Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan suatu kota sudah tentu dipengaruhi oleh keadaan dan aktivitas
ekonomi pada kota tersebut. Seiring perkembangan perekonomian di Indonesia, sangat
membutuhkan sebuah tempat/wadah untuk menjual kebutuhan pokok masyarakat yang
berupa sandang, pangan dan papan. Salah satu sarana yang dapat menampung hal tersebut
adalah pusat perbelanjaan atau pasar yang merupakan tempat transaksi jual beli antara
pedagang dan pembeli. Pasar menjadi salah satu pusat pelayanan kota yang tidak hanya
melayani satu tempat atau fungsi. Pasar tradisional terbentuk sejak manusia mengenal
sistem perdagangan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang pada awalnya
hanya sebatas pada pelayanan di lingkungan permukiman.

Pasar merupakan pranata penting dalam kegiatan ekonomi dan kehidupan


masyarakat sejak dulu. Tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dari hasil produksi sendiri
atau sebaliknya, kelebihan dari hasil produksinya perlu untuk dijual. Untuk itu diperlukan
arena sebagai tempat untuk bisa memperoleh barang dan jasa. Selain sebagai muara dari
produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat untuk bekerja yang sangat
berarti bagi masyarakat. Sejak zaman penjajahan, kegiatan pasar beserta para pedagangnya
berkembang secara alamiah. Menurut Nastiti (2003), pasar timbul karena kelebihan
produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi dan memerlukan tempat pengaliran untuk
dijual, selain itu pemenuhan kebutuhan akan barang-barang memerlukan tempat yang
praktis untuk mendapatkan barang-barang baik dengan menukar atau membeli.

Pasar tradisional sejak jaman dulu memegang peran penting dalam menggerakkan
ekonomi rakyat, selain itu juga berfungsi sebagai tempat bermuaranya produk-produk
rakyat di sekitarnya dan merupakan penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, hingga saat
ini pasar tradisional di seluruh Indonesia mencapai 13.450 unit dan mampu menampung
lebih dari 12.625.000 pedagang (Malono. 2011). Menurut Asosiasi Pedagang Pasar
Tradsional Seluruh Indonesia (APPSI) pada tahun 2005 sebanyak 400 kios tutup setiap
tahunnya kerena kalah saing dengan pasar modern. Menurut wakil menteri perdagangan
(Wamendag) pertumbuhan pasar modern sebesar 31,4 persen dan pasar rakyat minus 8,1
persen sehingga pendapatan pasar domestik semakin berkurang
(www.lensaindonesia.com, edisi 24 April 2012). Perkembangan pasar modern bukan
penyebab utama redupnya pasar tradisional tetapi karena infrastruktur pasar tradisional
semakin memburuk, pengorganisasian para PKL, dan pelaksanaan praktik pengelolaan
pasar yang lebih baik (QE Journal, Vol.01 - No.01). Sejauh ini pasar tradisional memegang

PASAR RAKYAT LUWUK 1


peran penting dalam perkembangan di bidang perekonomian Indonesia, tetapi telah
terbentuk citra sebagai tempat belanja yang kumuh, becek, jorok, infrastruktur tidak
nyaman dan tidak memadai yang menjadi faktor menurunnya daya saing dengan tempat
perbelanjaan lainnya seperti mal, dan minimarket yang mempunyai kualitas kenyamanan
bagi pengunjungnya.

Pasar rakyat Simpong merupakan pasar tradisional sebagai pasar induk di


Kabupaten Luwuk Banggai terletak di Kecamatan Luwuk, dengan luas lahan 2.5 ha dan
terdapat los sebanyak 200, kios 200, tidak tertampung 300 pedagang (sumber: Dinas
Perdagangan Kab Banggai ). Jenis barang dagangan bersifat heterogen dengan sistem
penjualan ecerana atau grosiran, Penataan pasar rakyat Simbong masih banyak yang
bercampurnya antara pedagang daging dengan pedagang konveksi, buah-buahan serta
sayuran, saluran drainase tidak berfungsi dengan baik, fasilitas MCK, parkir kurang
memadai, sehingga faktor kesehatan makanan dan lingkungan terabaikan. Fasilitas
kemanan seperti pemadam kebakaran tidak ada, selain itu setiap tahunnya jumlah pedagang
bertambah, sehingga dari segi fisik bangunan kawasan pasar Simpong membutuhkan
peningkatan kapasitas dan fasilitas, serta pengembangan, sehingga pemanfaatannya lebih
optimal. Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar berasal dari pasar tradisional
dalam hal ini adalah Pasar Induk Kabupaten Luwuk Banggai (Pasar rakyat Simong). Selain
potensi yang ada dan merujuk pada ( disini Perda Kabupaten Luwuk ), maka diperlukan
adanya perencanaan dan perancangan penataan dan pengembangan pasar rakyat Simpong.

Dari uraian diatas, maka dibutuhkan penataan, dan pengembangan “ PASAR


RAKYAT SIMPONG” sehingga mempunyai ciri khas yaitu sebagai tempat wisata belanja,
kuliner, edukasi, dan meningkatkan pendapatan daerah. Untuk mengatasi permasalahan
Pasar rakyat Simpong maka menggunakan pendekatan desain terhadap Iklim lingkungan,
bertujuan untuk memanfaatkan potensi dan kondisi alam pada tapak agar menunjang
kenyamanan ruang. Dari segi arsitektural bentuk bangunan menggunakan konsep
Industrialis kerana akan lebih mendukung terutama pada segi fisik bangunan dan
lingkungan sehingga dapat memfasilitasi kegiatan yang ada.

PASAR RAKYAT LUWUK 2


B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana merencanakan penataan pasar rakyat Simpong ?


2. Bagaimana merencanakan sarana dan prasarana pasar rakyat Simpong ?
3. Bagaimana merancang fisik bangunan pasar rakyat Simpong ?

C. TUJUAN DAN SASARAN PEMBAHASAN

1. Tujuan pembahasan

Adapun tujuan pembahasan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk merencanakan penataan pasar rakyat Simpong yang menyesuaikan kapasitas dan
fasilitas agar pemanfaatan pasar rakyat Simpong lebih optimal.
b. Untuk melengkapi sarana dan prasarana pasar rakyat Simpong yang sesuai dengan standar
sarana dan prasarana pasar rakyat.
c. Untuk merancang fisik bangunan pasar rakyat Simpong tanpa mengesampingkan nilai –
nilai setempat.

2. Sasaran pembahasan

Menjadikan pasar rakyat Simpong sebagai tempat wisata belanja, kuliner, dan edukasi yang
dapat meningkatkan ekonomi daerah Luwuk sendiri.

D. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN

1. Lingkup pembahasan

a. Kawasan pasar rakyat Simpong sebagai Kawasan perdagangan yang bersifat


dinamis dan tidak termasuk dan tidak termasuk wilayah sonservasi.
b. Pembahasan dibatasi hanya pada lingkup arsitektur yang mendasari faktor – faktor
perancangan fisik bangunan sedangkan ilmu lain dipakai diperlukan terbatas pada
keterkaitan pada permasalahan yang mungkin dapat menjadi landasan dalam
pemecahan masalah.

2. Batasan pembahasan

Pembahasan ditekankan pada permasalahan dan persoalan yang ada serta diarahkan
sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam mewujudkan suatu konsep perencanaan dan
perancangan.

PASAR RAKYAT LUWUK 3


E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Mengemukakan pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan
persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup I - 10 pembahasan serta
sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Mengemukakan teori pasar tradisional, dan tinjauan secara umum tentang
sistem pasar di perkotaan, sehingga bisa menciptakan daya tarik tersendiri
terhadap kawasan dan memiliki karakter yang khas tanpa mengabaikan
kondisi dan potensi kawasan itu sendiri.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi penelitian yang berisi tentang uraian bahan, materi penelitian,
dan data yang dikumpulkan.

PASAR RAKYAT LUWUK 4

Anda mungkin juga menyukai