Anda di halaman 1dari 26

MENGIDENTIFIKASI PRILAKU PEDAGANG KAKI LIMA DALAM

PERSPEKTIF SOSIAL TERHADAP AREA BERJUALAN SEPANJANG


JALAN ZAENAL ZAKSE
(Studi Kasus: Kawasan Pasar Kebalen, Kelurahan Kotalama,
Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang)

Disusun Oleh:
Petrus Sewe Sedu 17240
23
17240
Juliyo Hari Santoso
25
17240
Mita Nur Bulan Sari
62
17249
Nada Shafa Febriana
03
17249
Meta Nur Bintang Lestari 04

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pedagang Kaki Lima merupakan Salah Satu bagian dari sektor informal
yang berkembang pesat di berbagai Negara. Tidak hanya pada Negara
berekembang seperti di Asia dan Afrika, sektor informal merupakan fenomena
kompleks yang juga terdapat di Negara maju seperti pada beberapa Negara maju
seperti pada beberapa Negara Amerika (Scheneider, 2002). Salah satu sektor
informal adalah Pedagang Kaki Lima (PKL) yaitu mereka yang melakukan
kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan
usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti trotoar, pingir-
pingir jalan umum dan lain sebagainya. Pedagang yang menjalankan kegiatan
usahanya dalam jangka tertentu dengan menggunakan sarana atau perlengkapan
yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan mempergunakan lahan fasilitas
umum sebagai tempat usaha (Tangkilisan, 2003:21).

Meskipun keberadaan PKL sering dikaitkan dengan determinan-determinan


sosial seperti pendapatan rendah, pekerjaan tidak tetap, pendidikan tidak
memadai, kemampuan berorganisasi yang rendah dan unsur-unsur ketidak pastian,
ternyata PKL tidak luput dari hukum persaingan bisnis, solidaritas sosial, jaringan
sosial sesama mereka. Hubungan sosial antar lainnya memberikan makna
tersendiri sosial, intensitas hubungan sosial yang PKL dan pengguna pasar bagi
terbentuknya jaringan terjadi antara PKL dengan pembeli, sesama PKL, pengguna
pasar dan instansi pasar membentuk hubungan yang terstruktur.

Adanya PKL semakin hari semakin bertambah banyak jumlahnya,tentunya


membutuhkan tempat yang memadai untuk menampung semua pedagang kaki
lima tersebut. Laju pertumbuhan PKL yang cukup tinggi menuntut adanya campur
tangan dari pemerintah daerah. Oleh karena itu dapat disadari bahwa keberadaan
PKL memilki pengaruh dan dampak terhadap lingkungan disekitarnya. Selain itu
keberadaan PKL juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat seperti adanya
limbah cair dan padat sebagai dampak dari PKL. Pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang
secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam bumi. Pemanfaatan ruang
mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain. Damsar
menyebutkan bahwa struktur tersebut dalam sosiologi ekonomi disebut sebagai
“keterlekatan” didalam suatu jaringan sosial yang didalamnya terdapat norma dan
kepercayaan, kepercayaan tidak muncul secara tiba-tiba atau seketika tetapi hadir
dari proses hubungan antar individu atau kelompok dari aktor-aktor yang sudah
lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama (Damsar, 2002: 34). Lebih
lanjut, dinamika sosial yang terjadi pada PKL akan mempengaruhi struktur
didalam pasar secara luas.

Kota Malang yang merupakan salah satu kota yang terus mengalami
kemajuan dalam hal pembangunan, mengakibatkan masalah sosial di kota malang
terus meningkat salah satunya yaitu masalah penataan PKL yang menyebabkan
Keberadaan PKL yang dinilai cukup menganggu ketertiban, kenyamanan dan
keindahan kota, salah satunya di Pasar Kebalen Kota Malang. Kegiatan PKL di
Pasar Kebalen ini memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi para pedagang lebih
memilih berjualan di luar daerah pasar yaitu salah satunya penarik masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga para pedagang kaki lima
memanfaatkan tempat yang dipandang menjadi sumber keuntungan dan
keramaian. Jumlah pedagang kaki lima di Kota Malang khususnya di kawasan
pasar kebalen yang relative banyak, memang banyak mendatangkan pemasukan
bagi daerah, namun disisi lain aktivitas mereka menganggu kawasan ruang public.
Keberadaan PKL yang kurang tertata dapat menganggu eksistensi ruang terbuka
hijau, seperti contohnya yaitu para pedagang membuka kios/dagangannya dekat
dengan pohon dapat menganggu keberadaan dari pepohonan dan taman tersebut.
Selain itu para PKL tetap ingin menjalankan usahanya untuk memenuhi
kebutuhan sehari tetapi disisi lain perlu adanya perwujudan penataan fungsi tata
ruang kota yang meperhatikan aspek lingkungan secara optimal. Serta dapat
mengakibatkan kemacetan di derah pasar kebalen di karenakan banyaknya para
PKL yang kurang tertata sehingga membuat ruang menjadi berkurang terkhusus
bagi para pengendara dan para pejalan kaki.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dalam penelitian
ini dapat dirumuskan perm asalahan terkait dengan faktor yang mempengaruhi
pedagang kaki lima untuk mewujudkan fungsi tata ruang di pasar kebalen kota
malang, yaitu sebagai berikut

1. untuk mengetahui karakteristik pedagang kaki lima yang berjualan di area


sepanjang jalan Zaenal Zakse
2. untuk mengidentifikasi prilaku para pedagang kaki lima dalam jaringan
social terhadap area

1.3 Tujuan dan Sasaran


Berikut tujuan dan sasaran dalam penulisan laporan :

1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu untuk mengetahui
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pedagang Kaki Lima dalam Pemanfaatan
Ruang Di Kawasan Pasar Kebalen Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

1.3.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan maka sasaran dalam penyusunan laporan ini yaitu :
1. Karakteristik dari Pedagang Kaki Lima yang berada di Kawasan Pasar
Kebalen
2. Identifikasi Factor-faktor yang mempengaruhi pedagang kaki lima di
Kawasan Pasar Kebalen

1.4 Ruang Lingkup


Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis ruang lingkup yaitu materi, lokasi
dan waktu. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
 Ruang Lingkup materi
Pedagang kaki lima merupakan salah satu bagian dari sektor informal.
Dalam pengertian ini PKL adalah pedagang yang berjualan pada kaki lima, dan
biasanya mengambil tempat atau lokasi di daerah keramaain umum seperti trotoar
di depan pertokoan/kawasan perdagangan, pasar, sekolah dan gedung bioskop
(Dwijayanti, 2006 ). Menurut Breman, pedagang kaki lima merupakan usaha kecil
yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan
mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kecil ini
termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap
dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum,
hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas tertentu.
Kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan dan
dilaksanakan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu demi seluruh
kepentingan masyarakat (Islamy, 2007)
 Ruang Lingkup Lokasi
Wilayah studi yang menjadi objek penelitian ini adalah factor-faktor yang
mempengaruhi penataan pedagang kaki lima di Pasar Kebalen Kecamatan
Kedunkandang Kota Malang, Pemilihan wilayah studi didasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu masih kurang tertanya penataan pedagang kaki lima sehingga
mengakibatkan beberapa masalah seperti masalah kemacetan khususnya pada
fungsi tata ruang sehingga perlu adanya identifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi penataan pedagang kaki lima di Pasar Kebalen Kecamatan
Kedunkandang Kota Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Ruang


Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Ketentuan umum
tentang pemanfaatan ruang ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Penataan
Ruang sebagai berikut:
(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan
ruang beserta pembiayaannya.
(2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun
pemanfaatan ruang di dalam bumi.
(3) Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) termasuk jabaran dari indikasi program utama yang termuat di
dalam rencana tata ruang wilayah.
(4) Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka
waktu indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang.
(5) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
administratif sekitarnya.
(6) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan memperhatikan standar pelayanan minimal dalam penyediaan sarana
dan prasarana.
Mengenai ketentuan apa saja yang harus dilakukan dalam Pemanfaatan
Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dinyatakan sebagai
berikut:
(1) Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dilakukan:
a. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang
wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis.
b. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang
dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis.
c. Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah dan kawasan strategis. (2) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan
strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata
ruang kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditetapkan kawasan budi daya yang dikendalikan dan kawasan budi daya
yang didorong pengembangannya.
(2) Pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu.
(3) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan:
a. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
b. Standar kualitas lingkungan.
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

2.2 Pedagang Kaki Lima


Pedagang Kaki Lima PKL merupakan salah satu bentuk aktivitas
sektor informal. Istilah ini pertama kali muncul pada jaman pemerintahan
Raffles yang mengacu pada ruang berukuran lima feet yang berarti jalur
bagi pejalan kaki pada pinggir/tepi jalan selebar kurang lebih lima kaki.
Area tersebut kemudian dipergunakan untuk tempat berjualan para
pedagang kecil, sehingga pedagang yang memanfaatkannya disebut juga
sebagai pedagang kaki lim
a. Sementara menurut Mc. Gee dan Yeung (1977: 25) dalam Susilo, agus;
2011 karakteristik lokasi pedagang kaki lima yaitu:
1. Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama
pada waktu yang relative sama, sepanjang hari.
2. Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat
kegiatan perekonomian kota dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi
sering dikunjungi dalam jumlah besar.
3. Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara
pedagang kaki lima dengan pembeli, walaupun dilakukan dalam
ruang relative sempit.
4. Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan
umum.PKL beraglomerasi pada simpul-simpul jalur pedestrian lebar dan
tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh orang dalam jumlah
yang besar dan dekat dengan pasar publik, terminal dan
komersial. Pola berdagang masyarakat menyesuaikan irama dan
cirri kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu
kegiatan PKL didasarkan juga pada kegiatan formal. Kegiatan
keduanya cenderung sejalan, meskipun pada waktu tertentu kaitan
aktivitas antar keduanya lemah bahkan tidak ada hubungan langsung
antar keduanya.

2.3 Sintesa Variabel

No. Sumber Sasaran Variabel dari teori

1 Jurnal : Persepsi Untuk mengetahui Karakteristik PKL : -


Pedagang Kaki Lima karakteristik dan untuk Gologan usia
Terhadap Area Berjualan mengetahui persepsi - Jenis Kelamin
pedagang kaki lima yang
Sepanjang - Pendidikan formal
berjualan di sepanjang
Jalan Pasar Pinasungkulan jalan Pasar - Daerah asal
Karombasan Manado Pinasungkulan - Biaya Retribusi Per Hari
Karombasan - Lama Berjualan di Area
Badan Jalan
- Penghasilan Per Hari
- Biaya Pajak
- Biaya Sewa
- Jarak Lokasi
- Tempat usaha
- Jenis usahanya
- Sarana Dagang

Karakteristik Lokasi : Biaya


sewa
- Jarak lokasi

Karakteristik Aktifitas
Usaha :- Tempat usaha
- Jenis usahanya
- Sarana Dagang
- Aksesibilitas

Persepsi PKL : - Sikap-sikap


- Tangapan/keiginan

2. Jurnal : Analisis Faktor- Faktor-faktor yang


Faktor Yang mempengaruhi pemilihan
Mempengaruhi Pemilihan lokasi usaha PKL
Lokasi Usaha Pedagang 1. Aksebilitas
Faktor-faktor apakah
Kaki Lima Di Pantai 2. Visibilitas
yang
Penimbangan 3. lalulintas (Traffic)
mempengaruhi pemilihan
Kecamatan Buleleng, 4. tempat parkir
lokasi usaha PKL
Kabupaten Buleleng 5. ekspansi
di Pantai Penimbangan
(Menurut Fandy 6. lingkungan
Tjiptono : 2002:92) 7. persaingan
8. peraturan pemerintah

3. Menurut Lamb, Hair and Faktor Pemilihan Lokasi :


Mc Daniel 1) Karakteristik sosial
ekonomis sekitarnya
2) Arus lalu lintas
3) Biaya tanah
4) Peraturan kawasan
Untuk mengetahui factor 5) Transportasi pablik
pemilihan lokasi 6) Keberadaan pesaing
7) Kemungkinan terlihat
8) Tempat parkir
9) Lokasi masuk dan keluar
10) Kemudahan akses.
11) Keselamatan dan
keamanan.
4. Jurnal : Faktor yang Untuk mengetahui faktor Menentukan faktor
Mempengaruhi Kriteria yang mempengaruhi yang mempengaruhi
Lokasi Berdagang kriteria lokasi berdagang 1. Lokasi yang strategis
Pedagang Kaki Lima pedagang kaki lima 2. memiliki akses keluar
Berdasarkan Preferensi berdasarkan preferensi dan masuk
Pedagang Kaki Lima di pedagang kaki lima agar 3. ketersediaan
Kawasan Pasar Baru upaya pengendalian PKL transportasi umum
Gresik di kawasan perkotaan 4. Sewa lahan/kios
Gresik optimal dan dapat dengan harga murah
menjadi rekomendasi 5. Retribusi
dalam kebijakan 6. ketersediaan tempat
penataan dan pembuangan sampah,
pengendalian PKL 7. ketersediaan jaringan
drainase,
8. ketersediaan lahan
parkir,
9. Ketersediaan jaringan
listrik
10. ketersediaan jaringan
air bersih
11. dekat dengan
terminal/stasiun,
12. dekat dengan tempat
tinggal, dekat dengan
13. Permukiman
penduduk
14. dekat dengan kegiatan
masyarakat
15. daerah sekitar
menerima produk
yang ditawarkan
16. visibilitas
5. Sosial ekonomi dan budaya
PKL
1. Jumlah PKL
2. Jenis usaha
3. Lokasi (penempatan)
4. Modal usaha
5. Kelembagaan
Mengkaji aspek sosial 6. Kapital sosial
ekonomi PKL, Mengkaji Kebijakan pemerintah terkait
karakteristik konsumen, penyediaan sarana dan
Skripsi : Kajian Penataan dan Mengkaji kebijakan prsaran PKL
Pedagang Kaki Lima pemerintah yang 1. Rencana pemanfaatan
(Pkl) Di Kota dituangkan dalam ruang kota
Tasikmalaya Secara Rencana Tata Ruang tasikmalaya
Partisipatif Wilayah Kota 2. Peraturan terkait
Tasikmalaya terkait dengan PKL
pengendalian dan Penataan PKL yang
pemanfaatan ruang untuk diinginkan
PKL. 1. Pesepsi dan aspirasi
masyarakat PKL
2. Persepso dan aspirasi
masyarakat umum /
konsumen
3. Persepsi dan aspirasi
pedagang formal
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengambil setting penelitian di Kawasan Pasar Kebalen,


Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalistik. Pendekatan
rasionalistik digunakan karena penelitian ini didasarkan pada kebenaran data ,
serta karakteristik Pedagang Kaki Lima yang terdapat di wilayah penelitian
didapatkan melalui fakta empirik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,
yaitu Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Untuk memperoleh dan
menganalisa data yang berguna untuk proses analisis pada penelitian ini, adapun
metode yang kami gunakan sebagai berikut.

4.1 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini


yaitu survei primer dan survei sekunder. Untuk lebih jelasnya mengenai metode
tersebut di jelaskan pada sub bab berikut.

4.1.1 Survei Primer

Survei sekunder merupakan salah satu cara pengumpulan data yang


didapat secara tidak langsung. Survei data sekunder yang akan dilakukan
diantaranya adalah:

 Mengkaji literatur, yaitu mengumpulkan data dan informasi yang terdapat


di dalam literatur seperti internet dan buku terkait penelitian yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi lokasi berdagang pedagang kaki lima. Kajian
literatur ini merupakan acuan awal atau impresi awal wilayah studi
sebelum melakukan survei lapangan, serta untuk mendapatkan variable-
variabel yang akan diteliti.
 Survei instansi, yaitu mencari data yang dibutuhkan dengan mengajukan
permintaan data kepada instansi terkait seperti kantor kecamatan, kantor
kelurahan, Bappeda dan BPS.

4.1.2 Survei Primer

Survei primer merupakan salah satu cara pengumpulan data yang


didapatkan secara langsung. Survei primer yang akan dilakukan diantaranya
adalah observasi lapangan, wawancara, dan perekaman gambar.

 Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan secara langsung di


Kawasan Pasar Kebalen. Pengamatan dilakukan secara terstruktur yaitu
subyek atau peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktivitas yang
diamatinya sesuai dengan masalah serta tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.
 Wawancara yaitu kegiatan berdialog dengan narasumber yang mengetahui
dengan baik bidang yang digelutinya baik dari instansi maupun dari
masyarakat dengan mengajukan pertanyaan secara lisan. Wawancara semi
terstruktur dapat dilakukan secara formal maupun informal, tergantung
kepada lapangan dan respoden yang dihadapi. Pertanyaan wawancara
berupa pernyataan penilaian terhadap faktor yang telah dirumuskan
berdasarkan hasil identifikasi literatur serta pertanyaan terbuka yang dapat
berkembang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
 Perekaman gambar adalah cara yang dilakukan untuk mendokumentasikan
keadaan eksisting di lokasi penelitian.

4.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau


subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili
dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Untuk memperoleh
sampel yang benar-benar representatif, maka teknik sampling yang digunakan
haruslah sesuai.
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan
tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.
Informan dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima di kawasan Pasar
Kebalen yang memenuhi karakteristik dan kualifikasi dalam memberikan data.

4.2 Metode Analisa

Adapun metode analisa yang digunakan pada penelitian kali ini, di jelaskan
sebagai berikut.

4.2.1 Content Analysis

Untuk melakukan analisis ini diawali dengan melakukan wawancara semi


terstruktur yaitu in-depth interview kepada respoden yang telah terpilih setelah
sebelumnya dilakukan teknik sampling snowball sampling. Pemilihan alat analisa
content analysis pada sasaran ini dirasa tepat karena peneliti membutuhkan
jawaban yang mendalam dari responden terkait faktor yang mempengaruhi . Salah
satu cara untuk mendapatkan jawaban yang mendalam dari responden adalah
dengan melakukan wawancara yang mendalam (in-depth interview), yang mana
data hasil wawancara ini akan optimal bila dianalisis menggunakan content
analysis.

Dalam proses analisis ini digunakan deductive content analysis untuk


pengujian kategori konsep, model atau hipotesis. Deductive content analysis
digunakan apabila struktur analisa dilakukan berdasarkan pengetahuan
sebelumnya dan jika tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk pengujian teori.
Untuk itu pada tahapan penelitian ini, jawaban-jawaban dari para responden akan
diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu.
Klarifikasi Prediksi
Menemukan
Data Data

Grafik 4. 1 Tahapan Content Analysis


BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1 Gambaran Umum Kota Malang

Kota Malang terletak pada ketinggian antara 440-667 meter diatas


permukaan air laut. Kota Malang berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten
Malang yang secara astronomis terletak 112,06°-112,07° Bujur Timur dan 7,06°-
8,02° Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut (Sumber :
http://malangkota.go.id)

 Sebelah Utara Kota Malang berbatasan lansung dengan Kecamatan


Singosari dan Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
 Sebelah Selatan Kota Malang berbatasan langsung dengan Kecamatan
Tajinan dan Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
 Sebelah Timur Kota Malang berbatasan langsung dengan Kecamatan
Pakis dan Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
 Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Wagir dan
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Kota Malang merupakan kota unggulan di bidang pariwisata. Hal ini


terwadahi dalam konsep Tribina Cita Kota Malang, dimana salah satunya adalah
menjadikan Malang sebagai kota pariwisata. Disamping kota Malang sebagai
salah satu tujuan wisata, kota ini tumbuh sebagai kota industri serta kota
perdagangan dan jasa. Kemampuan ekonomi dan perdagangan yang sangat besar
mampu merubah orientasi Kota Malang dari kota pariwisata menjadi kota wisata
belanja. Pada akhirnya, sebutan ini dijadikan identitas Kota Malang sekarang.

Dengan potensi tersebut, Kota Malang mengalami perkembangan yang


cukup pesat dalam satu dasawarsa terakhir ini. Perkembangan fisik yang terlihat
adalah pemekaran wilayah kotanya. Perkembangan fisik kota tersebut pada
akhirnya menarik suatu aktivitas lanjutan di sektor informal, berupa menjamurnya
usaha oleh sektor informal pedagang kaki lima (PKL) yang sebagian besar
memanfaatkan ruang publik kota. Penggunaan ruang publik kota dan ruang
terbuka kota untuk kepentingan PKL tersebut mengakibatkan terjadinya
penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka kota.
PETA KOTA MALANG
3.2 Gambaran Umum Kecamatan Kedungkandang
Secara geografis, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
terletak antara 112036’14” – 112040’42” Bujur Timur dan
077036’38” – 008001’57” Lintang Selatan. Kecamatan
Kedungkandang terletak pada ketinggian 440 – 460 meter diatas
permukaan laut (dpl). Di sebelah timur wilayah Kecamatan
Kedungkandang terdapat daerah perbukitan Gunung Buring yang
memanjang dari utara ke selatan yang meliputi Kelurahan
Cemorokandang, Kelurahan Madyopuro, Kelurahan Lesanpuro,
Kelurahan Kedungkandang, Kelurahan Buring, Kelurahan
Wonokoyo, Kelurahan Tlogowaru dan Kelurahan Cemorokandang.
Luas wilayah Kecamatan Kedungkandang adalah 3.989 Ha atau
39,89 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Pakis Kabupaten Malang


 Sebelah Timur : Kecamatan Tumpang dan Kecamatan
Tajinan Kabupaten Malang
 Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan
Pakisaji Kabupaten Malang
 Sebelah Barat : Kecamatan Sukun, Kecamatan Klojen dan
Kecamatan Blimbing Kota Malang.

Wilayah Kecamatan Kedungkandang terdiri dari 12


kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.8 yaitu
nama kelurahan di Kecamatan Kedungkandang beserta luas
wilayah masing- masing kelurahan.

Tabel Luas Wilayah Kecamatan Kedungkandang

No. Nama Kelurahan Luas


Wilayah
( km2)
1. Kelurahan Kota Lama 0, 86
2. Kelurahan Mergosono 0, 56
3. Kelurahan Bumiayu 3, 86
4. Kelurahan Wonokoyo 5, 58
5. Kelurahan Buring 5, 53
6. Kelurahan 4, 94
Kedungkandang
7. Kelurahan Lesanpuro 3, 73
8. Kelurahan Sawojajar 1, 81
9. Kelurahan Madyopuro 3, 49
10. Kelurahan 2, 80
Cemorokandang
11. Kelurahan Arjowinangun 2, 87
12. Kelurahan Tlogowaru 3, 86
PETA KECAMATAN KEDUNGKANDANG
3.3 Gambaran Umum Kelurahan Kota Lama
Kelurahan  Kotalama terletak di bagian  timur kota Malang yang  terdiri
80%  dataran  dan  berombak  serta  20%  berbukit  khususnya  daerah  .
sekitar DAS . Luas wilayah Keluarahan Kota Lama 0,86 yang berada di
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang memiliki ketinggian


rata-rata 447 m dari permukaan air laut, dengan batas wilayah sbb:

 Disebelah Utara    : Kelurahan Jodipan Kec.Blimbing


 Disebelah Selatan : Kelurahan Mergosono Kec.Kedungkandang
 Disebelah Timur   : Kelurahan Buring Kec.Kedungkandang
 Disebelah Barat    : Kelurahan Sukoharjo Kec.Klojen

3.4 Gambaran Umum Pasar Kebalen


Pasar kebalen merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Malang.
Pasar Kebalen sudah ada sejak tahun 1979 hingga sampai saat ini pengunjung
masih tetap ramai. Pasar Kebalen memiliki dua lantai, dimana aktivitas pedagang
hanya terlihat pada lantai dasar sementara di lantai dua aktivitas perdagngan
sangat sepi.

Pasar Kebaeln disebut juga sebagai pasar pagi, karena pasar ini aktif di
pagi hari dari berakhir sebelum matahari terbit dulunya hingga pukul 10.00 WIB
akan tetapi sekarang telah berubah menjadi pukul 08.00 WIB. Pasar kebalen
terletak di Jalan Zaenal Zakse, Kelurahan Kota Lama, Kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang. Luas pasar kebalen yaitu 2.000 m2, dengan
jumlah pedagang.

Berdasarkan klasifikasi pasar yang dilihat dari pengelompokan pasar


berdasarkan letak, nilai jual obyek pajak, jumlah pedagang, komoditas pedagang,
dan potensi pedagang, pasar kebalen termasuk dalam kelas II yaitu pasar yang
retribusinya menyumbang atau mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
cukup atau sedang.
PETA KELURAHAN KOTA LAMA DAN PASAR KEBAELN
BAB V
ANALISA LOKASI

5.1 Karakteristik Pedagang Kaki Lima


Karakteristik pedagang kaki lima di kawasan pasar kebalen yang di jalan
zaenal zakse Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

5.1.1 Ruang Aktivitas


Lokasi dan tempat usaha berdagang para PKL di kawasan pasar kebalen
adalah di sepanjang jalan Zaenal Zakse dan juga berada di depan bangunan-
bangunan serta pertokoan yang ada di kawasan tersebut seperti berada di depan
toko dan pertokoan lainnya .

1. Lokasi
Dari hasil penelitian, lokasi yang paling diminati oleh PKL untuk
berdagang yaitu berada dekat dengan perempatan atau tepat depan
kawasan pasar kebalen. Alasan PKL menyukai lokasi tersebut karena
merupakan tempat lalu lalangnya para konsumen paling ramai. Selain
itu juga para PKL juga banyak menepati di sepanjang jalan zaenal
zakse atau berada di setiap deretan pertokoan dengan membuka tempat
yang non permanen di sebelah barat. Sesuai kriteria berlokasi PKL,
maka pada lokasi-lokasi yang terdapt pengunjung tinggi, menjadi
incaran PKL untuk beroperasi menjajakan dagangannya.
Lokasi-lokasi tersebut merupakan lokasi yang berdekatan dalam suatu
kawasan, maka dengan sendirinya akan menjadi suatu daya tarik yang
kuat di kunjungi oleh konsumen yang menimbulkan akumulasi
pengunjung/pergerakan pengunjung pada ruang penghubung antar
kegiatan tersebut.
Berkembangnya kegaiatan PKL di sekitar kegiatan perdagangan non-
formal ini, tidak dapat dihilangkan atau di tertibkan begiru saja, karena
dengan ditertibkan atau dilarang dalam bentuk peraturan bagaimnapun
tetap akan berkembang kegiatan PKL ini. Sekiranya perkembangan
PKL yang sudah ada pada lokasi-lokasi tersebut, keberadaanya tetap
diperbolehkan, hanya perlu adanya peraturan penataannya yang tidak
menimbulkan gangguan dan pelanggaran bagi pedagang, pengunjung,
pejalan maupun pengendara, serta tidak menimbulkan gangguan visual
kawasan.

5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Anda mungkin juga menyukai