Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS PENERAPAN GREEN BUILDING PADA GEDUNG

PERKULIAHAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana S1

pada Departemen Teknik Sipil

RIBKA VITORIA NABABAN


NIM: 15 0404 059

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Pemanasan global menjadi isu fenomenal yang dihadapi masyarakat salah


satunya disebabkan oleh industri konstruksi seperti pembangunan gedung yang
berpotensi dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu upaya yang dapat di
lakukan untuk menangani kondisi tersebut muncul konsep penerapan green
building. Berdirinya lembaga Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai
lembaga sertifikasi yang diakui secara internasional yang merupakan upaya
pemerintah dalam menggalakkan konsep bangunan gedung yang ramah
lingkungan.
Dengan adanya Konsep Eco-campus merupakan salah satu bangunan yang
mencakup penerapan konsep green building yaitu konsep pengelolaan lingkungan
hidup diwilayah kampus dengan melibatkan semua civitas akademika. Beberapa
perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara berlomba-lomba untuk mendapatkan
pengakuan Kampus hijau dan tak ketinggalan Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara yang juga sudah mulai menerapkan konsep ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauhmana penerapan green


building pada gedung perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan penerapan green building pada gedung
perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Berdasarkan data, dan perhitungan pada gedung perkuliahan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara terhadap 46 kriteria Greenship, gedung tersebut
memperoleh total poin sebesar 33 poin dari 101 poin maksimal. Dengan demikian,
gedung dianggap belum memenuhi kriteria sebagai gedung baru yang menerapkan
konsep green building sesuai perangkat penilaian dari GBCI yang memiliki nilai
standar minimum pemenuhan rating sebesar 35 poin untuk peringkat Perunggu
(Bronze).
Kata Kunci: Green Building, Greenship GBCI, Universitas Islam Negeri
Suamatera Utara.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus,
Sang Juruselamat, yang selalu menyertai dan mencurahkan kasihNya yang begitu
besar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya, sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan sarjana teknik
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengevaluasi sejauhmana


penerapan green building pada gedung perkuliahan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara berdasarkan penilaian greenship bangunan baru versi 1.2, dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan penerapan green building pada gedung
perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara berdasarkan penilaian
greenship bangunan baru versi 1.2. Penelitian yang dilaksanakan ini berjudul
“Analisis Penerapan Green Building Pada Gedung Perkuliahan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara”

Penulis menyadari bahwa sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini


tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa
hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Kepada kedua orangtua saya tercinta, Ayahanda Pahala Nababan dan
Ibunda Romauli Tambunan serta kepada abang, kakak dan adik saya yaitu
kakak Hetty Lastiar Nababan, kakak Sara Grace Nababan S.H, abang
Hendra Susanto Batubara, adik saya Bripda Andreas Nababan yang telah
memberikan dukungan penuh serta mendoakan saya dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Syahrizal M.T dan Bapak Ir. Andy Putra Rambe MBA. selaku
Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan yang
sangat bernilai, masukan, dukungan serta meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Syahrizal M.T selaku koordinator sub jurusan Manajemen
Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, sebagai Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Ridwan Anas, S.T.,M.T., sebagai Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Simon Ginting yang telah memberikan dukungan dana dan doa
serta mendukung saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. PT. Multikarya Bisnis Perkasa Bapak Rivai Aritonang, bang Arby
Wibowo, Arief Risqy, kak Ade Irma Siregar yang bersedia memberikan
data-data yang saya butuhkan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini, serta
mendukung saya dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
9. Teman – teman terbaik Anggreyani Bertua Sitorus, Berliyanti Tambunan,
Tiomora, Jesfika Simatupang dan teman-teman terbaik di Departemen
Teknik Sipil Rohani Tampubolon, Irma Lubis, Faniza Ginting serta
seluruh teman – teman 2015 lainnya yang tidak dapat disebutkan
seluruhnya terimakasih atas semangat dan bantuannya selama ini.
10. Dan segenap pihak yang belum penulis sebutkan disini atas jasa-jasanya
dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata saya
mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Medan, September 2019
Penulis

Ribka Vitoria Nababan


150404059

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR NOTASI .............................................................................................. xii
DAFTAR ABSTRAK ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................3
1.4. Batasan Masalah ......................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................4
1.6. Sistematika Penulisan ..............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................6


2.1. Pengertian Bangunan Gedung ....................................................................6
2.2. Konsep dan dasar Teori serta Pengertian Green Building atau
Bangunan Hijau ....................................................................................6
2.3. Manfaat Green Building atau Bangunan Hijau .....................................7
2.4. Standar Penilaian Kriteria Bangunan Hijau ..........................................8
2.5. Greenship ...............................................................................................9
2.6. Konsep Greenship Bangunan Baru Versi 1.2 .....................................10
2.7. Ringkasan Sistem Rating Greenship Bangunan Baru Versi 1.2 ..........12
2.8. Kriteria Dalam Greenship ....................................................................13
2.9. Tahap Penilaian Greenship .................................................................15
2.10. Studi Kasus Penerapan Bangunan Hijau di Gedung Kampus ............16
2.11. Peneliti Terdahulu................................................................................17

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................20


3.1. Waktu dan Objek Penelitian ...............................................................20
3.2. Pemilihan Strategi Penelitian..............................................................22
3.3. Instrumen Penelitian ..........................................................................22
3.4. Variabel Penelitian .............................................................................23
3.5. Survey Pendahuluan ..........................................................................23
3.6. Metode Pengumpulan Data ................................................................23
3.6.1. Data Primer ......................................................................................24
3.6.2. Data Sekunder .................................................................................26
3.7. Proses Penelitian ...............................................................................26
3.7.1. Flowchart .......................................................................................27

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................28
4.1. Kondisi Eksisting Gedung Perkuliahan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara ...................................................................28
4.2. Syarat Kelayakan Bangunan ...........................................................28
4.2.1. Minimum luas gedung adalah 2500 m 2 ......................................29
4.2.2. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan rtrw
setempat.........................................................................................29
4.2.3. Kepemilikan rencana upaya pengelolaan lingkungan (UKL) atau
Upaya pemantauan lingkungan ....................................................29
4.2.4. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa ..............30
4.2.5. Kesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran
......................................................................................................30
4.2.6. Kesesuaian gedung terhadap standar aksesibilitas penyandang
cacat ............................................................................................31
4.3. Analisis Prasyarat Perangkat Penilaian Greenship Untuk Gedung
Baru ................................................................................................32
4.4. Analisis Kesesuaian Kriteria dalam Greenship di Gedung
Perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara ...................34
4.4.1. Kategori tepat guna lahan ............................................................34
4.4.1.1. Pemilihan tapak .........................................................................37
4.4.1.2. Aksebilitas komoditas ...............................................................38
4.4.1.3. Transportasi umum ..................................................................39
4.4.1.4. Fasilitas pengguna sepeda .......................................................40
4.4.1.5. Lansekap pada lahan ..................................................................41
4.4.1.6. Iklim mikro ...............................................................................42
4.4.1.7. Manajemen limpasan air ............................................................43
4.4.2. Efisiensi dan konvensi energi .......................................................44
4.4.2.1. Efisiensi dan konvensi energi ...................................................45
4.4.2.2. Pencahayaan alami ....................................................................46
4.4.2.3. Ventilasi ...................................................................................47
4.4.2.4. Pengaruh perubahan iklim .......................................................47
4.4.2.5. Energi terbarukan dalam tapak ..................................................47
4.4.3. Efisiensi dan konvensi air .............................................................48
4.4.3.1. Pengurangan pengunaan air ......................................................50
4.4.3.2. Fitur air ......................................................................................50
4.4.3.3. Daur ualng air ...........................................................................51
4.4.3.4. Sumber air alternatif .................................................................51
4.4.3.5. Penampungan air hujan .............................................................52
4.4.3.6. Efisiensi penggunaan air lansekap ............................................52
4.4.4. Sumber dan siklus material ..........................................................53
4.4.4.1. Pengunaan gedung dan material ...............................................54
4.4.4.2. Material ramah lingkungan .......................................................54
4.4.4.3. Penggunaan refrigeran tanpa ODP ............................................55
4.4.4.4. Kayu bersertifikat.......................................................................56
4.4.4.5. Menggunakan material prafabrikasi .........................................56
4.4.4.6. Material regional ......................................................................57
4.4.5. Kesehatan dan kenyamanan dalam ruang ...................................57
4.4.5.1. Pemantauan kadar CO2 .............................................................59

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.5.2. Kendali asap rokok dilingkungan .............................................59
4.4.5.3. Polutan kimia ............................................................................60
4.4.5.4. Pemandangan keluar gedung......................................................60
4.4.5.5. Kenyamanan visual ...................................................................61
4.4.5.6. Kenyamanan termal ...................................................................61
4.4.5.7. Tingkat kebisingan ....................................................................62
4.4.6. Manajemen lingkungan bangunan ...............................................62
4.5. Rumus Menghitung Persentase Gedung Pada Masing-Masing
Kategori ..........................................................................................64
4.6. Rumus Menghitung Persentase Peringkat ......................................65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................66


5.1. Kesimpulan .........................................................................................66
5.2. Saran ...................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................69

LAMPIRAN I. Perangkat Penilaiaan Greenship Bagunan Baru Versi 1.2 ............. 71


LAMPIRAN II. Denah Pembanguna Gedung Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara .......................................................................................................................92

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tingkat Penghematan Dalam Green Building .................................9


Gambar 3.1. Lokasi Gedung Pembangunan Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara ...............................................................................................20
Gambar 3.2. Lokasi Gedung Pembangunan Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara ..............................................................................................21
Gambar 3.3. Gedung Perkuliahan Terpadu Baru Uinversitas Islam Negeri
Sumatera Utara ..............................................................................21
Gambar 3.4. Struktur Organisasi Proyek ...........................................................25
Gambar 3.5. Bagan Alir Penelitian ....................................................................27
Gambar 4.1. Salah Satu Sistem Proteksi Aktif di Gedung Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara (UINSU) ...................................................31
Gambar 4.2. Stasiun Transportasi Umum ...........................................................40
Gambar 4.3. Foster Dilarang Merokok di Area Gedung .....................................59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sistem Penilaian Green Building di Beberapa Negara Standar ...........9
Tabel 2.2. Nilai Albedo pada Beberapa Jenis Material .......................................14
Tabel 2.3. Nilai Koefisien Limpasan ..................................................................15
Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu ..........................................................................17
Tabel 4.1. Fungsi Setiap Lantai Gedung Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara ....................................................................................................28
Tabel 4.2. Luas Gedung Perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
.............................................................................................................29
Tabel 4.3. Prinsip Penerapan Fasilitas Bangunan Bagi Kaum Dipenyandang cacat
.............................................................................................................31
Tabel 4.4. Prinsip Penerapan dalam Pembangunan Tapak Gedung Perkuliahan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara ..........................................32
Tabel 4.5. Prasyarat Perangkat Penilaian Greenship Untuk Gedung Baru .........33
Tabel 4.6. Ringkasan Tepat Guna Lahan (ASD) .................................................34
Tabel 4.7. Prasarana Sarana Kota .......................................................................37
Tabel 4.8. Daftar fasilitas Umum disekitar Gedung Perkuliahan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara ........................................................................38
Tabel 4.9. Perhitungan Total Albedo pada Area Atap .......................................42
Tabel 4.10. Perhitungan Total Albedo pada Non Area Atap ................................43
Tabel 4.11. Perhitungan Volume Limpasan Hujan ...............................................44
Tabel 4.12. Ringkasan Efisiensi dan Konversi Energi (EEC) ...............................45
Tabel 4.13. Ringkasan Efisiensi dan Konversi Air (WAC) ...................................49
Tabel 4.14. Ringkasan Siklus dan Sumber Daya Matrial (MRC) .........................53
Tabel 4.15. Ringkasan Kenyamanan dan Kesehatan Dalam Ruang (HIC)............58
Tabel 4.16. Ringkasan Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM) ......................62

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR NOTASI

An = Nilai Albedo dari luasan


Ln = Luas area (m2)
Vab = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan (m3)
Ctadah = Koefisien limpasan dari bidang tadah (tanpa satuan)
Atadah = Luas bidang tanah (m2)
R = Tinggi hujan harian rata-rata (L/m2.hari)
P = Persentase
F = Frekuensi data
N = Jumlah sampel yang di olah
R = Sub total persentase atau Sub total persentase masing-masing
kategori pada greenship

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi alam dan lingkungan telah mengalami banyak perubahan termasuk


permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global menjadi isu fenomenal.
Pemanasan global yaitu meningkatnya temperatur dan suhu rata–rata di lapisan
atmosfer, daratan, laut di permukaan bumi. Salah satunya disebabkan oleh industri
konstruksi seperti pembangunan gedung atau efek rumah kaca. Bangunan gedung
adalah wujud nyata fisik hasil pekerjaan konstruksi yang berada diatas tanah atau
air berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat manusia melakukan segala
kegiatan.
Salah satu upaya yang dapat di lakukan untuk menangani kondisi tersebut
muncul konsep penerapan green building atau bangunan hijau berkelanjutan yang
ramah lingkungan khususnya oleh pembangunan gedung di Indonesia yang
semakin pesat dan kebutuhan energi yang semakin meningkat juga.
Green building atau bangunan hijau adalah konsep bangunan dimana
prosesnya berdasarkan pada dokumen kontrak mulai awal hingga akhir seperti
mulai dari mendesain, memilih tempat, memilih material, pelaksaan konstruksi,
menggunakan, memelihara, hingga menata ulang bangunan dilakukan dengan
bertangung jawab seefesien mungkin tehadap lingkungan dan sumber daya guna
mengurangi atau menghilangkan dampak negatif dari pembangunan gedung yang
dapat menyebabkan pemanasan global.
Berdirinya lembaga Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai
lembaga sertifikasi yang diakui secara internasional yang merupakan upaya
pemerintah dalam menggalakkan konsep bangunan gedung yang ramah
lingkungan yang mampu mengatasi dampak pembangunan. Lembaga ini memiliki
standar nasional yang berisi kriteria-kriteria tolak ukur yang harus dipenuhi oleh
suatu bangunan agar layak dikatakan bangunan hijau, yang disebut standar
Greenship.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Standar Greenship untuk bangunan baru disebut juga Greenship versi 1.2
bangunan baru merupakan pengembangan dari perangkat penilaian Greenship
bangunan baru versi 1.0 dan ringkasan tolak ukur Greenship bangunan baru versi
1.1 yang memiliki kriteria dan tahapan penilaian dengan mempertimbangkan
kondisi, karakter alam serta peraturan dan standar yang berlaku di Indonesia,
disusun dengan melibatkan para pelaku sektor bangunan yang ahli di bidangnya
seperti arsitek, industri bangunan, teknisi mekanikal elektrikal, desainer interior,
arsitek lansekap, dan lainnya.
Konsep Eco-campus merupakan salah satu bangunan yang mencakup
penerapan konsep banguna hijau yaitu konsep pengelolaan lingkungan hidup
diwilayah kampus dengan melibatkan semua civitas akademika yang berpotensi
besar dalam membangun pengelolaan lingkungan.
Beberapa perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara berlomba-lomba untuk
mendapatkan pengakuan Kampus hijau, seperti beberapa bangunan di Universitas
Sumatera Utara juga sudah mulai menerapkan konsep ini meski pada awal
pembangunan tidak dirancang sedemikian rupa dan tak ketinggalan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara yang juga sudah mulai menerapkan konsep ini. Oleh
karena itu, perlu adanya penelitian tentang evaluasi sudah sejauh mana penerapan
green building pada gedung-gedung di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
agar dapat dijadikan sebagai langkah awal program Eco-campus kedepannya.
Pemilihan gedung baru di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara didasari oleh
kelayakan yang ditetapkan oleh GBCI dimana gedung yang dinilai harus memiliki
luas lantai minimum 2500 m2 dan alasan lainnya.
Dari penejelasan diatas maka dapat disimpulkan latar belakang penelitian
adalah “Analisis Penerapan Green Building Pada Gedung Perkuliahan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara “.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan


masalah yang dapat diuraikan adalah:
1. Bagaimana penerapan green building pada gedung perkuliahan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara?
2. Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan green building pada gedung
perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengevaluasi sejauhmana penerapan green building pada gedung
perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara berdasarkan penilaian
Greenship.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan green building pada gedung
perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara berdasarkan penilaian
Greenship.

1.4. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah sebagai berikut :


1. Penelitian dilakukan pada gedung perkuliahan di Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
2. Penelitian mengunakan kuesioner penilaian Grenship bangunan baru versi
1.2 yang di keluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI).
3. Responden yang diwawancarai yang mengetahui konsep bangunan hijau
secara umum dan mengetahui konsep perencanaan serta pelaksanaan
konstruksi dalam pembangunan gedung perkuliahan Universitas Islam
Negeri Suamatera Utara (Project Manager, Petugas Kesehatan Keselamatan
dan Keamanan Kerja, Drafter, Pengawas Lapangan, Adminitrasi Teknik,
Staf Teknik).
4. Tidak membahas Cost.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi banyak


pihak, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Penulis, dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan
mengenai penerapan green building konsep pada gedung perkuliahan.
2. Bagi Departemen Teknik Sipil USU, diharapkan dapat menjadi dokumen
akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademika.
3. Bagi Tempat Penelitian, sebagai bahan masukan dan pembelajaran tentang
green building pada gedung perkuliahan.
4. Bagi Pelaku Konstruksi, diharapkan penelitian ini dapat memperkenalkan
kriteria dan aplikasi konsep green building dalam Greenship sehingga
menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain dan mengembangkan
bangunan gedung yang sesuai dengan kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan kepentingan generasi mendatang.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dilakukan adalah:

BAB I. Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat yang di
peroleh dari penelitian, batasan masalah penelitian.

BAB II. Tinjauan Pustaka


Bab ini memberikan penjelasan tentang teori – teori mendasar yang
berhubungan dengan penelitian agar dapat memberikan gambaran umum
penelitian yaitu konsep green building, penjelasan mengenai Greenship, konsep
Greenship, sistem rating Greenship.

BAB III. Metodologi Penelitian


Bab ini menjelaskan tentang metode yang akan dipakai dalam penelitian
yaitu waktu dan objek penelitian, pemilihan strategi penelitian, variabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penelitian, instrumen penelitian, survei pendahuluan, metode pengumpulan data,
dan proses penelitian.

BAB IV. Hasil dan Pembahasan


Bab ini berisi tentang desktipsi objek penelitian, pengolahan data, dan
analisis data dalam upaya menjawab tujuan penelitian.
BAB V. Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitan beserta saran yang
telah diambil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memberikan penjelasan tentang teori – teori mendasar yang
berhubungan dengan penelitian agar dapat memberikan gambaran umum
penelitian yaitu konsep green building, penjelasan mengenai Greenship, konsep
Greenship, sistem rating Greenship.

2.1. Pengertian Bangunan Gedung


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang
bangunan gedung menyatakan Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus untuk mencapai berbagai sasaran yang menunjang terwujudnya
tujuan pembangunan nasional yang mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

2.2. Konsep dan Dasar Teori serta Pengertian Green Building atau
Bangunan Hijau

Diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de


Janeiro pada tahun 1992 sebagai tanggapan terhadap masalah lingkungan hidup
dan sumber daya alam yang memprihatinkan telah menghasilkan konsep
pembangunan berkelanjutan yang mengandung tiga pilar utama yang saling
terkait dan saling menunjang, yakni pembangunan ekonomi, pembangunan sosial,
dan pelestarian lingkungan hidup. Konferensi yang dihadiri 179 negara ini,
termasuk Indonesia, juga menyepakati untuk melaksanakan konsep pembangunan
baru untuk diterapkan secara global, yaitu Environmentally Sound and

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sustainable Development atau Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan. (Ervianto, 2012:3).
Green building menurut World Green Building Council (2016) sebuah
bangunan yang memiliki proses desain, kontruksi, dan operasional yang mampu
menciptakan dampak positif terhadap iklim dan lingkungan alam.
Menurut Green Building Council Indonesia atau GBCI (2010), bangunan
hijau adalah bangunan yang dimana sejak mulai dalam tahap perencanaan,
pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya
memperlihatkan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi
penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan
memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah
pembangunan yang berkesinambungan.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010
tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab I Pasal 1,
bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang
menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan,
pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak 8
perubahan iklim. Prinsip lingkungan yang dimaksud adalah prinsip yang
mengedepankan dan memperhatikan unsur pelestarian fungsi lingkungan.

2.3. Manfaat Green Building atau Bangunan Hijau

EPA (2014) menyebutkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan


bangunan hijau diantaranya:
a. Manfaat Lingkungan
1) Meningkatkan dan melindungi biodiversitas dan ekosistem
2) Memperbaiki kualitas air dan udara
3) Mengurangi aliran limbah
4) Konservasi dan restorasi sumber daya alam
b. Manfaat Ekonomi
1) Mengurangi biaya operasional
2) Menciptakan, memperluas dan membentuk pasar untuk produk dan
pelayanan ramah lingkungan
7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Memperbaiki produktivitas pengguna gedung
4) Mengoptimalkan daur hidup performa ekonomi
c. Manfaat Sosial
1) Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan pengguna gedung
2) Meningkatkan kualitas estetika
3) Meminimalkan ketegangan pada infrastruktur lokal
4) Meningkatkan kualitas hidup secara umum
Menurut Ervianto (2009) mengatakan manfaat dari kepemilikan bangunan
hijau yaitu:
1. Rendahnya biaya operasional sebagai akibat efisiensi dalam pemanfaatan
energi dan air.
2. Lebih nyaman dikarenakan suhu dan kelembaban ruang terjaga.
3. Pembangunan wajib memberikan perhatian dalam hal pemilihan material
yang relatif sedikit mengandung bahan kimia.
4. Sistem sirkulasi udara yang mampu menciptakan lingkungan dalam ruang
yang sehat.
5. Mudah dan murah dalam penggantian berbagai komponen bangunan
6. Biaya perawatan yang relatif rendah konsep bangunan hijau.
7. Dengan konsep bangunan hijau diharapkan bisa mengurangi penggunaan
energi serta dampak polusi sekaligus juga desain bangunan menjadi ramah
lingkungan.

2.4. Standar Penilaian Kriteria Bangunan Hijau

Dalam mendukung penyelenggaraan bangunan hijau, tiap negara memiliki


lembaga sertifikasi yang dilengkapi dengan sistem penilaian untuk menentukan
apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat green building atau
tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1. Sistem Penilaian Green Building di Beberapa Negara Standar
Negara Standar Penilaian
Afrika Selatan Green Star SA
Amerika Serikat LEED/ Green Globes
Australia Green Star
Belanda BREEAM Netherlands
Brasil LEED Brasil/ AQUA
China GB ES (GB Evaluation Standard for Green Building)
Filipina BERDE
Finlandia PromisE
Hong Kong HKBEAM
India IGBC Rating System & LEED India
Indonesia Greenship
Israel Greenship
Italia Protocollo Itaca
Jepang CASBEE
Jerman DGNB
Kanada LEED/ Green Globes
Korea Selatan GBS (Green Building System)
Malaysia GBI (Green Building Index)
Meksiko CMES
Perancis Care & Bio, Chantier Carbone, HQE
Portugal LiderA
Selandia Baru Green Star NZ
Singapura Green Mark
Spanyol VERDE
Swiss Minergie
Taiwan EEWH
Uni Emirat Arab Pearls Rating System
United Kingdom BREEAM
Sumber: Green Building Council (2014)

2.5. Greenship
Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council
Indonesia adalah lembaga mandiri (non government) dan nirlaba (non-for profit)
yang sudah mendapatkan izin dari Kementarian Negara Lingkungan Hidup untuk
melakukan sertifikasi di Indonesia dengan sistem penilaian bangunan hijau yang
diberi nama Greenship.
Greenship merupakan sistem rating perangkat tolak ukur bangunan hijau di
Indonesia untuk bangunan baru versi 1.2 yang dibuat oleh Green Buiding Council
Indonesia (GBCI) didirikan pada tahun 2009 oleh para profesional di sektor
perancangan dan konstruksi bangunan gedung yang memiliki kepedulian kepada
penerapan konsep bangunan hijau. GBCI bertujuan untuk menilai pencapaian
konsep bangunan ramah lingkungan dari suatu bangunan dan melakukan
transformasi pasar serta diseminasi kepada masyarakat dan pelaku bangunan
9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk menerapkan prinsip-prinsip bangunan hijau, khususnya disektor industri
bangunan gedung di Indonesia.
Greenship sendiri dibuat dengan mempertimbangkan kondisi, karakter
alam, serta peraturan dan standar yang berlaku di Indonesia. Perangkat ini disusun
dengan melibatkan para pelaku sektor bangunan yang ahli di bidangnya seperti
arsitek, industri bangunan, teknisi mekanikal elektrikal, desainer interior, arsitek
lansekap, dan lainnya.
Greenship merupakan standar bangunan hijau yang disusun oleh GBCI
yang diberlakukan di Indonesia sebagai perangkat penilaian yang terdiri dari:
1. Greenship untuk rumah hunian.
2. Greenship untuk gedung baru.
3. Greenship untuk gedung terbangun.
4. Greenship untuk interior ruangan.

2.6. Konsep Greenship Bangunan Baru Versi 1.2


Konsep Greenship versi 1.2 bangunan baru merupakan pengembangan dari
perangkat penilaian Greenship New Building versi 1.0 dan ringkasan tolok ukur
Greenship New Building versi 1.1.
Menururt Green Building Council Indonesia versi 1.2 bangunan baru (2014)
tahap penilaian Greenship terdiri dari :
1. Tahap Rekognisi Desain (Design Recognition - DR), dengan maksimum
nilai 77 poin. Pada tahap ini, tim proyek memiliki kesempatan untuk
mendapatkan penghargaan sementara untuk proyek pada tahap akhir desain
dan perencanaan berdasarkan perangkat penilaian Greenship. Tahap ini
dilalui selama gedung masih dalam tahap perencanaan.
2. Tahap Penilaian Akhir (Final Assessment - FA), dengan nilai maksimum
101 poin. Pada tahap ini, proyek secara keseluruhan dinilai baik, dalam
aspek desain maupun konstruksi. Tahap ini merupakan tahap akhir yang
menentukan kinerja gedung secara menyeluruh.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Green Building Council Indonesia versi 1.2 bangunan baru (2014)
didalam perangkat Greenship terdapat 3 macam penilaian setiap kategori terdapat
beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:
1. Kriteria prasyarat adalah kriteria yang tersedia pada setiap kategori dan
terpenuhi sebelum dilakukannya penilaian selanjutnya yang berdasarkan
kriteria kredit dan kriteria bonus. Kriteria prasyarat merepresentasikan
standar minimum gedung ramah lingkungan. Pada saat penilaian ada salah
satu prasyarat tidak terpenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam
semua kategori tidak dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai
seperti kriteria lainnya.
2. Kriteria kredit merupakan kriteria yang tersedia pada setiap kategori dan
tidak harus dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan
kemampuan gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi gedung yang
bersangkutan mendapat nilai dan apabila tidak dipenuhi gedung yang
bersangkutan tidak akan mendapat nilai.
3. Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan pemberian nilai tambah.
Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang
terjadi di lapangan. Nilai bonus tidak berpengaruh pada nilai maksimum
Greenship, namun tetap diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki
prestasi tersendiri.
Sebelum melakukan proses sertifikasi, kelayakan proyek yang ditetapkan
oleh GBC Indonesia harus tercapai. Kelayakan tersebut antara lain:
1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2 .
2. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RT/RW
setempat.
3. Kepemilikan AMDAL dan/atau rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
4. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran.
5. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa.
6. Kesesuaian gedung terhadap standar aksesibilitas penyandang cacat.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.7. Ringkasan Sistem Rating Greenship Bangunan Baru Versi 1.2
1. Tepat guna lahan
Memelihara kehijauan lingkungan proyek serta mengurangi atau menyerap
CO2 dan polutan, mendorong pembangunan ditempat yang memilki jaringan
konektivitas, mengurangi beban drainase kota akan limpasan air hujan
maupun air dari kegiatan konstruksi baik kualitas maupun kuantitas
sehingga mempermudah masyarakat menjalankan kegiatan sehari-hari.
2. Efisiensi dan konservasi energi
Mendorong penghematan konsumsi energi dengan melakukan pemantuan
pemakaian pengunaan energi sehingga dapat menjadi dasar penerapan
manajemen energi yang lebih baik dan melakukan aplikasi langkah-langkah
efisiensi energi serta mengendalikan penggunaan sumber energi yang
memberikan dampak terhadap lingkungan.
3. Konservasi air
Mendorong penghematan pemakaian air dengan melakukan pemantauan
pemakaian pengunaan air sehingga dapat menjadi dasar penerapan
manajemen energi yang lebih baik dan melakukan aplikasi langkah-langkah
efisiensi serta mengoptimalkan pemakaian air.
4. Sumber dan siklus material
Mengoptimalkan penggunaan material yang ada untuk mengurangi
pemakaian bahan mentah, melaksanakan proses produksi yang ramah
lingkungan, serta mengurangi sampah konstruksi.
5. Manajemen lingkungan proyek konstruksi
Melaksanakan gerakan pemilahan sampah secara sederhana yang
mempermudah proses daur ulang pengolahan sampah selama proses
konstruksi dan mendorong mengurangi terjadinya sampah sehingga
mengurangi beban TPA (Tempat Pembuangan sampah Akhir) serta
melaksanakan program kampanye/promosi green building dalam rangka
sosialisasi dan edukasi akan pentingnya pengolahan ramah lingkungan.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Kesehatan dan kenyamanan setiap ruang di dalam lokasi proyek konstruksi
Menjaga dan meningkatkan kualitas udara serta menjaga kebersihan dan
kenyamanan lingkungan seperti mengurangi asap rokok, debu serta dengan
tidak menggunakan material yang dapat membahayakan kesehatan.

2.8. Kriteria dalam Greenship


Kriteria bangunan hijau yang terdapat dalam perangkat penilaian Greenship
untuk gedung baru versi 1.2 terdiri dari 37 kriteria kredit yang ditentukan oleh
GBCI berdasarkan standar teori dan peraturan yang telah disesuaikan diIndonesia.
Berikut adalah sebagian penjelasan mengenai kriteria kredit yang terdapat dalam
Greenship:
1. Efek pulau panas
fenomena iklim yang menjadi isu global akhir-akhir ini adalah fenomena
pulau panas atau yang lebih dikenal dengan heat island effect. Fenomena ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya penggunaan material pada area
atap dan non atap gedung sehingga mempengaruhi nilai albedo (daya
refleksi panas matahari) sekitar gedung. Albedo adalah reflektivitas dari
permukaan yang terintegrasi di seluruh belahan bumi dan panjang
gelombang matahari. Semakin permukaan bahan berwarna gelap dan
bertekstur kasar, maka nilai albedo akan semakin kecil. (Taha, 1992).
Berikut ini rumus untuk menghitung nilai albedo pada lahan yang heterogen
(GBCI, 2010):

𝛴𝐴𝑛 𝑋𝐿𝑛
𝐴𝑙𝑏𝑒𝑑𝑜 = 𝛴𝐿𝑛

Keterangan:
An = Nilai Albedo dari luasan
Ln = Luas area (m2)
Greenship menetapkan nilai albedo yang baik adalah > 0,3.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berikut daftar nilai albedo pada beberapa jenis material:
Tabel 2.2. Nilai Albedo pada Beberapa Jenis Material
No Nama Material Nilai Albedo
1 Beton 0,10 - 0,35
2 Paving blok 0,07 - 0,35
3 Aspal 0,05 - 0,20
4 Rumput/semak 0,25 - 0,30
5 Metal 0,20 - 0,35
6 Tanah 0,29*)
Sumber: Kaloush et al (2008)
*)Reagan dan Acklam (1979) dalam Taha, Sailor dan Akbari (1992)
2. Manajemen limpasan air hujan
Berdasarkan SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur
Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, maka persamaan yang dipakai
untuk menghitung volume air limpasan hujan, yaitu:
𝑅
Vab = 0,855 Ctadah x Atadah x 1000

Keterangan:
Vab = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan (m3)
Ctadah = Koefisien limpasan dari bidang tadah (tanpa satuan)
Atadah = Luas bidang tanah (m2)
R = Tinggi hujan harian rata-rata (L/m2/hari)

Berikut adalah nilai koefisien aliran (C) dari masing-masing tata guna
lahan:
Tabel 2.3. Nilai Koefisien Limpasan
No Tata Guna Lahan Nilai Albedo
1 Aspal, beton 0,70 - 0,95
2 Batu bata, paving 0,50 - 0,70
3 Atap Metal 0,75 - 0,95
4 Tanah berpasir 0,05 - 0,10
5 Padang rumput 0,21
Sumber: McGuen (1989); Hassing (1995) dalam Suci (2017)

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.9. Tahap Penilaian Greenship
a. Rekognisi Desain (DR), dengan maksimum peringkat pada Greenship tahap
DR terdiri dari :
1) Platinum Minimum persentase 73% dengan 56 poin
2) Gold Minimum persentase 57% dengan 43 poin
3) Silver Minimum persentase 46% dengan 35 poin
4) Bronze persentase 35% dengan 27 poin
b. Penilaian Akhir (FA), dengan maksimum
1) Platinum Minimum persentase 73% dengan 74 poin
2) Gold Minimum persentase 57% dengan 58 poin
3) Silver Minimum persentase 46% dengan 47 poin
4) Bronze Minimum persentase 35% dengan 35 poin.
c. Rumus Analisa Persentase Perigkat keriteria

𝑓
P =𝑁 x R

Keterangan
P = Persentase
F = Frekuensi data
N = Jumlah sampel yang di olah
R = Sub total persentase atau Sub total persentase masing-masing
kategori pada greenship

2.10. Studi Kasus Penerapan Bangunan Hijau di Gedung Kampus

Konsep Eco-campus merupakan salah satu bangunan yang mencakup


penerapan konsep Bangunan Hijau yaitu konsep pengelolaan lingkungan hidup
diwilayah kampus dengan melibatkan semua civitas akademika yang berpotensi
besar dalam membangun pengelolaan lingkungan.
Menurut Thomashow (2009) kampus berkelanjutan adalah kampus yang
menerapkan visi kawasan ekologis dan teknologi, karakter, komunitas, program,
yang menciptakan dan membentuk gaya hidup ramah lingkungan pada orang-
orang yang menjadi bagian dari kampus tersebut.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Di Indonesia, selain standar Greenship, ada standar penilaian lain yang
dikhususkan untuk meranking universitas terhijau yaitu UI Green Metric yang
dilakukan oleh Universitas Indonesia yang telah mendapat bukti kredibilitas dari
International Ranking Expert Group (IREG) secara resmi pada konferensi IREG 6
pada bulan April 2012 di Taipei. IREG adalah lembaga yang berpusat di Belgia
dan merupakan lembaga penting karena perannya sebagai lembaga penjamin mutu
dengan program audit dan sertifikasi bagi lembaga pemeringkatan universitas
sedunia.
Penilaian UI Green Metric diterapkan untuk seluruh area kampus, mulai
dari gedung perkuliahan, laboratorium serta sarana dan prasarana pendukung
kampus. Filosofi penilaian dari UI Green Metric ini berdasarkan 3E, yaitu
Environmental, Economic dan Equity & Education (Lingkungan, Ekonomi, dan
Keadilan & Pendidikan).
Tujuan dari dilaksanakannya UI Green metric ini adalah untuk menyediakan
hasil survei online berdasarkan kondisi aktual dan kebijakan terkait pelaksanaan
Green Campus dan keberlanjutan kampus di seluruh Universitas di dunia.
Perhatian akan lebih banyak tertuju pada usaha pencegahan perubahan iklim
dunia, energi dan konservasi sumber daya air, daur ulang limbah padat, dan
transportasi hijau. (UI Greenmetric, 2012).

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.11. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi penunjang di dalam
penulisan proposal ini di buat sebagai berikut :

Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu


Penulis & Tujuan Metode Hasil
No Judul Masalah
Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Barra Perubahan iklim Untuk Penelitian ini 1.Basic Green
Pasuka global akan adalah Area = 8 Poin
mengetahui
Dewa, berdampak pada penelitian 2.Electrical
Agung Murti perubahan sejauh mana kualitatif Sub
Nugroho, parameter iklim. dengan cara Metering= 7
rating/
Muhammad Pembangunan yang pengambilan Poin
Satya dapat melindungi predikat datanya berupa 3.Water
Adhitama alam dari ancaman observasi Metering = 11
Gedung
“KAJIAN polusi dan dengan Poin
GREEN penurunan kualitas dekanat jika wawancara 4.Fundamental
BUILDING Dengan demikian narasumber Refrigerant =
dinilai
PADA konsep metode 6 Poin
GEDUNG pembangunan yang berdasar tolok 5.Indoor And
analisis
DEKANAT ideal.secara global Health
ukur
FAKULTAS mulai bergeser ke deskriptif, Comfort = 6
TEKNIK arah pembangunan Greenship dari Poin
berdasarkan
UNIVERSIT yang responsif 6.Basic Waste
GBCI (Green
AS terhadap isu fokus penelitian
Management
BRAWIJAY lingkungan. Building
yang terdiri dari
A Universitas = 2 Poin
Council
MALANG” Brawijaya 6 kriteria utama
merupakan salah Indonesia) dan
yang
satu universitas di
SNI sebagai
Indonesia merupakan
dengan konsumsi acuan untuk
tolok ukur
energi yang besar
langkah
Greenship dari
program Eco-
GBCI
Campus
kedepannya

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penulis &
Tujuan
No Judul Masalah Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian

2. Fitra Permasalah untuk Pengumpulan data 1.Tata guna


Febrina an memperole primer atau lahan
lingkungan h persentase penyebaran
“Penerapan khususnya hasil koesioner ke Memenuhi 10
Konsep pemanasan penerapan responden dan tolak ukur, 11
Green global Green pengolahan secara poin dengan nilai
Building menjadi Building analisis deskriptif. persentase 10.8%
Pada topik pada sebuah
Gedung 2.konversi energi
permasalah gedung
fakultas an, salah pendidikan Memenuhi 2
Ekonomi satu upaya yaitu tolak ukur, 3
dan Bisnis dapat Fakultas poin dengan nilai
Islam dilakukan Ekonomi persentase 2.97%
Universitas adalah dan Bisnis
Islam penerapan Islam 3.Konversi air
Negeri AR- green Universitas 0%
Raniry building Islam
Banda Aceh atau Negeri AR- 4.siklus dan
“ bangunan Raniry sumber daya
hijau Banda Aceh material
dengan mengunaka
Memenuhi 3
penilaian n perangkat
tolak ukur, 3
greenship penilaian
poin dengan nilai
yang Greenship
persentase 2.98%
dibwah yang di
lembaga keluarkan 5.Kentamanan
sertifikat oleh Green dan kesehatan
nasional Building ruang
green Council
building Indonesia Memenuhi 3
council (GBCI) tolak ukur, 4
indonsia serta poin dengan nilai
(GBCI) . mengetahui persentase 3.96%
kriteria apa
yang sudah
dan belum
diterapkan
berdasarkan
konsep
green
building

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penulis &
Tujuan
No Judul Masalah Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian

3. Aristia A. Perlu Agar dapat Penelitian ini Dari hasil


Putri, M. adanya mengetahui dilakukan dengan penelitian
Arif penelitian rating/sertif melakukan didapat :
Rohman, tentang ikasi pengukuran Penilaian kriteria
dan penerapan sebagai penilaian terhadap green building
Christiono penilaian tolak ukur beberapa kriteria yang telah
Utomom kriteria sudah green building dilakukan pada
2012 green sejauh yang mengacu Gedung Teknik
building mana pada standar Sipil ITS
“Penilaian pada tingkat nasional terhadap 6
Kriteria gedung- penerapan (Greenship-GBCI) kriteria green
Green gedung di kriteria dengan cara building yang
Building ITS, agar green pengukuran dianggap paling
pada dapat building langsung dan utama menurut
Gedung mengetahui gedung- wawancara para akademisi,
Teknik rating/sertif gedung di verifikasi yang dan dilakukan
Sipil ITS’’ ikasi ITS. difokuskan pada pengukuran pada
sebagai gedung Jurusan setiap
tolak ukur Teknik Sipil ITS. kriterianya, yaitu
sudah Metode yang Thermal
sejauh digunakan untuk Comfort, Visual
mana mencari kriteria Comfort, Energy
tingkat utama adalah Efficieny
penerapan dengan Measure,
kriteria menyebarkan Alternatife Water
green survey kuesioner Resource, Water
building kepada para Use Reduction
gedung- responden, dan dan Natural
gedung di hasil survei Lighning dapat
ITS , tersebut akan di disimpulkan
penelitian analisa dengan bahwa tingkat
ini juga metode statistik rating sertifikasi
dapat yaitu mean dan Green Building
dijadikan standar deviasi. pada Gedung
Pengukuran Teknik.
dilakukan pada 6
kriteria green
building, yaitu
Thermal Comfort,
Visual Comfort,
Energy Efficieny
Measure,
Alternatife Water
Resource, Water
Use Reduction dan
Natural Lighning.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode yang akan dipakai dalam penelitian
dan teknik penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan meliputi waktu dan objek penelitian, pemilihan strategi penelitian,
instrumen penelitian, variabel penelitian, survei pendahuluan, metode
pengumpulan data.

3.1. Waktu dan Objek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu 6 bulan, dimulai dari
Januari 2019-Juni 2019. Pada penelitian ini akan dilakukan pada gedung
perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara yang belokasi di jalan
Williem Iskandar Pasar V Kenangan Baru, Medan Estate, Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Gambar 3.1. Lokasi Pembangunan Gedung Universitas Islam Negeri Sumatera


Utara (UINSU)
Sumber : geoogle earth, 2019

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.2. Lokasi Pembangunan Gedung Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara (UINSU)
Sumber : geoogle earth, 2019

Gambar 3.3. Gedung Perkuliahan Terpadu Baru Universitas Islam Negeri


Sumatera Utara (UINSU)

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2. Pemilihan Strategi Penelitian

Pada penelitian ini strategi penelitian yang digunakan untuk melakukan


penelitian Tugas Akhir ini adalah survei dan studi kasus.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah semua alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis dan
objektif sehingga data-data tersebut dapat membantu dalam menguji hipotesa atau
menjawab rumusan masalah. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri
dari:

A. Literatur atau referensi pendukung

Adapun literatur atau referensi yang dibutuhkan pada penyusunan penelitian


ini diantaranya:

1. Greenship untuk Gedung Baru Versi 1.2


2. Peraturan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait kriteria yang
tertera dalam Greenship
3. Jurnal penelitian
4. Buku literatur

B. Kuesioner

Kuesioner Bangunan Hijau merupakan instrumen yang disusun peneliti


berdasarkan standar Greenship dengan tujuan memperoleh informasi dari
responden yang memahami dan mengerti kondisi eksisting gedung yang dikaji
secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan.
Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C. Daftar periksa (check list)

Daftar periksa (check list) berbentuk seperangkat pernyataan yang disusun


berdasarkan kriteria yang tertera dalam Greenship dengan menyediakan kolom
respon yang harus diisi berupa “ya” atau “tidak”.

3.4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang diamati pada pengukuran kinerja kriteria
bangunan hijau Gedung Universitas Islam Negeri Sumatera Utara mengacu pada
Greenship untuk Gedung Baru. variabel-variabel tersebut terdiri dari 6 (enam)
matriks kelayakan bangunan, 8 kriteria prasyarat, dan 37 kriteria kredit, 1 kriteria
bonus.

3.5. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran dengan


cara:
a. Orientasi (melihat-lihat atau meninjau) gedung.
b. Melakukan pertemuan terbuka dengan pihak gedung untuk menyampaikan
informasi bagaimana penelitian pada gedung akan dilakukan sehingga
mendapatkan persetujuan dalam bentuk kerjasama serta mendapatkan
informasi penting yang berhubungan dengan penelitian.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk


mengumpulkan data. Data adalah fakta atau fenomena yang sifatnya mentah atau
belum dianalisis, seperti angka, nama, keterangan dan sebagainya. Dalam
penelitian ini diperlukan data primer dan data sekunder untuk mendukung
keakuratan hasil penelitian ini. Adapun metode atau teknik pengumpulan data
yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data-data tersebut yaitu:

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
peneliti langsung dari objek penelitian dengan cara:
1. Pengamatan langsung
Peneliti melakukan pengukuran langsung pada objek penelitian yaitu
Gedung Universitas Islam Negeri Sumatera Utara untuk mengukur
penilaian tingkat green building yang perlu diamati dengan baik sesuai
dengan kriteria yang ada di kuesioner Green Building Council Indonesia.
2. Wawancara dan Kuesioner
Dalam penelitian ini ada enam narasumber yang diwawancarai, yang
mengetahui konsep bangunan hijau secara umum dan mengetahui konsep
perencanaan serta pelaksaan konstruksi dalam pembangunan gedung
Universitas Islam Negeri Suamatera Utara. Wawancara dilakukan dengan
tujuan untuk memastikan hasil dari kuesioner yang telah diisi sebelumnya
oleh narasumber tersebut. Dalam hal ini narasumber yang dimaksud adalah
Project Manager : Iswandi Idris
Petugas K3 : Ade Irma Siregar
Drafter : Arby Wibowo
Pengawas Lapangan : Ahmad Rivai Sihotang
Admin Teknik : Muhammad Arief Rizqy
Staf Teknik : Rahmat Syukur Harahap

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2018

PROJECT MANAGER
ISWANDI IDRIS

SITE MANAGER KEUANGAN


FERDIANSYAH SIREGAR IIN EFRIANI

PETUGAS K3 DRAFTER PENGAWAS LAPANGAN ADMIN TEKNIK QS/QC


ADE IRMA SIREGAR ARBY WIBOWO A. RIVAI SIHOTANG M. RIVAI SIHOTANG M. YUSUF

PELAKSANA LAPANGAN LOGISTIK


WAK URIK 1. AYU MANDASARI
2. EDI

MANDOR LAPANGAN MANDOR LAPANGAN MANDOR LAPANGAN

PEKERJA

Gambar 3.4. Struktur Organisasi Proyek


25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah
jadi, sudah dikumpulkan dan diolah serta sudah dipublikasikan oleh pihak lain.

3.7. Proses Penelitian

Dalam melakukan penelitiaan diperlukan tahapan- tahapan atau yang


lebih dikenal proses penelitian. Urutan proses penelitian yang akan di lakukan
dapat di lihat pada gambar berikut :

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.7.1. Flowchart

Analisis Penerapan Green Building Pada Gedung Perkuliahan


Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Studi literatur

Pemilihan Strategi Penelitian

Penyusunan Instrumen Penelitian

Survei Pendahuluan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer
Data Sekunder
-Pengamatan langsung
- Kuesioner - Greenshipgedung baru versi 1.2
- Wawancara - Gambar bangunan gedung UINSU
- Rencana kerja dan syarat –syarat
pembangunan gedung UINSU

Pengolahan dan Analisis Data Menggunakan Analisa Deskriptif

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian & Saran

Gambar 3.5. Bagan Alir Penelitian

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Eksisting Gedung Perkuliahan Universitas Islam Negeri


Sumatera Utara

Proyek pembangunan gedung perkuliahan terpadu Universitas Sumatera


Utara berada di jalan Iskandar Pasar V Kenangan Baru, Medan Estate, Percut Sei
Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, satu komplek dengan Gedung
Biro Pusat Administrasi Universitas Islam Sumatera Utara (Gedung BPA
UINSU), dan gedung perkuliahan fakultas Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara. Bangunan gedung ini termasuk ke dalam kategori bangunan baru. Gedung
yang memiliki 6 lantai dan 1 basement dengan luas lantai keseluruhan kurang
lebih 7056m2.

Tabel 4.1 Fungsi Setiap Lantai Gedung Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Lantai Digunakan
Basement Parkir kendaraan bermotor
I Kantor
II-V Ruang perkuliahan
VI Kantin
Sumber : Pengamatan diUniversitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019

4.2. Syarat Kelayakan Bangunan

Sebuah gedung harus memenuhi kelayakan sebelum dilakukan proses


penilaian. Kelayakan ini ditetapkan di dalam Greenship untuk Gedung Baru (New
Building) berdasarkan pada Undang-Undang maupun peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Yang harus dipenuhi tersebut antara lain:

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2

Luas gedung perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


keseluruhan adalah 7056 m2 dengan perincian seperti pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.2. Luas Gedung Perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Lantai Luas (m2)
Basement 976
I 1168
II 1168
III 936
IV 936
V 936
VI 936
Sumber : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019

4.2.2. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RT/RW


setempat

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung, Pasal 6 ayat (1) Pemerintah mewajibkan bangunan gedung dengan fungsi
sosial dan budaya harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun


2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli
Serdang, Dan Karo, pasal 18 ayat (2) butir (e), lahan peruntukan yang ada di
lokasi tapak area Gedung Perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Uatara
sudah memenuhi syarat tata ruang sebagai pusat pendidikan.

4.2.3. Kepemilikan rencana upaya pengelolaan lingkungan (UKL) atau


upaya pemantauan lingkungan (UPL)

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 34 bahwa setiap jenis usaha yang tidak
termasuk mengubah bentang alam dan mengeksploitasi sumber daya alam harus
memiliki Usaha Pengelolaan Lingkungan dan Usaha Pemantauan Lingkungan
UKL-UPL). Area bangunan dari komplek Gedung Perkuliahan Universitas Islam
29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Negeri Sumatera Utara tidak memiliki dokumen lingkungan, baik AMDAL
ataupun UKL UPL.

4.2.4. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung, Pasal 18 ayat (1) persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung
yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam
mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta kemampuan untuk
mendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam, seperti gempa bumi.
Struktur utama pada gedung perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
adalah beton bertulang, dirancang sebagai bangunan tahan gempa, dengan struktur
pondasi menggunakan borepile dengan kedalaman 21m.

4.2.5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung, Pasal 17 ayat (1) persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi
persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta
kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran dan bahaya petir. Kemampuan bangunan gedung juga meliputi
pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau
proteksi aktif. Berdasarkan instruksi menteri tenaga kerja no. ins.11/m/bw/1997
tentang pengawasan khusus kesehatan dan keselamatan kerja penaggulangan
kebakaran.

Sistem proteksi aktif yang tersedia di setiap lantai di dalam proyek


pembangunan gedung perkuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara adalah alarm kebakaran, sistem hidran, dan hidran box.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.1. Salah Satu Sistem Proteksi Aktif di Gedung Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara (UINSU)

4.2.6. Kesesuaian gedung terhadap standar aksesibilitas penyandang cacat

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung, Pasal 31 mengenai penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi
penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan
gedung, kecuali rumah tinggal. Peraturan ini diperjelas dalam Peraturan Menteri
No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibiltas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi,
dapat disimpulkan bahwa Gedung Perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara sudah aksesibilitas untuk diakses oleh kaum penyandang cacat.

Tabel 4.3 Prinsip penerapan fasilitas bangunan bagi kaum penyandang cacat
Penerapan di gedung kuliahan
No Pedoman teknis dan aksebilitas
terpadu UINSU
1 Ukuran dasar ruang Sudah memenuhi standar
2 Pintu Sudah memenuhi standar
3 Ram Tidak memenuhi standar
5 Lift Sudah memenuhi standar
6 Toilet Sudah memenuhi standar
7 Pancuran Sudah memenuhi standar
8 Westafel Sudah memenuhi standar
9 Perlengkapan dan peralatan kontrol Sudah memenuhi standar
10 Perabot Sudah memenuhi standar
11 Telepon Sudah memenuhi standar
12 Rambu dan marka Sudah memenuhi standar
Sumber : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Setelah dilakukan analisis kelayakan bangunan berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara di lokasi serta berdasarkan Perangkat Penilaian
Greenship untuk Gedung Baru, diperoleh hasil seperti tabel berikut:

Tabel 4.4. Prinsip Penerapan dalam Pembangunan Tapak Gedung Perkuliahan


Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
No Kriteria Layak Tidak Layak
1. Luas minimum gedung adalah 2500 m2  -
Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan
2.  -
berdasarkan RT/RW
Memiliki dokumen lingkungan, AMDAL,
3. 
dan/atau UKL-UPL
Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan
4.  -
untuk kebakaran
Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan
5.  -
gempa
Kesesuaian gedung terhadap standar aksesibilitas
6.  -
penyandang cacat
Sumber : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019

4.3. Analisis Prasyarat Perangkat Penilaian Greenship Untuk Gedung Baru

Prasyarat (Prerequisite) dalam penilaian bangunan hijau adalah kriteria


yang wajib dipenuhi dan diaplikasikan dalam suatu bangunan.Terdapat 8
(delapan) prasyarat dalam Greenship untuk Gedung Baru yang mewakili 6 (enam)
kategori.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan pihak bagian terkait yaitu
Project Manager, Petugas K3, Drafter, Pengawas Lapangan, Administrasi
Teknik, Staf Teknik. Prasyarat Perangkat Penilaian Greenship untuk Gedung baru
terhadap Gedung Perkuliahan Universitas Islam Negeri.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.5. Prasyarat Perangkat Penilaian Greenship Untuk Gedung Baru
Memenuhi
No Kategori Kriteria Persyaratan
Ya Tidak
Adanya daerah lanskep berupa
vegetasi (softscape) yang bebas
dari struktur bangunan dan
P1 struktur sederhana bangunan

tanaman (hardscape) diatas
permukaan tanah atau di bawah
tanah
1 ASD
Area ini memiliki vegetasi
mengikuti pemendagri no.1
P2 tahun 2007 pasal 13 (2a) 
dengan komposisi 50% lahan
tertutupi luasan pohon
Memasang KWH meter untuk
2 P1 
EEC mengukur komsumsi listrik
Pemasangan alat meteran air
(volume meter) yang di
P1
tempatkan di lokasi tertentu 
pada sistem distribusi air
Perhitungan mengunakan
3 WAC
worksheet perhitungan air dari
GBC Indonesia untuk
P2
mengetahui simulasai

penggunaan air pada saat
tahapan operasi gedung
Tidak mengunakan Chloro
Fluoro Carbon (CFC) sebagai
4 MRC P1
refrigeran dan halon sebagai 
bahan pemadam kebakaran
Desain ruangan yang
5 IHC P1 menunjukkan adanya potensi

introduksi udara luar
Adanya Instalansi atau fasilitas
untuk memilah dan
mengumpulkan sampah sejenis
6 BEM P1
sampah rumah tangga

berdasarkan jenis organik dan
non organik
Sumber : Green Building Council Indonesia, 2014

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4. Analisis Kesesuaian Kriteria dalam Greenship di Gedung perkuliahan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Analisis kesesuaian diperoleh dengan cara membandingkan hasil daftar


periksa (checklist) dengan kondisi green yang ada dalam Greenship yang
digunakan serta hasil pengamatan dan wawancara serta melakukan kuesioner
secara langsung di lokasi proyek pembangunan gedung perkuliahan terpadu
Universitas Islam Negeri Sumatera utara. Setelah dilakukan penyesuaian lalu
diperoleh poin untuk setiap kriterianya untuk kemudian dijumlahkan hasilnya
menjadi total poin dan akan diperoleh kategori peringkat dalam Greenship.

4.4.1. Kategori tepat guna lahan

Dalam kategori tepat guna lahan, terdapat 7 (tujuh) kriteria yang memiliki
total nilai maksimum sebesar 17 poin. Tujuan dari kategori tepat guna lahan yaitu
memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim
mikro, menguranggi CO2, dan zat polutan, mencegah erosi tanah, menguranggi
beban sistem drainase, menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air
tanah.

Tabel 4.6. Ringkasan Tepat Guna Lahan (ASD)


Memenuhi
NO Kriteria
Ya Tidak Poin
Tepat Guna Lahan ( Appropriate Site Development)
ASD1 Pemilihan Tapak
Memilih daerah pembagunan yang di lengkapi
minimal 8 dari 11 prasarana sarana kota
1. Jaringan jalan
2. Danau buatan
3. Jaringan penerangan dan listrik
4. Jalur pejalan kaki
1 5. Jaringan drainase
 1
6. Jalur pemipaan gas
7. Sistem pembuangan sampah
8. Jaringan telepon
9. Sistem pemadam kebakaran
10. Jaringan air bersih
11. Jaringan fiber optic

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Melakukan pembangunan di atas lahan yang
bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas
2  0
pembangunan atau dampak negatif
pembangunan
ASD2 Aksesibilitas Komunitas
Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam
jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari
tapak
1. Bank
2. Taman umum
3. Parkir umum
4. Warung/ Toko kelontong
5. Gedung serba guna
6. Pos keamanan
7. Tempat ibadah
1
8. Lapangan olah raga

9. Tempat penitipan anak 1
10. Fotokopi umum
12. Fasilitas Kesehatan
13. Rumah makan / Kantin
14. Kantor pos
15. Kantor pemadam kebakaran
16. Terminal
17. Perpustakaan

Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan


utama di luar tapak yang menghubungkannya
dengan jalan sekunder dan atau lahan orang lain
2 sehingga tersedia akses ke minimal tiga fasilitas  1
umum sejauh 300m jarak pencapaian pejalan
kaki

Menyediakan fasilitas akses yang aman, nyaman,


dan bebas dari perpotongan dengan akses
3 kendaraan bermotor untuk menghubungkan  2
secara langsung bangunan dengan bangunan lain

Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat


4
menjadi akses pejalan kaki yang aman dan
 0
nyaman selama minimum 10 jam sehari

ASD3 Transportasi umum


Adanya halte atau stasiun transportasi umum 
1A dalam jangkauan 300 m dari gerbang lokasi 1
bangunan
Menyediakan bus untuk penguna tetap gedung
1B dengan jumlah unit minimum untuk 10 %  0
pengguna tetap gedung
35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam
area gedung untuk menuju ke stasiun
2  1
transportasi umum terdekat yang aman dan
nyaman
ASD4 Fasilitas Pengguna Sepeda
Adanya tempat parkir sepeda yang aman
1 sebanyak satu unit parkir per 20 pengguna  0
gedung hingga maksimal 100 unit parkir sepeda
Apabila tolak ukur ASD4 no 1 diatas tepenuhi,
2 perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk  0
setiap 10 parkir sepeda
ASD5 Lanskep Pada Lahan
Adanya area lanskep berupa vegetasi
(softscape) yang bebas dari struktur bangunan
1 dan struktur sederhana bangunan tanaman  0
(hardscape) yang terletak diatas permukaan
tanah seluas minimal 40% luas total lahan
Penggunaan tanaman yang telah dibudidayakan
2  0
secara lokal dalam skala provinsi
ASD6 Iklim mikro
Mengunakan berbagai material untuk
1 menghindari heat island pada area atap gedung 1

atau menggunakan green roof
Mengunakan berbagai material untuk
2 menghindari heat island pada area non atap  1
gedung
Desain lanskep berupa vegetasi (softscape) pada
sirkulasi utama pejalan kaki menunjukkan
3  0
adanya pelindung dari panas akibat radiasi
matahari dan terpaan angin kencang
ASD7 Manajemen Air Limpasan Hujan
Pengurangan beban limpasan air hujan ke
jaringan drainase kota dari lokasi bangunan
1  0
hingga 50 %, yang dihitung menggunakan nilai
intensitas curah hujan
Menunjukkan adanya upaya penangganan
2 pengurangan beban banjir lingkungan dari luar  0
lokasi bangunan
Menggunakan teknologi–teknologi yang dapat
3  0
mengurangi debit limpasan air hujan
Sumber : Green Building Council Indonesia, 2014

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.1.1. Pemilihan tapak

Dalam kriteria pemilihan tapak terdapat 2 (dua) tolok ukur dengan


masing-masing bernilai 1 (satu) poin. Jika tolok ukur tersebut terpenuhi semua
akan bernilai 2 (dua) poin. Tujuan dari pada kriteria pemilihan tapak menghindari
pembangunan di area lapangan hijau dan menghindari pembukaan lahan baru.

Tolok ukur pertama dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


memilih daerah pembangunan yang di lengkapi minimal 8 (delapan) dari 12 (dua
belas) prasarana kota. Berikut adalah prasarana sarana kota gedung perkuliahan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara :

Tabel 4.7. Prasarana Sarana Kota


Prasarana Sarana Kota Memenuhi
Jaringan jalan 
Jaringan penerangan listrik 
Jaringan drainase 
Sistem pembuangan sampah 
Sistem pemadam kebakaraan 
Jaringan fiber optik X
Danau buatan X
Jalur pejalan kaki 
Jalur pemipaan gas X
Jaringan telepon 
Jaringan air bersih 

Sumber : Pengamatan di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019


Dengan demikian untuk tolak ukur pertama telah memenuhi syarat sehingga
memperoleh 1 poin.

Tolak ukur kedua dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


melakukan pembangunan di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai
karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan. Tolak ukur ini
tidak memenuhi karena gedung tersebut tidak di bangun diatas lahan bernilai
negatif dan lahan yang tidak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak
37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


negatif bangunan melainkan di bangunan diatas lahan kosong. Oleh karena itu,
untuk tolak ukur kedua tidak memperoleh poin.

4.4.1.2. Aksebilitas komunitas

Dalam kriteria aksebilitas komunitas terdapat 4 (empat) tolok ukur


dengan tolak ukur pertama bernilai 2 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin, tolak
ukur ketiga bernilai 2 poin, tolak ukur keempat bernilai 2 poin. jika tolok ukur
tersebut terpenuhi semua akan bernilai 6 poin. Tujuan dari pada kriteria
aksebilitas komunitas mendorong pembangunan di tempat yang telah memiliki
jaringan konektivitas dan meningkatkan pencapaian penggunaan gedung sehingga
mempermudah masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dan
menghindari penggunaan kendaraan bermotor.

Tolok ukur pertama dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


terdapat minimal tujuh jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama
sejauh 1500m dari tapak. Berikut adalah fasilitas yang ada digedung perkuliahan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Tabel 4.8. Daftar Fasilitas Umum di Sekitar Gedung perkuliahan


Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
No Nama Fasilitas Umum Jarak (m)
1 Bank 60 m
3 Parkir umum 0m
4 Warung atau Toko kelontong 60 m
5 Pos keamanan 10 m
6 Tempat ibadah 70 m
7 Lapangan olahraga 40 m
8 Rumah makan/ Kantin 60 m
10 Fotokopi umum 60 m
11 Fasilitas kesehatan 60m
12 Terminal 10m
13 Perpustakaan 40m
Sumber : Pengamatan diUniversitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019
38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dengan demikian untuk tolak ukur pertama telah memenuhi syarat sehingga
memperoleh 1 poin.

Tolak ukur kedua bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu membuka akses
pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkannya dengan
jalan sekunder dan atau lahan orang lain sehingga tersedia akses ke minimal tiga
fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki. Tolak ukur ini
memenuhi karena memiliki trotoar untuk pendestrian yang menghubungkan antar
tapak menuju jalan umum. Oleh karena itu tolak ukur kedua memperoleh 1 poin.

Tolak ukur ketiga dengan bernilai 2 poin dengan kriteria yaitu


menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan
dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung
bangunan dengan bangunan lain, dimana terdapat minimal tiga fasilitas umum dan
atau bangunan stasiun transportasi umum. Memenuhi karena memiliki trotoar
menghubungkan ke bangunan lain seperti badan administrasi Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara dan ke bangunan fakultas lainnya, kantin, perpustakaan.
Dengan demikian untuk tolak ukur pertama telah memenuhi syarat sehingga
memperoleh 2 poin.

Tolak ukur keempat dengan bernilai 2 poin dengan kriteria yaitu


membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang
aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari. Tolak ukur ini tidak
memenuhi karena lantai dasar bangunan tersebut terbatasi oleh dinding-dinding
masif maka tidak mendapatkan poin.

4.4.1.3. Transportasi umum

Dalam kriteria transportasi umum terdapat 2 (dua) tolok ukur dengan


tolak ukur pertama bernilai 2 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin. Jika tolok
ukur tersebut terpenuhi semua akan bernilai 2 poin. Tujuan dari pada kriteria
transportasi umum mendorong penguna gedung untuk menggunakan kendaraan
umum masal dan mengguranggi kendaraan pribadi.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tolak ukur pertama dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu adanya
halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m dari gerbang lokasi
bangunan atau menyediakan bus untuk penguna tetap gedung dengan jumlah unit
minimum untuk 10% pengguna tetap gedung. Tolak ukur ini memenuhi karena
halte atau stasiun transportasi langsung di depan gerbang pintu keluar Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, akan tetapi Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara belum memiliki bus untuk pengguna tetap gedung maka salah satu dari
kriteria tersebut memenuhi syarat maka mendapatkan 1 poin.

Tolak ukur kedua dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke
stasiun tranportasi umum terdekat yang aman dan nyaman. Tolak ukur ini
memenuhi syarat karena adanya jalur utama yang menghubungkan langsung dari
dalam gedung ke luar gedung tersebut maka mendapatkan 1 poin.

Gambar 4.2. Stasiun Transportasi Umum

4.4.1.4. Fasilitas pengguna sepeda

Dalam kriteria fasilitas pengguna sepeda terdapat 2(dua) tolok ukur


dengan tolak ukur pertama bernilai 2 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin. Jika
tolok ukur tersebut terpenuhi semua akan bernilai 2 poin. Tujuan dari pada kriteria
fasilitas penggunaan sepeda motor mendorong penggunaan sepeda bagi
pengunaan gedung dengan memberikan fasilitas yang memadai sehingga dapat
mengguranggi kendaraan bermotor.

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu adanya tempat
parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung hingga
maksimal 100 unit parkir sepeda.

Tolak ukur kedua bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu apabila tolak ukur
pertama terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak satu umit untuk setiap 10
parkir sepeda maka tolak ukur pertama dan kedua tidak memenuhi karena tidak
memiliki parkir sepeda serta shower, pihak gedung tidak menyediakan tempat
parkir sepeda ataupun shower, mahasiswa yang berada di Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara biasanya menggunakan sepeda motor sehingga tolak ukur
pertama dan kedua tidak mendapatkan poin.

4.4.1.5. Lansekap pada lahan

Dalam kriteria lanskep pada lahan terdapat 3 (tiga) tolok ukur dengan
tolak ukur pertama bagian A bernilai 1 poin, tolak ukur pertama bagian B bernilai
1 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin. Jika tolok ukur tersebut terpenuhi semua
akan bernilai 3 poin. Tujuan dari pada kriteria lansekap pada lahan yaitu
memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas ikim
mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan, mencegah erosi tanah, menguranggi,
beban sistem drainase, menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air
tanah.

Tolok ukur pertama bagian A dengan bernilai 1 poin dan tolak ukur
pertama bagian B bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu adanya daerah lanskep
berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur
sederhana bangunan tanaman (hardscape) yang terletak diatas permukaan tanah
seluas minimal 40% luas total lahan dan bila tolak ukur pertama dipenuhi maka
setiap penambahan 5% area lanskep dari luas total lahan. Tolak ukur ini tidak
memenuhi karena perkarangan menanam tanaman hanya seluas 21 m2, tidak
seluas 40% atau 45% dari luas total lahan maka tidak mendapatkan poin.

Tolak ukur kedua dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


penggunaan tananaman yang telah di budidayakan secara lokal dalam skala
41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


provinsi. Tolak ukur ini untuk saat ini belum memenuhi syarat karena dari
wawancara dengan drafter proyek pembangunan gedung perkuliahan terpadu di
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara mengatakan mereka merencanakan
membangun perkarangan tapi tidak mengetahui akan menanam pohon jenis apa
yang akan ditanam maka tolak ukur ini tidak mendapatkan poin.

4.4.1.6 Iklim mikro

Dalam kriteria iklim mikro terdapat 3 (tiga) tolok ukur dengan tolak
ukur pertama bernilai 1 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin, tolak ukur ketiga
bernilai 1 poin, jika tolok ukur tersebut terpenuhi semua akan bernilai 3 poin.
Tujuan dari iklim mikro yaitu meningkatkan kualitas iklim mikro disekitar gedung
yang mencangkup kenyamanan manusia dan habitat di sekitar gedung.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu mengunakan


berbagai material untuk menghindari heat island pada area atap gedung atau
menggunakan green roof

Tabel 4.9. Perhitungan Total Albedo pada Area Atap


Material Luas (m2) Α Lxα
Cor beton 135 0.35 47,25
Genteng metal 612 0,35 214,2
Σ 747 261,45
Albedo Lxα
0,35
Luas area
Sumber : Universitas Islam Negeri Sumatera, 2019

Dengan demikian albedo total untuk area perkerasan atap adalah 0,35. Nilai
tersebut sudah memenuhi standar, yaitu > 0,3. Dengan demikian untuk tolok ukur
iklim mikro memperoleh poin maksimal yaitu 1 poin.

Tolak ukur kedua bernilai 1 poin dengan kriteria mengunakan berbagai


material untuk menghindari heat island pada area non atap gedung atau
menggunakan green roof

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.10. Perhitungan Total Albedo pada Non Area Atap
Material Luas (m2) Α Lxα
Taman ( rumput) 21 0,3 6,3
Albedo Lxα
0,3
Luas area
Sumber : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019

Dengan demikian albedo total untuk untuk area non atap adalah 0,3. Nilai tersebut
sudah memenuhi standar, yaitu >0,3. Dengan demikian untuk tolok ukur iklim
panas memperoleh poin maksimal yaitu 1 poin.

Tolak ukur ketiga bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu desain lanskep
berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki menunjukkan
adanya pelindung dari panas akibat radiasi matahari dan terpaan angin kencang.
Sehingga tidak mendapatkan poin karena belum adanya penanaman pohon.

4.4.1.7. Manajemen limpasan air hujan

Dalam kriteria manajemen limpasan terdapat 3 (tiga) tolok ukur dengan


tolak ukur pertama bernilai 1 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin, tolak ukur
ketiga bernilai 1 poin. Jika tolok ukur tersebut terpenuhi semua akan bernilai 3
poin. Tujuan dari manajemen limpasan menguranggi sistem drainase lingkungan
dari kualitas limpasan air hujan dengan sistem manajemen air hujan secara
terpadu.

Tolak ukur pertama dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


pengurangan beban limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi
bangunan hingga 50% yang di hitung menggunakan nilai intensitas curah hujan
sebesar 50 mm/hari. Berdasarkan SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, Maka rumus
yang dipakai untuk menghitung volume air limpasan air hujan yaitu:

𝑅
Vab = 0,855 x Ctadah x Atadah x 1000

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dengan asumsi bahwa volume yang terhitung hanya limpasan hujan untuk lokasi
proyek pembanguna gedung perkuliah terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara maka volume limpasan air hujan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11. Perhitungan Volume Limpasan Hujan


Tata guna lahan Vab
Area (m2) Koefisien
(m)
Atap Cor beton 135 0,95 5,482
Genteng metal 612 0.95 24,854
Lanskep Taman ( rumput) 21 0,21 0,188
Vab Total = 30,524
Sumber : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019

Saat ini air hujan yang turun di area gedung perkuliahan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara masih mengalir secara alami dengan adanya talang air dan
langsung mengalir kejaringan drainase sehingga tidak mendapatkan poin.

Tolak ukur kedua dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan
dari luar lokasi bangunan. Tolak ukur ini tidak memenuhi syarat karena belum
adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi
bangunan maka tidak mendapatkan poin.

Tolak ukur ketiga dengan bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


menunjukkan teknologi-teknologi yang dapat menguranggi debit limpasan air
hujan. Tolak ukur ini tidak memenuhi karena tidak mengunakan teknologi untuk
menguranggi limpasan air hujan. Sehingga tolak ukur ini tidak mendapatkan poin.

4.4.2. Efisiensi dan konversi energi

Dalam kategori efisiensi dan konversi energi, terdapat 5 (lima) kriteria


yang memiliki total nilai maksimum sebesar 26 poin (dua puluh enam) poin.
Tujuan dari kategori efisiensi dan konversi energi yaitu memantau penggunaan
energi sehingga dapat menjadi dasar penerapan manajemen energi yang lebih baik

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


serta mendorong penghematan komsumsi energi melalui aplikasi langkah-langkah
efisiensi energi.

Tabel 4.12. Ringkasan Efisiensi dan Konversi Energi (EEC)


Memenuhi
No Kriteria
Ya Tidak Poin
Efisiensi dan Konversi Energi (Energy Efficiency and Conservation)
EEC1 Efisiensi dan Konversi Energi
Menggunakan Energy Modelling Software
1 untuk menghitung komsumsi energi di  0
gedung baseline dan gedung desaigned
Menggunkan perhitungan worksheet yang di
2 sediakan GBC Indonesia untuk menghitung  0
penghematan dari penurunan energi
EEC2 Pencahayaan Alami
Penggunaan pencahayaan alami yang
1 optimal minimal 30% dari luas lantai yang
 0
digunakan untuk bekerja mendapatkan
intensitas cahaya minimal sebesar 300 lux
Jika butir diatas terpenuhi maka dilakukan
2 tambahan dengan adanya lux sensor untuk
 0
otomatis pencahayaan buatan apabila
intensitas cahaya kurang dari 300 lux
EEC3 Ventilasi
Tidak mengkondisikan ( tidak memberikan
1 Ac), ruangan Wc, tangga Koridor, lobi lift,
 1
tetapi melengkapi ruangan tersebut dengan
ventilasi alami atau mekanik
EEC4 Pengaruh perubahan iklim
1 Menyerahkan perhitungan pengurangan
 0
emisi CO2
EEC5 Energi Terbarukan dalam Tapak
1 Menggunakan sumber energi baru dan
 0
terbarukan
Sumber : Green Building Council Indonesia, 2014

4.4.2.1. Efisiensi dan konversi energi

Dalam kriteria efisiensi dan konversi energi terdapat 2 (dua) tolok ukur
dengan tolak ukur pertama bernilai 20 poin, tolak ukur pertama bagian A
mendapatkan 20 poin, bagian B mendapatkan 10 poin, bagian C mendapatkan 10

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


poin dengan tujuan mendorong penghematan komsumsi energi melalui aplikasi
langkah-langkah.

Tolak ukur pertama dan kedua bernilai 20 poin dengan kriteria yaitu
menggunakan energy modeling softwaare untuk menghitung komsumsi energi di
gedung baseline dan gedung designed, mengunakan perhitungan worksheet yang
di sediakan GBC Indonesia untuk menghitung penghematan dari penurunan
energi. Tolak ukur ini tidak memenuhi karena dari hasil wawancara dengan
narasumber menghitung energi tidak menggunakan energy modeling softwaare
dan worksheet yang disediakan GBC Indonesia dan pihak perencana tidak
menghitung komsumsi energi gedung tersebut maka tolak ukur ini tidak
mendapatkan poin.

4.4.2.2. Pencahayaan alami

Dalam kriteria pencahayaan alami terdapat 2 (dua) tolok ukur dengan


tolak ukur pertama bernilai 4 poin, tolak ukur pertama mendapatkan 2 poin, tolak
ukur kedua mendapatkan 2 poin. Tujuan dari mendorong penggunaaan
pencahayaan alami yang optimal untuk menguranggi komsumsi energi dan
mendukung desain bangunan yang memungkinkan pencahayaan alami
semaksimal mungkin.

Tolak ukur pertama bernilai 2 poin dengan kriteria yaitu penggunaan


pencahayaan alami yang optimal minimal 30% dari luas lantai yang digunakan
untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya minimal sebesar 300 lux. Tolak
ukur ini tidak memenuhi karena pencahayaan alami berupa cahaya matahari
terpantul kearah dinding dan kearah balkon sehingga tidak bisa masuk kedalam
melalui jendela karena jendela menjorok kedalam maka tolak ukur tidak
mendapatkan poin.

Tolak ukur kedua bernilai 2 poin dengan kriteria yaitu jika butir diatas
terpenuhi maka dilakukan tambahan dengan adanya lux sensor untuk otomatis
pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya kurang dari 300 lux. Tolak ukur ini

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tidak memenuhi karena gedung tersebut tidak memiliki lux sensor maka tidak
mendapatkan poin.

4.4.2.3. Ventilasi

Dalam kriteria ventilasi terdapat 1(satu) tolok ukur dengan tolak ukur
pertama bernilai 1 poin. Tujuan dari ventilasi yaitu mendorong penggunaan
ventilasi yang efisien di area publik untuk menguranggi komsumsi energi.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu tidak


mengkondisikan (tidak memberikan Ac), ruangan Wc, tangga Koridor, lobi lift,
tetapi melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami atau mekanik. Kriteria
ini mendapatkan poin karena mereka tidak menggunakan ac pada ruangan Wc,
tangga Koridor, lobi lift, tetapi melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi
alami maka kriteria ini mendapatkan 1 poin.

4.4.2.4. Pengaruh perubahan iklim

Dalam kriteria pengaruh perubahan iklim terdapat 1(satu) tolok ukur


dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan dari pengaruh perubahan iklim
yaitu memberikan pemahaman bahwa pola komsumsi energi yang berlebihan
akan berpengaruh terhadap perubahan iklim.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menyerahkan


perhitungan pengurangan emisi CO2. Tolak ukur ini tidak memenuhi kriteria
karena pihak perencana tidak menghitung emisi CO2 maka tolak ukur ini tidak
mendapatkan poin.

4.4.2.5. Energi terbarukan dalam tapak

Dalam kriteria energi terbarukan dalam tapak terdapat 1(satu) tolok


ukur dengan tolak ukur pertama bernilai 5 poin. Tujuan dari energi terbarukan

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam tapak yaitu mendorong penggunaan sumber energi baru dan terbarukan
yang bersumber dari dalam lokasi tapak bangunan.

Tolak ukur pertama mendapatkan 5 poin dengan kriteria yaitu


menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Tolak ukur ini tidak memenuhi
kriteria karena sumber energi berasal dari Pembangkit Listrik Negara (PLN) maka
tolak ukur ini tidak mendaptkan poin.

4.4.3. Efisiensi dan konversi air

Dalam efisiensi dan konversi air, terdapat 6 (enam) kriteria yang


memiliki total nilai maksimum sebesar 21 (dua puluh satu) poin. Tujuan dari
kategori efisiensi dan konversi air yaitu memantau penggunaan air sehingga dapat
menjadi dasar penerapan manajemen air yang lebih baik.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.13. Ringkasan Efisiensi dan Konversi Air (WAC)
Kriteria Memenuhi
No
Ya Tidak Poin
Efisiensi dan Konversi Air (Water Consrvation)
WAC1 Pengurangan Penggunaan Air
Komsumsi Air bersih dengan jumlah
1 tertinggi 80 % dari sumber primer tanpa  1
mengurangi jumlah kebutuhan per orang
Komsumsi Air bersih dengan jumlah
tertinggi kurang dari 80 % dari sumber
2  7
primer tanpa mengurangi jumlah
kebutuhan per orang
WAC 2 Fitur Air
Penggunaan fitur air yang sesuai dengan
1  1
kapasitas buangan
WAC3 Daur Ulang Air
Penggunaan seluruh air bekas pakai ( grey
water ) yang telah di daur ulang untuk
1A  0
kebutuhan sistem flushing atau cooling
tower
Penggunaan seluruh air bekas pakai ( grey
water ) yang telah di daur ulang untuk
1B  0
kebutuhan sistem flushing dan cooling
tower
WAC4 Sumber Air Alternatif
Menggunakan salah satu atau lebih dari
tiga alternatif sebagai berikut : air
1A  0
kondensasi AC, air bekas wudhu, atau air
hujan
Menggunakan teknologi yang
memanfaatkan air laut atau air danau atau
IB  0
air sungai untuk keperluaan air bersih
sebagai sanitasi ,atau kebutuhan lainnya
WAC5 Penampungan Air Hujan
Mengunakan Tangki penampungan air
1  0
hujan
WAC 6 Efisiensi Penggunaan Lansekap
Seluruh air yang di gunakan untuk irigasi
1  0
gedung tidak berasal air tanah atau PDAM
Menerapkan teknologi yang inovatif untuk
irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan
2  0
air untuk lanskep yang tepat, sesuai dengan
kebutuhan tanaman
Sumber : Green Building Council Indonesia, 2014

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.3.1. Pengurangan penggunaan air

Dalam kriteria pengurangan penggunaan air terdapat 2(dua) tolok


ukur dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin, tolak ukur kedua bernilai 7 poin.
Tujuan pengurangan penggunaan air yaitu meningkatkan penghematan
penggunaan air bersih yang akan mengguranggi beban komsumsi air bersih dan
menguranggi keluaran air limbah.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu komsumsi air
bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah
kebutuhan per orang. Tolak ukur ini memenuhi syarat karena gedung tersebut
mengkomsumsi 80% air bersih dari sumber primer tanpa mengurangi kebutuhan
per orang maka tolak ukur ini mendapatkan 1 poin.

Tolak ukur kedua bernilai 7 poin dengan kriteria yaitu komsumsi Air
bersih dengan jumlah tertinggi kurang dari 80% dari sumber primer tanpa
mengurangi jumlah kebutuhan per orang.
Mencari komsumsi dalam pemakaian air di gedung perkuliahan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara
Jumlah kapasitas pemakaian air = 80 liter/siswa/hari x jumlah mahasiswa
= 80 x 500
= 40000 liter/hari
= 40 m3/hari
Kapasitas Gwt yaitu = 150 m3 . Sehingga mendapatkan 7 poin.

4.4.3.2. Fitur air

Dalam kriteria fitur air terdapat 2(dua) tolok ukur dengan tolak ukur
pertama bernilai bagian A mendapatkan 1 poin, bagian B mendapatkan 2 poin,
bagian C mendapatkan 3 poin. Tujuan mendorong upaya penghematan dengan
pemasangan fitur air efisiensi tinggi.

Tolak ukur pertama yaitu penggunaan fitur air yang sesuai dengan
kapasitas buangan dibawah standar maksimum kemampuan air keluaran air, tolak

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ukur ini memenuhi karena penggunaan fitur air 40 m3/ hari dan kapasitas
buangan kotor 92,25 m3 sehingga mendapatkan 1 poin.

4.4.3.3. Daur ulang air

Dalam kriteria daur ulang air terdapat 2 (dua) tolok ukur dengan tolak
ukur pertama bernilai 2 poin dan tolak ukur kedua bernilai 3 poin. Tujuan daur
ulang air yaitu menyediakan air dari sumber daur ulang yang bersumber dari air
limbah gedung untuk mengguranggi kebutuhan air dari sumber utama.

Tolak ukur pertama dan kedua bernilai 1 dan 2 poin dengan kriteria
yaitu penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah di daur ulang
untuk kebutuhan sistem flushing atau cooling tower. Tidak memenuhi karena
gedung tersebut menggunakan air bersih dari pembangkit listrik Negara dan tidak
ada sistem flushing dan cooling tower maka tidak mendapatkan poin.

4.4.3.4. Sumber air alternatif

Dalam kriteria sumber air alternatif air terdapat 2 (dua) tolok ukur
dengan tolak ukur pertama bagian A bernilai 1 poin dan tolak ukur pertama
bagian B bernilai 2 poin. Tujuan sumber air alternatif menggunakan sumber air
alternatif yang di proses sehinga menghasilkan air bersih untuk menguranggi
kebutuhan air dari sumber utama.

Tolok ukur dengan tolak ukur pertama bagian A bernilai 1 poin dan
tolak ukur pertama bagian B bernilai 2 poin yaitu menggunakan salah satu atau
lebih dari tiga alternatif sebagai berikut : air kondensasi AC, air bekas wudhu,
atau air hujan dan menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air
danau atau air sungai untuk keperluaan air bersih sebagai sanitasi, atau kebutuhan
lainnya dan menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau
atau air sungai untuk keperluaan. Tolak ukur ini tidak mendapatkan poin karena
semua air yang digunakan berasal dari Perusahan Daerah Air Minum (PDAM).

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.3.5. Penampungan air hujan

Dalam kriteria penampungan air hujan terdapat 3(tiga) tolok ukur


dengan tolak ukur pertama bagian A bernilai 1 poin dan tolak ukur pertama
bagian B bernilai 2, tolak ukur pertama bagian B bernilai 3 poin. Tujuan
penampungan air hujan mendorong penggunaan air hujan atau limpasan air hujan
sebagai salah satu sumber air untuk menguranggi kebutuhan air dari sumber
utama.

Tolok ukur pertama bagian A bernilai 1 poin dan tolak ukur pertama
bagian B bernilai 2, tolak ukur pertama bagian C bernilai 3 poin yaitu
mengunakan Tangki penampungan air hujan. Tolak ukur ini tidak memenuhi
karena air hujan akan mengalir secara alami ketalang air dan langsung mengalir
kejaringan drainase maka tidak mendapatkan poin.

4.4.3.6. Efisiensi penggunaan air lansekap

Dalam kriteria efisiensi penggunaan air lansekap terdapat 3(tiga) tolok


ukur dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin dan tolak ukur kedua bernilai
1poin. Tujuan efisiensi penggunaan air lansekap meminimalisasi penggunaan
sumber air bersih dari air tanah dan Perusahan Daerah Air Minum untuk
kebutuhan irigasi lansekap dan menggantikannya dengan sumber lainnya.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu seluruh air
yang di gunakan untuk irigasi gedung tidak berasal air tanah atau PDAM. Tolak
ukur ini tidak memenuhi karena semua air bersih berasal dari PDAM sehinga
tidak mendapatkan poin.

Tolak ukur kedua bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menerapkan


teknologi yang inovatif untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk
lanskep yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tolak ukur ini tidak
mendapatkan poin.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.4. Sumber dan siklus material

Dalam kategori sumber dan siklus material terdapat 6 (enam) kriteria


yang memiliki total nilai maksimum sebesar 14 poin ( empat belas) poin.Tujuan
dari sumber dan siklus material yaitu mencegah pemakaian bahan dengan potensi
merusak ozon.

Tabel 4.14. Ringkasan Siklus dan Sumber Daya Material (MRC)


Memenuhi
No Kriteria
Ya Tidak Poin
Siklus dan Sumber Daya Matrial (Material Resource and Cycle)

MRC1 Penggunaan Gedung dan Material


Menggunakan material bekas bangunan
lama dan atau dari tempat lain seperti
1 plafon, kusen, lantai dan dinding untuk  0
mengurangi penggunaan bahan mentah yang
baru, sehingga dapat mengurangi limbah
MRC2 Material Ramah lingkungan
Mengunakan material yang memiliki
1 sertifikat sistem manajemen lingkungan  1
pada proses produksinya
Menggunakan material yang merupakan
2  0
hasil proses daur ulang
Menggunakan material yang bahan baku
3 utamanya berasal dari sumber daya (SD)  0
terbarukan
MRC3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP
Menggunakan bahan yang tidak memiliki
1 potensi merusak ozon pada seluruh sistem  0
pendingin gedung
MRC4 Kayu Bersertifikat
Menggunakan bahan baku kayu yang dapat
1 dipertanggung jawabkan asal-usulnya untuk  1
melindungi kelestarian hutan
yaitu jika butir 1 diatas 30% menggunakan
kayu bersertifikat dari pihak Lembaga
2  0
Ekolabel Indonesia atau Forest Stewardship
Council
MRC5 Material Prafabrikasi
Desain yang menggunakan material modular
1  3
atau prafabrikasi
MRC 6 Material Regional
53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menggunakan material yang lokasi asal
1 bahan baku utama dan pabrikasinya berada  1
di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek
Menggunakan material yang lokasi asal
2 bahan baku utama dan pabrikasinya berada  1
di dalam Republik Indonesia
Sumber : Green Building Council Indonesia, 2014

4.4.4.1. Penggunaan gedung dan material

Dalam kriteria penggunaan gedung dan material terdapat 2 (dua) tolok


ukur dengan tolak ukur pertama bagian A bernilai 1 poin dan tolak ukur pertama
bagian B bernilai 2 poin. Tujuan penggunaan gedung dan material yaitu
menggunakan material bekas bangunan lama dan atau dari tempat lain untuk
mangguranggi penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat
mengguranggi limbah pada pembuangan akhir serta memperpanjang usia
pemakaian suatu bahan material.

Tolak ukur pertama bagian A bernilai 1 poin dan tolak ukur pertama
bagian B bernilai 2 poin dengan kriteria yaitu menggunakan material bekas
bangunan lama dan atau dari tempat lain seperti plafon, kusen, lantai dan dinding.
untuk mengurangi penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat
mengurangi limbah minimal 10% atau dan 20 %. Tolak ukur ini tidak memenuhi
karena gedung tersebut dibangun dengan material yang baru semua maka tidak
mendapatkan poin.

4.4.4.2. Material ramah lingkungan

Dalam kriteria material ramah lingkungan terdapat 3 (tiga) tolok ukur


dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin, dan
tolak ukur ketiga bernilai 1 poin. Tujuan material ramah lingkungan yaitu
menguranggi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses
produksi bahan mentah.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tolak ukur bagian pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu
mengunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada
proses produksinya. Tolak ukur ini memenuhi karena:

1. Cat dari PT. ICI merupakan cat yang digunakan pada gedung
perkuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatara Utara. PT ICI
telah mendapatkan sertifikat ISO 9001, ISO 14001 dan juga green label
Singapore,serta Green Building Council Indonesia.
2. Keramik yang setara merek Roman yang merupakan keramik yang
mendapatkan sertifikat ISO 9001 sebagai stadnar pelayanan dan ISO
13006 sebagai standar kualitas produk.

Maka dengan penggunaan material-material yang memiliki sertifikat ISO


terutama mengenai manajemen lingkungan sehingga objek studi mendapatkan
nilai 1 poin.

Tolak ukur bagian kedua bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang. Tolak ukur ini
tidak memenuhi karena material yang digunakan material produksi baru yang
bukan hasil daur ulang maka tolak ukur ini tidak mendapatkan poin.

Tolak ukur bagian ketiga bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu


menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD)
terbarukan. Tolak ukur ini tidak memenuhi karena gedung tersebut tidak
menggunakan material terbarukan sehingga tolak ukur ini mendapatkan 1 poin.

4.4.4.3. Penggunaan refrigeran tanpa ODP

Dalam kriteria penggunaan refrigeran tanpa ODP terdapat 1 (satu) tolok


ukur dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan penggunaan refrigeran
tanpa ODP yaitu menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menggunakan


bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon pada seluruh sistem pendingin

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gedung. Tolak ukur ini tidak memenuhi tolak ukur karena seluruh sistem
pendingin gedung menggunakan AC yang dapat merusak ozon.

4.4.4.4. Kayu berserifikat

Dalam kriteria kayu bersertifikat terdapat 2 (dua) tolok ukur dengan


tolak ukur pertama bernilai 1 poin dan tolak ukur kedua bernilai 1 poin. Tujuan
kayu bersertifikat yaitu menggunakan bahan kayu yang dapat di pertanggung
jawabkan asal usulnya untuk melindunggi kelestarian hutan.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menggunakan


bahan baku kayu yang dapat dipertanggung jawabkan asal-usulnya untuk
melindungi kelestarian hutan. Tolak ukur memenuhi karena kayu yang digunakan
kayu yang legal dan sah terbebas dari perdangangan kayu yang ilegal maka
mendapatkan 1 poin.

Tolak ukur kedua bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu jika butir 1
diatas 30% menggunakan kayu bersertifikat dari pihak Lembaga Ekolabel
Indonesia atau Forest Stewardship Council. Tolak ukur ini tidak mendapatka poin
karena kayu tersebut tidak memiliki serifikat dari pihak Lembaga Ekolabel
Indonesia atau Forest Stewardship Council .

4.4.4.5. Menggunakan material prafabrikasi

Dalam kriteria meggunakan material prafabrikasi terdapat 1(satu).


Tolok ukur dengan tolak ukur pertama bernilai 3 poin. Tujuan meningkatkan
efisiensi dalam penggunaan material dan mengguranggi sampah konstruksi.

Tolak ukur pertama bernilai 3 poin dengan kriteria yaitu desain yang
menggunakan material modular atau prafabrikasi. Tolak ukur ini memenuhi
karena material kaca, baja, keramik dibuat di pabrik tinggal memasangkan
kegedung tersebut sehingga mendapatkan 3 poin .

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.4.6. Material regional

Dalam kriteria material regional terdapat 2 (dua) tolok ukur dengan


tolak ukur pertama bernilai 1 poin dan tolak ukur kedua bernilai 1 poin. Tujuan
material regional yaitu mengguranggi jejak karbon dari moda transportasi untuk
distribusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menggunakan


material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam
radius 1000 km dari lokasi proyek. Tolak ukur ini memenuhi karena materialnya
ada yang dari Binjai ada yang dari Jakarta maka mendapatkan 1 poin.

Tolak ukur kedua bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menggunakan


material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam
Republik Indonesia. Tolak ukur ini memenuhi karena materialnya ada yang dari
Binjai ada yang dari Jakarta maka mendapatkan 1 poin.

4.4.5. Kesehatan dan kenyamanan dalam ruang

Dalam kategori sumber dan siklus material, terdapat 7 (tujuh) kriteria


yang memiliki total nilai maksimum sebesar 10 poin. Tujuan dari menjaga dan
meningkatkan kualitas udara didalam ruangan dengan melakukan introduksi udara
luar ruang sesuai dengan kebutuhan laju ventilasi untuk kesehatan pengguna
gedung.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.15. Ringkasan Kenyamanan dan Kesehatan Dalam Ruang (HIC)
Memenuhi
No Kriteria
Ya Tidak Poin
Kenyamanan dan Kesehatan Dalam Ruang (Indoor Health and Comfort)

IHC1 Pemantauan Kadar CO2


Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu <2.3 m2
per orang di lengkapi dengan instalansi sensor gas
1  0
karon dioksida (CO2) didalam ruangan tidak lebih
dari 1000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m diatas lantai
IHC2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan
Memasang tanda “ Dilarang Merokok di Selurih
1 Area Gedung” dan tidak menyediakan bangunan  2
/area khusus merokok didalam gedung
IHC3 Polutan Kimia
Menggunakan cat dan coating yang mengandung
kadar volatile organic compounds (VOCS) yang
1  1
rendah, yang ditandai label/serifikasi yang diakui
GBC Indonesia
Menggunakan kayu komposit dan laminating
adhesive dengan syarat memiliki kadar emisi
2  0
formaldehida rendah, yang ditandai label/serifikasi
yang diakui GBC Indonesia
Menggunakan material lampu yang tidak
3 mengandung merkuri dan tidak menggunakan  1
material yang menggunakan asbestos
IHC4 Pemandangan Keluar Gedung
Adanya akses berupa batasan transparan yang
1  1
menghadap kepemandangan luar
IHC5 Kenyamanan Visual
Mengunakan lampu dengan ilmunisasi (tingkat
pencahayaan ) ruagan sesuai dengan SNI 03-6197-
1  0
2011 tentang konservasi energi pada sistem
pencahayaan
IHC6 Kenyamanan Termal
Menetapkan perencanaan kondisi ruangan secara
1  1
umum pada suhu 250 C dan kelembapan relatif 60%
IHC7 Tingkat Kebisingan
Tingkat kebisingan tidak lebih dari atau sesuai
dengan SNI 03-6386-2000 tentang sfesifikasi
1  1
tingkat bunyi dan waktu denggung dalam bangunan
gedung dan perumahan
Sumber : Green Building Council Indonesia, 2014

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.5.1. Pemantauan kadar CO2

Dalam kriteria pemantauan kadar CO2 terdapat 1(satu) tolok ukur


dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan pemantauan kadar CO2 yaitu
memantau konsentrasi karbondioksida (CO2) dalam mengatur masukan udara
segar sehingga menjaga kesehatan pengguna gedung.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu ruangan


dengan kepadatan tinggi yaitu < 2.3 m2 per orang di lengkapi dengan instalansi
sensor gas karon dioksida (CO2) didalam ruangan tidak lebih dari 1000 ppm,
sensor diletakkan 1.5 m diatas lantai. Kondisi eksisting saat ini tidak tersedia
sensor karbondioksida dalam area gedung Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara sehingga untuk kriteria ini tidak memperoleh poin.

4.4.5.1. Kendali asap rokok dilingkungan

Dalam kriteria kendali asap rokok di lingkungan terdapat 1(satu). Tolok


ukur dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan kendali asap rokok di
lingkungan yaitu mengguranggi tereksposenya para pengguna gedung dan
permukaan material interior dari lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga
kesehatan pengguna gedung dapat terpelihara.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu memasang


tanda “ Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan
bangunan /area khusus merokok didalam gedung. berdasarkan wawancara gedung
perkuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara menerapkan
peraturan tentang larangan merokok maka mendapatakan 1 poin.

Gambar 4.3. Foster Dilarang Merokok di Area Gedung


59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.5.2. Polutan kimia

Dalam kriteria polutan terdapat 3 (tiga) tolok ukur dengan tolak ukur
pertama bernilai 1 poin, tolak ukur kedua bernilai 1 poin dan tolak ukur ketiga
bernilai 1 poin. Tujuan polutan kimia yaitu mengguranggi polusi udara ruang dari
emisi material bangunan yang dapat menganggu kenyamanan dan kesehatan
pekerja konstruksi dan pengguna gedung.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menggunakan


cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCS)
yang rendah, yang ditandai label/serifikasi yang diakui GBC Indonesia. dari hasil
pengamatan serta wawancara cat yang digunakan berasal dari PT ICI yang sudah
bersertifikasi GBC Indonesia maka mendapatkan 1 poin.

Tolak ukur kedua bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menggunakan


kayu komposit dan laminating adhesive dengan syarat memiliki kadar emisi
formaldehida rendah, yang ditandai label/serifikasi yang diakui GBC Indonesia.
Gedung kuliah terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara menggunakan
kayu yang tidak bersertifikasi GBC Indonesia. Tolak ukur ini tidak mendapatkan
poin.

Tolak ukur ketiga bernilai 1 poin dengan kriteria yaitu menggunakan


material lampu yang kandungan merkuri dan tidak menggunakan material yang
menggunakan asbestos. Hasil pengamatan Gedung Kuliah Terpadu Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara menggunakan lampu dengan merek Philips yang
merupakan salah satu merek lampu yang ramah lingkungan. Tolak ukur ini
mendapatkan 1poin.

4.4.5.4. Pemandangan keluar gedung

Dalam kriteria pemandangan keluar gedung terdapat 1(satu) tolok ukur


dengan tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan pemandangan keluar gedung
yaitu mengurangi kelelahan mata dengan memberikan pemandangan jarak jauh
dan menyediakan koneksi visual keluar gedung.

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tolak ukur pertama bernilai 1 poin yaitu adanya akses berupa batasan
bukaan transparan yang menghadap kepemandangan luar. Gedung tersebut
memiliki transparan yang menghadap pemandangan luar berupa jendela – jendela
sehingga mendapatkan 1 poin.

4.4.5.5. Kenyamanan visual

Dalam kriteria kenyamanan visual terdapat 1 (satu) tolok ukur dengan


tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan kenyamanan visual yaitu mencegah
terjadinya gangguan visual akibat tingkat pencahayaan yang tidak sesuai dengan
daya akomondasi mata.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin yaitu mengunakan lampu dengan


ilmunisasi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI 03-6197-2011
tentang konservasi energi pada sistem pencahayaan. Gedung tersebut tidak
menggunakan tingkat pencahayaan sesuai SNI 03-6197-2011 maka tidak
pendapatkan poin.

4.4.5.6. Kenyamanan termal

Dalam kriteria kenyamanan termal terdapat 1(satu) tolok ukur dengan


tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan kenyamanan termal yaitu menjaga
kenyamanan suhu dan kelembaban udara ruangan yang dikondisikan stabil untuk
meningkatkan produktivitas pengguna gedung.

Tolak ukur pertama bernilai 1 poin yaitu menetapkan perencanaan


kondisi ruangan secara umum pada suhu 250 C. Tolak ukur memenuhi karena
secara umum suhu ruangan 250 C dan kelembapan relatif 60%. Tolak ukur ini
memenuhi karena berdasarkan rencana kerja dan syarat – syarat (RKS)
pembangunan gedung perkuliah terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
kondisi udara dalam bangunan dengan temperatur 240 ± 20 C, dan kelembapan
relatif 55% ± 5% maka tolak ukur mendapatkan 1 poin.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.5.7. Tingkat kebisingan
Dalam kriteria tingkat kebisingan terdapat 1(satu) tolok ukur dengan
tolak ukur pertama bernilai 1 poin. Tujuan menjaga tingkat kebisingan didalam
ruangan pada tingkat yang optimal.
Tolak ukur pertama dengan kriteria yaitu tingkat kebisingan tidak lebih
dari atau sesuai dengan SNI 03-6386-2000 tentang spesifikasi tingkat bunyi dan
waktu denggung dalam bangunan gedung dan perumahan. Tolak ukur ini
memenuhi karena berdasarkan rencana kerja dan syarat–syarat (RKS)
pembangunan gedung perkuliah terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
tingkat kebisingan 40-50 dB sehingga mendapatkan 1 poin.

4.4.6. Manajemen lingkungan bangunan

Dalam kategori manajemen lingkungan bangunan, terdapat 7 (tujuh)


kriteria yang memiliki total nilai maksimum sebesar 13 poin. Tujuan dari
manajemen lingkungan bangunan yaitu mendorong gerakan pemilihan sampah
secara sederhana yang mempermudah proses daur ulang.

Tabel 4.17. Ringkasan Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM)


Memenuhi
No Kriteria
Ya Tidak Poin
Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environmental Management)

BEM1 GP Sebagai Anggota Tim Proyek


Melibatkan minimal seorang tenaga ahli
yang sudah bersertifikat Greenship
professional (GP), yang bertugas untuk
1  0
memadu proyek sehingga mendapatkan
sertifikat Greenship

BEM2 Polusi dari Aktivitas Konstruksi


Manajemen limbah sampah konstruksi yang
terdiri atas limbah padat dengan
menyediakan area pengumpulan , pemisahan
dan sistem pencatatan . pencatatan dilakukan
1  0
dibedakan berdasarkan limbah padat yang
dibuang ke TP, digunakan kembali, dan
didaur ulang oleh pihak ketiga

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Manajemen limbah sampah konstruksi yang
terdiri atas limbah cair dengan menjaga
2 kualitas seluruh buangan air yang timbul  0
dari aktivitas konstruksi agar tidak
mencemari drainase kota
BEM3 Pengololaan Sampah Tingkat Lanjut
Mengolah limbah organik gedung yang
dilakukan secara mandiri atau bekerjasama
1 dengan pihak ketiga sehingga menambah  0
nilai manfaat dan dapat menguranggi
dampak lingkungan
BEM4 Sistem Komisioning yang Baik dan Benar
Melaksanakan komisioning yang baik dan
benar pada bangunan agar kinerja yang
1  0
dihasilkan sesuai dengan perencanaan awal
sesuai petunjuk GBCI
BEM5 Penyerahan Data Green Building
Melengkapi database implementasi green
1 building di Indonesia untuk mempertajam  0
standar-standar dan bahan penelitian.
BEM6 Kesepakatan Dalam Melakukan Aktivitas Fit Out
Memiliki surat perjanjian dengan penyewa
gedung (tenant) untuk gedung yang
disewakan atau SPO untuk gedung yang
digunakan sendiri, yang terdiri atas:
Penggunaan kayu yang bersertifikat untuk
1 material fit-out, Pelaksanaan pelatihan yang  0
akan dilakukan oleh manajemen gedung ,
Pelaksanaan manajemen indoor air quality
(IAQ) setelah konstruksi fit-out.
Implementasi dalam bentuk Perjanjian Sewa
(lease agreement) atau SPO.
BEM7 Survey Pengguna Gedung
Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung
akan mengadakan survei suhu dan
kelembaban paling lambat 12 bulan setelah
tanggal sertifikasi dan menyerahkan laporan
hasil survei paling lambat 15 bulan setelah
1 tanggal sertifikasi kepada GBC Indonesia.  0
Catatan: Apabila hasilnya lebih dari 20%
respon ketidaknyamanannya, maka pemilik
gedung setuju untuk melakukan perbaikan
selambat-lambatnya 6 bulan setelah
pelaporan hasil survei
Sumber : Green Building Council Indonesia, 2014

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Setelah dianalisis, diperoleh hasil bahwa semua manajemen lingkungan
pada gedung kuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara belum
ada penerapannya. Oleh karena itu gedung perkuliahan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara tidak memperoleh poin.

4.5. Rumus Menghitung Persentase Tingkat Keberhasilan Gedung


Perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Pada Masing-
Masing Kategori

A. Tata Guna Lahan

𝐹
𝑃= 𝑥𝑅
𝑁
9
= 17 x 16,8%

= 8,89%
B. Efisiensi dan Konversi Energi

𝐹
𝑃= 𝑥𝑅
𝑁
1
= x 25,7%
26

= 0,98%
C. Efisiensi dan Konversi Air

𝐹
𝑃= 𝑥𝑅
𝑁
9
= 21 x 20,8%

= 8,91%
D. Sumber dan Siklus Material

𝐹
𝑃= 𝑥𝑅
𝑁
7
= 14 x 13,9%

= 6,95 %

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


E. Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Ruang

𝐹
𝑃= 𝑥𝑅
𝑁
7
= 10 x 9,9%

= 6,93 %
F. Manajemen Lingkungan Bangunan

𝐹
𝑃= 𝑥𝑅
𝑁
0
= 13 x 12,9%

=0%

4.6. Rumus Menghitung Persentase Tingkat Keberhasilan Gedung


Perkuliahna Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Pada Masing-
Masing Kategori :

𝐹
𝑃= 𝑥𝑅
𝑁
33
=101 x 100%

= 32,67 %

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan


sebagai berikut:

1. Gedung perkuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


(UINSU) memenuhi lima syarat kelayakan bangunan dari enam syarat
kelayakan bangunan, diantaranya:
a. Luas minimum gedung 2500 m2 sedangkan luas gedung perkuliahan
terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 7056 m2 sehingga
memenuhi syarat kelayakan.
b. Kesesuaian fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan
berdasarkan RT/RW setempat. Berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, Dan Karo,
pasal 18 ayat (2) butir (e), lahan peruntukan yang ada di lokasi tapak
area gedung perkuliahan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
sudah memenuhi tata ruang sebagai pusat pendidikan sehingga
memenuhi syarat kelayakan.
c. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran.
Sistem proteksi aktif yang tersedia di setiap lantai di pembangunan
gedung perkuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
adalah alarm kebakaran, sistem hidran, dan hidran box sudah
memenuhi berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga Kerja no.
ins.11/m/bw/1997 tentang Pengawasan Khusus Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Penaggulangan Kebakaran sehingga memenuhi
syarat kelayakan.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa.
Struktur utama pada gedung komplek gedung perkuliahan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara adalah beton bertulang, dirancang
sebagai bangunan tahan gempa, dengan struktur pondasi
menggunakan borepile dengan kedalaman 21m sudah memenuhi
berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2002 pasal 18 ayat (1)
tentang Bangunan Gedung sehingga memenuhi syarat kelayakan.
e. Kesesuaian gedung terhadap aksebilitas penyandang cacat. fasilitas
bangunan bagi kaum penyandang cacat seperti ukuran dasar ruang,
pintu, ram, lift, toilet, westafel, sudah mememenuhi standar Peraturan
Menteri No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibiltas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan sehingga
memenuhi syarat kelayakan.

2. Gedung perkuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


(UINSU) hanya memenuhi sebagian prasyarat dari setiap kategori
Greenship, diantaranya: untuk kategori Efisiensi dan Konservasi Energi
telah memenuhi satu dari satu prasyarat, untuk kategori Efisiensi dan
Konservasi Air telah memenuhi satu dari dua prasyarat, untuk kategori
Sumber dan Siklus Material telah memenuhi satu dari satu prasyarat yang
ada, dan kategori Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang telah
memenuhi satu dari satu prasyarat.

3. Gedung perkuliahan terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


(UINSU) memperoleh poin dengan kategori yaitu untuk Tata Guna lahan
memperoleh 9 poin dengan persentase 8,89%, untuk Efisiensi dan
Konservasi Energi memperoleh 1 poin dengan persentase 0,98%, untuk
Efisiensi dan Konservasi Air memperoleh 9 poin dengan persentase 8,91%,
untuk Sumber dan Siklus Material memperoleh 7 poin dengan persentase
6,95%, untuk Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang memperoleh 7 poin
dengan persentase 6,93%, untuk Manajemen Lingkungan bangunan
memperoleh 0 poin dengan persentase 0%. Total poin 33 poin dengan

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


persentase 32,67%, sehingga belum bisa dikatakan bangunan hijau menurut
Greenship. Adapun untuk dapat masuk peringkat dasar tersertifikasi
(certified green building) harus memenuhi tolok ukur Greenship lainnya
(lihat 2.9.) agar tercapai poin minimal yang diisyaratkan, yaitu sebesar 35
poin (peringkat Perunggu).

5.2. Saran

Untuk mengembangkan hasil penelitian ini, berikut adalah beberapa saran


yang dapat dilakukan untuk penelitian ke depannya:

1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya perlu melakukan wawancara kepada


pihak Greenship Green Building Council Indonesia agar memahami kriteria
green building yang tertera pada Greenship bangunan baru versi 1.2. dengan
baik dan mudah.
2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dengan menambahkan analisis
melalui software-software yang telah disarankan yaitu ecotect, dialux, dan
lain sebagainya.
3. Untuk memperoleh predikat bangunan hijau dengan minimum sertifikat
perunggu ada beberapa hal yang perlu dilengkapi pada gedung perkuliahan
Universitas Islam Negeri sumatera Utara yaitu menyediakan tempat parkir
sepeda yang aman bagi pengguna gedung, menyediakan bus untuk
pengguna gedung serta menanam tanaman pada sirkulasi utama pejalan kaki
menunjukkan pelindung dari panas akibat radiasi matahari .

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara


Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.

Dewa, B. P., Nugroho, A. M. and Adhitama, M. S. (2009) ‘Kajian Green Building


Pada Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Barra’.

EPA. 2014. Why Build Green?. Tersedia:


http://archive.epa.gov/greenbuilding/web/html/whybuild.html. Diakses pada
tanggal 12 April 2015.

Ervianto. I, Wulfram. 2010. Studi Penerapan Green Building pada Industri


Konstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta. [Online]. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pemerintah Provinsi DIY Vol. II (2), 10 halaman.
Tersedia:https://www.academia.edu/4839115/Studi_Penerapan_Green_Bui
lding_Pada_Industri_Konstruksi_di_Daerah_Istimewa_Yogyakarta Diakses
pada tanggal 19 Maret 2014.

Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau:


Perencanaan, Pengadaan, Konstruksi & Operasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Etd.unsyiah.ac.id. (2019). Penerapan Konsep Green Building Pada Gedung


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda
Aceh - Hal : 1 Baca Tugas Akhir Unsyiah Online. [Online] Available at:
http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index.php?id=45941&page=1 [Accessed 26 Jan.
2019].

Febrina, Fitra (2018) 'Penerapan Konsep Green Building Pada Gedung Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri AR-RANIRY Banda
Aceh'.

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Green Building Council Indonesia (2014). Greenship untuk Gedung Baru Versi
1.2. Jakarta: Green Building Council Indonesia. Tersedia:
http://www.gbcindonesia.org/2012-08-01-03-25-31/2012-08-02-03-
4334/summary. Diakses pada April2014

Instruksi Menteri Tenaga Kerja no. ins.11/m/bw/1997 Tentang Pengawasan


Khusus Kesehatan dan Keselamatan Kerja Penaggulangan Kebakaran

Kaloush, Kamil E., Carlson, Joby D., Golden, Jay S., and Phelan, Patrick E. 2008.
The Thermal and Radiative Characteristics of Concrete Pavements in
Mitigating Urban Heat Island Effects. Tersedia:
http://www.greenconcrete.info/downloads/7_ConcreteHIRISN2969.pdf.
Diakses pada tanggal 10 September 2015.

Komalasari, Rahayu Indah. 2014. Kajian Green Building Gedung Pascasarjana B


Universitas Diponegoro Semarang. Thesis Program Magister Ilmu
Lingkungan. Semarang: Universitas Diponegoro.

PeraturanPresiden Republik Indonesia No 62 tahun 2011 tentang Rencana Tata


Ruang Kawasan Perkotaan Medan,Binjai, Deli Serdang dan Karo.

Peraturan Menteri Pekerja Umum No. 30/ PRT/ M/ 2006 tentang Pedoman Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Putri, A. A. et al. (2012) ‘Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik
Sipil ITS’, 1(1), pp. 1–7.

Sari, Suci Anugrah (2016) 'Penilaian Kriteria Green Building Pada Bangunan
Gedung Studi Kasus Gedung Biro Pusat Administrasi Sumatera Utara'.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UI Green Metric. 2015. Overall Ranking 2014. Tersedia:
http://greenmetric.ui.ac.id/overall-ranking/ . Diakses pada tanggal 18 April
2015.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Taha, Haider., Sailor, David., Akbari, Hashem. 1992. High-Albedo Materials for
Reducing Building Cooling Energy Use. Berkeley: University of California.
Tersedia: http://www.osti.gov/scitech/servlets/purl/7000986/. Diakses pada
tanggal 15 Juni 2015.

Worldgbc.org. (2019). How can we make our buildings green? | World Green
Building Council. [online] Available at: https://www.worldgbc.org/how-can-
we-make-our-buildings-green [Accessed 26 Jan. 2019].

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN I

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai