Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEDAGANG KAKI LIMA

BERJUALAN DI TROTOAR JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA


PEKANBARU

Oleh: Muhammad David Al Kahfi/ 1101120197


Email: mdavidalkahfi@gmail.com

Dosen Pembimbing: Drs.Jonyanis,M.Si


Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
KampusBinaWidya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 SimpangBaruPekanbaru28293-
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis factor dan strategi Pedagang Kaki Lima terhadap penertiban
yang dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru. Merupakan suatu fenomena sosial
yang terjadi di masyarakat yang mempunyai ekonomi rendah seperti Pedagang Kaki
Lima yang berjualan di trotoar Jalan Tuanku Tambusai. Teori yang digunakan adalah
teori tindakan rasional, modal social, konsep kepercayaan, kebijakan pemerintah
tentang ketertiban umum dan kerangka berfikir .Analisa data dilakukan dengan cara
deskriptif kualitatif, teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah purposive di
mana jumlah informan berjumlah 10 orang yang terdiri dari pedagang kaki lima. Dari
hasil penelitian di lapangan bahwa persepsi Pedagang Kaki Lima yang berjualan di
trotoar Jalan Tuanku Tambusai memberikan respon yang baik, penertiban yang
dilakukan sudah benar dan bagus, adapun respon yang tidak baik dari pedagang yaitu
dengan mengatakan penertiban yang dilakukan tidak bagus. Dalam melakukan aktivitas
berdagang pedagang memiliki factor penyebab dan strategi mempertahankan tempat
dalam mengahadapi penertiban yaitu dengan melakukan perlawanan dan membangun
jaringan.

Kata Kunci: Pedagang Kaki Lima, Faktor, Strategi

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 1


THE FACTORS THAT CAUSE THE STREET VENDORS SELLING IN JALAN
TUANKU TAMBUSAI SIDEWALK

By : Muhammad David Al Kahfi/ 1101120197


Email : mdavidalkahfi@gmail.com

Adviser : Drs.Jonyanis,M.Si
Sociology Department Social and Political Faculty
Riau University, Pekanbaru
Campus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru
28293-Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT
This research analyzes the factors and strategies of street vendors against the reform
undertaken by the Government of the city of Pekanbaru. It is a social phenomenon that
occurred in the community who have low economic income such as street vendors who
sell in tuanku tambusai street sidewalks.The theory used in this research is the theory of
Rational action, the concept of social capital, the concept of trust, and Government
policy regarding public order and frame.Data analysis used in this research was
qualitative with descriptive way. The technique of data collects in this research is
Purposive, where informants as many as 10 people consisting of street vendors. The
results of the research showed the real perception of street vendors who sell on jalan
tuanku tambusai sidewalk gave positive responses. The government reform was done
properly and well. However there is a small percentage that gives negative response by
saying reform was not done nicely.In conducting the activities of trading, the street
vendors have cause factor and also the strategy of maintaining the place when the
reform is being done, such as doing resistance and building a network.
Keyword : Street vendor, Factors, Strategy

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 2


LATAR BELAKANG Kehidupan yang dinamis tentang
Kota Pekanbaru saat ini pertumbuhan dan perkembangan
merupakan salah satu kota tujuan orang penduduk baik dari segi sosial, kultural
merantau dari berbagai daerah di dan budaya dewasa ini telah
Indonesia mereka merantau dengan mengarahkan mobilisasi penduduk atau
berbagai tujuan ada yang bertujuan perpindahan penduduk dari arah
untuk melanjutkan masa studi atau pedesaan ke arah perkotaan dulu
bersekolah, kemudian ada pula yang dikenal sebagai urbanisasi tetapi
datang ke kota Pekanbaru untuk sekarang konsep dari urbanisasi sendiri
mencari pekerjaan karena mereka telah mengalami perluasaan yang cukup
menganggap di kota besar seperti kompleks. Urbanisasi tidak lagi
Pekanbaru lapangan pekerjaan lebih dipandang sebagai alur perpindahan
terbuka dan mereka tertarik dengan populasi penduduk dari desa ke kota
cerita-cerita yang mengatakan bahwa melainkan sebagai konsep dasar
hidup di kota itu enak karena semua pemikiran baru tentang proses
serba ada, ditambah lagi dengan adanya pengkotaan. Sekilas memang terlihat
permasalahan semakin berkurangnya sama tetapi kedua kajian tersebut sangat
lapangan pekerjaan di daerah asal, berbeda jauh dan mulai saat ini
fenomena ini di dalam sosiologi sering paradigma baru tentang urbanisasi yang
di sebut dengan proses mobilitas sosial. benar harus sudah dilakukan (Soekanto
Kehidupan masyarakat tidak Reksohadiprojo, 2008 : 13)
pernah terlepas dari apa yang disebut Sebenarnya dinas pasar cik puan
dengan mobilitas sosial atau gerak sudah memberikan surat peringatan
sosial. gerak sosial atau mobilitas sosial terhadap PKL namun tidak pernah
adalah suatu gerak dalam struktur sosial ditanggapi atau dipatuhi mereka. Dinas
(social structure) yaitu pola-pola pasar sebenarnya sudah memberikan
tertentu yang mengatur organisasi suatu penampungan terhadap PKL namun
kelompok sosial. Struktur sosial mereka memiliki berbagai alasan.
mencakup sifat-sifat hubungan antara Mereka berprinsip kalau mereka
individu dalam kelompok dan hubungan menepati penampungan yang telah
antara individu dengankelompok nya. disediakan oleh dinas pasar cik puan
(Alisyahbana,2005:46). penghasilan mereka tidak sebanyak
Perkembangan kota Pekanbaru mereka berjualan di trotoar jalan,serta
semakin bergema sejak diberlakukan mereka apabila tetap menempati
UU NO.32 tahun 2004 tentang penampungan tersebut mereka takut
Pemerintah Daerah,di mana dengan bahaya kebakaran yang sering
kewenangan otonomi daerah ditangani melanda kawasan pasar dalam beberapa
oleh Pemerintah Daerah,sehingga tahun belakangan ini.Walaupun begitu
tuntutan pada berbagai sektor PKL tahu bahwa mereka berjualan
memerlukan perhatian khususnya pada disana dapat menghambat aktivitas jalan
bidang keamanan dan ketertiban umum. Tuanku Tambusai, menggangu pejalan
Pada bidang keamanan dan ketertiban kaki yang mereka membuat bahu jalan
umum pemerintahan kota memfokuskan sebagai tempat mereka berjualan.
persoalan kekotaan ,seperti masalah Sebenarnya dinas pasar cik puan
pedagang kaki lima (PKL) yang sudah memberikan surat peringatan
menggunakan fasilitas umum dalam terhadap PKL namun tidak pernah
melakukan aktivitas perekonomian. ditanggapi atau dipatuhi mereka. Dinas
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 3
pasar sebenarnya sudah memberikan 3.
penampungan terhadap PKL namun
mereka memiliki berbagai alasan. 1.4 Kegunaan Penelitian
Mereka berprinsip kalau mereka 1. Diharapkan hasil penelitian ini
menepati penampungan yang telah dapat menjadi bahan masukan
disediakan oleh dinas pasar cik puan bagi pemerintah khususnya
penghasilan mereka tidak sebanyak Pemerintah kota Pekanbaru
mereka berjualan di trotoar jalan,serta dalam mengatasimasalah
mereka apabila tetap menempati ketenaga kerjaan dan upaya
penampungan tersebut mereka takut menahan laju pertumbuhan
dengan bahaya kebakaran yang sering penduduk yang berasal dari
melanda kawasan pasar dalam beberapa daerah lain di sekitar kota
tahun belakangan ini.Walaupun begitu Pekanbaru.
PKL tahu bahwa mereka berjualan 2. Penelitian ini diharapkan dapat
disana dapat menghambat aktivitas jalan memberikan gambaran yang
Tuanku Tambusai, menggangu pejalan jelas mengenai
kaki yang mereka membuat bahu jalan kondisikehidupan sosial
sebagai tempat mereka berjualan. ekonomi pedagang kaki lima,
sehingga pemimpin lembagaatau
Tabel 1.1 institusi dapat mengambil
Jumlah Pedagang kaki lima (PKL) langkah-langkah dalam hal
Berjualan di Trotar Jalan Tuanku penanganan masalah yang
Tambusai ditimbulkan oleh pedagang kaki
No Jumlah Pedagang Jumlah ( Orang ) lima.
1 Pedagang sayuran 9 Diharapkan juga hasil penelitian
2 Pedagang kue mangkok 1 ini dapat menjadi rujukan
10
Jumlah
penelitian lain yang
Sumber: SurveiLapangan berhubungan dengan penelitian
1.2Rumusan Masalah ini.
Berdasarkan masalah dalam 1.5 Manfaat Penelitian
latar diatas maka penulis merumuskan 1. Penelitian ini diharapkan bisa
masalah sebagai berikut bermanfaat untuk menambah
1. Apa faktor-faktor penyebab wawasan pengetahuan bagi
PKL berjualan ditrotoar jalan peneliti dalam bidang ilmu
Tuanku Tambusai ? sosiologi.
2. Apa strategi PKL dalam 2. Hasil dari penelitian ini di
mempertahankan tempat harapkan bisa menjadi referensi
dagangan di trotoar jalan untuk penelitian yang akan
Tuanku Tambusai ? datang.
1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Pengertian Pedagang Kaki
1. Untuk mengetahui faktor-faktor Lima
penyebab PKL berjualan di Pedagang Kaki Lima adalah
trotoar jalan Tuanku Tambusai ? mereka yang melakukan
2. Untuk mengetahui strategi PKL kegiatan usaha dagang
dalam mempertahankan tempat perorangan atau kelompok yang
dagangan di trotoar jalan dalam menjalankan usahanya
Tuanku Tambusai? menggunakan tempat-tempat

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 4


fasilitas umum, seperti terotoar, Secara umum teori pilihan
pingir - pingir jalan umum, dan rasional mengasumsikan bahwa
lain sebagainya.Pedagang yang tindakan manusia memiliki maksud dan
menjalankan kegiatan usahanya tujuan yang dibimbing oeh hierarki
dalam jangka tertentu dengan yang tertata rapi dari prefensi (pilihan).
menggunakan sarana atau Dalam hal ini rasional berarti:
perlangkapanyang mudah 1. Aktor melakukan perhitungan
dipindahkan, dibongkar pasang dan pemanfaatan atau prefensi
dan mempergunakan lahan dalam pemilihan suatu bentuk
fasilitas umum sebagai tempat tindakan.
usaha seperti kegiatan 2. Aktor juga menghitung biaya
pedagang-pedagang kaki lima bagi setiap jalur perilaku.
yang ada. 3. Aktor berusaha memaksimalkan
pemanfaatan untuk mencapai
Tindakan Rasional pilihan tertentu (Damsar, 2002:
Rasionalitas merupakan konsep 31).
dasar yang digunakan Weber dalam Teori pilihan rasional dalam
klasifikasinya mengenai tipe-tipe sosiologi mulai berkembang di dekade
tindakan sosial.Pembedaan pokok yang 1960-an. Salah satu tokoh utamanya
diberikan adalah antara tindakan adalah James Coleman yang
rasional dan yang non mengajukan konsep kerangka tindakan
rasional.Tindakan rasional (menurut bertujuan (purposive action
weber) berhubungan dengan framework).Dalam teori pilihan
pertimbangan yang sadar dan pilihan rasional, individu dilihat sebagai sangat
bahwa tindakan itu dinyatakan. rasional, mampu melakukan yang
Weber menguraikan empat tipe terbaik untuk memuaskan keinginannya
tindakan yaitu pertama adalah tindakan (Haryanto, 2001: 106-108). Friedman
rasional instrumental ketika orang dan Hechter menambahkan gagasan lain
menggunakan cara yang paling efisien yang menjadi dasar teori pilihan
untuk meraih tujuan. Kedua adalah rasional (Ritzer, 2004: 358), yaitu
tindakan rasional berorientasi nilai pentingnya informasi dalam membuat
dimana orang terikat pada nilai atau pilihan rasional. Diasumsikan bahwa
seperangkat nilai yang menjadi aktor mempunyai informasi yang cukup
pedoman tindakan mereka.Ketiga, untuk membuat pilihan diantara
weber mengidentifikasi tindakan berbagai peluang tindakan yang terbuka
tradisional, bahwa masyarakat untuk mereka.Tetapi aktor pun makin
melakukan tindakan tersebut karena mengenal bahwa kuantitas dan kualitas
kebiasaan dan dengan cara yang kurang informasi yang cukup untuk membuat
efektif. Keempat, dia berfikir mengenai pilihan diantara berbagai peluang
tindakan efektif hasil eksorasi emosi, tindakan yang terbuka untuk
seperti memukul seseorang dalam mereka.Tetapi aktor pun mengenal
kemarahan sekejap.Weber tidak melihat bahwa kuantitas dan kualitas informasi
bahwa tindakan ini rasional karena tidak yang tersedia sangat berubah-ubah dan
diarakan kepada tujuan atau nilai.Dari perubahan itu sangat mempengaruhi
empat tipe tindakan ini, Weber piliha aktor.
mengidentifikasi dua sebagai tindakan Sektor Informal
rasional dan dua lainnya sebagai Pencetus istilah sektor informal
tindakan irasional atau nonrasional. pertama kali ialah Keith Hart yang
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 5
berkebangsaan Inggris, dalam Konsep keterlekatan diajukan
tulisannya yang diterbitkan tahun 1971, oleh Granovetter (1985) untuk
setelah melakukan kegiatan penduduk menjelaskan perilaku ekonomi dalam
dikota Accr a dan Nima, Ghana. Konsep hubungan sosial.Konsep keterlekatan
sektor informal yang dilontarkan Hart merupakan tindakan ekonomi yang
ini kemudian dikembangkang dan disituasikan secara sosial dan melekat
diterapkan oleh ILO dalam penelitian di dalam jaringan sosial personal yang
delapan kota Dunia Ketiga yaitu Free sedang berlangsung diantara para aktor.
Town (Sicrra Leone), Lagos dan Kana Adapun yang dimaksud dengan jaringan
(Nigeria), Kumasi (Ghana), Kolombo, hubungan sosia ialah sebagai suatu
Jakarta, Manila, Kordoba dan Campinas rangkaian hubungan yang teratur atau
(Brazil). Penelitian ini dikoordinir oleh hubungan sosial yang sama diantara
Scthuraman, anggota tim penelitian ILO individu-individu atau kelompok-
yang berasal dari Srilanka. Degan kelompok. Adapun yang dimaksudkan
membandingkan hasil penelitian di jaringan hubungan sosial ialah sebagai
kota-kota itu ditemukan bahwa mereka “suatu rangkaian hubungan yang teratur
yang terlibat dalam sektor informal atau hubungan sosial yang sama
pada umumnya kebanyakan dalam usia diantara individu-individu atau
kerja (Prime age), berpendidikan kelompok-kelompok (Granovetter dan
rendah, upah yang diterima dibawah Swedberg, 1992: 9).
upah minimum, modal usaha rendah,
serta sektor ini memberikan Kebijakan Pemerintah Tentang
kemungkinan untuk mobilitas vertikal Ketertiban Umum
(Manning & Tadjuddin, 1991: 76). Didalam peraturan daerah
Istilah sektor informal digunakan untuk (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 Tentang
menjelaskan sejumlah aktivitas tenaga Ketertiban Umum Khusunya tentang
kerja yang berada diluar pasar tenaga Tertib Usaha Tertentu pasal 19 ayat 1 di
kerja formal yang Kota Pekanbaru. Salah satu cara untuk
terorganisir.Dikatakan “diluar pasar” menciptakan keberhasilan penerapan
karena sektor ini termasuk kelompok kebijakan pemerintah kepada
yang tidak permanen atau tidak ada masyarakat khususnya kepada
jaminan tentang keberlangsungan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
pekerjaan yang dimilikinya. menjadi target atau sasaran kebijakan
Istilah sektor informal biasanya tersebut harus ditransmisikan dengan
digunakan untuk menunjukan sejumlah baik, sehingga Peraturan Daerah (Perda)
kegiatan ekonomi yang berskala tersebut dapat diterapkan dengan baik.
kecil.Sering kali dikatakan bahwa Perumusan suatu kebijakan
sektor informal adalah sumber Negara merupakan suatu proses yang
kesempatan kerja terutama untuk tidak mudah. Banyak faktor yang
pengasilan tambahan atau untuk untuk berpengaruh terhadap proses pembuatan
orang-orang tua.Sektor informal juga kebijakan. Menurut Islamy (dalam
menyerap mereka yang berpendidikan Alvin Ferino, 2010: 29) ada 6 langkah
relatif rendah.Sebaliknya, tingkat perumusan kebijakan Negara, yaitu:
pendidikan rata-rata dari mereka yang 1. Perumusan masalah.
menganggur nampaknya ebih tinggi 2. Proses memuaskan masalah
(Manning, 1991: 90-93). kebijakan Negara kedalam
Konsep Kepercayaan agenda pemerintah.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 6


3. Perumusan usulan kebijakan 12. Kepala Bagian Organisasi Setko
Negara kedalam agenda Pekanbaru.
pemerintah. 13. Kasubdin Ketertiban dan
4. Proses legitimasi kebijakan Kebersihan Dinas Pasar.
Negara. 14. Kasubdin Perhubungan Darat
5. Pelaksanaan kebijakan Negara. Dinas Perhubungan.
6. Penilaian kebijakan. 15. Camat Se-Kota Pekanbaru.
Langkah-langkah proses 16. Kasi Ops. Satpol PP.
perumusan masalah ini berguna untuk 17. Lurah Se-Kota Pekanbaru.
melihat atau menentukan apakah setiap 18. Kasubbag Perangkat Daerah.
masalah yang muncul perlu dipecahkan
oleh suatu kebijaksanaan yang Tim terpadu ini mempunyai tugas:
dikeluarkan oleh pembuat 1. Melakukan sosialisasi
kebijaksanaan. Proses ini akan dilihat kebersihan, keindahan, dan
lagi apakah kebijaksanaan tersebut akan ketertiban (k3) kepada para
mudah dilaksanakan atau sebaliknya, pedagang.
dan hasil implementasi kebijaksanaan 2. Menerapkan program
itu apakah akan berdampak positif atau kebersihan, keindahan, dan
negatif dan apakah akan berpengaruh ketertiban (k3) dalam wilayah
terhadap kebijaksanaan selanjutnya. Kota Pekanbaru.
Untuk melaksanakan Perda, 3. Melakukan penertiban
maka dikeluarkanlah Peraturan pedagang dilokasi yang tidak
Walikota Nomor 31 Tahun 2007 dibenarkan oleh Pemerintah
Tentang Pembentukan Tim Terpadu Kota Pekanbaru.
Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) 4. Melakukan tindakan sesuai
se-Kota Pekanbaru. Maka pelaksanaan dengan ketentuan peraturan
ketertiban umum ini terdiri dari: perundang-undangan yang
1. Asisten Pemerintahan Setko berlaku dengan mengedepankan
Pekanbaru. cara persuasif.
2. Kepala Dinas Pasar Kota
Pekanbaru.
KERANGKA BERFIKIR
3. Kepala Dinas Perhubungan Kota
Pekanbaru. Disisi lain pedagang kaki lima
4. Kepala Dinas Kebersihan dan berusaha kerja keras agar dagangannya
Pertanaman Kota Pekanbaru. laku, sebagian memanfaatkan keuangan
5. Kepala Dinas Kimpraswil Kota dimana keuntungan yang diperoleh
Pekanbaru. dapat digunkan untuk memenuhi
6. Kepala Dinas Pemadam kebutuhan keluarga dan dapat
Kebakaran Kota Pekanbaru. menyisikan sebagian hasil dari
7. Kepala Bagian Pemerintahan keuntungan dalam kebutuhannya.
Setko Pekanbaru.
8. Kepala Kantor Satpol PP. Maka untuk memperjelas alur
9. Kepala Bagian Keuangan Setko pemikiran diatas dapat digambarkan
Pekanbaru. secara skematis dalam alur pikir sebagai
10. Kepala Bagian Hukum Setko berikut :
Pekanbaru.
11. Kepala Bagian Perkotaan Setko
Pekanbaru.
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 7
KERANGKA BERPIKIR
(2011:15), menyimpulkan bahwa
PERATURAN metode penelitian kulitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme,
STRATEGI Pedagang Kaki digunakan untuk meneliti pada kondisi
Lima ( PKL )
obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci.
PENERTIBAN BERDAGANG

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di
trotoar pasar Cik Puan jalan Tuanku
TETAP BERJUALAN Tambusai yang berada di Kecamatan
Sukajadi Kelurahan Jadirejo Kota
Pekanbaru.Trotoar pasar Cik Puan
AKTIF PASIF JARINGAN
dipilih berdasarkan pertimbangan
karena banyaknya Pedagang Kaki Lima
yang masih berjualan dari pukul 05.00
KUCING- MEMBIARKAN MENYUAP PETUGAS & subuh sampai pukul 10.30 pagi, di
KUCINGAN DITANGKAP MENCARI DEKINGAN
trotoar pasar Cik Puan memiliki jumlah
Pedagang Kaki Lima yang masih
Jenis Penelitian beroperasi dan disamping itu dinas
Meleong, mendefinisikan bahwa pasar telah melarang mereka berjualan
penelitian kualitatif adalah suatu ditrotoar jalan, karena itu penulis
penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk tertarik ingin mengetahui apa penyebab
memahami suatu fenomena dalam pedagang kaki lima berjualan ditrotoar
konteks sosial secara alamiah dengan jalan Tuanku Tambusai dan apa saja
mengedepankan proses interaksi peran dinas pasar tehadap pedagang
komunikasi yang mendalam antara kaki lima yang berjualan disana.
peneliti dengan fenomena yang diteliti
(Herdiansyah, 2010: 9).Pada penelitian 3.3 Jenis dan Sumber data
kualitatif, penelitian dilakukan pada Data yang digunakan dalam
objek yang alamiah maksudnya, objek penelitian ini adalah terdiri dari data
yang berkembang apa adanya, tidak primer dan data sekunder dengan
dimanipulasi oleh peneliti dan perincian sebagai berikut:
kehadiran peneliti tidak begitu 1. Data Primer
mempengaruhi dinamika pada objek Data primer merupakan
tersebut. Sebagaimana dikemukakan sumber data penelitian yang
dalam penelitian kualitatif diperoleh secara langsung dari
instrumennya adalah orang atau sumber asli (tidak melalui
peneliti itu sendiri (humane perantara).Data primer secara
instrument).Untuk dapat menjadi khusus dikumpulkan untuk
instrumen maka peneliti harus menjawab pertanyaan
memiliki bekal teori dan wawasan penelitian.Data primer yang
yang luas, sehingga mampu bertanya, digunakan dalam penelitian ini
menganalisis, dan mengkonstruksi adalah data yang diperoleh dari
situasi sosial yang diteliti menjadi lebih lapangan melalui wawancara
jelas dan bermakna.Sugiyono langsung dengan responden

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 8


dengan menggunakan questioner Dalam penelitian ini penulis
(daftar pertanyaan) yang menggunakan beberapa teknik
mencakup identitas responden, pengumpulan data yaitu :
jenis kelamin, usia, waktu 1. Metode Wawancara
bekerja, pendidikan terakhir, dan Wawancara, peneliti
informasi mengenagi faktor- akan mengadakan wawancara
faktor dan strategi Pedagang langsung dengan responden
Kaki Lima berjualan di trotoar dengan daftar pertanyaan, dalam
jalan Tuanku Tambusai. wawancara itu meliputi hal-hal
2. Data Sekunder yang penting meliputi : nama,
Data sekunder umur, tingkat pendidikan,
merupakan sumber data motivasi, tuntutan, kepedulian
penelitian yang diperoleh dan lain-lain.
peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara atau 2. Observasi
diperoleh dan dicatat oleh pihak Dalam penelitian ini
lain. Data sekunder dalam peneliti menggunakan observasi
penelitian ini adalah data yang langsung.Observasi langsung
diperoleh dari berbagai teks yang dimaksud peneliti adalah
book, jurnal, makalah, artikel, pengumpulan data yang
internet, laporan, data dilakukan melalui peninjauan
kependudukan dari instansi langsung kelapangan untuk
terkait, monografi lokasi mendapatkan informasi.
penelitian dan kepustakaan. Alat yang digunakan dalam
3.4 Subjek Penelitian mengumpulkan data adalah kamera
Dalam proses-proses penentuan untuk mendokumentasikan penelitian,
dan pengambilan sampel dalam buku agenda penelitian, pedoman
penelitian ini teknik yang digunakan wawancara, pena dan buku.
adalah Purposive Sampling yaitu 3.6 Analisis Data
peneliti terlebih dahulu telah mengenal Data dan informasi yang
orang-orang yang akan dijadikan diperoleh dalam penelitian perlu
sampel, yang mana orang-orang yang dilakukan penganalisian terhadap
mengerti dan memahami lebih banyak keseluruhan data serta data yang
tentang segalah sesuatu hal yang diperoleh dilapangan perlu dilakukan
berhubungan dengan daerah penelitian, pengolahan dan analisis data terhadap
baik masyarakatnya sendiri maupun kebenaran yang terjadi dilapangan. Data
fenomena-fenomena yang terjadi di analisa secara deskriftif kualitatif
sejalan dengan penelitian yang akan yaitu suatu analisa secara terperinci
dilakukan. berdasarkan kenyataan yang ditemui di
Narasumber dari penelitian ini lapangan dan disajikan dalam bentuk
diambil berdasarkan orang yang paling uraian-uraian.
mengetahui seluk beluk atau GAMBARAN UMUM LOKASI
permasalahan yang diteliti. Berdasarkan PENELITIAN
hal tersebut ditetapkan narasumber 4.1 LETAK GEOGRAFIS
yaitu : Pasar Cik Puan berdiri pada tahun
1. Pedagang sayuran 1970 yang bernama pasar pagi sukajadi
2. Kue mangkok yang memiliki luas 7965 m2 yang
3.5 Teknik Pengumpulan Data terletak di lahan milik pemerintah
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 9
provinsi, pengelolaan pasar Cik Puan
diserahkan kepada pemerintah kota
pekanbaru. Namun pada tahun
1980pasar pagi sukajadi berganti
menjadi dua nama yaitu pasar Cik Puan
dan pasar Mayang Terurai. Pasar Cik
Puan merupakan tempat pedagang
berjual pakaian, sayur mayur dan lain
lain, sedangkan pasar Mayang Terurai
merupakan tempat terminal
pemberhentian bus dan alat transportasi
lainnya. pada tahun 2004 terminal Kawasan pasar pasar Cik Puan
Mayang Terurai di pindah kan ke merupakan salah satu pasar yang sangat
AKAP. Setelah itu nama pasar Mayang ramaidikunjungi oleh masyarakat dalam
Terurai dihapus dan ditetap kan menjadi belanja memenuhi kebutuhan sehari-
pasar Cik Puan. Secara geografis pasar hari.Selain itu lokasinya yang juga
Cik Puan berbatasan dengan : dekat dengan pusat perbelanjaan
 Sebelah utara pasar Cik Puan modern menyebabkan pasar Cik Puan
berbatasan dengan jalan Kesuma dikunjungi oleh konsumen atau
Titik kordinat I 00 30’ masyarakat yang ingin berbelanja ke
31,49’’ LU pasar tradisional dan kemudian singgah
1010 26’ ke Plaza Citra dansebaliknya.Lokasi
39,69” BT yang memang sangat strategis memicu
 Sebelah selatan pasar Cik Puan banyak aktivitas yangterjadi di sekitar
berbatasan dengan jalan Tuanku lokasi pasar Cik Puan, mulai dari
Tambusai kegiatan jual-beli dan kunjunganwisata.
Titik kordinat II 00
30’33,10 ” LU 1 Identitas Subjek Penelitian
1010 Identitas responden yang
26’44,31” BT diambil oleh peneliti adalah berdasarkan
 Sebelah timur pasar Cik Puan dari umur responden,agama responden,
berbatasan dengan perumahan jumlah anak responden, daeral asal
masyarakat /pertokoaan responden, tingkat pendidikan terakhir
Titik kordinat III 00 30’ responden, status perkawinan
37,17” LU responden, jumlah jam kerja responden
1010 26 perhari dan jenis dagangan
‘43,03” BT responden.Kemudian yang menjadi
 Sebelah barat pasar Cik Puan responden penelitian ini adalah
berbatasan dengan perumahan pedagang kaki lima yang berjualan di
masyarakat trotoar jalan Tuanku Tambusai.Untuk
Titik kordinat IV 00 30’ mengetahui lebih jelas identitas
35,73”LU responden dapat dilihat sebagai berikut
1010 26’ ini:
38,12” BT 5.1.1. Umur Subjek Penelitian
Umur merupakan salah satu
identitas yang dimiliki seseorang dalam
masyarakat untuk mengetahui golongan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 10


kelompok individu itu sendiri dalam 2. Faktor-faktor lain yang
masyarakat. Adapun untuk melihat data mempengaruhi adalah besar
menganai usia Subjek penelitian pada omset, cepat perputaran modal.
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di 3. Strategi yang dilakukan oleh
bawah ini: pedagang kaki lima yaitu dengan
cara melakukan
Tabel 5.1.1 perlawananmengomel,
Distribusi Subjek Penelitian menggerutu, dan membicarakan
Berdasarkan Usia petugas, membawa lari barang
No Tingkat Ferkuensi % dagangan, menyembunyikan
usia
1
2
30-40
41-50
6
3
60
30
barang dagangan,
3 >51 1 10 bersembunyi/kucing-kucingan
Jumlah 10 100%
dengan petugas, dan menebus
Sumber data :Hasil Lapangan, 2017 barang dagangan serta
membangun jaringan baik
Berdasarkan tabel 5.1.1 di atas dengan pemilik toko dan toke
dapat dilihat bahwa yang menjadi sayur
subjek penelitian dalam penelitian ini 8.2 Saran
mayoritas berumur di atas 31-40 tahun,
ada 6 orang atau 60% yang berumur Berdasarkan dari hasil penelitian
31-40 tahun, 3 orang subjek penelitian yang dilakukan dilapangan, sesuai
berumur 41-50 atau sebnayak 30 % dengan yang dijabarkan pada bab-bab
sedangkan sisanya berumur di atas 51 sebelumnya, maka penulis dapat
tahun sebanyak 1 orang subjek atau memberikan saran yang berkaitan
sebesar 10% dari keseluruhan subjek dengan“Faktor-Faktor yang
penelitian. Tingkat umur dilihat dalam Mempengaruhi Pedagang Kaki Lima
penelitian ini guna mengetahui (PKL) Berjualan di Trotoar Jalan
bagaimana perbedaan persepsi subjek Tuanku Tambusai Kota Pekanbaru”
penelitian antara yang lebih muda dan yaitu:
lebih tua. 1. Untuk para pedagang kaki lima
1 Kesimpulan diharapkan dapat mengikuti
Berdasarkan hasil penelitian peraturan yang dibuat oleh
yang dilakukan di lapangan, sesuai pemerintah, agar tidak digusur
dengan yang di jabarkan pada bab-bab oleh Dinas Pasar dari tempat
sebelumnya, maka penulis dapat berjualan dan hendaknya mau
menarik kesimpulan yang berkaitan pindah ke lokasi yang telah
dengan“Faktor-Faktor yang direlokasi oleh pemerintah.
Mempengaruhi Pedagang Kaki Lima 2. Untuk Dinas Pasar diharapkan
(PKL) Berjualan di Trotoar Jalan agar dapat menyampaikan
Tuanku Tambusai Kota Pekanbaru” informasi terkait dengan
yaitu: larangan berjualan di badan
1. Faktor yang menyebabkan jalan dan peringatan-peringatan
pedagang kaki lima berjualan di lainya, serta memberikan
trotoar jalan Tuanku Tambusai sanksi yang tegas bagi pedgang
yaitu karena keadaan ekonomi yang melanggar aturan yang
rendah, serta sewa tepat tidak dibuat oleh pemerintah.
semahal di dalam pasar Cik 3. Dalam melakukan penertiban
Puan. hendaknya Dinas Pasar

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 11


bertindak adil dan melakukan Wilayah. Institut Teknologi
penertiban secara merata, Bandung
bukan hanya sebagian
pedagang kaki lima saja yang Manning, Chris & Tadjuddin Noer
ditertibkan agar tidak Effendi. 1991. Urbanisasi,
menimnbulkan kecemburuan Pengangguran, dan Sektor
bagi pedagang yang lain, Informal di Kota. Yogyakarta:
kemudian dalam melakukan Penerbit PT. Gramedia
penertiban harusnya Dinas
Reksohadiprodjo, Sukanto. 2008.
Pasar juga bertindak sopan.
EkonomiPerkotaan. BPFE. Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Buku:
Bandung: Alfabeta
Alisyahbana.2005. Sisi Gelap
Perkembangan Kota.
Yogyakarta: Laksbang Skripsi & Jurnal:
PRESSindo
Andriani, Feni. 2016. Persepsi
Alisyahbana. 2005.Marginalisasi Sektor Pedagang Kaki Lima Terhadap
Informal Perkotaan. ITS Press. Pertiban yang Dilakukan Oleh
Surabaya. Pemerintah Kota Pekanbaru
(Studi di Jalan HR. Soebrantas
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi, Ed. Kecamatan Tampan). Skripsi
Revisi., Cet. 2. Jakarta: PT. Raja Jurusan Sosiologi, Universitas
Grafindo Persada. Riau. Pekanbaru
Damsar.1997. Sosiologi Ekonomi. Buiman.2016. Prifasi Pedagang
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Berjualan di Sekitar Lokasi
Obyek Wisata Istana Kerajaan
Ferino, Alvin. 2010. Implementasi S.K
Siak Kabupaten Siak. Skripsi
Walikota Padang No. 161 Tahun Jurusan Sosioogi, Universitas
2007 Tentang Penetapan Lokasi
Riau. Pekanbaru.
dan Pengaturan PKL di Objek
Wisata Pantai Padang. Rahmat Hidayat. S. 2007. Jaringan
Sosial Pedagang Kaki Lima
George, Ritzer & Douglas j Goodman. (Studi Tentang Pedagang Kaki
2004. Teori Sosiologi Modern. Lima di Jl. Ir. Juanda Kota
Jakarta: Prenada Media. Pekanbaru)
Haryanto, Sindung. 2001. Sosiologi
Ekonomi. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi
Ekonomi. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
Jayadinata, T. Johara. 1999. Tata Guna
Tanah dalam Perencanaan
Pedesaan Perkotaan dan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 12


JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 13

Anda mungkin juga menyukai