hanya dalam lingkup aspek tertentu dalam
kehidupan, tetapi semua aspek mengalami suatu perubahan, seperti misalnya
modernisasi dalam bidang sosial, pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Istilah
modernisasi dianggap sebagai adanya suatu proses proses perubahan dari
konvensional menuju kemodernan. Perubahan menuju modern ini tidak hanya
dapat dilihat dari aspek-aspek baru dalam kehidupan, tetapi aspek-aspek lamapun
juga ikut tergerus arus modernisasi. Dimana perubahan merupakan proses yang
terus menerus terjadi dalam setiap masyarakat. Proses perubahan itu ada yang
berjalan sedemikian rupa sehingga tidak terasa oleh mayarakat pendukungnya
(Sihabudin, 2011 dalam Ariyani, 2014).

Pada lingkup kehidupan masyarakat adanya keinginan untuk selalu berkembang


menjadi lebih baik merupakan sebuah standar kehidupan yang layak. Kehidupan
yang ada dalam masyarakat dapat diamati dengan adanya pola hidup dari suatu
masyarakat itu sendiri. Pola hidup suatu masyarakat sangat beraneka ragam, mulai
dari pendidikan, adat istiadat, mata pencaharian, dan yang menyangkut

4
keberagaman hidup dalam masyarakat tersebut. Adanya faktor-faktor tersebut
membuat pola pikir masyarakat menjadi berkembang. Masyarakat tentunya akan
mulai berpikir perubahan tersebut akan membawa dampak positif atau negatif.
Pembangunan merupakan suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dengan demikian, proses
pembangunan terjadi disemua aspek kehidupan masyarakat yang berlangsung
pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuan/ perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversivikasi (Latifah,
2021).

Seiring perkembangan kebutuhan dan gaya hidup manusia secara global, definisi
pada pusat perbelanjaan semakin kompleks dan berubah sesuai tuntutan
kebutuhan penggunanya. Menurut Maitland (1985) dalam Utama (2011) Pusat
Perbelanjaan Modern atau Mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu
atau beberapa department store besar sebagai daya tarik terhadap retail-retail kecil
dan rumah makan dengan tipologi bangunan, seperti toko yang menghadap ke
koridor utama Mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah
Pusat Perbelanjaan Modern (Mall), dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai
ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan penjual
(Savitri, 2018).

1.2.....................................................................................................................Rum
usan Masalah
1. Apasajakah metode yang digunakan dalam makalah ini ?
2. Apa yang di maksud dalam definisi perubahan sosial dan kebudayaan di
mall ?
3. Bagaimana perubahan sosial pembelian pakaian yang ada di mall ?
4. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dengan
menonton film di mall ?
5. Bagaimana Perubahan Sosial yang terjadi pada aktifitas masyarakat yang
berbelanja kebutuhan pokok di mall ?

5
6. Bagaimana Perubahan sosial yang terjadi pada area lingkungan bermain
anak-anak yang ada di mall dibandingkan tempat yang lain ?

1.3.....................................................................................................................Tuju
an
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian makalah.
2. Untuk megetahui definisi perubahan sosial dan kebudayaan yang ada di
mall.
3. Untuk mengetahui perubahan sosial pada pembelian pakaian yang ada di
mall.
4. Untuk mengetahui perubahan sosial dalam aktifitas menonton film di mall.
5. Untuk mengetahui perubahan sosial pada masyarakat yang belanja
kebutuhan pokok di mall.
6. Untuk mengetahui perubahan sosial dalam lingkup area bermain anak-
anak di mall.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Metode Penelitian
A. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dilakukan ditempat yang sesuai dengan konteks penelitian
tersebut, yaitu di Mall .Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan masyarakat yang
mengunjungi MallBoemi kedaton, Mall Transmart Lampung, Mall Ciplazsebagai
fokus yang diteliti. Tempat tersebut adalah bukti dari salah satu adanya
modernisasi sebagai model Mall di Lampung yang paling banyak penduduk
sekitarnya.

B. Waktu Penelitian
5 Oktober-22 Oktober 2022

C. Teknik Pengendalian Data


Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik pengendalian data antara
lain:
a. Observasi
Dalam penelitian ini, penulis melakukan teknik pengumpulan data dan informasi
dengan cara menghimpun data atau keterangan yang dilakukan dengan cara
pengamatan atau pencatatan sistematik terhadap gejala-gejala sosial. Demi
mendapatkan data yang jelas mengenai objek yang seharusnya diteliti.Dalam
mengaplikasikan metode observasi, peneliti mengamati aktivitas dan segala
bentuk perubahan sosial yang ada di masyarakat dalam Mall tersebut.

b. Wawancara (interview)
Wawancara dalam penelitian tidaklah bersifat netral, melainkan di pengaruhi oleh
kreatifitas individu dalam merespon realitas dan situasi ketika saat
berlangsungnya wawancara tergantung pada sifat dan karakteristik
pewawancara.Dalam konteksnya dengan objek penelitian yang diteliti, peneliti
mewawancara baik para pelaku atau masyarakat yang sedang berada di Mall
tersebut.

7
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh
dengan dokumen-dokumen.Dokumentasi dapat berupa buku-buku, jurnal-jurnal,
dan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan topik penelitian.data yang di
peroleh dalam penelitian ini merupakan data yang mendukung data premier yang
diperoleh di lapangan.

D. Analisis Data
Dalam teknik analisis data, penulis akan menggunakan analisis deskriptif dan
berfikir secara induktif yakni untuk mencapai pemahaman terhadap sebuah fokus
yang penulis teliti, dan penjabaran yang lebih jelas dan detail, sesuai dengan
fenomena yang terjadi di lapangan atau dengan kata lain menetapkan kebenaran
suatu hal atau perumusan umum mengenai suatu gejala, dengan cara mempelajari
kasus-kasus atas kejadian yang khusus yang berhubungan dengan yang penulis
teliti. Analisis data pada penulisan ini, penulis dapatkan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi.

2.2. Definisi Perubahan Sosial dan Kebudayaan di Mall


Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar individu,
organisasi atau komunitas yang bertalian dengan struktur sosial, pola, nilai dan
norma. Dengan demikian perubahan yang dimaksud adalah perubahan
“sosial-budaya”, karena memang manusia adalah makhluk sosial yang tidak
terlepas dari kebudayaan (Baharuddin, 2015). Para ahli mendefinisikan perubahan
dalam arti yang luas. Wilbert More (1965) misalnya mengartikan perubahan
sosial sebagai suatu perubahan penting yang terjadi dalam keseluruhan struktur
sosial, pola-pola perilaku dan sistem interaksi sosial, termasuk di dalamnya
perubahan norma, nilai, dan fenomena kultural (Moore, 1965). Max Iver dalam
Baharudin (2015) mengemukakan bahwa perubahan sosial berarti perubahan
dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan

8
sosial. Perubahan sosial dan budaya tersebut dapat terjadi dimanapun, salah
satunya Mall.

Pusat perbelanjaan sering disebut juga dengan sebutan “Mall”.Mall merupakan


tempat dimana semua kalangan mulai dari anak-anak hingga lansia dapat
menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarga maupun kerabat. Aktivitas
yang dilakukan oleh para pengunjung dalam pusat perbelanjaan sangat
beragam. Berbelanja, menikmati makanan di restoran favorit atau sekedar
berjalan-jalan dan ber-window shopping semua dapat dinikmati di pusat
perbelanjaan tersebut. Disamping fungsi utamanya sebagai tempat berbelanja,
pusat perbelanjaan pada umumnya menyediakan sarana hiburan dalam
misinya menawarkan suasana yang kondusif bagi para pengunjung untuk
menghabiskan waktunya dengan bersantai. Selain itu, dengan dibangunnya pusat
perbelanjaan seperti mall ini menunjukkan bahwa adanya perubahan sosial
dalam masyarakat seperti perubahan budaya belanja konsumen,perilaku
konsumtif dan perubahan gaya hidup (Pebrianto, 2019).

Penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyebabkan


perubahan sosial dan budaya di Mall karena penemuan baru ini secara langsung
menawarkan kemudahan dalam melakukan berbagai kegiatan dan memperoleh
informasi. Dampaknya ialah, masyarakat dapat perlahan-lahan bergantung pada
penggunaan teknologi. Pengaruh perubahan sosial dan budaya di Mall hanya
dapat diketahui seseorang yang sempat mengadakan penelitian susunan dan
kehidupan suatu masyarakat pada saat tertentu. Perubahan sosial dapat berupa
suatu kemajuan (progress) atau sebaliknya dapat berupa suatu kemunduran
(regress) (Ramadhani, 2017). Perubahan sosial tidak hanya membawa pengaruh
positif bagi kehidupan masyarakat, tetapi juga berdampak negatif. Maka kami
akan meneliti mengenai perubahan sosial yang terjadi di Mall. Teori-teori
perubahan sosial yang akan cocok dengan penelitian kami antara lain:
1. Teori Linier

9
Teori linear adalah teori yang menjelaskan bahwa perubahan sosial di
masyarakat bersifat maju dari peradaban manusia dalam mengikuti
perkembangan yang alami.

2. Teori Fungsionalis
Teori fungsionalis menganggap bahwa perubahan sosial diakibatkan karena
adanya ketidakpuasan masyarakat karena adanya kondisi sosial yang berlaku
pada masa tertentu yang memengaruhi pribadi mereka.

3. Teori Sosio Historis Siklus (Menurut Arnold J. Toynbe)

Menurut Arnold J. Toynbe perubahan sosial muncul sebagai challenges and


respons/ tantangan atas tanggapan.

2.3. Perubahan Sosial


Pembelian Makanan di Mall

Adanya pusat perbelanjaan bagi sebagian khalayak memang sudah tak asing,
terlebih lagi bagi masyarakat modern. Pusat perbelanjaan sering disebut juga
dengan sebutan "Mall". Mall merupakan tempat dimana semua kalangan mulai
dari anak-anak hingga lansia dapat menghabiskan waktu akhir pekan bersama
keluarga maupun kerabat. Aktivitas yang dilakukanoleh para pengunjung dalam
pusat perbelanjaan sangat beragam. Berbelanja, menikmati makanan di restoran
favorit atau sekedar berjalan-jalan dan ber-window shopping semua dapat
dinikmati di pusat perbelanjaan tersebut. Disamping fungsi utamanya sebagai
tempat berbelanja, pusat perbelanjaan pada umumnya menyediakan sarana
hiburan dalam misinya menawarkan suasana yang kondusif bagi para pengunjung
untuk mengabiskan waktunya dengan bersantai. Selain itu, dengan dibangunnya
pusat perbelanjaan seperti mall ini menunjukkan bahwaadanya perubahan sosial
dalam masyarakat seperti perubahan budaya belanja konsumen, perilaku
konsumtif dan perubahan gaya hidup.

10
Terjadinya perkembangan bisnis kuliner yang pesat didasari oleh perubahan
budaya dan sikap masyarakat yang mulai terbiasa untuk mengkonsumsi makanan
dan minuman di luar rumah. Fenomena ini didukung oleh banyaknya generasi
muda yang lebih menyukai makan dan menghabiskan waktu di kafe atau restoran
untuk menyantap berbagai makanan yang disediakan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa saat ini kafe telah menjadi ikon baru dalam gaya hidup moderen,
khususnya bagi anak muda perkotaan.

Perilaku makan pada remaja sangat berkaitan dengan pemilihan makanan.


Pemilihan makanan merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan
kualitas hidup. Kebiasaan perilaku makan remaja dipengaruhi dengan adanya
perkembangan kafe, restoran, dan kedai-kedai unik yang menyajikan makanan
hasil olahan dari lemak dan gula yang mendominasi, seringnya hang out di
restoran cepat saji atau bahkan mengkonsumsi junk food. Remaja datang ke
restoran atau kafe tidak semata-mata hanya untuk menongkrong dan berbincang
tetapi secara tidak disadari, kaum remaja juga memperhatikan cita rasa dari
makanan yang disajikan. Harga pun juga menjadi tolak ukur utama yang
mempengaruhi kaum remaja dalam menentukan restoran yang akan dikunjungi,
apakah harga yang ditawarkan sesuai dengan kantong remaja. Selain itu, letak
atau lokasi dari restoran atau kafe turut menjadi pertimbangan bagi kaum remaja.
Sebagian besar remaja akan segan dan malas untuk pergi ke tempat yang
lokasinya terlalu jauh. Dari fenomena yang ada dapat dijelaskan bahwa betapa
adaptifnya atau beragamnya selera kaum remaja jaman sekarang dalam memilih
makanan. Oleh karena itu, sebuah restoran atau kafe perlu memahami keinginan
atau harapan dari konsumen yang berkunjung, agar restoran atau kafe yang
menjadikan kaum remaja sebagai target pasarnya dapat memenuhi permintaan
target pasar yang dituju.

Perubahan sosial ini juga terjadi di mall yang ada di Lampung salah satunya yakni
Mall Boemi Kedaton, dimana maal ini menyediakan banyak restoran dan caffe.
Restoran yang tersedia pun berbagai macam ada yang meyosong tema Japanness
food seperti Ichiban Shusi dan Shabu Kitchen, Sushi Okage, HokBen, Ramen Ya,

11
dan Yoshinoya, atau bernuansa Korea seperti Kobar Grill, Gang Nam, dan
Samwon Express, makanan western tersedia A&W Chiken, atau restoran masakan
Indonesia seperti Solaria, Bakso Lapangan Tembak Senayan dll. Tersedia juga
caffe atau stand minuman seperti Els Coffe, Kopi Kulo, J.CO Donuts and Caffe,
Starbucks, Fore Coffe, Chatime, Ketje Coffe and Tea, dan masih banyak lagi.

Melalui wawancara dengan mba Ola pada Sabtu 22 Oktober 2022 yang
merupakan salah satu pengunjung Mall Boemi Kedaton“Kalo menurut saya ya
kak, dulu tuh tempat makan paling hanya sekedar tempat melepas rasa lapar ya,
dan juga restoran-restoran gak sebanyak sekarang, paling dulu saya kalo mau
makan ya nasi padang atau kaya Mcd dan Kfc, tapi sekarang udah banyak varian
restoran yang bisa kita icipi makanan nya, kaya di Mbk ni ada Ichiban Sushi atau
Shushi Okage kalo kita mau makan sushi, atau kalo mau ngopi ada Strabucks,
Fore, apalagi saya pecinta boba tersedia Chatime yang memang minuman boba
kan, makan di mall juga memberikan pengalaman baru karena saya bisa mengalih
fungsikan tempat makan menjadi arena untuk kumpul atau gathering bersama
teman-teman kuliah atau teman-teman komunitas, jadi lebih enak aja gitu kak”.
Menurut penuturannya pula membeli makan di mall sangatlah muda payment nya
karena bisa memakai dana, shopeepay, gopay yang tinggal scan qr saja, atau bisa
memakai kary debit, hal ini sangat mempermudah pembayaran.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan sosial masyarakat dalam
membeli makanan berdasarkan teori linear yang terjadi dalam 3 tahapan yakni
primitf, tradisional, dan modern dapat dihubungkan sebagai berikut:
1. Tahap Primitif: Ketika masyarakat melakukan jual beli masih dengan
sistem barter.
2. Tahap Tradisional: Pada tahap ini masyarakat menerapakan uang riil
dalam melakukan transaksi jual beli.
3. Tahap modern: Di tahap ini masyarakat sudah menggunakan teknologi
pembayaran yang canggih yang hanya tinggal scan qr seperti gopay dana
dll, atau bisa menggunakan kartu debit, jadi tidak perlu repot-repot

12
membawa uang terlalu banyak apabila ingin membeli sesuatu, hanya
dengan modal hp saja transaksi sudah bisa dilakukan.

Apabila dilihat dari teori fungsionalime yang menyatakan bahwa ketidakpuasan


masyarakat terhadap keadaan sosial yang sedang berlaku merupakan penyebab
utama terjadinya perubahan sosial. Apabila dulu tempat makan hanya sebagai
tempat melepas rasa lapar dan variasi tempat makan yang tersedia hanya itu-itu
saja seperti contoh warteg, nasi padang, atau makanan kaki lima membuat
masyrakat bosan dengan makanan yang terjual di sekitar mereka. Lalu, dengan
adanya berbagai varian restoran yang ada di Mbk ini membuat masyarakat tidak
merasa bosan dengan makanan yang tersedia yang membuat masyarakat tidak
merasa bosan apabila ingin membeli makan, adanya restoran dan caffe-caffe pun
membantu pada masyarakat khususnya anak muda untuk sekedar melepas bosan,
mengerjakan tugas, atau hanya sekedar kumpul-kumpul dengan teman.

Foto bersama Ola pengunjung Mall Boemi Kedaton

2.4. Perubahan Sosial


Menonton Film di Mall

Sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari masyarakat, tentunya


manusia akan selalu bertemu dengan banyak kemajuan serta perubahan. Karena
masyarakat selalu berkembang, perubahan sosial budaya juga tidak bisa dihindari.
Perubahan sosial budaya adalah perubahan dalam sistem sosial masyarakat yang
berbeda dari cara hidup sosial yang sudah ada sebelumnya. Perubahan ini meliputi
nilai, ideologi, sikap, hingga pola perilaku dalam kelompok-kelompok
masyarakat. Salah satu perubahan sosial yang dapat dilihat yaitu perubahan

13
masyarakat dalam menonton film di bioskop. Bioskop merupakan wadah bagi
masyarakat untuk menikmati pertunjukkan film, dimana penonton mencurahkan
segenap perhatiannya dan perasaannya kepada gambar hidup yang disaksikan.
Penonton akan menyaksikan suatu cerita yang seolah tampak nyata di
hadapannya.

Pada zaman dahulu pemilihan bioskop sebagai tempat hiburan tidak cukup
familiar, hal ini dikarenakan masyarakat lebih gemar menonton film di televisi
secara bersama sama daripada harus ke bioskop. Harga tiket bioskop yang juga
sedikit mahal membuat beberapa kalangan masyarakat kurang tertarik. Namun
seiring perkembangan zaman tergeserlah pula kebiasaan kebiasaan masyarakat
terlebih di kalangan anak muda. Menonton bioskop adalah hal yang wajib
dilakukan apabila terdapat film film terbaru, mereka beranggapan bahwa
menonton bioskop dapat dijadikan sebagai kegiatan pengisi liburan di waktu
luang. Terdapat beberapa hal yang memengaruhi seseorang menonton film. Di
antaranya komunikasi pemasaran; sumber informasi; rekomendasi dari orang
sekitar atau sosial media; genre film; nama dan popularitas sutradara; sekuel film;
asal negara film; popularitas pemain; karya adaptasi novel; alur; lokasi; akting dan
musik; konten yang dihindari seperti kekerasan dan seks; animasi dan efek visual;
tiga dimensi; serta, jadwal pemutaran film.

Perubahan ini juga terjadi pada Mall Ciplaz Lampung, kami mendatangi secara
langsung studio XXI untuk melakukan wawancara dengan pengunjung. Pada hari
Jumat tanggal 5 Oktober 2022 kami mewawancarai seorang pengunjung yang
bernama Ria, beliau memilih bioskop sebagai sarana hiburan karena banyak film
film Indonesia terbaru yang ingin beliau tonton. Selain itu, akses untuk
pemesanan tiket yang semakin mudah dengan memanfaatkan aplikasi membuat
semuanya terkesan lebih praktis.

“Memang saya biasa memilih nonton bioskop untuk jadi sarana hiburan
karena sekarang jika ingin nenonton bioskop tidak perlu terlalu sulit,
contohnya saat pembelian tiket yang dulu harus datang langsung

14
sekarang bisa dilakukan secara online jadi saya tidak perlu takut jika
tidak ada tempat duduknya, selain itu jarak rumah saya yang cukup jauh
dari bioskop juga sangat terbantu dengan adanya perkembangan sistem
baru ini. Saya menonton bioskop karena film film Indonesia saat ini sudah
bagus bagus jadi sayang jika terlewatkan.”- Ria (Pengunjung Bioskop
XXI Mall Ciplaz Bandar Lampung)

Menurut keterangannya dapat disimpulkan bahwa pemilihan bioskop sebagai


sarana hiburan telah menggeser atau menggerakan kebiasaan sosial dan budaya di
masyarakat. Pertumbuhan industri film Indonesia semakin meningkat dengan
semakin banyaknya produksi film dalam negeri dan jumlah pendukungnya hal ini
lah yang mendasari adanya pergeseran budaya dan perubahan sosial yang terjadi
pada masyarakat.

(Dokumentasi Pribadi bersama Ria Pengunjung Bioskop XXI di Mall Ciplaz


Lampung)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya perubahan


sosial dalam menonton film di Mall sesuai dengan teori linier yaitu sebuah
perubahan merupakan proses yang terjadi dalam waktu yang cukup panjang,
relatif lambat dan memiliki sebuah tujuan. Menurut Teori Linier, perubahan sosial
terjadi dengan tiga tahapan, yaitu mulai dari tahap primitif, tradisional, hingga
modern. Jika ditinjau dari teori ini maka, perubahan menonton film di mall akan
memiliki tahap sebagai berikut:
1. Tahap Primitif: ketika masyarakat belum mengenal teknologi
perfilman.

15
2. Tahap Tradisional: masyarakat telah mengenal teknologi perfilman
tapi masih sangat tradisional seperti layar tancap, dll.
3. Tahap Modern: masyarakat sudah memilih menonton tayangan film di
bioskop yang berada di pusat perbelanjaan atau mall.

2.5. Perubahan Pembelian


Makanan Pokok (Sayuran) di Mall

Perubahan sosial yang terjadi di mall salah satunya adalah perubahan pembelian
bahan makanan pokok, sebelum terdapat beberapa mall besar di Bandar
Lampung.masyarakat Bandar Lampung mempercayakan membeli kebutuhan
makanan mereka di pasar-pasar tradisional dan warung-warung kelontongan.
Namun sekarang masyarakat memiliki alasan kenapa lebih memilih berbelanja
kebutuhan barang pokok mereka karena mall memiliki banyak keuntungan yang
ditawarkan kepada pelanggan.

Pertama, mereka dapat dengan mudah mendapatkan semua barang yang


dibutuhkan di daftar belanja mereka.Hal ini menghemat waktu mereka untuk
berpindah dari satu toko lokal ke toko lain seperti yang terlihat di toko-toko
tradisional. Kedua, pembeli yang sering membeli dari pusat perbelanjaan,
memiliki pengalaman yang tak terlupakan dari pasar tersebut.Ini karena banyak
dari mereka memiliki pusat relaksasi di dalamnya, seperti restoran, bioskop, dan
bahkan zona bermain untuk anak-anak.Pelanggan dapat dengan mudah menikmati
diri mereka sendiri bahkan saat mereka berbelanja. Ketiga, mall mempunyai
waktu buka lebih lama dari pada pasar, pasar tradisional umumnya buka pada jam
8 sampai 4 sore. Sedangkan pasar di mall dapat buka hingga jam 11.00 malam.
Keempat, yaitu pembayaran pasar di mall lebih beragam, saat ini masyarakat lebih
menyukai pembayaran non-tunai. Membawa uang tunai dalam jumlah banyak
berisiko memancing tindak kejahatan. Itulah mengapa pembayaran non-tunai kini
diminati oleh masyarakat. Keamanan pembayaran ini memungkinkan untuk tidak
perlu mengeluarkan dompet dan seluruh isinya.Sehingga, risiko pencurian uang
pun bisa diminimalisir.

16
Beberapa alasan dan kondisi ini menjadi salah satu alasan konsumen untuk beralih
dari pasar tradisional ke pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang relatif
sama, pasar modern memberikan kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan
berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar tradisional.

Sebagian masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan salah


satunya Bandar Lampung, telah memenuhi kebutuhan sehari-harinya atau
kebutuhan rumah tangganya dengan berbelanja di mall. Kehadiran pasar modern
dirasa lebih menguntungkan konsumen karena memunculkan berbagai alternatif
tempat untuk berbelanja dengan fasilitas yang menyenangkan. Pasar modern
berhasil menangkap kebutuhan konsumen, mampu memenuhi keinginan serta
selera konsumen, sementara pasar tradisional lambat merespons perubahan
perilaku berbelanja konsumen yang semakin dinamis salah satunya seperti yang di
tuturkan oleh narasumber peneliti yaitu Wahyu Lestari saat di Wawancara di
Mall Transmart Lampung, ia sedang membeli ikan salmon yang tidak tersedia di
pasar tradisonal.
Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa sangat terlihat sekali perubahan sosial
budaya pada pembelian kebutuhan pokok/ sayuran. Perubahan sosial budaya ini
sesuai dengan teori sosio historis siklus menurut Arnold J. Toynbe. Karena
perubahan muncul sebagai tanggapan atas tantangan. Pembangunan mall yang
disertai pusat perbelanjaan/ supermarket sebagai hasil tanggapan dari tantangan
yang berasal dari kemajuan teknologi saat ini. Setelah pembangunan mall ini
semakin maju dan ada dimana-mana, masyarakat harus menanggapi kembali
tantangan yang mulai muncul akibat adanya tempat-tempat bahan pokok yang ada
di mall yaitu mulai beralihnya daya beli masyarakat yang awalnya membeli bahan
pokok sehari-hari di pasar tradisional yang sekarang beralih ke pasar modern.

Akibatnya, perilaku berbelanja konsumen pun ikut berubah dan mulai beralih ke
pasar modern. Jika dulu masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar-
pasar tradisional, maka sekarang masyarakat cenderung berbelanja di pasar
modern. Pasar modern dapat berkembang secara cepat sedangkan pasar tradisional

17
lambat untuk merespons. Dari fenomena ini dapat dilihat bahwa terjadi perubahan
sosial masyarakat yaitu perilaku konsumtif dari pasar tradisional ke pasar modern.

Kesimpulannya, telah terjadi perubahan sosial masyarakat di pusat perbelanjaan


bahan-bahan pokok di Mall Bandar Lampung, berdasarkan teori linier disebutkan
bahwa perubahan sosial adalah proses yang terjadi dalam waktu yang cukup
panjang, relatif lambat dan mengarah pada tujuan tertentu. Teori linier sesuai
dengan perubahan sosial budaya masyarakat yang berbelanja kebutuhan pokok di
Mall. Menurut Teori Linier, perubahan sosial terjadi dengan tiga tahapan, yaitu
mulai dari tahap primitif, tradisional, hingga modern. Berikut ini jika teori linier
dihubungkan dengan perubahan sosial budaya masyarakat yang berbelanja
kebutuhan pokok di Mall.
1. Tahap Primitif: ketika masyarakat belum mengenal penjualan sistem jual
beli menggunakan sistem barter.
2. Tahap Tradisional: masyarakat telah menerapkan penjualan dengan uang
di pasar tradisional.
3. Tahap Modern: masyarakat berbelanja di mall dengan adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bandingkan di pasar tradisional.

Perubahan sosial masyarakat ketika berbelanja kebutuhan pokok di mall juga


sesuai dengan teori fungsionalis.Teori Fungsionalis menyatakan bahwa
ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan sosial yang sedang berlaku
merupakan penyebab utama terjadinya perubahan sosial.Masyarakat tidak puas
dengan pasar tradisional yang identik dengan kondisi pasaryang kumuh, dengan
tampilan dan kualitas yang tidak terawat dan sistem tawar menawar konvensional,
keadaan pasar tradisonal tersebut menyebabkan masyarakat beralih membeli
bahan pokok di mall. Kondisi ini masih ditambah semakin meningkatnya
pengetahuan, pendapatan.Pasar modern di mall menyediakan lingkungan
berbelanja yang lebih nyaman dan bersih, dengan jam buka yang lebih panjang,
dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu kredit untuk peralatan
rumah tangga berukuran besar.

18
(Foto dengan Wahyu Lestari Pembeli Pasar Moderen di mall Transmart
Lampung)

2.6..................................................................................................................... Peru
bahan Sosial Area Bermain Anak-anak di Mall

Modernisasi adalah suatu perubahan sosial untuk menjadi lebih modern. Gaya
hidup yang serba modern dan canggih menyebabkan munculnya berbagai tempat
dengan fasilitas yang modern pula. Hal tersebut merupakan bagian dari proses
perubahan sosial yang terjadi di Indonesia. Pengaruh ini dapat dilihat dari
banyaknya jumlah mall di berbagai kota yang menyuguhkan kesan modern,
mewah, dan gaul bagi masyarakat sekitarnya. Pembangunan mall merupakan
suatu bentuk perubahan sosial dari hal-hal yang bersifat tradisional menjadi
modern. Salah satu dampak modernisasi adalah dalam bidang permainan saat ini.
Jenis permainan pada zaman dahulu dan zaman sekarang cukup terlihat
perbedaannya dahulu anak-anak sering berkumpul dan bermain bersama-sama, tak
mengenal lawan jenis mereka pun bermain bersama. Kebersamaan mereka
membuat kekompakan suatu kelompok dan membuat daya kreatif anak menjadi
bagus. Seiring dengan berubahnya zaman, permainan anak zaman dahulu mulai
punah dan hampir tidak pernah ada lagi kita jumpai anak-anak kecil yang bermain
karena sekarang permainan anak sudah didukung oleh kecanggihan teknologi
yang sudah mempengaruhi zaman sekarang. Pada zaman dahulu banyak jenis
permainan yang bersifat tradisional dan jauh dari kesan modern. Permainan
tradisional memiliki karakteristik diantaranya tidak memerlukan biaya yang
mahal, meningkatkan kekompakan anak, dan tanpa memilih teman yang kaya

19
ataupun miskin. Permainan tradisional terlihat menyenangkan bagi anak-anak
maupun remaja pada zaman dahulu. Contohnya saja adalah permainan lompat tali,
congklak, gobak sodor, petak umpet, petak benteng, taplak, gasing, bekel, petak
jongkok,dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa sangat terlihat sekali perubahan sosial


budaya pada permainan anak-anak. Perubahan sosial budaya ini sesuai dengan
teori sosio historis siklus menurut Arnold J. Toynbe. Karena perubahan muncul
sebagai tanggapan atas tantangan. Pembangunan mall yang disertai wahana
bermain anak-anak sebagai hasil tanggapan dari tantangan yang berasal dari
kemajuan teknologi saat ini. Setelah pembangunan mall ini semakin maju dan ada
dimana-mana, masyarakat harus menanggapi kembali tantangan yang mulai
muncul akibat adanya wahana hiburaan/ timezone yaitu mulai hilangnya
permainan tradisional yang dahulu dimainkan anak-anak yang sekarang beralih ke
permainan modern.

Perubahan sosial ini juga dirasakan di Lampung dengan munculnya mall yang
dilengkapi tempat bermain seperti wahana bermain Trans Studio Mini. Tempat ini
menarik karena menyajikan konsep permainan indoor yang belum pernah ada di
Lampung. Asyiknya lagi bukan hanya anak-anak saja yang bisa bermain disini,
tapi juga orang dewasa.Sebelum menikmati semua wahana bermain di Transmart
Studio Mini Lampung, kita harus membeli semacam kartu perdana yang bisa diisi
ulang. Harga paket pembeliannya beragam. Pengisian saldonya sendiri ialah mulai
dari 50 ribu hingga 1 juta.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Nurhasiah pada hari sabtu, 22 Oktober
2022 beliau mengatakan “Saya ikut merasakan perubahan sosial yang ada, yang
dulunya kalau weekendcuma dirumah saja sekarang bisa nemenin anak dan cucu
bermain di trans studio mini atau timezone, kelebihannya yaitu anak-anak

20
mainannya gak kepanasan, bisa dalam pengawasan orang tua, dan juga bisa
sambil belanja disini, jadi lebih enak lah setelah ada mall ini” .
(Dokumentasi Pribadi bersama ibu Nurhasiah)

Berdasarkan hasil wawancara diatas perubahan sosial budaya di wahana bermain


anak juga termasuk ke dalam teori evolusi, bahwa perubahan sosial yang terjadi di
mall ini terjadi secara lambat dan bertahap mengikuti kemajuan teknologi. Yang
mana awalnya masyarakat cenderung bersifat sederhana yang membiarkan
anaknya bermain di alam bebas berubah menjadi masyaakat yang lebih modern.

Terlihat wahana yang tersedia dalam Trans Studio Mini sudah cukup
bervariasi.Tersedia wahana di Trans Stuido Mini Lampung mencakup New York
Swing atau komedi putar dengan ayunan, Crazy Crab Cooster atau Roller coaster
Mini, Venture River, Sky Rider, Wahana Game Zone, Bumper Car, dan Mini

Train. Ada pula photoboth dan foodcourt yang menjual makanan hingga jajanan
anak-anak seperti gulali.
(Dokumentasi Pribadi)
Fasilitas lain yang ada di dalam Trans Studio Mini adalah panggung terbuka.
Panggung terbuka bisa digunakan untuk mengadakan berbagai macam kegiatan,
satu di antaranya pesta ulang tahun.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan wahana


permainan dari tradisional ke modern termasuk ke dalam teori linier. Teori linier
menggambarkan bahwa perubahan sosial membentuk pola yang memanjang dan
menuju ke tahap yang paling terkini. Perubahan sosial bersifat linier, artinya

21
masyarakat pasti akan mengalami perubahan secara bertahap yang pada mulanya
secara tradisional menuju masyarakat modern.
Menurut Teori Linier, perubahan sosial terjadi dengan tiga tahapan, yaitu mulai
dari tahap primitif, tradisional, hingga modern.
a. Tahap Primitif: masyarakat belum mengenal permainan, pola hidupnya
masih seputar berburu dan meramu.
b. Tahap Tradisional: masyarakat telah mengenal permainan tradisional
seperti, lompat tali, congklak, gobak sodor, dll.
c. Tahap Modern: adanya perkembangan teknologi dan adanya modernisasi
yang menyebabkan pembangunan mall ada di hampir seluruh kota yang di
dalamnya tersedia wahana bermain atau timezone.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perubahan Sosial Budaya sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda,
pertma perubahan sosial yang dilihat dari kacamata sosiologi dan kedua
perubahan kebudayaan yang dilihat menggunakan kacamata antropologi. Namun
secara singkat dapat diartikan bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan
yang mencakup hamper semua aspek. Kehidupan sosial budaya dari suatu
masyarakat atau komunitas. Pada hakikatnya, proses ini lebih cenderung pada
proses penerimaan perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna
meningkatkan taraf hidup dan kualitas kehidupannya. Meskipun demikian
perubahan sosial budaya tidak terlepas dari penilaian tentang akibat positif dan
negative dari responden yang mengalami proses ini secara langsung.

Proses perubahan sosial yang kami temukan langsung terjadi di beberapa mall
Bandar Lampung menunjukan bahwa adanya perubahan sosial yang terjadi sedikit
demi sedikit. Dengan kemudahan serta kelengkapan menjadi salah satu hal yang
menunjang mall menjadi pusat perbelanjaan atau hiburan masyarakat. Banyak
masyarakat yang senang belanja, menonton film atau kuliner di mall karna selain

22
tempat yang bersih dan nyaman, juga kelengkapan barang yang ada menjadi
pelengkap tingginya pengunjung mall. Selain itu kecanggihan tekhnologi dengan
aktifitas perbelanjaan, menonton film, atau makan sudah memiliki sisi perubahan,
masyarakat sudah mulai membayar barang atau makanan menggunakan uang cash
tetapi sudah memakai metode QRIS, Mobile Banking, Kartu Perbankan, Micro
ATM, E-Wallet dan lain sebagainya. Tidak hanya pembelian barang atau
makanan saja, penunjang ramainya pengunjung mall juga ialah pada tempat
bermain yang menyediakan permainan seru dan bermacam-macam, area bermain
di mall juga dilengkapi oleh kartu sebagai alat untuk mencoba permainan. Jadi
permainan yang biasanya hanya dilihat oleh masyarakat hanya saat perayaan
pameran saja sekarang hanya tinggal mengunjungi mall dan meregistrasi kartu
jika kalian ingin mencoba permainan yang ada di mall tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Maitland, Barry. 1985. Shopping Mall: Planning and Design. Langman Group
Limited. New York.
Nanang, M. (2011). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.
Jurnal :
Ariyani, N. I., & Nurcahyono, O. (2014). Digitalisasi Pasar Tradisional:
Perspektif Teori Perubahan Sosial. Jurnal Analisa Sosiologi, 3(1).
Savitri, R. (2018). Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) Dengan Penekanan Ruang
Terbuka Publik. JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, 6(2).
Latifah, F. U. N., & Lestari, P. (2021). Kondisi Sosial Ekonomi Pasca
Pembangunan Hartono Mall (Studi Kasus Di Padukuhan Soropadan Dan
Padukuhan Gejayan, Desa Condongcatur). E-Societas, 10(3).
Thesis/Skripsi :
Utama, I Wayan Parsika. 2016. Alur Desain Beach Mall di Gianyar. Denpasar:
Universitas Udayana

23
Sihabudin, A. (2011). Strategi Pemberdayaan Komunitas Adat Terasing Baduy.
Suatu Upaya Menuju Perubahan. dalam Perubahan Sosial Sebuah Bunga
Rampai.

24

Anda mungkin juga menyukai