B AB PENDAHULUAN
I
Salah satu bidang usaha sektor informal yang berkembang cukup pesat di
kabupaten Aceh Barat Daya adalah pedagangan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pasar merupakan salah satu sarana ekonomi yang memberikan peluang peningkatan
pendapatan bagi masyarakat dan juga perluasan kesempatan kerja yang cukup
meyakinkan. Peran pasar cukup besar dalam memberikan suatu jaminan pembangunan dan
kontribusi bagi dinamika ekonomi masyarakat dan peningkatan pendapatan pemerintah.
Dinamika ekonomi masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya menurut Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi dapat dibuktikan dengan jumlah pedagang saat
ini sebanyak 750 orang mampu melayani pengunjung sebanyak 3.300 orang perhari.
Berdasar hasil observasi awal menunjukkan bahwa kondisi kota Blangpidie pada
saat-saat tertentu tidak memberikan kenyamanan bagi pemakai jalan, karena badan jalan
dipakai untuk areal parkir pengunjung pasar dan pedagang.
Propek pasar di Kota Blangpidie telah pernah didengar berita dari mulut-kemulut
oleh masyarakat di luar Kabupaten Aceh Barat Daya pada beberapa tahun yang lalu, yaitu
saat menjelang lebaran cukup ramai orang-orang dari Nagan Raya beberlanja ke sana
karena harga barang lebih murah dibandingkan dengan Kota Meulaboh. Selain itu,
dijumpai beberapa orang pedagang ikan dari Nagan Raya yang ikannya lebih sering
membeli di pelabuhan ikan (PPI) Aceh Barat Daya dari pada mereka membeli di PPI
Meulaboh. Jika diukur jarak tempuh menunjukkan lebih jauh ke Blangpidie daripada ke
Meulaboh.
1.2. Tujuan
B AB LANDASAN TEORITIS
II
1
Kotler & Keller, 2009, Manajemen Pemsaran, edisi 11, Penerbit Erlangga. Hln. 140.
Pasar adalah tempat orang berjual beli2. Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
2014, mendefiniskan pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan
penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan transaksi
Perdagangan. Menurut Kotler (2000), pasar terdiri dari semua pelangan potensial yang
memiliki kebutuhan atau keinginan serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan itu.
Dalam sistem perdagangan, pasar juga dikenal ada pasar tradisional dan pasar
modern. Pasar tradisional adalah merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual dengan pembeli secara langsung, bangunan
biasanya terdiri dari kios- kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual
maupun suatu pengelola pasar. Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional,
namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah,
sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat
bertahan lama3. Contoh pasar modern antara lain mal, supermarket, departement store,
shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan
sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain
menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor.
Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin, karena melalui
proses penyaringan terlebih dahulu secara ketat. Secara kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur dan terkendali yang
menggunakan kartu stock secara elektronik/komputer.
2
Pusat Bahasa, 2005: Kamus Besar Bahasa Indoensia, Penerbit Balai Pustaka,
3
http://mail-chaozkhakycostikcomunity.blogspot.com/2014/03/pengertian-singkat-dan-ciri-ciri-pasar.html
Tidak terikat pada tempat tertentu, bisa dimana saja (misalnya melalui transaksi
online)
Alat pembayaran bisa non tunai (menggunakan kartu kredi/debit)
Penjual dan pembeli tidak harus ketemu langsung.
Pada situasi tertentu seperti di supermarket tidak bisa menawar
Harga sudah tertera dan diberi kode balok.batang (Barcode)
Barang yang dijual beranekaragam dan umumnya tahan lama
Berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan)
Ruangan Ber-AC dan Nyaman tidak terkena terik panas matahari
Tempat bersih
Tata tempat sangat diperhatikan untuk mempermudah dalam pencarian barang
Pembayaran dilakukan melalui Kasir dan tidak ada tawar menawar.
Fungsi utama pasar sebagai tempat / wadah dimana kegiatan ekonomi perdagangan
berlangsung, pasar juga mengemban misi sebagai wahana kegiatan sosial dan rekreasional.
Pasar bisa digunakan untuk membaca ‘budaya’ dari masyarakat setempat. Secara rinci para
ahli membagi fungsi pasar sebagai berikut:
a. Fungsi Distribusi.
Pasar berfungsi sebagai pembentuk harga pasar, yaitu kesepakatan harga antara
penjual dan pembeli.
c. Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi. Pelaksanaan promosi dapat
dilakukan dengan cara memasang spanduk, membagikan brosur, membagikan sampel.
Menurut Umar (2000) ada beberapa aspek yang diteliti dalam rangka studi
kelayakan bisnis, yaitu:
a. Aspek Pasar Konsumen dan Pasar Produsen;
b. Aspek Pemasaran;
c. Aspek Teknik dan Teknologi;
d. Aspek Sumberdaya Manusia;
e. Keuangan;
f. Politik, Ekonomi, dan Sosial;
g. Lingkungan Industri;
h. Yuridis (Legal)
i. Lingkungan Hidup.
Kelayakan suatu proyek biasanya diukur dengan empat macam kelayakan, yaitu:
Kelayakan teknis, kelayakan ekonomi dan finansial, kelayakan politis, dan kelayakan
administratif. Kelayakan pertama harus mampu menjawab pertanyaan apakah secara
teknis, proyek tersebut dapat dilaksanakan dan secara teknis dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kelayakan kedua harus mengukur dan memprediksikan faktor ekonomi
dan finansial khususnya berkaitan dengan moneter yang memperhitungan biaya dan
keuntungan/manfaat, dalam arti nilai keuntungan yang (dapat) diperoleh melebihi nilai
biaya yang (akan) dikeluarkan. Kelayakan ketiga adalah faktor politik yang mempengaruhi
proyek terhadap berbagai peran di masyarakat dan pemerintahan yang terkait dengan
proyek tersebut (dalam arti didukung oleh pihak eksekutif, lagislatif maupun masyarakat
luas pembayar pajak). Kelayakan keempat adalah administratif dimana mengukur apakah
proyek tersebut dapat diimplementasikan dalam sistem administrasi pemerintahan yang
ada umum berkaitan dengan kewenangan (authority), komitmen kelembagaan
(institutional commitment), kemampuan (capability), dan dukungan organisasional
(organizational support)4.
Menurut James Thoengsal, aspek-aspek yang sering dilakukan suatu pertimbangan
dalam analisis studi kelayakan seperti5:
4
http://mfile.narotama.ac.id/files/Zakki%20Falani/Magang%20PDF/analisis_kelayakan.pdf
5
http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/studi-kelayakan-proyek-konstruksi.html
a. Aspek Ekonomi, dalam hal ini menyangkut analisis kemampuan proyeksi keuangan
(Finansial) ke depan dari suatu proyek dimana menghasilkan suatu output apakah
menguntungkan atau tidak, waktu pengembalian modal, Suku bunga bank, dsb. Dalam
analisis ekonomi sering kita menghitung variabel seperti Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit and Cost Ratio (BCR), Payback of
period(Waktu pengembalian Modal), dan Analisis Sensitifitas. Serta dalam hal ini
menyangkut analisis pasar (Market) dari suatu produk konstruksi yang akan
dioperasikan dan dampak pengaruhnya terhadap ekonomi masyarakat sekitar.
b. Aspek Teknis, dalam hal ini menyangkut hal -hal yang bersifat rekayasa (Engineering)
seperti perencanaan teknis suatu proyek seperti desain teknis, metode kerja, sumber
material, kondisi lokasi proyek, mobilisasi dan demobilisasi kendaraan, peralatan,
tenaga kerja dan tenaga hali yang akan digunakan apakah tersedia sesuai standar atau
tidak serta masalah teknis yang berhubungan dengan proyek yang dikerjakan.
c. Aspek Lingkungan, dalam hal ini menyangkut masalah dan dampaknya terhadap
lingkungan disekitar proyek misalnya polusi udara, suara, air, vegetasi setempat, iklim
setempat, biota yang ada disekitar proyek yang semuanya dianalisis dampaknya ketika
dilakukan kegiatan konstruksi di area tersebut dan dampaknya setelah proyek tersebut
selesai.
d. Aspek Hukum dan Birokrasi, Aspek ini menyangkut mengenai masalah hukum dari
suatu kegiatan konstruksi dapat berupa surat-surat legalitas tanah lokasi proyek seperti
sertifikat tanah, sengketah tanah (Tanah bermasalah), klaim pembebasan lahan,
Perizinan pembangunan, peraturan pemerintah setempat, dsb. yang kelihatannya sepele
tetapi dalam kenyataannya sering menimbulkan kegagalan pelaksanaan konstruksi
yang berlarut-larut.
e. Aspek Politik, Dalam hal ini menyangkut masalah isu-isu politik yang sedang dan
yang diprediksi akan terjadi dikemudian hari misalnya isu kenaikan BBM, isu kenaikan
harga material, isu larangan perisinan, isu anjloknya saham, isu menguat/melemahnya
nilai tukar Rupiah, dan isu-isu politik lainnya yang setidaknya menjadi gambaran
dalam memulai suatu investasi konstruksi.
f. Aspek Sosial, Aspek ini sarat akan pengaruh terhadap masyarakat setempat kegiatan
proyek misalnya ganti rugi lahan, adat kebiasaan masyarakat sekitar proyek,
kebudayaan dan sebagainya, yang tentunya bisa menjadi pengaruh terhadap kegiatan
proyek yang akan dilaksanakan.
Suatu studi kelayakan akan memberikan gambaran terhadap beberapa elemen
berikut6:
6
Stephen P. Robbins, dan Mary Coulter, Management, eleventh Ed. (Prentce Hall, Upper Saddle, New
Jersey, 2012), page 544.
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Implementasi oleh
Pemerintah Kabupaten
Mobilisasi Tim
Identifikasi Masalah Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Workshop
Pengumpulan Data Sosialisasi Kepada
analisis Data Lanjutan Instansi Terkait
Permasalahan
Daerah
Laporan Studi
Kelayakan Keputusan Insvestasi
Pembangunan Pasar untuk Pembangunan
Modern Pasar Dapat Dilanjutkan
atau Dibatalkan
2. Identifikasi Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia dan data yang dibutuhkan untuk
menganalisis kelayakan sebuah proyek yang nilainya cukup besar dan perlunya
hasil studi kelayakan yang akurat, diperlukan pemahaman tentang kondisi daerah
dan lingkungan Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
3. Pengumpulan Data.
Analisis data tidak terbatas pada jumlah dananya saja yang diinvestasikan ke
dalam proyek, tetapi perlu dikaji aspek-aspek terkait dengan kelayakan sebuah
proyek yang sifatnya jangka panjang sampai dengan 50 tahun.
Tujuan
Menganalisis kemampuan menghasilkan pendapatan untuk pemerintah Kabupaten
Aceh Barat Daya dari hasil investasi yang akan dilakukan.
Tujuan
Mengukur tingkat kemampuan daya beli, kelengkapan barang dagangan, dan
kondisi pasar impres yang sudah ada.
b) Instrumen Analisis,
Tujuan
Studi kelayakan ini dilakukan setelah penyusunan DED oleh Konsultan Perencana
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2014 yang lalu. Oleh
karena itu, akan diuji kelayakan pasar dengan rancangan-rancangan yang
berhubungan kelayakan teknik dan kaitannya dengan kelayakan keuangan
dijadikan sebagai dasar prediksi pendapatan dan beban operasional pasar selama
umur investasi.
Tujuan
Mengukur kesesuaian dan ketepatan analisis kelayakan investasi yang akan
dilakukan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Tabel 3.1
Jenis Data Yang Dianalisis
7. Penyusunan Laporan
Data yang diperoleh di lapangan masih mentah sehingga data perlu dilakukan
pengolahan data secara sistematis dan akurat.
Tujuan
Menganalisis kelayakan investasi yang lebih rinci.
Tujuan
Keputusan Insvestasi untuk Pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten
Aceh Barat Daya Dapat Dilanjutkan atau Dibatalkan.
1. Prof. Dr. Raja Masbar, S.E., M.Sc. (Ahli Ekonomi sebagai Team Leader
merangkap Tenaga Ahli)
2. Dana Siswar, SE, M.Si., Ak (Ahli Keuangan sebagai Tenaga Ahli),
3. Usman Bakar, SE, M.Si, Ak (Ahli Penilai Dasar 2 sebagai Tenaga Ahli).
4. Cut Nuraini (Tenaga Pendukung/operator)
Tugas Tenaga
a. Team Leader
Mengawasi dan mengkoordinasi semua aktivitas mulai dari awal sampai selesai
pertanggungjawaban
Melakukan koordinasi dengan fihak-fihak terkait (PEMDA dan Organisasi
Pedagang)
Menelaah laporan Kegiatan Studi Kelayakan sebelum di sampaikan kepada
Pemerintah Daerah,
Bertanggungjawab atas Laporan Pendahuluan, Draft Laporan Akhir dan Laporan
Akhir
Bertanggung jawab atas Laporan Akhir.
Menganalisis masalah-masalah yang timbul untuk ditindaklanjuti.
Menyiapkan ringkasan laporan kegiatan masing-masing tugas Tenaga Ahli
b. Tenaga Ahli
B AB
GAMBARAN UMUM
IV KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
4.1. Visi dan Misi
Visi:
Kabupaten Aceh Barat Daya yang Islami, Sejahtera, dan Mandiri Melalui
Pemberdayaan Potensi Daerah yang Berbasis Kearifan Lokal.
Misi:
f. Menggali dan mengembangkan potensi daerah secara optimal yang berdaya saing
dan berwawasan lingkungan.
Kabupaten Aceh Barat Daya terbagi dalam 9 Kecamatan, 23 Mukim, 152 Desa. Batas
wilayah meliputi, sebelah utara dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah timur dengan
Kabupaten Aceh Selatan, sebelah selatan dengan Samudera Hindia, dan sebelah
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 1 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
barat dengan Kabupaten Nagan Raya. Luas Kabupaten Aceh Barat Daya 1.882,05
Km², dengan hutan mempunyai lahan terluas yaitu mencapai 129.219,10 ha,
diikuti lahan perkebunan seluas 27.504,28 ha. Sedangkan lahan Bandar Udara Kuala
Batu mempunyai lahan terkecil yaitu 42,95 ha. Kecamatan yang terluas adalah
Babahrot, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Susoh. Luas masing-masing
Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013
Luas
Distribusi
No Kecamatan Wilayah
(%)
(Km2)
1 Manggeng 40.94 2,18%
2 Lembah Sabil 99.15 5,27%
3 Tangan tangan 132.92 7,06%
4 Setia 43.92 2,33%
5 Blangpidie 473.68 25,17%
6 Jeumpa 367.12 19,51%
7 Susoh 19.05 1,01%
8 Kuala Batee 176.99 9,40%
9 Babahrot 528.28 28,07%
Jumlah 1.882.05 100,00
Sumber: Bapeda Kabupaten Aceh Barat Daya.
Tabel 4.2
Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten
Di Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013
Jarak dengan Ibukota
No Kecamatan Ibukota Kecamatan
Kabupaten (Km)
1 Manggeng Kedai Manggeng 22
2 Lembah Sabil Cot Bak U 26
3 Tangan-Tangan Tanjung Bunga 11
4 Setia Lhang 7
5 Blangpidie Pasar Blangpidie 2
6 Jeumpa Alue Sungai Pinang 12
7 Susoh Padang Baru 5
Kuala Batee Pasar Kota 19
8 Bahagia
9 Babahrot Pante Rakyat 32
Sumber: Bapeda Kabupaten Aceh Barat Daya.
Letak ibukota kabupaten di antara ibukota kecamatan yang paling jauh adalah
kecamatan Babahrot mencapai 32 km. Kemudian disusul oleh Lembah Sabil dan
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 2 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
4.3. Penduduk
4.3.1. Jumlah penduduk menurut wilayah
Tabel 4.3
Jumlah Mukim Desa, Kepala Keluarga dan Penduduk
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013
Kepala
No Kecamatan Mukim Desa Penduduk
Kelaurga
1 Manggeng 3 18 4.166 15.449
2 Lembah Sabil 1 14 3.109 11.441
3 Tangan-Tangan 2 15 3.682 13.568
4 Setia 1 9 2.541 9.007
5 Blangpidie 4 20 6.424 24.192
6 Jeumpa 1 12 3.021 11.203
7 Susoh 5 29 6.498 24.707
8 Kuala Batee 3 21 5.898 21.466
9 Babahrot 1 14 5.323 19.877
2013 21 152 40.662 150.910
2012 21 151 39.567 147.924
Jumlah
2011 21 148 38.496 144.787
2010 21 150 35.128 137.661
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Aceh Barat Daya
Tabel 4.4
Prediksi Pertumbuhan Desa, Kepala Keluarga dan Penduduk
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013
Kepala
Tahun Desa Penduduk
Keluarga
2014 153 42.882 156.042
2015 153 44.649 160.330
2016 154 46.416 164.618
2017 155 48.183 168.907
Sex
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Ratio
1 Manggeng 7.777 7.672 15.449 101
2 Lembah Sabil 5.683 5.758 11.441 99
3 Tangan tangan 6.826 6.742 13.568 101
4 Setia 4.609 4.398 9.007 105
5 Blangpidie 12.217 11.975 24.192 102
6 Jeumpa 5.637 5.566 11.203 101
7 Susoh 12.494 12.213 24.707 102
8 Kuala Batee 10.885 10.581 21.466 103
9 Babahrot 10.221 9.656 19.877 106
Jumlah 76.349 74.561 150.910 102
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 4 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
Secara umum dapat dikatakan bahwa Kabupaten Aceh Barat Daya lebih banyak
penduduk laki-laki daripada penduduk perempuan dengan sex rationya 102.
Suatu pertanda bahwa frekuensi mobilitas penduduk relatif rendah, antara lain
disebabkan:
- mata pencaharian sebagian besar penduduk disektor pertanian dan perikanan
- jumlah penduduk laki-laki yang masuk sebagai pekerja di sektor perkebunan
seperti pala, karet, kelapa sawit dan juga di sektor kehutanan.
Tabel 4.6
Tingkat Kepadatan Penduduk berdasarkan Wilayah
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Luas Kepadatan
No Kecamatan Desa Wilayah Penduduk Penduduk
(Km2) (jiwa/km)
1 Manggeng 18 40,94 15.449 377
2 Lembah Sabil 14 99,15 11.441 104
3 Tangan tangan 15 132,92 13.568 92
4 Setia 9 43,92 9.007 180
5 Blang Pidie 20 473,68 24.192 45
6 Jeumpa 12 367,12 11.203 27
7 Susoh 29 19,05 24.707 1.159
8 Kuala Batee 21 176,99 21.466 106
9 Babahrot 14 528,28 19.877 33
Jumlah 152 1.882,05 150.910 80
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat Daya
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 5 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
Masyarakat di Aceh Barat Daya sifatnya homogen, ini akan membantu di sektor
pembangunan, karena nilai-nilai sosialnya positif. Umumnya bersikap dan
bertingkah laku berdasarkan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat yaitu adat
bak pho teumeureuhom, hukum bak syiah kuala.
b. Pemerintahan
Secara administrasi Kabupaten Aceh Barat Daya dibagi dalam 9 kecamatan dan
tiap tiap kecamatan terdiri dari mukim dan desa, lengkapnya dapat dilihat
dalam Tabel 4.7
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 6 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
Tabel 4.7
Perbandingan Jumlah Desa, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk
Tahun 2013
Kepadatan Persentase
Luas Jumlah
No Kecamatan Mukim Desa Wilayah Penduduk Distribusi
Penduduk
(Km )
2
(jiwa/km) Penduduk
1 Manggeng 3 18 40.94 15.449 377 10,24%
2 Lembah Sabil 1 14 99.15 11.441 104 7,58%
3 Tangan tangan 2 15 132.92 13.568 92 8,99%
4 Setia 1 9 43.92 9.007 180 5,97%
5 Blangpidie 4 20 473.68 24.192 45 16,03%
6 Jeumpa 1 12 367.12 11.203 27 7,42%
7 Susoh 5 29 19.05 24.707 1.159 16,37%
8 Kuala Batee 3 21 176.99 21.466 106 14,22%
9 Babahrot 1 14 528.28 19.877 33 13,17%
Jumlah 21 152 1.882.05 150.910 80 100,00%
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat Daya
c. Potensi Ekonomi
Potensi ekonomi daerah di wilayah Aceh Barat Daya sangat dominan di sektor
pertanian tanaman pangan dan perkebunan di samping sub sektor peternakan dan
perikanan. Produksi pertanian/perkebunan terdiri dari padi, pala, cengkeh, kelapa
sawit, karet, pinang, kopi, kakao dan lain-lainnya, merupakan produk-produk yang
dapat dijadikan bahan baku untuk industri menengah dan besar. Dengan tersedianya
bahan baku yang cukup, akan mendorong tumbuhnya industri menengah dan besar
dan juga akan berdampak positif untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah
serta mempercepat laju pertumbuhan ekonomi baik pada skala Regional maupun
secara Nasional nantinya. Secara garis besar potensi ekonomi di Aceh Barat Daya
dapat digambarkan sebagai berikut:
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 8 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
tanaman padi dan palawija serta perkebunan rakyat seperti yang terlihat pada
Tabel 4.8. dan Tabel 4.9.
Tabel 4.8
Perbandingan Luas Areal dan Produksi Pertanian Pangan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Luas
No. Jenis Produksi
Tanam
1 Padi sawah (ton) 11.341 172.651
2 Jagung (ton) 276 86
3 Ubi Kayu (ton) 47 304
4 Ubi Jalar (ton) 55 267,50
5 kacang tanah (ton) 125 233,88
6 kacang hijau (ton) 10 14,00
7 Terung (kw) 30 37,42
8 Timun (kw) 10 5,02
9 kacang Panjang (kw) 40 3.302,00
10 Cabe besar (kw) 20 21,60
11 Cabe Rawit (kw) 15 16,20
12 Kangkunng (kw) 20 1,94
13 Bayam (kw) 25 10,20
14 Semangka (ton) 25 346,00
15 Alpukat (ton) 10 302,00
16 Salak (ton) 11 13,00
17 Sukun (ton) 3 33,00
18 Mangga (kw) 274 153,00
19 Rambutan (kw) 10 6,00
20 Lansat (kw) 60 15,00
21 Durian (kw) 269 23.456,00
22 Jambu Biji (ton) 4 9,00
23 Jambu Air (ton) 20 148,00
24 Jeruk (ton) 5 201,00
25 Manggis (ton) 5 2,00
26 Nangka (ton) 47 33,00
27 Pepaya (ton) 10 207,00
28 Sawo (kw) 10 6,00
29 Nenas (kw) 4 27,00
30 Pisang (kw) 153 2.288,00
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat Daya
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 9 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
Tabel 4.9
Perbandingan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Luas Area (Ha) Produkti-
Produksi Pemilik
No Jenis vitas
TBM TM TR Jumlah (Ton) (KK)
(kg/Ha)
1 Karet 467 134 426 1.027 130 970 678
2 Kelapa Dalam 180 310 20 510 301 971 789
3 Kelapa Sawit 2.560 10.125 4.415 17.100 188.325 18.600 9.460
4 Kopi 83 38 30 151 75 1.974 487
5 Cengkeh 76 27 19 122 90 3.333 12
6 Pala 748 310 597 1.655 350 1.129 4.233
7 Pinang 14 30 - 44 25 833 576
8 Kakao 321 2.575 825 3.721 1.450 563 6.223
9 Sagu - 5 - 5 5 1.000 50
10 Nilam 15 27 - 42 9 333 50
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat Daya
(2) Potensi Peternakan. Usaha peternakan rakyat yang paling dominan adalah ternak
besar, namun belum mempunyai lahan pengembalaan yang ditetapkan
pemerintah. Jika dilihat komposisi populasi ternak dalam Tabel 4.10. sudah perlu
ditetntukan kawasan pengembalaan yang insentif guna peningkatan sumber
pendapatan daerah. Perbandingan populasi ternak yang sangat menonjol di
kecamatan Sampoiniet dengan Kabupaten Aceh Barat Daya adalah ternak sapi
mencapai 14% dari jumlah ternak yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya .
Tabel 4.10
Potensi Peternakan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Potong di
Luar Potong di
Populasi Masuk dari Produksi Produksi
Rumah Rumah
Komoditi Ternak Luar Kab. Daging Telur
Potong Potong
(ekor) (Ekor) (Kg) (kg)
Ternak (ekor)
(ekor)
Kerbau 5.143 570 657 339 147.952
Sapi 2.186 204 132 64 40.521
Kambing 13.723 1.571 11.772
Domba 4.848 225 4.239
Ayam buras 217.767 53.942 92.600
Ayam Pedaging 13.150 147 140.869
Ayam Petelur 1,800 58.560 68.991 13.554
Itik 123.072 25496 570.987
Puyuh 562 573
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat Daya.
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 10 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
(3) Potensi Perikanan. Perikanan rakyat di Kabupaten Aceh Barat Daya meliputi
perikanan laut dan budidaya ikan air tawar. Luas areal budidaya ikan air tawar
mencapai 416,31 hektar dengan produksinya mencapai 227,23 ton per tahun.
Produksi yang terendah di Kecamatan Blangpidie yaitu sebesar 14,84 ton,
sedangkan hasil yang tertinggi di kecamatan Kuala Batee yaitu 38,45 ton per
tahun. Potensi perikanan laut mencapai 12.028,38 ton per tahun. Angka tesebut
cukup signifikan untuk diolah dan dipasarkan di pasar modern yang akan
dibangun nanti.
Perkebunan rakyat dilaksanakan oleh petani yang tidak berbadan hukum di atas
tanah hak milik atau hak milik adat. Selain itu, pembangunan perkebunan
dilaksanakan melalui pola swadaya.
Luas areal perkebunan rakyat pada tahun 2013 adalah 24.377 hektar dengan produksi
190.760 ton (untuk semua jenis tanaman) . Diantara beberapa komoditi perkubuanan
rakyat yang sangat dominan adalah kelapa sawit, karet, pala, kelapa, dan kakao. Luas
lahan perkebunan rakyat di Aceh Barat Daya , untuk jelasnya dapat dilihat Tabel 4.8.
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat tanaman belum menghasilkan lebih luas kebunnya, ini
suatu petanda dalam beberapa tahun mendatang pendapatan masyarakat akan bertambah.
Bertambah pendapatan secara langsung akan meningkat daya beli masyarakat itu sendiri.
Perkebunan Besar baik BUMN, PBSN maupun PMA mempunyai luas areal 4.455
hektar yang telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) seperti yang dilihat
Tabel 4.11. Namun produksi masih rendah karna ada sebagian bersar masih luas
tanaman yang belum menghasilkan. Akan tetapi dapat diperkirakan untuk tiga
tahun ke depan panennya sudah mulai meningkat, dan membutuhkan banyak
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 11 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
tenaga kerja. Meningkatnya panen sawit di sektor perkebunan besar otomatis akan
menyerap tenaga kerja yang banyak dan daya beli masyarakat juga akan
meningkat serta diiringi dengan peningkatan kebutuhan bagi pekerja di kebun.
Tabel 4.11
Perbandingan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Besar
Tahun 2013
Tabel 4.12
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2011 – 2013
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 12 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa di Kabupaten Aceh Barat Daya lebih banyak
musim penghujan disertai gejolak gelombang laut setiap bulan kecuali Maret, Juni dan Juli.
Rata-rata curah hujan dan hari hujan di dalam Aceh Barat Daya dalam tahun 2011 dan
2012, menunjukkan curah hujan untuk daerah daratan rendah mempunyai variasi antara
134,10 – 461,93 mm/tahun, sedangkan untuk jumlah hari hujan rata-rata menunjukkan
7,33 – 20,60 hari hujan.
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 13 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
B AB
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Pasar
Pasar inpres Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya sudah tidak layak
difungsikan lagi, karena ruas jalan sempit ketika banyak kendaraan yang parkir. Pada
waktu-waktu tertentu seperti pagi dan siang ketika pergi dan pulang anak sekolah akan
terjadi macet yang panjang. Menurut keterangan penjual yang di pinggir jalan, dan
pembeli tidak berani berjualan di lantai 2, karena ketika pengunjung sedang ramai,
bangunan gedung terasa goyang. Kondisi ini perlu ada tim ahli yang menilai. Adapun
kondisi pasar saat ini adalah:
Panjang Panjang
Panjang
Lokasi akan dibangun pasar tepatnya mulai dari pinggir sawah (pancang warna
merah) sampai dengan bibir sungai (Krueng Beukah). Pada saat meninjau
lapangan, tanah tersebut sedang dalam proses pembebasan dan masyarakat
telah setuju pembangunan pasar baru dengan jarak ± 1,5 km dari pasar impres.
Lokasi
Potensi
masalah
Berdasarkan hasil analisis DED dan Site Plan yang dihasilkan dari kedua
perencana tersebut belum terlihat garis sepedan bangunan yaitu jarak antara
tepi sungai dengan tapak bangunan.
Menurut informasi dari Ketua Bappeda Kabupaten Aceh Barat Daya bahwa
rencana jalan menuju pasar akan diperlebar, namun kami tidak diberikan Site
Plan perencanaan pengembangan kota Blangpidie tersebut. Namun menurut
pengamatan kami dan hasil wawancara dengan beberapa yang dekat lokasi,
maka lokasi tersebut layak jika ruas jalan diperbesar dan dibuat jalan lingkar
menuju pusat kota sekarang (pasar inpres), karena posisinya strategis untuk
pengembangan kota dan letaknya tepat ditengah-tengah Ibukota Kecamatan
Blangpidie seperti yang terlihat pada Gambar 5.8.
Rencana lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar 5.8 tepatnya terletak di Desa
Kedai Siblah yang merupakan pusat keramaian kota suatu saat kedepan dan
dikelilingi oleh beberapa desa lain yang ada di kecamatan Blangpidie. Selain
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 4 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
Rencana
lokasi Pasar
Data perencanaan pasar modern yang akan dibangun secara khusus dijelaskan
lebih rinci sebagai berikut:
a. Luas Pasar
Tabel 5.1
Luas Bangunan Pasar Berdasarkan Fungsi dan Lantai Bangunan
Sumber : UKL dan UPL Pasar Modern Konsultan Teknik Dinas Perindustrian,
Perdagang, dan Koperasi
Tabel 5.2
Perkiraan Kebutuhan Parkir Pasar Modern Blangpidie
asumsi 30% realisasi pengunjung berjumlah 600 orang dan 45% pedagang
pada tahun pertama berjumlah 297 orang.
Tabel 5.3
Jumlah Kendaraan Berdasarkan Kecamatan di
Kabuoaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
tanahnya masih luas dan sulit dipisahkan ketika aset tersebut disajikan
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Kantor pengelola suatu saat
akan menjadi UPTD atau SKPD. Selain itu, harga pokok produk (objek
pendapatan sewa) sebagai pemicu PAD sehingga akan menggambarkan
nilai yang tidak wajar. Rincian rencana bangunan lingkungan dan dalam
gedung pasar ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Jenis Bangunan Lingkungan dan Dalam Pasar Modern
Tabel 5.5
Estimasi Luas Ruangan dan Jumlah Unit Usaha
di Pasar Modern Blangpidie Untuk Pasar Basah dan Semi Basah
Sumber : Hasil analisis data lapangan disesuikan dengan DED, UKL dan
UPL.
Hasil review DED rata-rata luas los 2,5 x 7,5 meter, oleh karena itu
memerlukan penyesuaian luas kios dan los seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 5.5. Jika los dan kios terlalu besar, maka pedagang tidak mampu
menyewanya karena harganya tinggi. Untuk keindahan dalam gedung, lapak
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 8 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya
untuk masyarakat ekonomi lemah untuk jual cendol, rujak, dan sejenisnya
yang menggunakan gerobak dorong dapat juga disediakan di luar gedung
pasar dekat dengan pagar.
Gambar 5.11 : Gedung Pasar Modern Tampak Samping Kanan (April 2015)
Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana,
Dinas Pekerjaan Umum
Gambar 5.12 : Gedung Pasar Modern Tampak Samping Kiri (April 2015)
Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana,
Dinas Pekerjaan Umum
Permasalahan lain yang perlu dipererhatikan adalah los atau kios terutama yang
berada di lantai 2 sering muncul permasalahannya bagi pengelola pasar.
Terutama terkait masalah konsistensi tenaga kebersihan yang dimiliki oleh
Dinas Pasar (UPTD Pasar). Pengelola pasar harus optimalisasi tenaga
kebersihan yang dimiliki untuk menjaga kebersihan pada masing-masing kios
atau los yang ada dilantai 1 maupun lantai 2.
Hal ini juga harus didukung oleh para pedagang di kios maupun di los-los pasar
untuk tetap menjaga kebersihan di sekitar kios. Sehingga pekerjaan para
petugas kebersihan yang dimiliki oleh pengelola pasar menjadi lebih
optimal untuk menjaga kebersihan pasar secara keseluruhan. Terjaga kondisi
pasar yang bersih akan membawa kenyamanan tersendiri bagi pedagang serta
dapat menjaga bangunan dari kerusakan-kerusakan karena tidak terawatnya
1) Peralatan.
Penggunaan peralatan seperti AC, pompa air, escalator, meja, kursi, dan
sebagainya tidak berlebihan dan sesuai secara prosposional, sehingga
fungsi bangunan menjadi lebih optimal dan lebih ramah
lingkungan.
Dalam perencanaan bangunan Pasar Modern belum terlihat kontrol air yang
memadai. Air limbah langsung mengalir ke sungai seperti yang terlihat pada
Gambar 5.13.
Potensi
Masalah
Kebutuhan udara segar bagi pengunjung yang ada di dalam pasar juga telah
disediakan dengan rancangan yang lebih maksimal. Hal ini untuk
menjaga kesehatan orang-orang yang ada dalam pasar. Kenyamanan
penting untuk terpenuhinya kebutuhan udara segara di dalam areal
pasar, juga akan memperngaruhi pada tingkat pembelian oleh konsumen.
4) Kontrol Bising.
5) Dampak Ekologis.
6) Pemakaian Energi.
c. Penataan Drainase
Jika lokasi Pasar dekat dengan aliran sungai dan posisinya masih dibawah atau
sejajar dengan dasar sungai. Jadi pasar dapat sewaktu-waktu terancam banjir
apabila tanggul sungai yang menjadi andalan pengamanan wilayah tersebut
jebol. Sehingga dalam pembangunan drainase dan saluran pembuangan air
harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan. Drainase dan saluran
pembuangan dibuat lebih tinggi, sehingga air dapat langsung mengalir lancar ke
pembuangan akhir.
Saluran air dari kawasan pasar agar dipastikan lancar tidak ada hambatan
menuju ke sungai supaya tidak mengalami peninggian, dimana kawasan pasar
selalu terendam banjir apabila musim hujan. Jika kondisi bangunan yang
didesain lebih tinggi membawa keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung
pasar.
Konstruksi pondasi yang dipergunakan lebih kuat, hal ini untuk menopang
beban bangunan dan penghuni dalam kondisi yang maksimal. Konstruksi
pondasi yang kuat tentunya lebih memberikan kenyamanan dan ketenangan
dari para pengunjung dari robohnya bangunan. Selain itu dengan konstruksi
pondasi yang kuat mampu mengurangi kerugian akibat robohnya bangunan.
Banyak keluhan dari para pengunjung pasar ataupun dari pihak-pihak pedagang
serta dari para pihak pendukung dari pasar modern. Selama ini parkir tidak
teratur, sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi para pengguna pasar
tradisional yang lama. Lahan parkir perlu disediakan dengan lebih representatif,
luas dan bersih serta dikelola secara profesional. Sehingga memberikan
kenyamanan bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan pada pasar
yang akan dibangun.
Tempat parkir dirancang lebih tertata dengan rapi, parkir didesain di luar badan
jalan (off street parking), yaitu parkir yang menggunakan tempat parkir umum,
tempat parkir khusus yang juga terbuka untuk umum dan tempat parkir
khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri, seperti : kantor, pusat-pusat
perbelanjaan dan sebagainya.
pedagang dalam memasuki pasar. Akses jalan masuk perlu diperbaiki serta
ditata dengan baik, sehingga pengunjung dan pedagang merasa nyaman
dalam memasuki atau keluar pasar Modern.
Akses masuk menuju pasar dari Jalan Raya direncankan 3 akses masuk.
Ketiga akses jalan masuk menjadi kondisi kurang nyaman jika tidak
diperluas. Jika ruas jalan besar atau secukupnya akan timbul minat
tersendiri dari pengunjung dan tidak menjadi bosan. Untuk lebih leluasa
jalan akses ke pasar agar dibuat jalan lingkar dengan ruas/bidang jalan yang
cukup memadai sampai dengan tingkat pertumbuhan penduduk diperkirakan
sampai dengan umur bangunan pasar beberapa tahun ke depan.
Lalu lintas jalan raya yang berdekatan dengan akses masuk menuju
kawasan pasar perlu ditata. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar
perjalanan atau pengguna jalan lain. Sehingga keberadaan pasar tidak
mengganggu lalu lintas jalan raya. Keberadaan pasar tidak berada pada
jalan besar atau jalan utama. Sehingga dampak kemacetan yang ditimbulkan
kurang signifikan dibandingkan dengan pasar yang berada di samping jalan
utama saat ini.
Tabel 5.6
Hubungan Frekuensi Berbelanja dengan Jarak ke Pasar Inpres
responden yang jaraknya sangat dekat tetapi tidak berbelanja di pasar setiap
hari. Hal ini ada kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 bahwa yang berpenghasilan di bawah Rp
1.000.000,00 sebanyak 7 orang akan berbelanja satu kali dalam seminggu.
Berarti ada hubungan antara frekuensi berbelanja di pasar dengan jarak
tempuh dan tingkat pendapatan seperti yang dideskripsikan pada Tabel 5.6.
dan Tabel 5.7.
Tabel 5.7
Hubungan Frekuensi berbelanja dengan Penghasilan Keluarga
Penghasilan Keluarga Perbulan
Rp 1.000.000,- Rp.1.000.000
Frekuensi berbelanja Total
di bawah Rp s.d. s.d. Di atas Rp
1.000.000,- Rp 2.000.000,- Rp.1.500.000 3.000.000,-
1 Satu kali seminggu 7 5 2 0 14
2 2 kali seminggu 6 3 0 0 9
3 3 kali seminggu 0 3 5 2 10
4 Setiap hari 5 5 1 1 12
Total 18 16 8 3 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)
Tabel 5.8
Hubungan Frekuensi Berbelanja dengan Transportasi
Transportasi ke pasar
Frekuensi berbelanja Mobil Sepeda Angkutan Berjalan Total
Sepeda
pribadi motor Kota kaki
1 Satu kali seminggu 0 9 0 3 2 14
2 2 kali seminggu 1 5 1 0 2 9
3 3 kali seminggu 0 9 0 0 1 10
4 Setiap hari 0 6 1 0 5 12
Total 1 29 2 3 10 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)
Tabel 5.10
Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Kebutuhan Belanja Harian
Penghasilan Keluarga Kebutuhan Belanja Harian
Perbulan di bawah Rp Rp 100.000,- s.d. Rp 200.000,- s.d. Total
100.000,- Rp 200.000,- Rp 300.000,-
1 di bawah Rp
12 5 1 18
1.000.000,-
2 Rp 1.000.000 s.d.
6 10 0 16
Rp.2.000.000,-
3 Rp 1.000.000,- s.d.
3 5 0 8
Rp 1.500.000,-
4 di atas Rp 3.000.000,- 1 2 0 3
Total 22 22 1 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)
Tabel 5.11
Frekuen
Tingkat Penghasilan Per Bulan Persen
si
1 di bawah Rp 1.000.000,- 18 40,0
2 Rp 1.000.000 s.d. 2.000.000,- 16 35,6
3 Rp 1.000.000,- s.d. Rp
8 17,8
1.500.000,-
4 di atas Rp 3.000.000,- 3 6,7
Total 45 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)
Tabel 5.12
Respon Pedagang Terhadap Pembangunan Pasar Modern
Tabel 5.13
Respon Pedagang Terhadap Minat Pindah ke Pasar Modern
Tabel 5.14
Respon Konsumen Terhadap Pembangunan Pasar Modern
Tabel 5.15
Pernyataan Konsumen Terhadap Pemindahan Pasar Inpres
Ke Pasar Modern Blangpidie
Akumulasi
Pernyataan Konsumen Frekuensi Persen
Persen
1
Sangat Setuju 13 28,9 28,9
2
Setuju 11 24,4 53,3
3
Kurang Setuju 5 11,1 64,4
4
Tidak Setuju 16 35,6 100,0
5
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 45 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)
Tabel 5.16
Respon Konsumen Terhadap Pembangunan Pasar Modern
Berdasarkan Komentar
Pernyataan Pedagang Frekuensi Persen
Pedagang yang mendukung 24 75%
Pedagang yang tidak mendukuh 8 25%
Total 32 100%
Sumber : Data Lapangan (diolah)
Keluaran dari proyek ini adalan jumlah kios dan los untuk dipakai oleh para
pedagang dengan cara sewa. Harga sewa kios dan los serta retribusi pasar
merupakan faktor yang cukup penting, karena dengan harga sewa yang
wajar maka pedagang akan memilih untuk menempati kios dan los daripada
harus berjualan di luar secara liar. Selain itu, harga sewa merupakan
pendapatan untuk menambahkan PAD Kabupaten Aceh Barat Daya. Dari
hasil wawancara dengan beberapa pedagang di Pasar Lama, mereka tidak
keberatan dengan tarif sewa dan retribusi yang dikenakan oleh Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya dalam batas wajar (tidak terlalu mahal dan juga
terlalu murah). Tarif sewa yang wajar dapat menjadi daya tarik bagi
pedagang yang tidak memperoleh tempat di kios atau los untuk pindah ke
Pasar Modern Blangpidie. Permasalahan di sini adalah, Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya belum menentukan berapa harga sewa untuk
masing-masing unit tempat berjualan tersebut. Harga harus ditentukan
sekarang karena sebagai dasar untuk melakukan prediksi pendapatan PNBP
dari pasar Modern tersebut.
Tabel 5.17
Estimasi Jumlah Kios Berdasarkan Lantai Bangunan
di Pasar Modern Blangpidie
Tabel 5.18
Pernyataan Konsumen Terhadap Kondisi Pasar Inpres
Pernyataan Akumulasi
Frekuensi Persen
Konsumen Persen
1 Sangt Bagus 4 8,9 8,9
2 Masih Bagus 4 8,9 17,8
3 Kurang Bagus 22 48,9 66,7
4 Jelek 14 31,1 97,8
5 Sangat Jelek 1 2,2 100,0
Total 45 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)
a. Periode Payback
Tabel 5.19
Analisis Keuangan Kelayakan Pembangunan Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding
Tabel 5.20
Prediksi Pendapatan Sewa Kios dan Los Pada Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding
Tabel 5.21
Prediksi Pendapatan Retribusi Parkir Pada Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding
Tabel 5.22
Prediksi Pendapatan Retribusi MCK Pada Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding
Tabel 5.23
Prediksi Pendapatan Retribusi Sampah, Keamanan, dan Iklan
Pada Pasar Modern Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding
Tabel 5.24
Prediksi Pendapatan Retribusi Papan Nama dan Reklame
Pada Pasar Modern Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding
Tabel 5.25
Perkembangan Jumlah Unit Usaha
Di Kabupaten Aceh Barat Daya
Tabel 5.26
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja
Di Kabupaten Aceh Barat Daya
Tabel 5.27
Perkembangan Nilai Industri
Di Kabupaten Aceh Barat Daya
d. Potensi Perkebunan
Tabel 5.28
Potensi Pendapatan Sektor Perkebunan Rakyat
Di Kabupaten Aceh Barat Daya
Tabel 5.29
Potensi Pendapatan Sektor Tanaman Pangan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya
Tabel 5.31
Analisis Sensitivitas Untuk Sewa Lapak Rp 7.500 per Hari
dan Kios Rp 40.000 Per Hari
Proyeksi laporan keuangan UPTD Pasar Modern pada tahun 2018 dapat
dilihat pada Lampiran 4, sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya
diasumsikan konstan sampai ke 50 tahun mendatang. Prediksi pendapatan
pasar diukur dengan mengunakan nilai rata-rata variabel pada Lampiran 5.
Nilai masing-masing jenis pendapatan pasar ditaksir dibawah rata-rata
B AB
VI PENUTUP
6.1. Simpulan
Pada aspek teknik sipil pembangunan pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh
Barat Daya adalah layak dari aspek-aspek seperti:
a. Desain penataan tempat pembuangan akhir sampah,
b. Desain konstruksi Bangunan yang ramah lingkungan,
c. Penataan Drainase,
d. Desain konstruksi yang kuat untuk Bangunan Lantai 2,
e. Perhitungan Struktur dan Perhitungan Umur Bangunan,
f. Penyediaan Lahan Parkir,
g. Penataan jalan Akses Masuk,
h. Penataan Lalu lintas,
Selain aspek yang tersebut di atas masih terdapat beberapa aspek yang belum layak
dari perencanaan teknik yang telah tsersedia yaitu:
a. Kontrol Polusi Air dan Limbah.
Dalam perencanaan bangunan Pasar Modern belum terlihat kontrol air yang
memadai. Air limbah langsung mengalir ke sungai, hal ini akan terjadinya
polusi air yang diakibatkan oleh aktivitas pasar, terutama untuk los-los yang
rentan terhadap pencemaran air, seperti los daging, ikan, sayuran-sayuran dan
lain sebagainya. Kondisi tersebut merupakan suatu ancaman timbulnya penyakit
dan tidak mengutungkan bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman penduduk
hilir sungai (Krueng Beukah) di Desa Cot Jeurat dan Keudai Paya. Mereka
sering mandi dan menyuci pakaian di sungai yang airnya sudah tercemar.
b. Akses jalan masuk langsung ke komplek pasar
Akses jalan masuk langsung menuju ke dalam lingkungan pasar dan tidak ada
jalan altenatif lain untuk lalulintas angkutan kota.
d. Metode Internal Rate Return menunjukkan proyek masih layak atau dapat
diterima pada bunga sampai dengan 9,41% .
Berdasarkan aspek ekonomi, pembangunan pasar Modern Blangpidie Kabupaten
Aceh Barat Daya akan terjadi perbaikan sebagai berikut :
a. Meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat.
b. Meningkatkan proses pemerataan pendapatan.
c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketergantungan.
d. Mengurangi pengangguran atau menambah kesempatan kerja.
e. Manfaat sosial dan budaya.
6.2. Saran
f. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya perlu menyediakan lokasi strategis untuk
bangunan ATM dan bank di luar gedung pasar, agar antrian depan ATM tidak
mengganggu pengunjung ketika beberlanja. Karena untuk kantor pengelolan, bank,
dan ATM tidak ideal dimasukkan dalam cost bangunan pasar. Hal ini untuk
menghindari terjadinya ketidakwajaran penyajian nilai Aset Pemda dalam laporan
keuangan
g. Klasifikasi objek dalam DED perencanaan pembangunan yang mempengaruhi
neraca UPTD Pasar perlu dirincikan secara tepat jumlah nilainya, seperti nilai
bangunan Musholla, Kantor Pengolala, Bank, dan ATM harus dipisahkan dengan
bangunan Pasar seperti yang ditunjukkan pada lampiran 4, karena mempengaruhi
kewajaran nilai aset dalam neraca, walaupun untuk Bank dan ATM disewakan, tapi
objeknya berbeda dengan ruangan pasar. Sewa ruangan diakui sebagai pendapatan
utama pasar dalam PAD, sedangkan sewa oleh bank untuk kantor dan ATM
dikelompokkan pendapatan lain-lain dari operasional pasar yang dimasukkan dalam
PAD. Selain itu, harga sewa untuk kantor bisnis seperti bank dibedakan dengan
harga sewa untuk pedagang.
h. Lerlalu besar ruangan kios dan los dalam DED, oleh karena itu harus dikoreksi agar
pedagang mampu membayar sewa. Jika kios dan los besar, otomatis sewa juga
tinggi, dan pedagang tidak mampu menyewa, akhirnya target PAD tidak mencapai.
i. Perlu menyediaan areal kosong untuk lapak bagi pedagang yang kurang mampu
untuk berjualan seperti, cendol, rujak, escreem, dan yang sejenis lainnya yang
sifatnya tidak permanen.
6.3. Kendala-Kendala
c. Pada saat melakukan observasi dan penelitian dilapangan terhambat dengan kondisi
hujan yang kadang-kadang mulai pagi dan kadang-kadang mulai siang sampai
sore.
DAFTAR PUSTAKA
http://mail-chaozkhakycostikcomunity.blogspot.com/2014/03/pengertian-
singkat-dan-ciri-ciri-pasar.html
http://mfile.narotama.ac.id/files/Zakki%20Falani/Magang%20PDF/analisis_k
elayakan.pdf
http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/studi-kelayakan-proyek-konstruksi.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/1955
12041981031 BACHTIAR_HASAN/STUDI_KELAYAKAN
_PROYEK_pak_bahtiar.pdf
Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indoensia, Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
BUKU DATA/LAPORAN
Profil Pembangunan Aceh Barat Daya 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Aceh Barat Daya. 2014
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN