Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR 1

Nama : Ishak Yedija Daeli


NIM : 180406134
Dosen : Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, PhD

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
A. ROMAWI
Peradaban Romawi kuno terletak di semenanjung Apenia (yang sekarang disebut Italy)
dan berpusat di kota Roma. Pada awalnya peradaban ini dimulai dari kehidupan bangsa Latia
di lembah sungai Tiber dan hidup dengan bertani. Dalam legenda Kota Roma didirikan oleh
Romulus (raja pertama kerajaan romawi). Lalu pada tahun 492 SM Latium mulai dikuasai
oleh bangsa Etruskia yaitu bangsa yang kuat dan berpengaruh, namun pada akhirnya bangsa
Latia memberontak dan berhasil mendirikan Negara baru yaitu kerajaan romawi yang
berbentuk republik.
Pada awalnya Bangsa Romawi hidup sebagai petani, namun setelah bangsa romawi
berhasil melawan bangsa Etruskia, bangsa ini menjadi masyarakat yang kapitalis dan
materialis. Mereka suka berperang dan mengumpulkan kekayaan. Selain sebagai bangsa yang
suka perang, bangsa romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha. Mereka
membeli ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang
didatangkan dari daerah – daerah jajahan.

a. Gambaran umum kekuasaan Romawi

Gambar 1 : Wilayah Kekuasaan Romawi


Sumber : id.quora.com

Dalam historiografi, Romawi kuno adalah peradaban Romawi sejak berdirinya kota Roma
pada abad ke-8 SM (753SM) hingga runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 M,
meliputi Kerajaan Romawi (753-509 SM), Republik Romawi (508-27M), dan Kekaisaran
Romawi hingga jatuhnya kekaisaran barat (27SM – seterusnya).
Kekuasaan Romawi berasal dan berkembang berupa semenanjung, menjorok ke selatan-
timur di Laut Mediterania. Keadaan geografis tersebut bertolak belakang dengan Yunani yang
berupa kepulauan dan sebagian besar wilayah daratannya berupa pantai, dari Laut Aegean.
Roma sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan Romawi, berada di bagian selatan-tengah
semenanjung, tidak jauh dari pantai laut Mediterania.

b. Kepercayaan Romawi Kuno


Sama seperti peradaban Yunani Kuno, orang – orang Romawi juga memiliki kepercayaan
terhadap dewa – dewa. Hanya saja dewa – dewa yang mereka puja tidak sama dengan dewa –
dewa yang dipuja oleh kaum Yunani. Dewa- dewa yang dipercayai bangsa Romawi antara
lain :
 Jupiter (raja dewa-dewa)
 Yuno (dewi rumah tangga)
 Minerus (Dewi pengetahuan)
 Venus (dewi kecantikan)
 Mars (dewa perang)
 Neptunus (dewa laut)
 Diana (dewi pemburuan)
 Bacchus (dewa anggur)

c. Kebudayaan Romawi Kuno


Kebudayaan Romawi kuno merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan Yunani dan
Etruskia. Hal ini terlihat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan seni di romawi kuno.
Dalam ilmu pengetahuan , bangsa romawi bukanlah menciptakan teori – teori , melainkan
pelaksana teori – teori yang sudah ada pada peradaban yunani. Jadi bisa dikatakan dalam
perumpamaan bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli
praktek.
Seni romawi sebenarnya percampuran 2 unsur budaya yaitu Estruskia dan Yunani yang
kemudian menjadi budaya baru. Bangsa romawi tidak memiliki seniman besar, akan tetapi
romawi mendatangkan seniman seniman dari Yunani. Oleh karena itu pengaruh yunani di
romawi sangat kuat. Disamping itu politik maupun seni budaya roma dibawah bangsa
Etruskia.

d. Sejarah Perkembangan Arsiktektur Romawi


Arsitektur Romawi Kuno mengembangkan berbagai aspek berbeda dari arsitektur Yunani
Kuno dan teknologi-teknologi baru seperti pelengkung dan kubah untuk menciptakan suatu
gaya arsitektural baru. Arsitektur Romawi berkembang di seluruh Kekaisaran selama periode
Pax Romana. Penggunaan material-material baru, khususnya beton, merupakan suatu ciri
yang sangat penting.
Arsitektur Romawi mencakup periode dari berdirinya Republik Romawi pada tahun 509
SM sampai sekitar abad ke-4 M, yang mana setelah itu menjadi diklasifikasi ulang sebagai
Abad Kuno Akhir atau arsitektur Bizantium. Sebagian besar contoh yang masih terlestarikan
berasal dari periode belakangan. Gaya arsitektural Romawi terus mempengaruhi bangunan di
bekas kekaisaran tersebut selama berabad-abad, dan gaya yang digunakan di Eropa Barat
sejak sekitar tahun 1000 disebut arsitektur Romanesque untuk mencerminkan
ketergantungannya pada bentuk-bentuk Romawi dasar.
 Periode Kerajaan Romawi (753 – 509 SM)
Sekitar 700 SM, bangsa Etruria memperkenalkan arsitektur Asia Barat ke Italia, dan
mengajarkannya pada bangsa Romawi. Kini tidak banyak arsitektur Etruria yang tersisa,
namun banyak makam bawah tanah mereka yang masih ada, selain juga reruntuhan kuil-
kuil mereka.
 Periode Republik Romawi (508SM – 27 SM)
Pada periode Republik, bangsa Romawi banyak melakukan pengembangan pada kota
mereka. Mereka membangun saluran air, jalan, dan saluran pembuangan. Forum dan kuil
Romawi juga berkembang. Orang-orang juga membuat teater dan colosseum untuk
permainan para gladiator.
 Periode Kekaisaran Romawi (27SM – seterusnya)
Kaisar pertama Romawi, Augustus, melakukan lebih banyak perubahan. Dia membangun
Altar Perdamaian, pemakaman untuk keluarganya, dan teater batu yang besar untuk
pertunjukan drama. Cucu tiri Augustus, Tiberius, membangun ulang kuil Castor dan Pollux
di Forum Romawi. Cicit buyut Augustus, Nero, juga membangun banyak bangunan,
termasuk Istana Emasnya. Pada 69 M, Vespasianus mengambil beberapa material dari
Istana Emas untuk membangun Kolosseum. Putra Vespasianus, Titus, membangun
pelengkung kejayaan, dan putranya Domitianus membangun istana besar untuk dirinya
sendiri di bukit Palatina.

e. Karakteristik Arsitektur Romawi


 Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti dalam
pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.
 Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat
kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara hidup dan
termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur social
kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta besar.
 Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.
Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalam skala yang lebih luas atau dalam skala
kota demikian juga sebaliknya.
 Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media ekspresi
arsitektural, pada skala kota dan interior.
 Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi
arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.
 Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik, tersusun
secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.

f. Tipologi Arsitektur Romawi


 Kuil
Merupakan asimilasi yang berasal dan elemen-elemen arsitektur Yunani. Beberapa bentuk
bangunannya tidak berdiri sendiri, diantaranya merupakan gabungan dinding pembatas
ruang yang vertikal dengan yang melengkung dan diatur secara aksial. Bangunan kuil
dipersernbahkan untuk tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad) yaitu : Jupiter, Juno
dan Minerva. Berikut contoh-contoh kuil :
1. Kuil Jupiter Capitolinus (509 SM)
Salah satu kuil yang memiliki denah segi empat berada di pusat kota roma, kuil ini terletak
diatas sebuah bukit sehingga dapat dilihat dari berbagai tempat di kota. Tata letak kuil
kemungkinan mendapat pengaruh dari Yunani, dan juga seperti denah segi empat,
konstruksi kolom dan balok berciri langsing serta kepala kolom dihias dengan ukiran
floral.

Gambar 2 : Perspektif dan Denah segi empat Kuil Jupiter Capitolinus


Sumber :beckyadipati.wordpress.com
Memiliki tangga masuk yang tidak berbeda dengan kuil Yunani, yakni langsung
berhubungan dengan bagian dari kuil dan posisinya seperti teras depan. Perbedaan antara
kuil ini dengan kuil Yunani adalah letak Naos yang tidak berada ditengah, Naos
mempunyai 3 kamar berderet melintang yang didalamnya diletakan patung.

2. Pantheon Roma
Pantheon Roma merupakan kuil terbesar di zamannya yang berdenah lingkaran, kuil
terletak di tengah-tengah pusat seni, budaya dan pemerintahan kota pada zaman Romawi.
Mula pertama kuil dibangun oleh Agrippa pada 27 SM, kemudian direkonstruksi oleh
Hadrien antara 117-125 M. Pada abad VII ditransformasikan menjadi gereja.

Gambar 3 : Tampak depan, denah, dan ornamen Korintien pada


kepala kolom Kuil Vesta, Tivoli (80 M).
Sumber : id.scribd.com

Denah lingkaran dikombinasikan dengan gerbang masuk berdenah segi empat. Pintu
masuk terdapat dibelakang konstruksi gerbang tersebut. Pada portico terdapat 16 buah
kolom, yang berderet 8 kolom pada ujung atas tangga. Kolom-kolom tadi terbuat dari batu
granit utuh. Kedelapan kolom depan menyangga pediment dan frize yang dihias dengan
cornice. Semua hiasan pada kepala kolom dan pilaster di dalam maupun pada portico
bercorak floral, khususnya daun Acanthus sangat khas dekorasi Korintien.

 Forum
Forum Romawi (bahasa Latin: Forum Romanum, bahasa Italia: Foro Romano) adalah
sebuah forum (plaza) persegi yang dikelilingi oleh reruntuhan sejumlah bangunan
pemerintahan kuno di pusat kota Roma. Warga kota kuno menyebut alun-alun yang
dulunya pasar ini Forum Magnum, atau Forum saja.
Selama berabad-abad, forum ini merupakan pusat kehidupan masyarakat Romawi: tempat
prosesi kemenangan dan pemilihan umum;
tempat pidato umum, pengadilan kriminal,
dan pertandingan gladiator; dan inti dari
segala aktivitas perdagangan. Di sini,
berbagai patung dan monumen menjadi tugu
peringatan bagi para pahlawan kota. Sebagai
jantung Romawi kuno, forum ini disebut-
sebut sebagai tempat pertemuan paling ramai Gambar 4 : Forum Tavares Italia

sepanjang sejarah dunia. Terletak di lembah Sumber : reidsitaly.com

kecil antara Bukit Palatine dan Capitoline, forum ini sekarang merupakan kumpulan
reruntuhan arsitektur dan galian arkeologis yang menarik sejumlah wisatawan.

 Colloseum
Merupakan bangunan yang
dikembangkan dari bentuk Theatre
Yunani yang kemudian dengan
penggunaan teknologi beton dapat
dibuat bangunan yang secara
konstruktif bertumpu pada

kolomnya sendiri. Yang terkenal Gambar 5 : Bangunan Colloseum

adalah Colloseum Roma, Sumber : britannica.com

bangunan ini dibangun pada tahun 79 AD serta berkapasitas sekitar 50.000 orang
penonton. Fungsi Colloseum sudah tidak sama dengan Theatre. Colloseum dipergunakan
untuk arena tontonan adu binatang dengan manusia (gladiator) dengan sifat kekerasan yang
menonjol, atau adu kekuatan lain yang tidak seimbang. Bangunan ini terdiri dari 3 tingkat,
dimana tiap tingkat mempunyai langgam gaya kolom yang berbeda-beda.

 Basilika
Basilika adalah gedung pengadilan Romawi dengan ciri ruang utama di tengah tinggi, dan
dikelilingi oleh gang (aisle). Pada ujungnya terdapat ceruk (apse) dimana para pejabat
pengadilan duduk. Dan pada bagian tengah untuk umat disebut nave dan apse untuk altar.
Gambar 6 : Situasi dari Forum Trajan, dan denah dalam Basilika Trajan di Roma (98-112 M).
Sumber : id.scribd.com

 Thermae
Istilah thermae yang berasal dari kata thermos (panas), turunan dari bangunan gymnasia di
zaman Yunani. Bangunan jenis ini tidak kalah megah dan mewah dibanding bangunan lain
seperti basilika, kuil, dan lain-lain. Hal itu menunjukan bahwa kegiatan mandi di
permandian penting dalam kehidupan masa itu, terutama di kalangan kekaisaran Roma.
Hal ini dapat di lihat dari kemewahan arsitektur Thermae Caracalla.

Gambar 7 : Thermae Caracalla


Sumber : id.scribd.com

 Amphitheatre
Merupakan bangunan double Theatre, dengan bentuk ellips, fungsinya adalah untuk
pacuan kuda dan balap lari. Bangunan dibuat dengan konstruksi :
• Pondasi dengan menggunakan bahan lava (puzolana)
• Dinding dengan menggunakan bahan tufa
• Pelengkung bagian atas/atap dengan memakai batu pumuse atau batu ringan

Gambar 8 : Amphitheatre
Sumber : kompasiana.com
 Aquaduc
Dalam pengembangan wilayah jajahan Roma, konstruksi pelengkung sangat berperan
terutama dalam membangun jembatan dan jembatan saluran air (aquaduct). Salah satu
konstruksi luar biasa besarnya, dibangun pada zaman Romawi adalah Pont du Grand di
Nimes, Perancis (14 M) berupa konstruksi jembatan yang mempunyai saluran air
sepanjang 40 km, mengalirkan air dari Uzes ke Nimes. Panjang aquaduct 268.83 m,
membentang setinggi 47.24 m di atas permukaan sungai dan lembah.

Gambar 9 : Pont du Grand di Nimes, Perancis (14 M), pandangan melintang dan detail konstruksi.
Sumber : architecturestation.com

 Spalato
Rumah tinggal para pemimpin yang menampilkan karakter simetris dan bernuansa muter
kekaisaran, makna yang ditampilkan menunjukkan peran kaisar sebagai Cosmocreator
(kekuatan yang menguasai dunia).

Gambar 10 : Istana Diokletianus


Sumber : id.scribd.com

B. MESIR KUNO
Peradaban Mesir kuno merupakan salah satu peradaban yang tertua di dunia. Di situ kita
dapat mengenal berbagai tekhnologi yang sangat maju di zamannya. Misalnya saja Piramida
di Gizeh, tak dapat dibayangkan bahwa bangsa Mesir dapat membangun bangunan sebesar itu
tanpa menggunakan peralatan modern seperti sekarang, bahkan para peneliti masih meneliti
mengenai tekhnologi yang digunakan pada saat itu, karena apabila hanya menggunakan
tenaga manusia saja dianggap tidak masuk akal.
Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua di benua Afrika yang berasal dari
tahun 4000 SM. Hal ini diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh
pasukan Perancis yang dipimpin Napoleo Bonaparte. Batu tulis itu berhasil dibaca oleh
seorang Perancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800) sehingga sejak tahun itu
terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 4000 SM.

Gambar 11 : Lokasi peradaban Mesir


Sumber: gurugeografi.id
Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu
dan Hilir sekitar 3150 SM, peradaban ini selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga
milenium. Sejarahnya mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing
diantarai oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno
mencapai puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini mulai
mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir.
Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran
Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian provinsi
Romawi. Meskipun ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode
kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di
lembah sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban
independen Mesir.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik antara sumber daya
alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
 irigasi teratur terhadap Lembah Nil;
 eksploitasi mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
 perkembangan awal sistem tulisan dan sastra independen;
 organisasi proyek kolektif;
 perdagangan dengan wilayah Afrika timur dan tengah serta Mediterania timur; serta
 aktivitas militer yang menunjukkan karakteristik kuat hegemoni kerajaan dan dominasi
wilayah terhadap kebudayaan tetangga pada beberapa periode berbeda.

a. Kehidupan Masyarakat Mesir Kuno


Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil
bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur. Sungai
Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah. Ada empat negara yang
dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir.
Di sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah gurun Arabia di tepi Laut
Merah. Batas selatan terdapat gurun Nubia di Sudan, batas barat adalah gurun Libia.
Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah
Berkat adanya sungai Nil, daerah Mesir menjadi daerah yang subur. Sungai Nil bersumber
dari suatu mata air yang terletak jauh di dataran tinggi Afrika Timur. Sungai Nil mengalir ke
utara dan setiap tahun mendatangkan banjir. Setelah banjir ini surut, tinggallah lapis lumpur
yang subur ditempat tergenang tadi. Serokan pengairanpun turut juga denuh dengan lumpur.
Lumpur inilah yang menyuburkan Mesir, yang tak akan ada ubahnya dari daerah gurun yang
mengelilinginya, seandainya negri itu tidak tergenang oleh air sungai Nil ketika bah. Tetapi
berkat keadaan tersebut, maka sejak zaman kuno negeri Mesir telah Menjadi “lumbung
gandum” dan itulah sebabnya, maka negri itu sering juga disebut orang “hadiah dari sungai
Nil”. Di muara sungai Nil terdapat suatu delta yang luas dan di situlah terletak kota-kota
penting seperti Kairo, Iskandaria, Abusir, dan Rosetta
Lembah sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil
dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air
sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk
keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah
atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum, sekoi atau jamawut dan jelai
yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung.
Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat
Mesir, maka dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di
kawasan Laut Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan.
Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.
b. Pemerintahan
Sistem pemerintahan Mesir berbentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja dengan
kekuasaan absolute atau mutlak. Para ahli membagi sejarah kerajaan Mesir menjadi tiga
zaman, sebagai berikut:
 Zaman Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM)
Raja-raja dari zaman Mesir Tua bertahata di Thinis. Pada awalnya kerajaan Mesir terdiri
dari dua kerajaan, yaitu kerajaan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Kedua kerajaan ini berhasil
dipersatukan oleh Firaun Menes. Sebagai pemersatu ia digelari Nesutbiti dan digambarkan
memakai mahkota kembar.

Gambar 12 : Pelat Narmer menggambarkan penyatuan Mesir Hulu dan Hilir.


Sumber : id.scribd.com
Kerajaan Mesir Tua disebut zaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-
piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser. Piramida di Gizeh adalah
makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa. Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena
sejak tahun 2500 SM pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar
misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang
melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara
Mesir Hilir dan Mesir Hulu.
 Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM)
Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia berhasil memulihkan
persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara lain membuka tanah
pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan
perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan pulau Kreta.
Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia).
Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.
Pada waktu itu kerajaan Mesir Tengah sedang mengalami kehancuran yang sangat
signifikan.
 Kerajaan Mesir Baru ((1570 - 1075 SM)
Sesudah diduduki bangsa Hyksos, Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman
imperium. Disebut zaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut
wilayah/daerah di Asia barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria.

c. Sistem kepercayaan bangsa Mesir kuno


Masyarakat Mesir Kuno percaya dan memuja banyak dewa (polythesime). Dewa yang
dipuja itu ada yang khusus milik masyarakat desa, daerah atau kota, bahkan ada dewa yang
dihormati oleh seluruh bangsa Mesir.
 Dewa Osiris sebagai dewa tertinggi
 Dewa Thot (dewa pengetahuan)
 Dewa Anubis (dewa berkepala anjing) sebagai dewa kematian
 Dewa Apis berwujud Sapi
 Dewa Ra (dewa Matahari) dan kemudian menjadi Dewa Amon-Ra (Sewa Bulan Matahari).

d. Karakteristik Arsitektur Mesir


Akibat kelangkaan kayu, kedua bahan bangunan yang dominan digunakan di Mesir kuno
adalah dipanggang matahari-bata lumpur dan batu, terutama batu kapur, tetapi juga batu pasir
dan granit dalam jumlah yang cukup besar. Dari Kerajaan Lama seterusnya, batu biasanya
disediakan untuk makam-makamdan kuil-kuil, sedangkan batu bata yang digunakan bahkan
untuk istana raja, benteng, dinding candi Bait dan Putoz, dan untuk anak perusahaan
bangunan di kompleks candi.
Rumah-rumah mesir yang terbuat dari lumpur yang dikumpulkan dari sungai Nil, saat itu
ditempatkan dalam cetakan dan dibiarkan kering di bawah terik matahari untuk mengeras
untuk digunakan dalam konstruksi.
Peningkatan dari pemakaian bata/lumpur
yang dikeringkan dibawah terik matahari
menjadi konstruksi batu yang lebih baik
kualitasnya dan perlu teknik yang lebih tinggi
dalam pengerjaannya. Dalam waktu ± 200 tahun
saja, ahli bangunan Mesir telah begitu
menguasai bahan bangunan baru tersebut, dan
dapat menyelesaikan pyramid di Giza. Gambar 13 : Karateristik bangunan Mesir
Sumber : id.scribd.com
e. Karakter Bangunan Arsitektur Mesir
Bangunan di Mesir mempunyai 3 karakter, yaitu :
 Bangunan untuk Dewanya yaitu kuil
 Bangunan makam untuk Firaun/Raja dewa yang sudah meninggal (rumah abadi/Piramid)
 Bangunan rumah tinggal biasa untuk orang hidup yang berstrata : istana, rumah
bangsawan, rumah rakyat biasa

 Bangunan Kuil
Bangunan kuil biasanya merupakan suatu kompleks pemujaan yang lengkap mencakup
tempat tinggal para pendeta, kolam suci, bengkel kerja dan lain-lain.
Bangunan demikian ini tidak ada yang sama antara suatu tempat dengan tempat yang lain,
akan tetapi ada bagian pokok, dimana terdapat pada setiap kuil yaitu bangunan gerbang
(pilon). Kuil Dewa merupakan bangunan besar berdinding yang dibangun pada lantai datar
dan terbuat dari batu pasir. Kuil dirancang terutama untuk dinikmati dari dalam. Bagian
utamanya adalah sebuah pilon (2 piramid
yang dipotong puncaknya dan membentuk
gerbang besar); sebuah halaman dengan
tiang-tiang tanpa atap, sebuah ruangan
beratap tinggi dengan langit-langit yang
disangga oleh tiang-tiang kokoh dari batu
pasir; sebuah tempat suci sebagai kamar

pribadi Dewa yang tersembunyi dibelakang Gambar 14 : Bangunan Kuil

dinding dan dikelilingi kamar-kamar Sumber : kompasiana.com

upacara yang berukuran kecil.

 Bangunan Makam
Bangunan makam merupakan bangunan yang dibuat secara bertahap mulai dari bentuk
yang sederhana sampai mencapai bentuk yang sempurna. Bentuk makam tersebut adalah :
Mastaba, Piramid, Tangga, Piramid bengkok dan akhirnya Piramid sempurna.
- Makam Raja Awal
Yaitu mastaba yang ditemukan di saqqara. Mastaba adalah awal terbentuknya pyramid.
Piramid mencerminkan rumah sesudah kematian, replika istana dan menjadi panggung
pemujaan bagi raja
Piramid dilengkapi dengan tempat pemujaan, patung penjaga (spinx), monumen 20-30 m
(obelisq), pintu pintu palsu (13 dari 14), dipenuhi dengan lorong jebakan yang beracun,
dilengkapi tangga dan lorong sebagai simbol menuju langit dimana Paraoh bergabung
dengan Dewa Matahari “Amon dan Dewa Bulan Ra” dalam perjalanan menuju surga.
Piramid yang terkenal pada masa Kerajaan Tua di Giza
· Piramid Khufu ( Cheops )
· Piramid Khafre ( Chepren)
· Piramid Menkure ( Mycherinus )
- Makam Raja Pertengahan
Makam yang muncul ke atas tanah mulai dihilangkan.
Dikembangkan makam di tepi tebing sungai ni di atas gunung karang ”sistem hollow out”.
Muka bangunan disebut ”grotto” dengan cara
memotong gunung karang
Disusun dalam tiga elemen :
· Kolom-kolom portiko untuk publik
· Kapel untuk pemujaan
· Ruang makam
Komplek makam yang terkenal adalah Gambar 15 : Makam Mentuhotep
Sumber : id.sodiummedia.com
makam Mentuhotep.
- Makam Raja Baru
Makam berupa kuil yang terdiri dari denah panjang dengan susunan kolom, terdapat inner
court, pencahayaan kurang, ruang ruang terikat oleh sirkulasi dan struktur linier.
Kuil yang terkenal ditemukan di thebes yang disebut kuil Theban. Kuil sengaja dirancang
dengan sistem serial pengalaman melewati ruang. Ruang luar terbuka dan terang,
sementara ruang dalam tertutup dan gelap. Secara psikologis akses begini sebagai bentuk
penjabaran ruang masuk selektif, hanya rajay ang layak berdoa dan berjumpa dengan
Tuhan
Kuil Thebes disebut kuil seratus pintu yang sekarang dikenal dengan nama : Karnak dan
Luxor. Dilengkapi dengan Obelisk: menara yang dipahat dengan tulisan Hyroglieph:
riwayat raja
 Bangunan Rumah Tinggal
Bangunan rumah tinggal yang lengkap, milik keluarga bangsawan, terdiri dari sebidang
tanah yang cukup luas, yang didahului sebuah pintu gebang. Bangunan induk terletak
ditengah, dengan bentuk segi empat, yang dibangun dengan bahan bata mentah / Lumpur
yang dikeringkan.
Pembagian ruang teratur dan fungsional. Taman diletakan pada bagian kanan depan,
bagian belakang untuk kandang, sedangkan bagian sisi untuk tempat tinggal pelayan, dapur
bengkel kerja, gudang gandum terletak di sisi kiri depan.

f. Bangunan Arsitektur Mesir


 Piramida Giza
Piramida Agung Giza (Khufu Pyramid) adalah bagian utama dari kompleks bangunan
makam yang terdiri dari dua kuil untuk menghormati Khufu, tiga piramida yang lebih kecil
untuk istri Khufu, dan sebuah piramida "satelit" yang lebih kecil lagi, berupa lintasan yang
ditinggikan, dan makam-makam mastaba berukuran kecil di sekeliling piramida para
bangsawan. Keistimewaan piramida giza yaitu :
- Piramida Giza (Khufu) yang merupakan satu dari The famous seven wonders of The
Ancient World.
- Dibangun dengan memasukkan unsur astronomi dimana piramida ini merupakan bagian
dari konsep sabuk Orion. Tiga piramida Giza (salah satunya Khufu) memiliki jarak
antar piramida yang sangat akurat terhadap posisi 3 bintang sabuk Orion (bintang
Alnitak, Alnilam, dan Mintaka)

Gambar 16 : Piramida Mesir (Khufu Pyramid)


Sumber : id.scribd.com

- Memiliki kesejajaran pada empat arah mata angin.


- Jarak antara empat sisi dasar memiliki korelasi dengan lingkaran bumi
- Perimeter piramida dalam inchi adalah jumlah hari dalam 100 tahun (36.542 hari)
- Rasio antara panjang perimeter dasar dan tinggi piramida adalah 3,14 atau nilai phi
dalam matematika.
- Temperatur di dalam piramida berada dalam kondisi tetap yaitu 68º F atau sama dengan
temperatur internal bumi.
- Struktur Piramida sangat rumit. Terdapat lorong dari ruang makam ke langit yang
dibuat sangat lurus sempurna.
- Patung sphinx yang berada di dekat piramida Khufu dibangun jauh sebelum piramida
khufu dibangun (10.000 – 11.000 SM)
- Merupakan piramida tertinggi yang ada di Mesir yang totalnya sekitar 118 piramida.
Piramida Khufu memegang rekor sebagai bangunan tertinggi di dunia selama hampir
3800 tahun dan rekor terpecahkan ketika Menara Eiffel selesai dibangun pada 1889
dengan tinggi 324 m.

 Sphinx
Sphinx adalah gambaran makhluk mistis yang memiliki tubuh singa dan kepala manusia,
yaitu raja. Singa menggambarkan kekuatan; manusia atau raja menggambarkan
kebijaksanaan. Di dalam tradisi Yunani Sphinx ini tidak hanya memiliki tubuh singa dan
kepala manusia tetapi juga memiliki sayap raksasa, yang kemungkinan adalah sayap elang.
Mesir percaya bahwa Sphinx adalah sebuah makhluk yang penuh kemurahan dan
kelembutan, tetapi memiliki kekuatan yang begitu dahsyat sebagaimana yang dipercaya
juga oleh Yunani. Sphinx yang terbesar
dan paling terkenal ditemukan di Giza
yang berdekatan dengan Piramida-
Piramida Raksasa Giza. Sphinx ini
dianggap oleh para ahli adalah milik dari
Firaun Khafre (Chepren), anak dari
Firaun Khufu (Cheops). Wajah yang
terdapat pada Sphinx tersebut adalah
wajah dari Firaun Khafre sendiri. Sphinx Gambar 17 : Sphinx
ini dibangun sekitar 2558 SM. Sumber : amazine.co

 Temple Of Karnak
Bagi orang Mesir, kuil merupakan tempat tinggal dewa di dalam dunia ini. Di dalam
bahasa Mesir, kata yang digunakan untuk menyebut kuil memiliki arti rumah dewa.
Kehadiran dewa di dalam kuil merupakan sebuah tempat penghubung antara kehidupan di
bumi dan dunia para dewa.
Salah satu keunikan dari Kuil Karnak dibandingkan dengan kuil yang lain adalah kuil ini
dibangun dalam jangka yang begitu panjang dan sekitar 30 Firaun berpartisipasi di dalam
pembangunan kuil ini sehingga tidak mengherankan kuil ini menjadi begitu besar,
kompleks, dan beraneka ragam bangunan yang ada di dalamnya. Salah satu bagian yang
sangat terkenal dari kuil ini adalah Hypostyle Hall yang dianggap sebagai salah satu
arstiktur terbaik di dunia yang pernah ada.
Untuk memasuki salah Kuil Karnak ini, maka kita harus melewati jejeran Sphinx (dulunya
sekitar 1350 sphinx) yang disebut sebagai Avenue of the Sphinxes sepanjang 2,5 km.
Sekarang hanya tersisa puluhan Sphinx dan sisanya masih di dalam usaha pencarian.

Gambar 18 : Temple Of Karnak


Sumber : destinationinegypt.wordpress.con

 Obeliks

Obelisk adalah bangunan batu berupa tugu. Pembangunan


obelisk dimaksudkan untuk memuja Dewa Re. Bangunan yang
dianggap suci itu itu juga berfungsi mencatat kejadian-
kejadian penting. Itulah sebabnya, pada dinding obelisk
dijumpai tulisan hieroglyph.

Gambar 19 : Obelisk
Sumber : ancient.egypt.online.com

C. MOHENJO DARO
Mohenjo-daro adalah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah
Sungai Indus, terletak di propinsi Sind, Pakistan. permukiman kota pertama di dunia, bersamaan
dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan bersejarah ini
dimasukkan oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Arti dari Mohenjo-daro adalah "bukit
orang mati". Seringkali kota tua ini disebut dengan "Metropolis Kuno di Lembah Indus".
Mohenjo-daro dibangun sekitar tahun 2600 SM, tetapi dikosongkan sekitar tahun 1500 SM.
Mohenjo-daro terletak di sebuah bubungan zaman Pleistosen di tengah-tengah dataran banjir Sungai
Sindhu. Bubungan tersebut kini terkubur oleh pembanjiran dataran tersebut, tetapi sangat penting pada
zaman Peradaban Lembah Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota Mohenjo-daro berdiri di atas
dataran sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah jurang di antara lembah Sungai Sindhu
di barat dan Ghaggar-Hakra di timur.

Gambar 20 : Kota Mohenjo Daro


Sumber : harappa.com
Peradaban Lembah Indus (c. 3300-1700 SM, f. 2600-1900 SM) adalah sebuah peradaban sungai
kuno yang berkembah di lembah sungai Indus di India Kuno (kini di Pakistan dan India Barat Laut).
Peradaban ini juga dikenal sebagai "Peradaban Harappa." Beberapa arkeolog berpendapat bahwa
Peradaban Indus mencapai jumlah lima juta penduduk pada puncaknya.
Saat ini, lebih dari seribu kota dan permukiman telah ditemukan, terutama di lembah Sungai
Sindhu di Pakistan dan India barat laut.Mohenjo-daro memiliki bangunan yang luar biasa, karena
memiliki tata letak terencana yang berbasis grid jalanan yang tersusun menurut pola yang sempurna.
Pada puncak kejayaannya, kota ini diduduki sekitar 35.000 orang. Bangunan-bangunan di kota ini
begitu maju, dengan struktur-struktur yang terdiri dari batu-bata buatan lumpur dan kayu bakar
terjemur matahari yang merata ukurannya.
Mohenjo-daro adalah sebuah kota yang cukup terlindungi. Walau tak ada tembok, namun terdapat
menara di sebelah barat pemukiman utama, dan benteng pertahanan di selatan. Mohenjo-daro telah
dimusnahkan dan dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali, kota baru dibangun terus di atas
kota lama. Pembanjiran dari Sungai Indus diduga menjadi penyebab kerusakan.

a. Lokasi
Mohenjo-daro terletak di Sindh, Pakistan, disebuah bubungan zaman Pleistosen ditengah tengah
dataran banjir Sungai Sindhu. Bubungan tersebut kini terkubur oleh pembanjiran dataran tersebut,
tetapi sangatlah penting pada zaman peradaban lembah Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota
Mohenjo-daro berdiri diatas dataran sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah jurang
diantara lembah Sungai Sindhu di Barat dan Ghaggar-Hakra di Timur. Sungai Sindhu masih mengalir
ketimur situs itu, tetapi dasar sungai Ghaggar-Hakra ini sudah kering. Pembangunan antropogenik
selama bertahun-tahun dipercepat oleh kebutuhan memperluas tempat. Bubungan tersebut diluaskan
melalui platform bata lumpur raksasa. Akhirnya, penempatan tersebut meluas begitu besar sehingga
ada bangunan yang mencapai 12 meter diatas permukaan dataran masa kini.

Gambar 21 : Peta Lokasi Mohenjo Daro


Sumber : gurugeografi.id

b. Penemuan Kembali dan Penggalian

Mohenjo-daro dibangun sekitar tahun 2600 SM, tetapi dikosongkan sekitar tahun 1500
SM. Pada tahun 1922, kota ini ditemukan kembali oleh Rakhaldas
Bandyopadhyay dari Archaeological Survey of India. Ia dibawa ke sebuah gundukan oleh
seorang biksu Budha yang mempercayai bahwa gundukan tersebut adalah sebuah stupa. Pada
1930-an, penggalian besar-besaran dilakukan di bawah pimpinan John Marshall, K. N.
Dikshit, Ernest Mackay, dan lain-lain. Mobil John Marshall yang digunakan oleh para
direktur situs masih berada di museum Mohenjo-daro sebagai tanda untuk memperingati
perjuangan dan dedikasi mereka terhadap Mohenjo-daro. Penggalian selanjutnya dilakukan
oleh Ahmad Hasan Dani dan Mortimer Wheeler pada tahun 1945.
Penggalian besar terakhir di Mohenjo-daro dipimpin oleh Dr. G. F. Dales pada tahun 1964-
65. Setelah itu, kerja penggalian di situ dilarang karena kerusakan yang dialami oleh struktur-
struktur yang rentan akibat kondisi cuaca. Sejak tahun 1965, hanya proyek penggalian
penyelamatan, pengawasan permukaan, dan konservasi yang diperbolehkan di situ. Meskipun
proyek arkeologi besar dilarang, namun pada 1980-an, tim-tim peninjau dari Jerman dan Italia
yang dipimpin oleh Dr. Michael Jansen dan Dr. Maurizio Tosi, menggabungkan teknik-teknik
seperti dokumentasi arsitektur, tinjauan permukaan, dan penyelidikan permukaan, untuk
menentukan bayangan selanjutnya mengenai peradaban kuno tersebut.

c. Kepentingan

Pada zaman dahulu, Mohenjo-daro merupakan salah satu pusat administratif Peradaban
Lembah Indus kuno. Pada puncak kejayaannya, Mohenjo-daro adalah kota yang paling
terbangun dan maju di Asia Selatan, dan mungkin juga di dunia. Perencanaan dan tekniknya
menunjukkan kepentingan kota ini terhadap masyarakat lembah Indus.
Kebudayaan Indus berkembang berabad-abad lamanya, lalu mengalami kebangkitan
sekitar tahun 3000 SM. Peradaban tersebut menjangkau wilayah yang kini diduduki
negara Pakistan dan India Utara, tetapi tiba-tiba mengalami kemerosotan sekitar tahun 1900
SM. Pemukiman Peradaban Indus tersebar sejauh pantai Laut Arab di Gujarat di selatan,
perbatasan Iran di barat, dengan kota perbatasan di Bactria. Di antara permukiman-
permukiman itu, pusat kota utama berada di Harappa dan Mohenjo-daro, dan juga Lothal.
Puing-puing Mohenjo-daro adalah salah satu pusat utama dalam masyarakat kuno ini.
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa Peradaban Indus mencapai jumlah lima juta penduduk
pada puncaknya.
Saat ini, lebih dari seribu kota dan permukiman telah ditemukan, terutama di lembah
Sungai Sindhu di Pakistan dan India barat laut.

d. Sistem Tata Kota

Kota Mohenjo daro dapat dikatakan telah memiliki kebudayaan tinggi dalam bidang
arsitektur karena adanya penataan massa bangunan kota yang sangat rapi dan teratur.
Penataan massa bangunan yang diterapkan dalam kota Mahenjo Daro adalah konsep
organisasi grid. Jalan yang ada berupa saling tegak lurus dan berjajar sehingga membentuk
blok-blok tapak (berupa kotak-kotak) yang digunakan sebagai tempat pendirian bangunan.
Konsep ini dapat dilihat pada penataan kawasan perumahan modern maupun apartemen yang
tiap rumah tertata sangat rapi dan berada di jalur lurus.

e. Arsitektur dan Fasilitas Kota

Mohenjo-daro memiliki bangunan yang


luar biasa, karena memiliki tata
letak terencana yang berbasis grid jalanan
yang tersusun menurut pola yang
sempurna. Pada puncak kejayaannya, kota
ini dihuni sekitar 35.000 orang. Bangunan-
bangunan di kota ini begitu maju, dengan
struktur-struktur yang terdiri dari batu-bata
buatan lumpur dan kayu bakar terjemur Gambar 22 : Kota Mohenjo Daro

matahari yang merata ukurannya. Sumber : id.scribd.com

Secara garis besar, Kota Mohenjo Daro dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya.
Bagian timur kota (disebut Lower Town) merupakan wilayah yang digunakan sebagai
perumahan penduduk. Sedangkan bagian lain dari kota (disebut Citadel) merupakan sebuah
kawasan pusat kota Mohenjo Daro.
Pada bagian Lower Town (letaknya rendah), terdapat sistem jaringan jalan yang
membentang dari utara hingga selatan dan timur hingga barat. Jalanan ini membagi beberapa
petak tanah menjadi blok-blok (kotak-kotak) yang merupakan tempat perumahan penduduk
berada. Keadaan ini menjadikan kota Mohenjo Daro sangat rapi dan teratur sehingga mudah
dalam melakukan pengawasan.

Bangunan-bangunan publik di kota ini adalah lambang masyarakat yang sangat terencana.
Bangunan yang bergelar Lumbung Besar di Mohenjo-daro menurut interpretasi Sir Mortimer
Wheeler pada tahun 1950 dirancang dengan ruang-ruang untuk menyambut gerobak yang
mengirim hasil tanaman dari desa, dan juga ada saluran-saluran pendistribusian udara untuk
mengeringkannya. Akan tetapi, Jonathan Mark Kenoyer memperhatikan bahwa tidak ada
catatan mengenai keberadaan hasil panen dalam lumbung ini. Maka dari itu, Kenoyer
mengatakan lebih tepat untuk menjulukinya sebagai "Balai Besar".

Di dekat lumbung tersebut ada sebuah bangunan publik yang pernah berfungsi
sebagai permandian umum besar, dengan tangga yang turun ke arah kolam berlapis bata di
dalam lapangan berderetan tiang. Wilayah permandian berhias ini dibangun dengan baik,
dengan lapisan tar alami yang menghambat kebocoran, di samping kolam di tengah-tengah.
Kolam yang berukuran 12m x 7m, dengan kedalaman 2.4m ini mungkin digunakan untuk
upacara keagamaan atau kerohanian.

Perumahan di Mohenjo Daro memiliki tipe yang berbeda-beda, ada yang berukuran besar
dan ada pula yang berukuran kecil sesuai dengan kebutuhan dan status sosial pemiliknya. Para
ahli menyatakan bahwa beberapa rumah yang ada, dahulunya merupakan bangunan dua lantai
dengan tangga yang terbuat dari batu bata. Setiap rumah memiliki ruang pemandian dan
sistem drainase yang teratur.

Sumber air bersih yang ada di Mohenjo Daro adalah berupa sumur di dalam ruangan
rumah yang pengaliran ke ruangan lain menggunakan pipa berbahan tanah liat. Sedangkan
sarana pembuangan air kotor menggunakan saluran air yang berada di tepi jalan perumahan.
Saluran ini terhubung dengan rumah penduduk sehingga air kotor dari sisa penggunaan di
dalam rumah dapat langsung mengalir ke saluran air kota. Beberapa rumah ini dilengkapi
kamar yang terlihat ditetapkan untuk mandi. Air buangan disalurkan ke selokan tertutup yang
membarisi jalan-jalan utama. Pintu masuk rumah hanya menghadap lapangan dalam dan
lorong-lorong kecil. Ada berbagai bangunan yang hanya setinggi satu dua tingkat.
Sebagai kota pertanian, Mohenjo-daro juga bercirikan sumur besar dan pasar pusat. Kota
ini juga memiliki sebuah bangunan yang memiliki hypocaust, yang kemungkinan digunakan
untuk pemanasan air mandi.

Sedangkan bagian Citadel (disebut pula sebagai kuil kota - letaknya lebih tinggi dari
Lower Town) yang merupakan pusat kota terdapat beberapa fasilitas perkotaan. Beberapa
fasilitas tersebut adalah:

 The Great Bath

Berupa bangunan yang menyerupai


kolam berukuran 12 x 7 (dalam meter)
dengan material berupa batu bata.
Kedalaman kolam ini sekitar 2,4 meter
dengan tangga yang terbuat dari batu
bata untuk turun hingga dasar kolam. Di
sekitarnya berupa beranda dengan alas
batu bata.
Gambar 23 : The Great Bath
Beberapa pendapat menyatakan bahwa Sumber : harappa.com
bangunan kolam ini digunakan sebagai
tempat melakukan ritual keagamaan berupa pemandian (pensucian badan). Pendapat ini
didukung dengan penemuan artefak berupa batuan yang mirip dengan batu gosok untuk
mandi.

Dalam kepercayaan Hindu, ritual pemandian seperti ini merupakan salah satu ritual untuk
pensucian jiwa dan raga pengikutnya. Kemungkinan besar, ritual pemandian yang
dilakukan di The Great Bath merupakan sebuah tradisi dari agama Hindu.

 The Granary

Merupakan bangunan yang digunakan oleh


penduduk kota Mohenjo Daro sebagai
tempat penyimpanan hasil pangan (hasil panen)
yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan
penduduk.
Gambar 24 : The Granary
Sumber : thebetterindia.com
 Assembly Halls

Sebuah bangunan dengan area terbuka yang


cukup luas (seperti lapangan).

Gambar 25 : Assembly Halls


Sumber : indiatoday.in
Mohenjo-daro adalah sebuah kota yang cukup terlindungi. Walau tak ada tembok, namun
terdapat menara di sebelah barat pemukiman utama, dan benteng pertahanan di selatan.
Perbentengan tersebut, dan struktur kota-kota lain di Lembah Indus seperti Harappa,
menimbulkan pertanyaan apakah Mohenjo-daro memang pusat administrasi. Harappa dan
Mohenjo-daro memiliki arsitektur yang mirip, dan tidak berbenteng kuat seperti situs-situs
lain di Lembah Indus. Jelas sekali dari tata ruang di semua situs-situs Indus, bahwa ada suatu
pusat politik atau administrasi, hanya saja tidak jelas lagi sejauh mana jangkauan dan fungsi
pusat administrasi tersebut.

Mohenjo-daro telah dimusnahkan dan dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali,
kota baru dibangun terus di atas kota lama. Banjir dari Sungai Indus diduga menjadi penyebab
utama kerusakan.

f. Masyarakat

Orang-orang Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri menjadi
tanda tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tak dapat ditelusuri hingga sekarang. Bahasa
dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang ditemukan di sana masih belum
dapat dipecahkan hingga sekarang. Uniknya di kota tersebut tidak ditemukan bangunan untuk
kegiatan religius dan tanda-tanda sistem kasta. Hal ini mengakibatkan para peneliti
berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup
bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan
memiliki filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial).
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/177704554/Sejarah-Arsitektur-Romawi-Kuno

https://id.scribd.com/document/191625926/Arsitektur-Mesir-Kuno

https://id.scribd.com/doc/269151036/10-Kota-Besar-Yang-Lenyap-Dari-Peradaban

https://id.scribd.com/document/358588614/Arsitektur-India

https://id.scribd.com/document/372206633/Sejarah-Arsitektur-Romawi-Ringkasan

https://id.scribd.com/document/374986877/Mohenjo-daro-Wikipedia-Bahasa-Indonesia-
Ensiklopedia-Bebas

https://id.scribd.com/document/390162836/Mesir-Kuno

https://id.scribd.com/document/416054563/SEJARAH-ARSITEKTUR-ROMAWI-KUNO-docx

https://id.scribd.com/doc/95614934/Sejarah-Peradaban-Mesir-Kuno

Anda mungkin juga menyukai