DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
A. ROMAWI
Peradaban Romawi kuno terletak di semenanjung Apenia (yang sekarang disebut Italy)
dan berpusat di kota Roma. Pada awalnya peradaban ini dimulai dari kehidupan bangsa Latia
di lembah sungai Tiber dan hidup dengan bertani. Dalam legenda Kota Roma didirikan oleh
Romulus (raja pertama kerajaan romawi). Lalu pada tahun 492 SM Latium mulai dikuasai
oleh bangsa Etruskia yaitu bangsa yang kuat dan berpengaruh, namun pada akhirnya bangsa
Latia memberontak dan berhasil mendirikan Negara baru yaitu kerajaan romawi yang
berbentuk republik.
Pada awalnya Bangsa Romawi hidup sebagai petani, namun setelah bangsa romawi
berhasil melawan bangsa Etruskia, bangsa ini menjadi masyarakat yang kapitalis dan
materialis. Mereka suka berperang dan mengumpulkan kekayaan. Selain sebagai bangsa yang
suka perang, bangsa romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha. Mereka
membeli ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang
didatangkan dari daerah – daerah jajahan.
Dalam historiografi, Romawi kuno adalah peradaban Romawi sejak berdirinya kota Roma
pada abad ke-8 SM (753SM) hingga runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 M,
meliputi Kerajaan Romawi (753-509 SM), Republik Romawi (508-27M), dan Kekaisaran
Romawi hingga jatuhnya kekaisaran barat (27SM – seterusnya).
Kekuasaan Romawi berasal dan berkembang berupa semenanjung, menjorok ke selatan-
timur di Laut Mediterania. Keadaan geografis tersebut bertolak belakang dengan Yunani yang
berupa kepulauan dan sebagian besar wilayah daratannya berupa pantai, dari Laut Aegean.
Roma sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan Romawi, berada di bagian selatan-tengah
semenanjung, tidak jauh dari pantai laut Mediterania.
2. Pantheon Roma
Pantheon Roma merupakan kuil terbesar di zamannya yang berdenah lingkaran, kuil
terletak di tengah-tengah pusat seni, budaya dan pemerintahan kota pada zaman Romawi.
Mula pertama kuil dibangun oleh Agrippa pada 27 SM, kemudian direkonstruksi oleh
Hadrien antara 117-125 M. Pada abad VII ditransformasikan menjadi gereja.
Denah lingkaran dikombinasikan dengan gerbang masuk berdenah segi empat. Pintu
masuk terdapat dibelakang konstruksi gerbang tersebut. Pada portico terdapat 16 buah
kolom, yang berderet 8 kolom pada ujung atas tangga. Kolom-kolom tadi terbuat dari batu
granit utuh. Kedelapan kolom depan menyangga pediment dan frize yang dihias dengan
cornice. Semua hiasan pada kepala kolom dan pilaster di dalam maupun pada portico
bercorak floral, khususnya daun Acanthus sangat khas dekorasi Korintien.
Forum
Forum Romawi (bahasa Latin: Forum Romanum, bahasa Italia: Foro Romano) adalah
sebuah forum (plaza) persegi yang dikelilingi oleh reruntuhan sejumlah bangunan
pemerintahan kuno di pusat kota Roma. Warga kota kuno menyebut alun-alun yang
dulunya pasar ini Forum Magnum, atau Forum saja.
Selama berabad-abad, forum ini merupakan pusat kehidupan masyarakat Romawi: tempat
prosesi kemenangan dan pemilihan umum;
tempat pidato umum, pengadilan kriminal,
dan pertandingan gladiator; dan inti dari
segala aktivitas perdagangan. Di sini,
berbagai patung dan monumen menjadi tugu
peringatan bagi para pahlawan kota. Sebagai
jantung Romawi kuno, forum ini disebut-
sebut sebagai tempat pertemuan paling ramai Gambar 4 : Forum Tavares Italia
kecil antara Bukit Palatine dan Capitoline, forum ini sekarang merupakan kumpulan
reruntuhan arsitektur dan galian arkeologis yang menarik sejumlah wisatawan.
Colloseum
Merupakan bangunan yang
dikembangkan dari bentuk Theatre
Yunani yang kemudian dengan
penggunaan teknologi beton dapat
dibuat bangunan yang secara
konstruktif bertumpu pada
bangunan ini dibangun pada tahun 79 AD serta berkapasitas sekitar 50.000 orang
penonton. Fungsi Colloseum sudah tidak sama dengan Theatre. Colloseum dipergunakan
untuk arena tontonan adu binatang dengan manusia (gladiator) dengan sifat kekerasan yang
menonjol, atau adu kekuatan lain yang tidak seimbang. Bangunan ini terdiri dari 3 tingkat,
dimana tiap tingkat mempunyai langgam gaya kolom yang berbeda-beda.
Basilika
Basilika adalah gedung pengadilan Romawi dengan ciri ruang utama di tengah tinggi, dan
dikelilingi oleh gang (aisle). Pada ujungnya terdapat ceruk (apse) dimana para pejabat
pengadilan duduk. Dan pada bagian tengah untuk umat disebut nave dan apse untuk altar.
Gambar 6 : Situasi dari Forum Trajan, dan denah dalam Basilika Trajan di Roma (98-112 M).
Sumber : id.scribd.com
Thermae
Istilah thermae yang berasal dari kata thermos (panas), turunan dari bangunan gymnasia di
zaman Yunani. Bangunan jenis ini tidak kalah megah dan mewah dibanding bangunan lain
seperti basilika, kuil, dan lain-lain. Hal itu menunjukan bahwa kegiatan mandi di
permandian penting dalam kehidupan masa itu, terutama di kalangan kekaisaran Roma.
Hal ini dapat di lihat dari kemewahan arsitektur Thermae Caracalla.
Amphitheatre
Merupakan bangunan double Theatre, dengan bentuk ellips, fungsinya adalah untuk
pacuan kuda dan balap lari. Bangunan dibuat dengan konstruksi :
• Pondasi dengan menggunakan bahan lava (puzolana)
• Dinding dengan menggunakan bahan tufa
• Pelengkung bagian atas/atap dengan memakai batu pumuse atau batu ringan
Gambar 8 : Amphitheatre
Sumber : kompasiana.com
Aquaduc
Dalam pengembangan wilayah jajahan Roma, konstruksi pelengkung sangat berperan
terutama dalam membangun jembatan dan jembatan saluran air (aquaduct). Salah satu
konstruksi luar biasa besarnya, dibangun pada zaman Romawi adalah Pont du Grand di
Nimes, Perancis (14 M) berupa konstruksi jembatan yang mempunyai saluran air
sepanjang 40 km, mengalirkan air dari Uzes ke Nimes. Panjang aquaduct 268.83 m,
membentang setinggi 47.24 m di atas permukaan sungai dan lembah.
Gambar 9 : Pont du Grand di Nimes, Perancis (14 M), pandangan melintang dan detail konstruksi.
Sumber : architecturestation.com
Spalato
Rumah tinggal para pemimpin yang menampilkan karakter simetris dan bernuansa muter
kekaisaran, makna yang ditampilkan menunjukkan peran kaisar sebagai Cosmocreator
(kekuatan yang menguasai dunia).
B. MESIR KUNO
Peradaban Mesir kuno merupakan salah satu peradaban yang tertua di dunia. Di situ kita
dapat mengenal berbagai tekhnologi yang sangat maju di zamannya. Misalnya saja Piramida
di Gizeh, tak dapat dibayangkan bahwa bangsa Mesir dapat membangun bangunan sebesar itu
tanpa menggunakan peralatan modern seperti sekarang, bahkan para peneliti masih meneliti
mengenai tekhnologi yang digunakan pada saat itu, karena apabila hanya menggunakan
tenaga manusia saja dianggap tidak masuk akal.
Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua di benua Afrika yang berasal dari
tahun 4000 SM. Hal ini diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh
pasukan Perancis yang dipimpin Napoleo Bonaparte. Batu tulis itu berhasil dibaca oleh
seorang Perancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800) sehingga sejak tahun itu
terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 4000 SM.
Bangunan Kuil
Bangunan kuil biasanya merupakan suatu kompleks pemujaan yang lengkap mencakup
tempat tinggal para pendeta, kolam suci, bengkel kerja dan lain-lain.
Bangunan demikian ini tidak ada yang sama antara suatu tempat dengan tempat yang lain,
akan tetapi ada bagian pokok, dimana terdapat pada setiap kuil yaitu bangunan gerbang
(pilon). Kuil Dewa merupakan bangunan besar berdinding yang dibangun pada lantai datar
dan terbuat dari batu pasir. Kuil dirancang terutama untuk dinikmati dari dalam. Bagian
utamanya adalah sebuah pilon (2 piramid
yang dipotong puncaknya dan membentuk
gerbang besar); sebuah halaman dengan
tiang-tiang tanpa atap, sebuah ruangan
beratap tinggi dengan langit-langit yang
disangga oleh tiang-tiang kokoh dari batu
pasir; sebuah tempat suci sebagai kamar
Bangunan Makam
Bangunan makam merupakan bangunan yang dibuat secara bertahap mulai dari bentuk
yang sederhana sampai mencapai bentuk yang sempurna. Bentuk makam tersebut adalah :
Mastaba, Piramid, Tangga, Piramid bengkok dan akhirnya Piramid sempurna.
- Makam Raja Awal
Yaitu mastaba yang ditemukan di saqqara. Mastaba adalah awal terbentuknya pyramid.
Piramid mencerminkan rumah sesudah kematian, replika istana dan menjadi panggung
pemujaan bagi raja
Piramid dilengkapi dengan tempat pemujaan, patung penjaga (spinx), monumen 20-30 m
(obelisq), pintu pintu palsu (13 dari 14), dipenuhi dengan lorong jebakan yang beracun,
dilengkapi tangga dan lorong sebagai simbol menuju langit dimana Paraoh bergabung
dengan Dewa Matahari “Amon dan Dewa Bulan Ra” dalam perjalanan menuju surga.
Piramid yang terkenal pada masa Kerajaan Tua di Giza
· Piramid Khufu ( Cheops )
· Piramid Khafre ( Chepren)
· Piramid Menkure ( Mycherinus )
- Makam Raja Pertengahan
Makam yang muncul ke atas tanah mulai dihilangkan.
Dikembangkan makam di tepi tebing sungai ni di atas gunung karang ”sistem hollow out”.
Muka bangunan disebut ”grotto” dengan cara
memotong gunung karang
Disusun dalam tiga elemen :
· Kolom-kolom portiko untuk publik
· Kapel untuk pemujaan
· Ruang makam
Komplek makam yang terkenal adalah Gambar 15 : Makam Mentuhotep
Sumber : id.sodiummedia.com
makam Mentuhotep.
- Makam Raja Baru
Makam berupa kuil yang terdiri dari denah panjang dengan susunan kolom, terdapat inner
court, pencahayaan kurang, ruang ruang terikat oleh sirkulasi dan struktur linier.
Kuil yang terkenal ditemukan di thebes yang disebut kuil Theban. Kuil sengaja dirancang
dengan sistem serial pengalaman melewati ruang. Ruang luar terbuka dan terang,
sementara ruang dalam tertutup dan gelap. Secara psikologis akses begini sebagai bentuk
penjabaran ruang masuk selektif, hanya rajay ang layak berdoa dan berjumpa dengan
Tuhan
Kuil Thebes disebut kuil seratus pintu yang sekarang dikenal dengan nama : Karnak dan
Luxor. Dilengkapi dengan Obelisk: menara yang dipahat dengan tulisan Hyroglieph:
riwayat raja
Bangunan Rumah Tinggal
Bangunan rumah tinggal yang lengkap, milik keluarga bangsawan, terdiri dari sebidang
tanah yang cukup luas, yang didahului sebuah pintu gebang. Bangunan induk terletak
ditengah, dengan bentuk segi empat, yang dibangun dengan bahan bata mentah / Lumpur
yang dikeringkan.
Pembagian ruang teratur dan fungsional. Taman diletakan pada bagian kanan depan,
bagian belakang untuk kandang, sedangkan bagian sisi untuk tempat tinggal pelayan, dapur
bengkel kerja, gudang gandum terletak di sisi kiri depan.
Sphinx
Sphinx adalah gambaran makhluk mistis yang memiliki tubuh singa dan kepala manusia,
yaitu raja. Singa menggambarkan kekuatan; manusia atau raja menggambarkan
kebijaksanaan. Di dalam tradisi Yunani Sphinx ini tidak hanya memiliki tubuh singa dan
kepala manusia tetapi juga memiliki sayap raksasa, yang kemungkinan adalah sayap elang.
Mesir percaya bahwa Sphinx adalah sebuah makhluk yang penuh kemurahan dan
kelembutan, tetapi memiliki kekuatan yang begitu dahsyat sebagaimana yang dipercaya
juga oleh Yunani. Sphinx yang terbesar
dan paling terkenal ditemukan di Giza
yang berdekatan dengan Piramida-
Piramida Raksasa Giza. Sphinx ini
dianggap oleh para ahli adalah milik dari
Firaun Khafre (Chepren), anak dari
Firaun Khufu (Cheops). Wajah yang
terdapat pada Sphinx tersebut adalah
wajah dari Firaun Khafre sendiri. Sphinx Gambar 17 : Sphinx
ini dibangun sekitar 2558 SM. Sumber : amazine.co
Temple Of Karnak
Bagi orang Mesir, kuil merupakan tempat tinggal dewa di dalam dunia ini. Di dalam
bahasa Mesir, kata yang digunakan untuk menyebut kuil memiliki arti rumah dewa.
Kehadiran dewa di dalam kuil merupakan sebuah tempat penghubung antara kehidupan di
bumi dan dunia para dewa.
Salah satu keunikan dari Kuil Karnak dibandingkan dengan kuil yang lain adalah kuil ini
dibangun dalam jangka yang begitu panjang dan sekitar 30 Firaun berpartisipasi di dalam
pembangunan kuil ini sehingga tidak mengherankan kuil ini menjadi begitu besar,
kompleks, dan beraneka ragam bangunan yang ada di dalamnya. Salah satu bagian yang
sangat terkenal dari kuil ini adalah Hypostyle Hall yang dianggap sebagai salah satu
arstiktur terbaik di dunia yang pernah ada.
Untuk memasuki salah Kuil Karnak ini, maka kita harus melewati jejeran Sphinx (dulunya
sekitar 1350 sphinx) yang disebut sebagai Avenue of the Sphinxes sepanjang 2,5 km.
Sekarang hanya tersisa puluhan Sphinx dan sisanya masih di dalam usaha pencarian.
Obeliks
Gambar 19 : Obelisk
Sumber : ancient.egypt.online.com
C. MOHENJO DARO
Mohenjo-daro adalah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah
Sungai Indus, terletak di propinsi Sind, Pakistan. permukiman kota pertama di dunia, bersamaan
dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan bersejarah ini
dimasukkan oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Arti dari Mohenjo-daro adalah "bukit
orang mati". Seringkali kota tua ini disebut dengan "Metropolis Kuno di Lembah Indus".
Mohenjo-daro dibangun sekitar tahun 2600 SM, tetapi dikosongkan sekitar tahun 1500 SM.
Mohenjo-daro terletak di sebuah bubungan zaman Pleistosen di tengah-tengah dataran banjir Sungai
Sindhu. Bubungan tersebut kini terkubur oleh pembanjiran dataran tersebut, tetapi sangat penting pada
zaman Peradaban Lembah Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota Mohenjo-daro berdiri di atas
dataran sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah jurang di antara lembah Sungai Sindhu
di barat dan Ghaggar-Hakra di timur.
a. Lokasi
Mohenjo-daro terletak di Sindh, Pakistan, disebuah bubungan zaman Pleistosen ditengah tengah
dataran banjir Sungai Sindhu. Bubungan tersebut kini terkubur oleh pembanjiran dataran tersebut,
tetapi sangatlah penting pada zaman peradaban lembah Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota
Mohenjo-daro berdiri diatas dataran sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah jurang
diantara lembah Sungai Sindhu di Barat dan Ghaggar-Hakra di Timur. Sungai Sindhu masih mengalir
ketimur situs itu, tetapi dasar sungai Ghaggar-Hakra ini sudah kering. Pembangunan antropogenik
selama bertahun-tahun dipercepat oleh kebutuhan memperluas tempat. Bubungan tersebut diluaskan
melalui platform bata lumpur raksasa. Akhirnya, penempatan tersebut meluas begitu besar sehingga
ada bangunan yang mencapai 12 meter diatas permukaan dataran masa kini.
Mohenjo-daro dibangun sekitar tahun 2600 SM, tetapi dikosongkan sekitar tahun 1500
SM. Pada tahun 1922, kota ini ditemukan kembali oleh Rakhaldas
Bandyopadhyay dari Archaeological Survey of India. Ia dibawa ke sebuah gundukan oleh
seorang biksu Budha yang mempercayai bahwa gundukan tersebut adalah sebuah stupa. Pada
1930-an, penggalian besar-besaran dilakukan di bawah pimpinan John Marshall, K. N.
Dikshit, Ernest Mackay, dan lain-lain. Mobil John Marshall yang digunakan oleh para
direktur situs masih berada di museum Mohenjo-daro sebagai tanda untuk memperingati
perjuangan dan dedikasi mereka terhadap Mohenjo-daro. Penggalian selanjutnya dilakukan
oleh Ahmad Hasan Dani dan Mortimer Wheeler pada tahun 1945.
Penggalian besar terakhir di Mohenjo-daro dipimpin oleh Dr. G. F. Dales pada tahun 1964-
65. Setelah itu, kerja penggalian di situ dilarang karena kerusakan yang dialami oleh struktur-
struktur yang rentan akibat kondisi cuaca. Sejak tahun 1965, hanya proyek penggalian
penyelamatan, pengawasan permukaan, dan konservasi yang diperbolehkan di situ. Meskipun
proyek arkeologi besar dilarang, namun pada 1980-an, tim-tim peninjau dari Jerman dan Italia
yang dipimpin oleh Dr. Michael Jansen dan Dr. Maurizio Tosi, menggabungkan teknik-teknik
seperti dokumentasi arsitektur, tinjauan permukaan, dan penyelidikan permukaan, untuk
menentukan bayangan selanjutnya mengenai peradaban kuno tersebut.
c. Kepentingan
Pada zaman dahulu, Mohenjo-daro merupakan salah satu pusat administratif Peradaban
Lembah Indus kuno. Pada puncak kejayaannya, Mohenjo-daro adalah kota yang paling
terbangun dan maju di Asia Selatan, dan mungkin juga di dunia. Perencanaan dan tekniknya
menunjukkan kepentingan kota ini terhadap masyarakat lembah Indus.
Kebudayaan Indus berkembang berabad-abad lamanya, lalu mengalami kebangkitan
sekitar tahun 3000 SM. Peradaban tersebut menjangkau wilayah yang kini diduduki
negara Pakistan dan India Utara, tetapi tiba-tiba mengalami kemerosotan sekitar tahun 1900
SM. Pemukiman Peradaban Indus tersebar sejauh pantai Laut Arab di Gujarat di selatan,
perbatasan Iran di barat, dengan kota perbatasan di Bactria. Di antara permukiman-
permukiman itu, pusat kota utama berada di Harappa dan Mohenjo-daro, dan juga Lothal.
Puing-puing Mohenjo-daro adalah salah satu pusat utama dalam masyarakat kuno ini.
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa Peradaban Indus mencapai jumlah lima juta penduduk
pada puncaknya.
Saat ini, lebih dari seribu kota dan permukiman telah ditemukan, terutama di lembah
Sungai Sindhu di Pakistan dan India barat laut.
Kota Mohenjo daro dapat dikatakan telah memiliki kebudayaan tinggi dalam bidang
arsitektur karena adanya penataan massa bangunan kota yang sangat rapi dan teratur.
Penataan massa bangunan yang diterapkan dalam kota Mahenjo Daro adalah konsep
organisasi grid. Jalan yang ada berupa saling tegak lurus dan berjajar sehingga membentuk
blok-blok tapak (berupa kotak-kotak) yang digunakan sebagai tempat pendirian bangunan.
Konsep ini dapat dilihat pada penataan kawasan perumahan modern maupun apartemen yang
tiap rumah tertata sangat rapi dan berada di jalur lurus.
Secara garis besar, Kota Mohenjo Daro dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya.
Bagian timur kota (disebut Lower Town) merupakan wilayah yang digunakan sebagai
perumahan penduduk. Sedangkan bagian lain dari kota (disebut Citadel) merupakan sebuah
kawasan pusat kota Mohenjo Daro.
Pada bagian Lower Town (letaknya rendah), terdapat sistem jaringan jalan yang
membentang dari utara hingga selatan dan timur hingga barat. Jalanan ini membagi beberapa
petak tanah menjadi blok-blok (kotak-kotak) yang merupakan tempat perumahan penduduk
berada. Keadaan ini menjadikan kota Mohenjo Daro sangat rapi dan teratur sehingga mudah
dalam melakukan pengawasan.
Bangunan-bangunan publik di kota ini adalah lambang masyarakat yang sangat terencana.
Bangunan yang bergelar Lumbung Besar di Mohenjo-daro menurut interpretasi Sir Mortimer
Wheeler pada tahun 1950 dirancang dengan ruang-ruang untuk menyambut gerobak yang
mengirim hasil tanaman dari desa, dan juga ada saluran-saluran pendistribusian udara untuk
mengeringkannya. Akan tetapi, Jonathan Mark Kenoyer memperhatikan bahwa tidak ada
catatan mengenai keberadaan hasil panen dalam lumbung ini. Maka dari itu, Kenoyer
mengatakan lebih tepat untuk menjulukinya sebagai "Balai Besar".
Di dekat lumbung tersebut ada sebuah bangunan publik yang pernah berfungsi
sebagai permandian umum besar, dengan tangga yang turun ke arah kolam berlapis bata di
dalam lapangan berderetan tiang. Wilayah permandian berhias ini dibangun dengan baik,
dengan lapisan tar alami yang menghambat kebocoran, di samping kolam di tengah-tengah.
Kolam yang berukuran 12m x 7m, dengan kedalaman 2.4m ini mungkin digunakan untuk
upacara keagamaan atau kerohanian.
Perumahan di Mohenjo Daro memiliki tipe yang berbeda-beda, ada yang berukuran besar
dan ada pula yang berukuran kecil sesuai dengan kebutuhan dan status sosial pemiliknya. Para
ahli menyatakan bahwa beberapa rumah yang ada, dahulunya merupakan bangunan dua lantai
dengan tangga yang terbuat dari batu bata. Setiap rumah memiliki ruang pemandian dan
sistem drainase yang teratur.
Sumber air bersih yang ada di Mohenjo Daro adalah berupa sumur di dalam ruangan
rumah yang pengaliran ke ruangan lain menggunakan pipa berbahan tanah liat. Sedangkan
sarana pembuangan air kotor menggunakan saluran air yang berada di tepi jalan perumahan.
Saluran ini terhubung dengan rumah penduduk sehingga air kotor dari sisa penggunaan di
dalam rumah dapat langsung mengalir ke saluran air kota. Beberapa rumah ini dilengkapi
kamar yang terlihat ditetapkan untuk mandi. Air buangan disalurkan ke selokan tertutup yang
membarisi jalan-jalan utama. Pintu masuk rumah hanya menghadap lapangan dalam dan
lorong-lorong kecil. Ada berbagai bangunan yang hanya setinggi satu dua tingkat.
Sebagai kota pertanian, Mohenjo-daro juga bercirikan sumur besar dan pasar pusat. Kota
ini juga memiliki sebuah bangunan yang memiliki hypocaust, yang kemungkinan digunakan
untuk pemanasan air mandi.
Sedangkan bagian Citadel (disebut pula sebagai kuil kota - letaknya lebih tinggi dari
Lower Town) yang merupakan pusat kota terdapat beberapa fasilitas perkotaan. Beberapa
fasilitas tersebut adalah:
Dalam kepercayaan Hindu, ritual pemandian seperti ini merupakan salah satu ritual untuk
pensucian jiwa dan raga pengikutnya. Kemungkinan besar, ritual pemandian yang
dilakukan di The Great Bath merupakan sebuah tradisi dari agama Hindu.
The Granary
Mohenjo-daro telah dimusnahkan dan dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali,
kota baru dibangun terus di atas kota lama. Banjir dari Sungai Indus diduga menjadi penyebab
utama kerusakan.
f. Masyarakat
Orang-orang Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri menjadi
tanda tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tak dapat ditelusuri hingga sekarang. Bahasa
dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang ditemukan di sana masih belum
dapat dipecahkan hingga sekarang. Uniknya di kota tersebut tidak ditemukan bangunan untuk
kegiatan religius dan tanda-tanda sistem kasta. Hal ini mengakibatkan para peneliti
berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup
bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan
memiliki filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial).
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/177704554/Sejarah-Arsitektur-Romawi-Kuno
https://id.scribd.com/document/191625926/Arsitektur-Mesir-Kuno
https://id.scribd.com/doc/269151036/10-Kota-Besar-Yang-Lenyap-Dari-Peradaban
https://id.scribd.com/document/358588614/Arsitektur-India
https://id.scribd.com/document/372206633/Sejarah-Arsitektur-Romawi-Ringkasan
https://id.scribd.com/document/374986877/Mohenjo-daro-Wikipedia-Bahasa-Indonesia-
Ensiklopedia-Bebas
https://id.scribd.com/document/390162836/Mesir-Kuno
https://id.scribd.com/document/416054563/SEJARAH-ARSITEKTUR-ROMAWI-KUNO-docx
https://id.scribd.com/doc/95614934/Sejarah-Peradaban-Mesir-Kuno