PENDAHULUAN
1
Dikutip dari https://www.academia.edu /11397299/Pedagang_Kaki_Lima
2
Di kutip dari jurnal/ https://dspace.uii.ac.id
menggaggu ketertiban umum khususnya pada kawasan wisata pantai Padang.
Berdasarkan persoalan yang timbul dari dampak negatif adanya PKL di kawasan
wisata pantai Padang dan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Padang No. 3
Tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima, maka perlu
diketahui juga apakah pemerintah Kota Padang dapat mengimplementasikan
Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2014 dengan baik dan juga
bagaimana kendala pemerintah Kota Padang dalam mengimplementasikannya.
B. Rumusan Masalah
Dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2014
tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima telah dapat mengatasi
tata ruang kota yang sesuai dengan kelayakan dan kepatutan di Kota Padang.
Namun pada kenyataannya implementasi Perda ini belum merata keseluruh yang
ada di Kota Padang dan di kawasan wisata pantai Padang masalah Pedagang Kaki
Lima (PKL) masih belum terselesaikan dari keluarnya Perda ini sampai saat
sekarang tahun 2022. Tentunya ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
kenapa implementasi Perda ini belum dapat menyelesaikan masalah PKL di pantai
Padang. Hal ini membuat peneliti ingin mendalami masalah ini dan menemukan
sebuah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peneliti.
Dalam merumuskan masalah penelitian, peneliti membutuhkan penelitian
terdahulu yang digunakan sebagai acuan dan proses pengambilan data dalam
penelitian ini. Dalam jurnal yang berjudul Pengawasan Terhadap Pedagang Kaki
Lima Dalam Menertibkan Objek Wisata Pantai Purus Kota Padang, penelitian
yang dilakukan oleh Dian Pertiwi menemukan hasil bahwa pengawasan terhadap
PKL dalam menertibkan objek wisata Kota Padang secara keseluruhan belum
maksimal, telah dilakukan sosialisasi dan pembinaan namun belum adanya
kesadaran pedagang untuk mematuhi peraturan yang telah ditentukan dan belum
menyeluruhnya pembinaan yang dilakukan serta sudah dilakukan berupa
pemberian sanksi bagi yang melanggar, namun belum memberikan efek jera bagi
pedagang.3
Berdasarkan penelitian terdahulu, belum maksimalnya pengawasan
terhadap PKL dalam menertibkan objek wisata di pantai Padang, maka timbul
pertanyaan bagi peneliti yaitu apakah implementasi Peraturan Daerah Kota
Padang No. 3 Tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki
lima di pantai Padang berjalan dengan baik? Dan bagaimana kendala pemerintah
Kota Padang dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun
2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di pantai Padang?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah didapatkan, maka penelitian ini memiliki
tujuan yaitu untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Kota Padang No. 3
Tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di pantai
Padang dan menjelaskan kendala yang dialami pemerintah Kota Padang dalam
mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2014 tentang
penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di pantai Padang.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat
yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis/Akademik
Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pikiran dan
menganalisis implementasi Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2014
tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di pantai Padang, serta
memberi dan meningkatkan pengetahuan mengenai implementasi dari peraturan
daerah tersebut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi dan data untuk
menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang beragam sebagai
3
Dikutip dari Jurnal Pertiwi, Dian. “Pengawasan Terhadap Pedagang Kaki Lima Dalam
Menertibkan Objek Wisata Pantai Purus Kota Padang”. Vol. 1 No. 2 (Oktober, 2014)
referensi untuk para pembaca. Sehingga proposal pada penelitian ini dapat
dijadikan data dan sumber pada penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pembahasan tentang fenomena Pedagang Kaki Lima (PKL) di pantai
Padang sesungguhnya bukan menjadi hal baru lagi. Telah banyak para pemerhati
penataan dan pemberdayaan PKL yang berasal dari kelompok akademisi maupun
kelompok pemerintah yang melakukan penelitian terkait dengan permasalahan
PKL di pantai Padang. Bahkan dapat dikatakan bahwa isu ini tidak lagi menjadi
isu lokal tapi sudah menjadi isu nasional.
Isu ini mulai dibahas oleh banyak orang sehingga pemerintah
mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2014 tentang penataan
dan pemberdayaan pedagang kaki lima agar PKL yang ada di pantai Padang dapat
memperhatikan dan menjadi acuan juga bagi pemerintah, satuan dinas, dan juga
bagi para pelaku ekonomi. Dengan harapan PKL di pantai Padang dapat teratasi,
namun pada kenyataannya dari keluarnya Perda ini sampai sekarang tahun 2022
masalah PKL di pantai Padang masih belum dapat teratasi. Berikut beberapa hasil
penelitian yang membahas tentang fenomena PKL di pantai Padang:
1. Dian Pertiwi. “Pengawasan Terhadap Pedagang Kaki Lima Dalam
Menertibkan Objek Wisata Pantai Purus Kota Padang”. Vol. 1 No. 2
(Oktober, 2014)
Latar belakang penelitian yaitu tentang pengawasan Pedagang Kaki Lima
(PKL) di pantai purus Padang. Rumusan masalah penelitian adalah pengawasan
dan faktor yang mempengaruhi pengawasan terhadap PKL di pantai purus Padang.
Dan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengawasan terhadap PKL dalam
menertibkan objek wisata Kota Padang secara keseluruhan belum maksimal, telah
dilakukan sosialisasi dan pembinaan namun belum adanya kesadaran pedagang
untuk mematuhi peraturan yang telah ditentukan dan belum menyeluruhnya
pembinaan yang dilakukan serta sudah dilakukan berupa pemberian sanksi bagi
yang melanggar, namun belum memberikan efek jera bagi pedagang.4
Terakhir, hasil penelitian menunjukkan didalam mengadakan pengawasan
terhadap PKL adanya faktor yang mempengaruhi yaitu kurangnya sumber daya
manusia yang dimiliki oleh Satpol PP dan kurangnya fasilitas dan prasarana yang
ada.5
2. Dewi Anggraini. “Analisis Perilaku Pedagang Kaki Lima Terhadap Kawasan
Citra Pantai Padang”. Vol. 11 No. 76 (Juli, 2017)
Penelitian ini membahas tentang analisis perilaku Pedagang Kaki Lima
(PKL) di kawasan pantai Padang dan fokus pembahasan pada perilaku PKL yang
mempengaruhi citra kawasan pantai Padang dengan mempergunakan beberapa
teori di antaranya teori perilaku tenaga penjual oleh Babakus et. Al, dan konsep
citra menurut Philip Kotler.
Hasil penelitian bahwa dari segi perilaku pedagang dalam pemeliharaan
lingkungan tempat berjualan, pengelolaan kebersihan pantai belum dapat berjalan
dengan baik, sampah yang tidak terangkut, dan bibir pantai yang kotor masih
ditemukan di kawasan pantai Padang. Selain itu, dengan keadaan jalan yang tidak
memadai dan penataan kios yang kurang teratur membuat akses menuju pasar
menjadi sulit membuat pembeli enggan berbelanja ke pasar Dahlia. Serta
banyaknya pedagang pakaian di sekitar Jalan H. A. Rahman membuat persaingan
yang semakin tinggi dan omzet yang menurun hal ini tentunya akan mempersulit
pedagang dalam mengembangkan usaha.6
Perbedaan antara penelitian yang diatas dengan penelitian ini yaitu berada
pada fokus pembahasan penelitian. Fokus dua penelitian diatas lebih melihat
kepada hasil pengawasan dan perilaku Pedagang Kaki Lima (PKL) di pantai
Padang, yang menemukan hasil bahwa ternyata terdapat kelemahan dari
pengawasan sehingga PKL tidak dapat terkendali dan juga perilaku PKL di pantai
Padang masih banyak yang tidak mematuhi aturan menyebabkan terganggunya
4
Dikutip dari Jurnal Pertiwi, Dian. “Pengawasan Terhadap Pedagang Kaki Lima Dalam
Menertibkan Objek Wisata Pantai Purus Kota Padang”. Vol. 1 No. 2 (Oktober, 2014)
5
Dikutip dari Jurnal Pertiwi, Dian. “Pengawasan Terhadap Pedagang Kaki Lima Dalam
Menertibkan Objek Wisata Pantai Purus Kota Padang”. Vol. 1 No. 2 (Oktober, 2014)
6
Dikutip dari Jurnal Anggraini, Dewi. “Analisis Perilaku Pedagang Kaki Lima Terhadap Kawasan
Citra Pantai Padang”. Vol. 11 No. 76 (Juli, 2017)
lingkungan sekitar. Dan penelitian ini nantinya juga ingin mencari tahu dan
membuktikan tentang apakah fenomena yang ditemukan didalam dua penelitian
diatas juga ditemukan didalam implementasi Peraturan Daerah Kota Padang No. 3
Tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di pantai
Padang.
7
Dikuti dari https://eprints.uny.ac.id/18595/4/e.%20Bab%202%2009417144028.pdf
tindakan-tindakan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-
tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang
ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi
publik yang diarahkan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. 8
Dalam analasis penelitian ini berdasarkan teori Implementasi menurut Van
Meter dan Van Horn (Subarsono, 2006, hlm 99)9. Ada enam variabel yang
membentuk kaitan dengan kebijakan dan peforma kerja dari pemerintah daerah
Kota Padang, seperti berikut:
1. Standar dan tujuan Kebijakan
2. Sumber daya kebijakan
3. Komunikasi dan aktivitas penguatan antar-organisasi
4. Karakteristik jawatan pelaksana
5. Kondisi ekonomi, politik, dan sosial
6. Disposisi pelaksana.
Salah satu variabel yang paling relevan menurut peneliti dengan analisis
penelitian mengenai implementasi Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun
2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima yaitu sumber daya
kebijakan, kondisi ekonomi, politik, dan sosial, serta komunikasi. Sementara itu
yang terjadi di Kawasan wisata Pantai Padang masih belum mampu dalam sumber
daya finansial untuk menerapkan kebijakan tersebut. Penerapan kebijakan
Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2014 tentang penataan dan
pemberdayaan pedagang kaki lima membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Pemerintah daerah dan pihak terkait harus merombak dan melakukan peremajaan
terhadap sarana dan prasarana di kawasan wisata Pantai Padang. Agar pedagang
yang melanggar mendapatkan tempat yang seharusnya.
Faktor kekurangan sumber daya manusia juga menjadi penghambat proses
8
Dikutip dari https://eprints.uny.ac.id/18595/4/e.%20Bab%202%2009417144028.pdf
9
Dikutip dari http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1657/5/141801061_file%205.pdf
penertiban dan pemberdayaan pedagang kaki lima di kawasan wisata Pantai
Padang tersebut. Karena dalam pelaksanaan penertiban jumlah personel dengan
masyarakat tidak sebanding dan komunikasi antara dinas terkait yang bertanggung
jawab dalam mengatur pedagang kaki lima yang melanggar serta pelanggaran
lahan di kawasan wisata Pantai Padang masih dirasa kurang baik sebagaimana
mestinya. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya muncul pedagang kaki
lima dan penggunaan fasilitas jalan sebagai lahan parkir yang sangat mengganggu
ketertiban umum. Serta fasilitas pedagang yang kurang layak dan memiliki dana
sewa yang besar yang tidak sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat sekitar.
Menurut Van Meter dan Van Horn (Leo Agustino, 2006, hlm 144)
seharusnya koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses implementasi, maka kesalahan-kesalahan yang akan
terjadi dapat diminimalisir, dan begitu juga sebaliknya10.
C. Skema Penelitian
Berdasarkan teori dan konsep yang telah di jelaskan maka peneliti dapat
menggambarkan skema penelitian mengenai implementasi Peraturan Daerah
Kota Padang No. 3 Tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang
kaki lima.
10
Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta, 2006, hlm 144.
Bagan 1. Skema Implementasi Kebijakan
Kebijakan Publik
(Kebijakan penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima. )
Implementasi Kebijakan
Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2014
tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima.
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dan teknik penelitan adalah langkah selanjutnya yang
dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian. Pendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative research
Approach). Menurut Meleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang, apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain secara
historic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu
konteks yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Artinya
penedekatan kualitatif lebih menekankan pada pengamatan fenomena tentang apa
yang dialami subjek dan meneliti sustansi fenomena tersebut.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitaif dikarenakan peneliti
ingin memahami dan menganalisa mengenai bagaimana implementasi sebuah
kebijakan dapat berjalan dengan baik. Dengan berjalannya sebuah kebijakan tentu
terdapat berbagai kesulitan untuk menerapkan kebijakan tersebut untuk itu kita
perlu mengetahui secara rinci dan mendalam bagaimana Implementasi Peraturan
Daerah kota Padang No.3 Tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan
pedagang kaki lima di pantai Padang. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat
bagaiamana sebuah penerapan Implementasi kebijakan dan apa saja kendala yang
ada dalam penerapan sebuah kebiakan tersebut.
Kemudian teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
dan wawancara. Observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti untuk mengetahui keaadaan objek, situasi, konteks dan
maknanya dalam upaya mengumpulkan data peneilitian. Wawancara dipakai
sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan apa saja yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal hal dari respon lebih
dalam lagi. Dengan wawancara nantinya kita akan mendapatkan info mengenai
fenomena langsung dari objek yang kita teliti. Untuk hal yang akan di observasi
dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan ini pada kesempatan ini, lokasi atau
tempat penelitiannya adalah Kota Padang, tepatnya berada di Pantai Padang,
karena kami peneliti disini membahas sebuah implementasi kebijakan pemerintah
mengenai Pedagang Kaki Lima yang berada di pantai Padang. Untuk mengetahui
sejauh mana sebuah Implementasi Peraturan Daerah kota Padang No.3 Tahun
2014 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di pantai Padang
dapat terealisasikan dengan baik dan kemudian mengetahui apa saja kendala serta
hambatan dalam menerapkan sebuah kebijakan pemerintah tersebut.
C. Peran Penelitian
Dalam penelitian kualitatif peneliti memiliki peran sebagai orang yang
melakukan rencana lalu mengumpulkan data dan melakukan analisis yang pada
akhirnya ia sebagai pencetus penelitian. Pada dasarnya penelitian kualitatif
menekankan kepada peneliti maupun bantuan orang lain yang merupakan sebagai
alat pengumpul data utama (Moleong, 2012). Oleh karena itu, kunci utama dalam
melakukan penelitian dipegang oleh peneliti. Peran peneliti tidak hanya sebagai
pengambil data, pengolah data, dan penemu data hasil penelitian, melainkan
peneliti juga akan menjadi teman untuk subjek. Alhasil akan menjadi lebih akurat
dan terbukti kebenarannya alasannya karena semakin subjek percaya kepada
peneliti, maka akan memudahkan mereka untuk bercerita jujur atau apa adanya
dan juga dapat meminimalisir terjadi jawaban yang mengada-ada.
11
Sugiyono, A, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),2016, hlm 330
12
Farida Nugrahani, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam penelitian Pendidikan Bahasa, 2014,
hlm 115
yang diperlukan untuk membandingkan atau mencek ulang derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Triangulasi sumber
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan perbandingan
diantara informan penelitian. Pada penelitian ini triangulasi sumber data dilakukan
dengan orang yang paham dengan masalah penelitian. Dalam menentukan
informan triangulasi, peneliti menyiapkan kriteria yang memudahkan peneliti
dalam menentukan informan triangulasi, yaitu: orang yang paham kebijakan
publik dan orang yang seering berurusan dengan PKL serta berada disekitar
Pantai Padang.
13
Ibid, hlm 147
14
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S., Handbook of qualitative research, 1994.