Anda di halaman 1dari 53

MATERI

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN


PADA
PELATIHAN DAN SERTIFIKASI
TENAGA AHLI ARSITEK

Semarang, Juli 2016


RONNY A.B. WARDHANA, IAI

1995 FT ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA

1998 MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR UNDIP

1998 - 2009 MANAJER TEKNIK PT SWAKON


SEMARANG

2009 - ARSITEK FREELANCE

PENGURUS IAI 1999 – SAMPAI SEKARANG

SEKRETARIS IAI JATENG 2014 - 2017

PENGHARGAAN:

1999 IAI AWARD (GD. SETDA KABUPATEN KUDUS)

2007 GUBERNUR JAWA TENGAH SEBAGAI KETUA TIM


ARSITEK PERENCANAAN MASJID AGUNG JAWA
TENGAH
PENGERTIAN

Daya dukung lingkungan tidak hanya diukur dari kemampuan


lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan
manusia, tetapi juga dari kemampuan menerima beban pencemaran
dan bangunan. (Soerjani 1987), (Khana 2010)
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen,


yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas
tampung limbah (assimilative capacity). (Khanna 1999)
DEFINISI
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN/CARRYING CAPACITY
a. Jumlah organisme atau spesies khusus (manusia &
mahluk hidup lain) secara maksimum dan seimbang
yang dapat didukung oleh suatu lingkungan
b. Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung
oleh lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
c. Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu
lingkungan dalam periode jangka panjang tanpa
membahayakan lingkungan tersebut
d. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus
yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa
merusak lingkungan tersebut
UNSUR-UNSUR
DALAM DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

LINGKUNGAN
Sebagai teritori
LINGKUNGAN
Sebagai sumber daya
MAHLUK HIDUP
Tumbuhan, hewan, manusia

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN AKAN TETAP STABIL BILA KE


SEMUA UNSUR ADA DALAM KESEIMBANGAN
CONTOH KASUS
SEMASA LINGKUNGAN MASIH ASRI
• PEMANFAATAN POHON
• PEMANFAATAN AIR TANAH
• PENGELOLAAN SAMPAH
• PEMBUANGAN AIR KOTOR

DAMPAK YANG DITIMBULKAN !

+ / -
DALAM SKALA LUAS
MENGAKIBATKAN

PEMANASAN GLOBAL
&
PERUBAHAN IKLIM
DAMPAK YANG DIRASAKAN
HILANGNYA UNSUR-UNSUR DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN

MENYEBABKAN

MEROSOTNYA DAYA DUKUNG LINGKUNGAN


TIDAK MAMPU LAGI MENDUKUNG EKOSISTEM
YANG ADA DI DALAMNYA
PROFESIONAL ARSITEK
SEBAGAI
BUILDING DESIGNER, ENVIRONMENT DESIGNER, SPATIAL
DESIGNER, STRUCTURAL DESIGNER,
CONSTRUCTION DESIGNER

SELANGKAH LEBIH JAUH HARUS MAMPU BERPERAN DALAM


MENCIPTAKAN

BUILDING MANAGEMENT,
ENVIRONMENTAL MANAGEMENT,
SPATSIAL MANEGEMENT, CONSTRUCTION MANAGEMENT
YANG
BERBASIS LINGKUNGAN/EKOLOGI
HARUS CERDAS MEMBACA
LOKASI PERENCANAAN
KARAKTER LINGKUNGAN MAKRO / MIKRO
MASA LALU - SAAT INI - YANG AKAN DATANG
KOMPREHENSIVE

BIJAK DAN ARIF


MENGELOLA LINGKUNGAN
CONTOH :

MEROSOTNYA
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
MEMPENGARUHI
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
ARSITEKTUR
Perbedaan antara suhu rata-rata
2001-2005 dan suhu rata-rata 1951-1980

Secara umum di Indonesia,


rata-rata suhu udara 2001-
2005 meningkat sekitar 0.4
sampai 0.8oC dibanding
rata-rata suhu 1951-1980

Sumber: Hansen et al., 2006


KENAIKAN SUHU GLOBAL MENYEBABKAN ES DI KUTUB
MENCAIR DAN AIR LAUT MENGEMBANG SEHINGGA
TINGGI MUKA AIR LAUT NAIK SECARA KONSISTEN
Setelah tahun 1980an luas
dataran es di kutub Selatan

Juta km2
menurun dengan cepat
karena mencair, sehingga
tinggi muka air laut
meningkat

Dibanding
mm

terhadap rata-rata
1961-1990

Sumber: IPCC (2007)


BERUBAHNYA SUHU GLOBAL JUGA MENYEBABKAN GANGGUAN PADA
SISTIM SIKLON TROPIS. KEKUATAN DARI SIKLON TROPIS (HIJAU)
MENINGKAT SEJALAN DENGAN MENINGKATNYA SUHU (BIRU) 
HUJAN BADAI DAN GELOMBANG TINGGI AKAN SERING TERJADI

Source: Kerry Emanuel, MIT, http://wind.mit.edu/~emanuel/anthro2.htm. SST anomaly (deg C) with arbitrary vertical offset. PDI scaled by constant.
Sumber: Kerry Emanuel, MIT, 2006
Daerah Genangan Pada 3 Variasi Jangka Waktu
Overlay Daerah Tergenang dengan Permukiman

Prediksi Luas
genangan di
Kawasan
Permukiman=
25.764,15 Ha
Cadangan minyak indonesia
tinggal 0.2 % dari cadangan seluruh dunia
Akan habis dalam 11 tahun kedepan

Indonesia
bukan lagi penghasil minyak sejak 2004
Seluruh kilang minyak Indonesia
hanya mampu Produksi 788.000 barrel/hari,
kebutuhan BBM 1.600.000 berrel/hari
TUJUAN AKHIR KARYA ARSITEKTURAL
MENSINERGIKAN KEHIDUPAN
ANTARA
MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN
BARU
BUKAN MUNCUL SEBAGAI WUJUD YANG TERLALU EKSLUSIVE
YANG MEMICU KESENJANGAN LINGKUNGAN
DASAR PERTIMBANGAN
MENCARI SOLUSI
DISAIN
RAMAH LINGKUNGAN
KOMITMEN INDONESIA THD LINGKUNGAN
(UPAYA MENAHAN LAJU MEROSOTNYA DAYA DUKUNG LINGKUNGAN)
KOMITMEN INDONESIA PADA DUNIA
MENURUNKAN EMISI KARBON
SEBESAR 26% PADA 2020
BILA DIDUKUNG INTERNASIONAL
INDONESIA MENURUNKAN EMISI GRK SAMPAI
LEVEL 41%
SGB UPAYA MENAHAN LAJU KENAIKAN SUHU
GLOBAL DIBAWAH 2 C
Susilo Bambang Yudoyono,
Pidato Sesi Plenary 1 UN Climate Summit 2014 di PBB, 23 Sept. 2014
KENAPA HARUS DIBAWAH 2 C
POTENSI GAS ALAM
total cadangan gas alam Indonesia
150.7 TSCF (trilliun square cubic feet)
• PENGELOLAAN SAMPAH
• PENGELOLAAN GREY WATER
• PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
• PENGELOLAAN PENGKONDISIAN UDARA
• PENGELOLAAN PENGADAAN AIR BERSIH
• PENGELOLAAN PENGADAAN ENERGI
KASUS

PEMANENAN AIR HUJAN UNTUK


PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR
BERSIH

PEMANFAATAN POTENSI AIR HUJAN SEBAGAI


SALAH SATU UNSUR
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
YANG RAMAH LINGKUNGAN
INTRODUKSI
• Fakta :
– Cadangan air tanah pada posisi mengkawatirkan
– Sumur dangkal/dalam tidak terkendali
– Industri air minum bertumbuh tidak terkontrol
– Industri bangunan adalah penyerapan terbanyak
– Land subsidance mengancam wilayah

– PDAM tidak mampu memenuhi kebutuhan air bersih

– Hujan yang melimpah

Mungkinkah air hujan


menggantikan posisi air tanah
sebagai air bersih ?
ISI
CONTOH
PANEN AIR HUJAN
DI BANGUNAN RUMAH
CONTOH
PANEN AIR HUJAN
DI GEDUNG 2-3 LANTAI
CONTOH
PANEN AIR HUJAN
DI GEDUNG TINGGI
Konsep Desain
RAINWATER HARVESTING
Prinsip –prinsip
• Tentukan bidang panen yang cukup luas dan
relatif bersih
• Sediakan bak penampung
• Tentukan peruntukannya
• Pilih metoda filtrasi yang tepat
APLIKASI DESAIN
APLIKASI DESAIN
APLIKASI DESAIN
Sustainable Green
Energy Conservation
Development Infrastructure
GREEN BUILDING….?

Green infrasructure Sustainable Building

• Penggunaaan Sumberdaya yang efisien


• Ramah Lingkungan

Perencanaan

Pembongkaran Konstruksi

Perawatan Pemanfaatan

Pemeliharaan
LATAR BELAKANG

BANGUNAN GEDUNG HIJAU


Latar Belakang
• Pembangunan BG di Dunia
Perkembangan penyelenggaraan bangunan
• Konsumsi energi di Indonesia: BG
gedung di dunia saat ini berkontribusi dalam :
 Menghabiskan lebih dari 1/3 sumber daya
di dunia untuk konstruksinya,
 Menggunakan 40% dari total energi global,
 Menggunakan 12% dari total persediaan
air bersih
 menghasilkan 40% dari total emisi gas
rumah kaca
 Pada tahun 2030, diperkirakan 1/3 total
Meningkatnya konsumsi Konsumsi energi yang kian meningkat,
emisi CO2 Dunia berasal dari bangunan energi berimplikasi pada dari sektor residensial 5%/tahun (2005)
peningkatan emisi CO2 , dan sektor komersial 6,7%/tahun.
gedung, dengan penyumbang terbesar Sumber::
Sumber
Global Insight, RISI, WMM, PLN, IEA: Indonesia GHG Abatement Cost Curve
dari negara-negara di Asia

Sumber:: IPCC Fourth Assessment Report on Climate Change 2007


Sumber

2
Latar Belakang
Komitmen Pemerintah dalam Perubahan Iklim Global

A. Kebijakan terkait B. Rencana Aksi Penurunan GRK

1. Undang-Undang No. 28 1. Komitmen Indonesia secara


Tahun 2002 tentang sukarela menurunkan emisi
Bangunan Gedung; GRK sebesar 26% pada tahun
2. Ratifikasi Konvensi 2020 dari kondisi Business as
Kerangka PBB tentang Usual/BAU, dan menjadi 41%
Perubahan Iklim lewat, UU apabila ada dukungan
No. 6/1994; pendanaan internasional;
3. Ratifikasi Protokol Kyoto 2. Dalam sektor energi dan
lewat UU No. 17/2004; transportasi, terdapat potensi
4. Perpres No. 61 Tahun 2011 efisiensi penghematan energi
tentang Rencana Aksi terkait bangunan gedung,
Penurunan Emisi Gas bersumber dari : sektor
Rumah kaca; industri (15-30%), sektor
rumah tangga (10-20%), dan
5. Inpres No. 13 Tahun 2011 sektor komersial (10-20%);
tentang Penghematan
Energi dan Air; 3. Dilakukan dengan a.l: audit
penggunaan energi dan
penerapan standar konservasi
energi untuk BG,
UNDANG-UNDANG NO 28
TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN
GEDUNG

pasal 3:
Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk
mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai
dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras
dengan lingkungannya

BANGUNAN BERKELANJUTAN
Maksud
Mewujudkan terselenggaranya bangunan gedung hijau
yang berkelanjutan dengan memenuhi persyaratan
bangunan gedung hijau, baik persyaratan administratif
maupun persyaratan teknis bangunan gedung hijau
yang memiliki kinerja terukur secara signifikan, efisien,
aman, sehat, mudah, nyaman, ramah lingkungan,
hemat
LINGKUP PENGATURAN
• Prinsip bangunan gedung hijau;
• Bangunan gedung yang dikenakan persyaratan
bangunan gedung hijau;
• Persyaratan bangunan gedung hijau;
• Penyelenggaraan bangunan gedung hijau;
• Sertifikasi;
• Pemberian insentif pada penyelenggaraan
bangunan gedung hijau;
• Pembinaan; dan
• Peran masyarakat.
MEMAHAMI

BANGUNAN GEDUNG HIJAU


DEFINISI
Peraturan Menteri PUPR No.02/PRT/M/2015 Tentang
Bangunan Gedung Hijau

BANGUNAN GEDUNG HIJAU ADALAH:

“bangunan gedung yang memenuhi persyaratan


bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara
signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber
daya lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung
hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap
tahapan penyelenggaraannya.
WAJIB ( MANDATORY)
BG YANG DIKENAKAN
 BG kelas 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengan kompleksitas
PERSYARATAN BANGUNAN
sederhana atau khusus, ketingian bangunan
gedung tinggi atau sedang;
GEDUNG HIJAU
 BG kelas 6, 7, 8, 9a, dan 9b dengan kompleksitas DISARANKAN (RECOMMENDED)
gedung sampai dengan 2 lantai, luas total lantai
>5000 m2.

 BG yang mengonsumsi energi, air dan sumber


daya lain dalam jumlah sangat besar dan
 BG kelas 1, 2, dan 3 dengan kompleksitas
memiliki potensi penghematan cukup signifikan; tidak sederhana, ketingian bangunan
gedung hunian tinggi atau sedang,
 BG yang ditetapkan pemerintah kab/kota atau termasuk hunian yang memiliki besmen;
pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta
berdasarkan urgensi dan kondisi di daerah.  BG kelas 8, 9a, dan 9b dengan
kompleksitas sederhana, ketinggian
sampai dengan 2 lantai, luas total lantai
SUKARELA (VOLUNTARY) 500 - 5000 m2.

 BG kelas 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengan kompleksitas  BG yang mengonsumsi energi, air dan


sederhana; sumber daya lain dalam jumlah cukup
besar dan memiliki potensi penghematan;
 BG kelas 1, 2 dan 3 dengan kompleksitas
sederhana;
 BG yang ditetapkan pemerintah kab/kota
 H2M dengan kompleksitas sederhana; atau pemerintah provinsi untuk DKI
Jakarta berdasarkan urgensi dan kondisi
 BG yang ditetapkan pemerintah kab/kota atau di daerah.
pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta
berdasarkan urgensi dan kondisi di daerah.
Persyaratan 1. Kesesuaian tapak
Tahap Pemrograman 2. Penentuan objek BG yang akan ditetapkan
3. Kinerja BGH sesuai dengan tingkat
kebutuhan
4. Metode Penyelenggaraan BGH
5. Kelayakan BGH

Persyaratan 1. Pengelolaan Tapak


Tahap Perencanaan 2. Efisiensi Energi
3. Efisiensi Air
4. Kualitas Udara dan Kenyamanan Dalam
Ruang
5. Pengendalian Penggunaan Material
6. Pengelolaan Sampah
7. Pengelolaan air limbah

Persyaratan 1. Proses Konstruksi Hijau


2. Praktik Perilaku Hijau
Tahap Pelaksanaan Konstruksi
3. Rantai Pasok Hijau
Persyaratan
1. Organisasi dan Tata Kelola pemanfaatan
Tahap Pemanfaatan/ BGH
Pelestarian 2. Standar operasional dan Prosedur
Pelaksanaan pemanfaatan
3. Penyusunan panduan penggunaan BGH
untuk penghuni/ pengguna

Persyaratan 1. Prosedur Pembongkaran


Tahap Pembongkaran 2. Pemulihan tapak dan Peningkatan
Kualitas
TERIMA KASIH
Post test
• Prinsip-prinsip apa saja yang diperlukan untuk
memanen air hujan menjadi air bersih ?
• Setujukan saudari-saudara menerapkan
pengetahuan teknologi ramah lingkungan ini
pada karya arsitektur yang saudara desain ?
• Setujukah saudari-saudara memotivasi
‘owner‘ sekaligus menerapkan teknologi
ekologis lainnya pada karya arsitektural yang
saudara desain ?
JAWAB
• PRINSIP PADA TEKNOLOGI ‘RAIN WATER HARVESTING’
– INTENSITAS CURAH HUJAN DI LOKASI PERENCANAAN
– PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH
– JENIS POLUTAN YANG MENGKONTAMINASI AIR HUJAN
– METODA FILTRASI
– BIDANG PANEN YANG DISIAPKAN
– VOLUME DAN PENEMPATAN PENAMPUNGAN AIR DAN FILTRASI
– STANDARD OPERATIONAL PROSEDURE (SOP) PEMBERLAKUAN
INSTALASI

• KAMI, ARSITEK MUDA, SECARA PROFESIONAL SETUJU


MENERAPKAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TIDAK
MENURUNKAN BAHKAN MENINGKATKAN KUALITAS DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN PADA KARYA ARSITEKTUR YANG KAMI DESAIN

• KAMI, ARSITEK MUDA, SECARA PROFESIONAL SETUJU MEMOTIVASI


’OWNER’ DAN MENERAPKAN TEKNOLOGI EKOLOGIS LAINNYA PADA
KARYA ARSITEKTUR YANG KAMI DESAIN
TERIMA KASIH

Excelent materi
mak nyus presentasi

Anda mungkin juga menyukai