Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KERTAS KERJA

UPAYA MENGUBAH IMAGE PASAR RAKYAT YANG KUMUH AGAR


DIMINATI, DENGAN PENERAPAN SNI

OLEH :
NURMALITA RAHMASARI, S.STP
BIRO PEMERINTAHAN OTDA DAN KERJASAMA SETDA PROVINSI
JAWA TENGAH

SOP SEBAGAI PEDOMAN MENUJU PASAR BER-SNI


PASAR KARANGAYU KOTA SEMARANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
JL. Setiabudi No.201 A Semarang
KATA PENGANTAR

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel/Grafik
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap daerah tentunya memiliki karakteristik pertumbuhan ekonomi

yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, sangat diperlukan untuk

mengenali karakteristik ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri dalam

melakukan pembangunan ekonomi suatu daerah. Pembangunan ekonomi

daerah diartikan suatu proses dimana pemerintah daerah dan

masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membetuk suatu

pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ekonomi di wilayah tersebut.

Saat ini telah disahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014

tentang Perdagangan, sehingga penggunaan istilah “pasar tradisional”

berubah menjadi “pasar rakyat”. Pasar rakyat ini menjadi salah satu target

Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla

selama periode 2014-2019, dalam misi dan program terkait upaya

pencapaian “Berdikari dalam Bidang Ekonomi” yang di dalamnya

disebutkan bahwa akan menjalankan kebijakan renovasi dan revitalisasi

terhadap 5.000 pasar rakyat yang telah berumur 25 tahun. Berdasarkan

data Kementerian Perdagangan, pasar rakyat di Indonesia berjumlah

9.559 unit dan telah menyumbangkan lapangan pekerjaan yang

menampung sebanyak 2,6 juta pedagang belum termasuk pemasok

1
barang serta pengelola pasar. Dengan banyaknya jumlah pasar rakyat

tersebut, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan perlu melakukan

penataan, pengelolaan serta pembinaan pada seluruh pasar rakyat.

Pemerintah sebenarnya sudah memiliki payung hukum yang

tertuang dalam dalam Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern. Di dalam peraturan ini disebutkan bahwa Pemerintah dan

Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama

sesuai dengan bidang tugas masing-masing melakukan penataan,

pembinaan dan pengawasan pasar tradisional. Selain itu, terdapat pula

Permendag No. 48/2013 tentang pedoman pembangunan dan

pengelolaan sarana distribusi perdagangan; Permenkes No. 15/2013

tentang fasilitas khusus menyusui dan memerah Air Susu Ibu (ASI);

Kepmenkes No. 519/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar

sehat; Permen Pekerjaan Umum (PU) No. 30/2006 tentang pedoman

teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.

Secara mendasar, peraturan-peraturan tersebut menjadi pedoman awal

bagi beragam program penataan dan revitalisasi pasar rakyat di sejumlah

kementerian dan lembaga non kementerian. Sampai saat ini, Kementerian

Perdagangan, yaitu sejak 2015 hingga 2018 telah berhasil melakukan

pembangunan, termasuk revitalisasi sebanyak 4.211 unit pasar rakyat di

34 provinsi di Indonesia dan masih memiliki target 789 unit di tahun 2019

2
ini untuk di selesaikan. Berikut ini adalah daftar pasar yang sudah ber SNI

di Indonesia.

Tabel 1 Pasar Ber-SNI

Adanya berbagai peraturan dan keinginan untuk senantiasa menata,

mengelola dan membina pasar rakyat menjadi lebih baik lagi, maka

disusunlah SNI pasar rakyat yang telah terbit sejak 2015 sebagai

pedoman bersama semua pemangku kepentingan. Ruang lingkup dari

SNI tersebut akan fokus pada sisi pemenuhan persyaratan yang meliputi

persyaratan umum, persyaratan teknis dan persyaratan pengelolaan yang

harus dimiliki oleh pasar rakyat. Dengan kata lain, pasar rakyat harus

3
dikelola dengan mengacu pada SNI. Standarisasi ini adalah salah satu

upaya untuk mengubah citra pasar yang kurang diminati menjadi lebih

baik, agar kualitas layanan yang diberikan sesuai dengan persyaratan

yang ada pada SNI sehingga akan meningkatkan animo masyarakat untuk

kembali berbelanja di pasar rakyat. Selain itu, SNI juga berguna untuk

melindungi konsumen dan menggerakkan ekonomi daerah yang berbasis

kearifan lokal. Dalam melakukan upaya tersebut, pemerintah harus lebih

berhati-hati, karena bisa saja terjadi perbedaan persepsi terhadap proses

revitalisasi antara pihak pemerintah dan pedagang, sehingga pemerintah

harus tetap memperhatikan aspek-aspek keunggulan yang menjadi jiwa

pasar rakyat itu sendiri.

1.2 Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Tujuan

Berkaitan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan di

atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya mengubah

image pasar rakyat yang kumuh agar diminati, dengan penerapan SNI.

1.2.2 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai adalah, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan dijadikan masukan mengenai alternatif strategi

yang dapat melengkapi strategi yang telah dijalankan dalam rangka

pengembangan pengelolaan pasar di Kota Semarang dan sekitarnya

dengan menerapkan SNI.

1.3 Ruang Lingkup

4
Penelitian ini dibatasi hanya mencakup penyusunan strategi

pengembangan pengelolaan pasar rakyat yang dikelola Pemerintah Kota

Semarang, yang disesuaikan dengan lingkungan internal dan eksternal,

sehingga tidak dapat digeneralisasi ke daerah yang lebih luas. Penelitian

juga dilakukan dengan proses benchmarking dengan satu pasar rakyat

lain, yang sudah memiliki status SNI. Proses benchmarking tersebut

dilakukan dengan membandingkan penerapan SNI dan key success factor

terkait pengelolaan pasar selama ini dan persyaratan SNI.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I berisi tentang latar belakang masalah yaitu tentang fenomena

yang terjadi bahwa pemerintah memiliki kebijakan untuk mengubah

pasar tradisional yang identik dengan kotor dan kumuh dengan SNI

BAB II merupakan hasil penelitian yang berisi gambaran umum pasar,

rencana menuju pasar ber-SNI dan upaya-upaya yang dilakukan.

BAB III merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

5
BAB II

HASIL PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Menuju Pasar ber-SNI

Bangunan Pasar Johar yang didesain Thomas Karsten diajukan

menjadi pasar bersetifikat Standar Nasional Indonesia. Pengajuan itu

dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Semarang mengajukan ke

Kementerian Perdagangan RI. Ada beberapa pasar di Indonesia yang

menyandang predikat SNI yakni Pasar Oro-Oro Dowo (Kota Malang),

Pasar Modern BSD (Kota Tangerang Selatan), Pasar Manis (Kabupaten

Banyumas), dan Pasar Tanggul (Kota Surakarta).

Saat ini Dinas Perdagangan sedang mempersiapkan ketentuan dan

persyaratan untuk menjadikan Pasar Johar sebagai pasar berstandar SNI.

Di antaranya estetika bangunan fisik, memiliki manajemen pengelola

pasar, bersanitasi air bersih, sistem drainase dan pengelolaan sampah

yang baik, terdapat sistem papan informasi, serta pengelolaan dan

ketersediaan parkir yang memadai.

2.2 Pelaksanaan Menuju Pasar Ber-SNI

SNI Pasar Rakyat ini disusun untuk memudahkan para pelaku pasar

dalam mengelola dan membangun pasar secara profesional, serta

memberdayakan komunitas pasar. Penerapan SNI pasar rakyat tidak

6
hanya menguntungkan para pedagang, tapi juga menguntungkan para

konsumen. Hal ini karena SNI Pasar rakyat menekankan faktor

kebersihan, kesehatan, keamanan dan kenyamanan. Di pasar rakyat

disediakan timbangan di pintu keluar sehingga pembeli bisa melakukan

pengecekan terhadap kesesuaian berat barang yang dibelinya. Hal ini

juga sebagai pendorong agar para pedagang selalu mengecek kebenaran

alat timbangannya.

2.3 Rencana Tindak Lanjut

Beberapa faktor untuk mewujudkan pasar ber-SNI antara lain:

1. Bentuk Bangunan Ideal

Bentuk bangunan pasar tradisional berpengaruh pada

kenyamanan pembeli. Berdasarkan gambar DED dapat dilihat bahwa

pasar Rasamala, Bulu, dan Peterongan memiliki bentuk dasar

bangunan persegi. Hal itu sudah sesuai menurut studi tipologi bentuk

dan fungsi bahwa persegi atau segi empat adalah bentuk yang cocok

untuk bangunan pasar.

2. Penataan Kios dan Los

Penataan di Pasar Rasamala sudah cukup baik dengan zonasi

berdasarkan jenis dagangannya, yaitu sembako dan sayur di lantai

satu, daging, ikan, pakaian dan aksesoris di lantai dua, dan buah di

lantai basement. Tiap zona sudah memiliki papan keterangan yang

terletak di atas agar mudah terbaca oleh pengunjung. Hanya

beberapa kios saja yang sudah memiliki papan nama dan identitas.

7
Pasar Rasamala memiliki ukuran kios 3 x 2,5 meter dan los 2 x 1

meter dengan tinggi meja 80 cm. Permasalahan penataan pedagang

yaitu masih banyaknya pedagang dasaran terbuka dan pancakan,

yaitu pedagang yang berjualan secara lesehan dan tempatnya

berpindah pindah yang keberadaannya tidak teratur sehingga

mengganggu kenyamanan pengunjung.

Penataan di Pasar Bulu juga sudah melakukan pembagian

zonasi kios dan los berdasarkan jenis barang dagangannya. Lantai

satu untuk pedagang sembako, sayur, pakaian, lantai dua untuk

buah, daging, ikan, makanan ringan, dan lantai tiga untuk peralatan

rumah tangga. Pedagang di Pasar Bulu sebagian besar sudah

memberikan papan identitas untuk kios-kiosnya. Pasar Bulu memiliki

ukuran kios 3 x 3 meter dan los 2 x 1,5 meter dengan tinggi meja 135

cm. Permasalahan penataan pedagang yaitu terdapat banyak

pedagang yang tidak menempati kiosnya dan lebih memilih untuk

berjualan di tempat yang tidak seharusnya. Pasar Peterongan

memiliki ukuran kios 3 x 2 meter dan los 1 x 1,5 meter dengan tinggi

meja 85cm.

3. Kinerja Ruas Jalan dan Aksesibilitas

Pasar Rasamala berlokasi sekitar 40 meter dari jalan utama

yaitu Jalan Jati Raya, pasar Bulu berlokasi di daerah kawasan

Tugumuda di Jalan Mgr Soegijopranoto dan Pasar Peterongan

berlokasi di Jalan MT Haryono.

8
Pasar Rasamala pada jam puncak pasar akan mempengaruhi

kondisi lalu lintas akibat adanya peningkatan volume kendaraan.

Kemacetan yang timbul diakibatkan oleh keluar masuknya kendaraan

yang parkir di bahu jalan terdekat gedung pasar. Keberadaan PKL di

sepanjang jalan menuju pasar juga menjadi faktor yang menyebabkan

berkurangnya kapasitas ruas jalan. Lokasi yang terpengaruh terhadap

kondisi lalu-lintas tersebut berada di Jalan Jati Raya dan Jalan Rasamala

Timur. Potensi kemacetan di Pasar Bulu diakibatkan oleh kendaraan yang

keluar dan masuk melalui Jalan MGR Soegiopranoto dan keberadaan

PKL di Jalan Jayengan. Akses keluar masuk kendaraan yang tidak

terpisah di Pasar Peterongan, ditambah lagi dengan penggunaan bahu

jalan dari Jalan MT Haryono sebagai tempat parkir.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil diskusi di atas dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Perbandingan kondisi pasar zaman dahulu dengan sekarang

mengalami perbedaan, mulai dari jenis barang dagangan yaitu

contohnya jasa penggilingan bumbu, bahan adonan kue, dan alat

tulis yang tidak dijual di pasar zaman dahulu. Kemudian peran pasar

tradisional yang tidak lagi sebagai kontrol penguasa terhadap hasil

panen tetapi pasar tradisional sebagai tempat perputaran ekonomi.

Pasar tradisional pada zaman sekarang tidak dimanfaatkan sebagai

tempat untuk menyampaikan pengumuman karena sudah

memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan pengumuman. Selain

itu, rotasi pasar tradisional pada zaman dahulu berbeda dengan

sekarang, pada zaman dahulu pasar tradisional diadakan sekali

dalam seminggu dengan tempat yang berbeda setiap minggunya,

sedangkan sekarang pasar tradisional diadakan setiap hari ditempat

yang telah ditentukan.

10
2. Dampak yang ditimbulkan oleh revitalisasi yaitu dari segi bangunan

menjadi lebih bagus, lebih bersih, tidak becek lagi jika hujan, tetapi

dari segi pendapatan, tidak semua pasar menjadi ramai setelah

direvitalisasi, contohnya pasar Bulu.

3. Untuk standar penataan pasar tradisional yang direvitalisasi dari SNI

Pasar Rakyat didapat bahwa untuk penerapan sistem zonasi dan

penyediaan fasilitas dirasa sudah baik dan tepat. Namun ada

beberapa hal yang masih harus diperbarui dan ditambahkan, karena

dalam standar yang ada masih belum sesuai jika diimplementasikan

di lapangan dan masih ada beberapa standar yang belum disebutkan

di dalam SNI tersebut, yaitu tentang standar lebar lorong di dalam

pasar tradisional, tipikal dan jumlah lantai bangunan, penataan dan

pengelolaan fasilitas, peningkatan aksesibilitas, penataan pedagang

lesehan, dan sistem penarikan retribusi.

4. Penerapan kebijakan di lapangan sudah baik. Tapi masih ada

beberapa yang belum berjalan dengan baik dan tidak sesuai, seperti

kebijakan tentang penyediaan tempat sampah oleh masing-masing

pedagang dan penyusunan barang dagangan secara rapi dan

teratur. Oleh sebab itu perlu adanya sistem pengelolaan pasar

tradisional yang baik sehingga kebijakan yang ada dapat

diimplementasikan secara baik di lapangan.

3.2 Saran

11
Dari hasil pengamatan dan analisa yang telah dilakukan, serta

berdasarkan peraturan dan kebijakan yang ada, penulis dapat

memberikan beberapa rekomendasi terhadap standar penataan bangunan

pasar tradisional yang direvitalisasi. Rekomendasi tersebut berupa

rekomendasi teknis dan rekomendasi manajemen.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fanani, F. dan Niswah, F. (2013). Manajemen Strategi Pengelolaan


Ketertiban Pedagang di Pasar Tradisional. Jagir Surabaya,
(http://ejournal.unesa.ac.id diakses 29 September 2022).
Genah, T.F dan Kindangen, J.L (2013). Redesain Pasar Tradisional
Bersehati di Manado, (http://ejournal.unsrat.ac.id diakses 29
September 2022).
Nugroho, B.A.A. dan Herbasuki, N., 2014. Strategi Pengembangan Pasar
Tradisional di Kota Semarang. Jurnal Fakultas Ilmu

13

Anda mungkin juga menyukai