Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN STUDI KELAYAKAN

PEMBANGUNAN PASAR MODERN BLANGPIDIE

KABUPATEN ACEH BARAT DAYA


POVINSI ACEH
Kata Pengantar

Sehubungan dengan telah dibuatnya DED Pembangunan Pasar Modern


Blangpidie oleh Dinas Pekerjaan Umum senilai Rp.179.893.004.000,00. Dari
anggaran tersebut hanya Rp. 60.000.000.000,00 yang telah disetujui oleh DPR
Kabupaten Aceh Barat Daya untuk 3 (tiga) tahun penyelesaianya dengan Nota
Kesepakatan Nomor: 910/26/2014, tanggal 18 Agustus 2014.
Laporan ini merupakan Laporan Akhir dari pekerjaan studi kelayakan terhadap
proyek pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya
untuk nilai Rp. 60.000.000.000,00 yang akan dibangun Pasar Rempah, Pasar
Sayur dan Buah, Pasar Ikan, Ayam, dan Daging. Isi laporan merujuk pada ke-
tentuan yang berlaku, data/fakta di lapangan dan analisis-analisis serta konsep
perencanaan pembangunan yang akan diterapkan dengan melakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap DED yang telah tersedia terlebih dahulu..

Secara deskriptif hal tersebut diatas kami tuangkan dalam:


a. Bab I, menyajikan uraian pendahuluan berupa gambaran secara garis besar
mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan, antara lain latar belakang, mak-
sud dan tujuan, dan lingkup kewenangan yang dilimpahkan kepada konsultan.
b. Bab II, menyajikan kerangka teoritis mengenai Pasar dan Studi Kelayakan.
c. Bab III, Menyajikan pendekatan dan metodologi dalam hal pengumpulan data
dan penyajian laporan.
d. BAB IV, menyajikan gambaran umum dan rincian tentang lokasi pasar
Modern dan keadaan sosial Kabupaten Aceh Barat Daya.
e. Bagian V, menguraikan tentang analisis-analisis kelayakan pembangunan
Pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya dari berbagai aspek.
f. Bagian VI, simpulan, saran-saran, dan kendala-kendala.

Demikian, kami mengucapkan terimakasih kepada Kepala Dinas Perindustrian,


Perdagangan, dan Koperasi, atas kepercayaan yang diberikan kepada kami dalam
melaksanakan pekerjaan ini.

Banda Aceh, Mei 2015.


Pelaksana,

Prof. Dr. Raja Masbar, SE., MSc


Tim Leader
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

B AB PENDAHULUAN
I

1.1. Latar Belakang


Salah satu faktor penting dalam menjalankan pembangunan ekonomi suatu daerah
adalah meningkatkan infratruktur ekonomi kemasyarakatan, karena infrastruktur
merupakan faktor yang potensial dalam menentukan kemajuan suatu wilayah perkotaan
dan pedesaan. Salah satu infratruktur ekonomi kemasyarakatan adalah pasar. Pasar
merupakan fasilitas umum utama yang melayani hampir seluruh kebutuhan sandang
pangan masyarakat. Untuk meningkatkan struktur perekonomian daerah yang kuat sangat
penting keberadaan suatu pasar yang mampu melayani kebutuhan konsumen. Seiring
dengan pertumbuhan pasar seperti jamur yang bisa dikatakan tidak disadari saat muncul
dan hilangnya. Demikian pula pasar-pasar di ibukota Aceh Barat Daya yang mengalami
hal seperti disebutkan tadi.

Dari sisi lainnya, tantangan pembangunan dihadapi pemerintah daerah semakin


meningkat, risiko semakin besar, persaingan antar daerah semakin ketat, maka
membutuhkan suatu pendekatan dalam rangka menangani masalah-masalah perbaikan
tingkat kehidupan masyarakat. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mampu
menggali potensi dan kendala pembangunan di daerahnya dalam upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat tersebut. Pemenuhan kebutuhan masyarakat yang lazim dijalankan
oleh pemerintah daerah seluruh Indonesia adalah dengan membangun pasar yang
memadai. Pasar merupakan sarana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Selain menampung hasil pertumbuhan sektor perdagangan, pasar berfungsi pula
menampung hasil-hasil sektor pertanian dan industri rumah tangga yang berasal dari
daerah sekitarnya, sehingga pasar menjadi tempat yang potensial untuk digali sebagai
sumber penerimaan pemerintah daerah. Selain itu pasar juga dapat mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi daerah perkotaan dan perdesaan.

Berdasarkan pengalaman, perkembangan kota disebabkan adanya perbedaan


pembangunan antar desa dan kota yang mempengaruhi arus migrasi meningkat dari desa
ke kota, sehingga di kota akan terjadi pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Masalah
BAB I: Pendahuluan Halaman 1 dari 3
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan pangan.


Selain itu, akan terjadi kelebihan angkatan kerja. Kelebihan besar-besaran angkatan kerja
di kota yang gagal masuk pada sektor formal lazimnya mengakibatkan tumbuhnya
pengangguran. Tenaga kerja yang tidak tertampung akan menciptakan pekerjaan bagi
mereka sendiri, atau bekerja pada perusahaan keluarga berskala kecil. Untuk selanjutnya
istilah ini lebih dikenal sebagai sektor informal.

Salah satu bidang usaha sektor informal yang berkembang cukup pesat di
kabupaten Aceh Barat Daya adalah pedagangan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pasar merupakan salah satu sarana ekonomi yang memberikan peluang peningkatan
pendapatan bagi masyarakat dan juga perluasan kesempatan kerja yang cukup
meyakinkan. Peran pasar cukup besar dalam memberikan suatu jaminan pembangunan dan
kontribusi bagi dinamika ekonomi masyarakat dan peningkatan pendapatan pemerintah.
Dinamika ekonomi masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya menurut Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi dapat dibuktikan dengan jumlah pedagang saat
ini sebanyak 750 orang mampu melayani pengunjung sebanyak 3.300 orang perhari.

Berdasarkan kajian ekonomi dilaporkan bahwa kinerja perekonomian Aceh Barat


Daya mencerminkan kondisi yang semakin membaik. Selama empat tahun terakhir,
kondisi ekonomi Aceh Barat Daya mencapai pertumbuhan positif dan terus menguat.
Meski masih di bawah capaian angka pertumbuhan Aceh tanpa migas pada tahun 2013
yang mencapai 5,36 persen, ekonomi Aceh Barat Daya telah tumbuh hingga mencapai 5,10
persen. Demi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi tersebut perlu adanya peningkatan
berbagai sarana dan prasarana yang salah satunya adalah prasarana pasar.

Berdasar hasil observasi awal menunjukkan bahwa kondisi kota Blangpidie pada
saat-saat tertentu tidak memberikan kenyamanan bagi pemakai jalan, karena badan jalan
dipakai untuk areal parkir pengunjung pasar dan pedagang.

Propek pasar di Kota Blangpidie telah pernah didengar berita dari mulut-kemulut
oleh masyarakat di luar Kabupaten Aceh Barat Daya pada beberapa tahun yang lalu, yaitu
saat menjelang lebaran cukup ramai orang-orang dari Nagan Raya beberlanja ke sana
karena harga barang lebih murah dibandingkan dengan Kota Meulaboh. Selain itu,
dijumpai beberapa orang pedagang ikan dari Nagan Raya yang ikannya lebih sering

BAB I: Pendahuluan Halaman 2 dari 3


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

membeli di pelabuhan ikan (PPI) Aceh Barat Daya dari pada mereka membeli di PPI
Meulaboh. Jika diukur jarak tempuh menunjukkan lebih jauh ke Blangpidie daripada ke
Meulaboh.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa prospek perkembangan perdagangan


cenderung akan lebih baik jika suatu saat nanti pembangunan pasar Modern di pusat kota
Blangpidie dapat direalisasikan.

1.2. Tujuan

Tujuan utama melakukan studi kelayakan adalah menghindari keterlanjutan


penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.

1.3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah dan kondisi sebagaiman telah diuraikan sebelumnya, maka


dapat diidentifikasikan masalah, yaitu: Apakah Investasi Pembangunan Pasar Modern
Blangpidie Dapat Dilanjutkan?.

1.4. Lingkup Pekerjaan.

Kegiatan studi kelayakan pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh


Barat Daya akan dilakukan terhadap aspek teknik dan teknologi, aspek-aspek pasar dan
pemasaran, aspek keuangan, dan aspek ekonomi.

BAB I: Pendahuluan Halaman 3 dari 3


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

B AB LANDASAN TEORITIS
II

2.1. Sarana Perdagangan

Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 pasal 12 ayat (1) Pemerintah,


Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
mengembangkan sarana perdagangan berupa:
a. Pasar rakyat;
b. Pusat perbelanjaan;
c. Toko swalayan;
d. Gudang;
e. perkulakan;
f. Pasar lelang komoditas;
g. Pasar berjangka komoditi; atau
h. Sarana Perdagangan lainnya

Dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau badan yang


memperjualbelikan produk (barang/jasa) kepada konsumen baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Pedagang dalam arti luas dapat dikelompokkan yaitu pedagang yang
dinamakan sebagai distributor bersifat tunggal, pedagang besar yang lazim disebut grosir,
dan pedagang eceran. Perdagangan eceran/pengeceran (retailing) termasuk semua
aktivitas dalam menjual barang atau jasa langsung ke konsumen akhir untuk kebutuhan
pribadi dan nonbisnis. pengecer (retailer) atau toko eceran (retail store) adalah semua
badan usaha yang volume penjualannya terutama datang dari penjualan eceran1.

1
Kotler & Keller, 2009, Manajemen Pemsaran, edisi 11, Penerbit Erlangga. Hln. 140.

BAB II: Landasan Teoritis Halaman 1 dari 6


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

2.2. Pengertian Pasar

Pasar adalah tempat orang berjual beli2. Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
2014, mendefiniskan pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan
penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan transaksi
Perdagangan. Menurut Kotler (2000), pasar terdiri dari semua pelangan potensial yang
memiliki kebutuhan atau keinginan serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan itu.

Dalam sistem perdagangan, pasar juga dikenal ada pasar tradisional dan pasar
modern. Pasar tradisional adalah merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual dengan pembeli secara langsung, bangunan
biasanya terdiri dari kios- kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual
maupun suatu pengelola pasar. Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional,
namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah,
sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat
bertahan lama3. Contoh pasar modern antara lain mal, supermarket, departement store,
shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan
sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain
menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor.
Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin, karena melalui
proses penyaringan terlebih dahulu secara ketat. Secara kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur dan terkendali yang
menggunakan kartu stock secara elektronik/komputer.

Berdasarkan pengertian pasar dapat diperluas lagi pemahamannya bahwa pasar


modern memiliki ciri segai berikut:

2
Pusat Bahasa, 2005: Kamus Besar Bahasa Indoensia, Penerbit Balai Pustaka,
3
http://mail-chaozkhakycostikcomunity.blogspot.com/2014/03/pengertian-singkat-dan-ciri-ciri-pasar.html

BAB II: Landasan Teoritis Halaman 2 dari 6


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

 Tidak terikat pada tempat tertentu, bisa dimana saja (misalnya melalui transaksi
online)
 Alat pembayaran bisa non tunai (menggunakan kartu kredi/debit)
 Penjual dan pembeli tidak harus ketemu langsung.
 Pada situasi tertentu seperti di supermarket tidak bisa menawar
 Harga sudah tertera dan diberi kode balok.batang (Barcode)
 Barang yang dijual beranekaragam dan umumnya tahan lama
 Berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan)
 Ruangan Ber-AC dan Nyaman tidak terkena terik panas matahari
 Tempat bersih
 Tata tempat sangat diperhatikan untuk mempermudah dalam pencarian barang
 Pembayaran dilakukan melalui Kasir dan tidak ada tawar menawar.

2.3. Fungsi Pasar

Fungsi utama pasar sebagai tempat / wadah dimana kegiatan ekonomi perdagangan
berlangsung, pasar juga mengemban misi sebagai wahana kegiatan sosial dan rekreasional.
Pasar bisa digunakan untuk membaca ‘budaya’ dari masyarakat setempat. Secara rinci para
ahli membagi fungsi pasar sebagai berikut:

a. Fungsi Distribusi.

Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen


dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Dalam fungsi distribusi, pasar
berperan memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.

b. Fungsi Pembentukan Harga.

Pasar berfungsi sebagai pembentuk harga pasar, yaitu kesepakatan harga antara
penjual dan pembeli.

c. Fungsi Promosi

Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi. Pelaksanaan promosi dapat
dilakukan dengan cara memasang spanduk, membagikan brosur, membagikan sampel.

BAB II: Landasan Teoritis Halaman 3 dari 6


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

2.4. Analisis Kelayakan

Menurut Umar (2000) ada beberapa aspek yang diteliti dalam rangka studi
kelayakan bisnis, yaitu:
a. Aspek Pasar Konsumen dan Pasar Produsen;
b. Aspek Pemasaran;
c. Aspek Teknik dan Teknologi;
d. Aspek Sumberdaya Manusia;
e. Keuangan;
f. Politik, Ekonomi, dan Sosial;
g. Lingkungan Industri;
h. Yuridis (Legal)
i. Lingkungan Hidup.

Kelayakan suatu proyek biasanya diukur dengan empat macam kelayakan, yaitu:
Kelayakan teknis, kelayakan ekonomi dan finansial, kelayakan politis, dan kelayakan
administratif. Kelayakan pertama harus mampu menjawab pertanyaan apakah secara
teknis, proyek tersebut dapat dilaksanakan dan secara teknis dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kelayakan kedua harus mengukur dan memprediksikan faktor ekonomi
dan finansial khususnya berkaitan dengan moneter yang memperhitungan biaya dan
keuntungan/manfaat, dalam arti nilai keuntungan yang (dapat) diperoleh melebihi nilai
biaya yang (akan) dikeluarkan. Kelayakan ketiga adalah faktor politik yang mempengaruhi
proyek terhadap berbagai peran di masyarakat dan pemerintahan yang terkait dengan
proyek tersebut (dalam arti didukung oleh pihak eksekutif, lagislatif maupun masyarakat
luas pembayar pajak). Kelayakan keempat adalah administratif dimana mengukur apakah
proyek tersebut dapat diimplementasikan dalam sistem administrasi pemerintahan yang
ada umum berkaitan dengan kewenangan (authority), komitmen kelembagaan
(institutional commitment), kemampuan (capability), dan dukungan organisasional
(organizational support)4.
Menurut James Thoengsal, aspek-aspek yang sering dilakukan suatu pertimbangan
dalam analisis studi kelayakan seperti5:

4
http://mfile.narotama.ac.id/files/Zakki%20Falani/Magang%20PDF/analisis_kelayakan.pdf
5
http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/studi-kelayakan-proyek-konstruksi.html

BAB II: Landasan Teoritis Halaman 4 dari 6


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

a. Aspek Ekonomi, dalam hal ini menyangkut analisis kemampuan proyeksi keuangan
(Finansial) ke depan dari suatu proyek dimana menghasilkan suatu output apakah
menguntungkan atau tidak, waktu pengembalian modal, Suku bunga bank, dsb. Dalam
analisis ekonomi sering kita menghitung variabel seperti Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit and Cost Ratio (BCR), Payback of
period(Waktu pengembalian Modal), dan Analisis Sensitifitas. Serta dalam hal ini
menyangkut analisis pasar (Market) dari suatu produk konstruksi yang akan
dioperasikan dan dampak pengaruhnya terhadap ekonomi masyarakat sekitar.
b. Aspek Teknis, dalam hal ini menyangkut hal -hal yang bersifat rekayasa (Engineering)
seperti perencanaan teknis suatu proyek seperti desain teknis, metode kerja, sumber
material, kondisi lokasi proyek, mobilisasi dan demobilisasi kendaraan, peralatan,
tenaga kerja dan tenaga hali yang akan digunakan apakah tersedia sesuai standar atau
tidak serta masalah teknis yang berhubungan dengan proyek yang dikerjakan.
c. Aspek Lingkungan, dalam hal ini menyangkut masalah dan dampaknya terhadap
lingkungan disekitar proyek misalnya polusi udara, suara, air, vegetasi setempat, iklim
setempat, biota yang ada disekitar proyek yang semuanya dianalisis dampaknya ketika
dilakukan kegiatan konstruksi di area tersebut dan dampaknya setelah proyek tersebut
selesai.
d. Aspek Hukum dan Birokrasi, Aspek ini menyangkut mengenai masalah hukum dari
suatu kegiatan konstruksi dapat berupa surat-surat legalitas tanah lokasi proyek seperti
sertifikat tanah, sengketah tanah (Tanah bermasalah), klaim pembebasan lahan,
Perizinan pembangunan, peraturan pemerintah setempat, dsb. yang kelihatannya sepele
tetapi dalam kenyataannya sering menimbulkan kegagalan pelaksanaan konstruksi
yang berlarut-larut.
e. Aspek Politik, Dalam hal ini menyangkut masalah isu-isu politik yang sedang dan
yang diprediksi akan terjadi dikemudian hari misalnya isu kenaikan BBM, isu kenaikan
harga material, isu larangan perisinan, isu anjloknya saham, isu menguat/melemahnya
nilai tukar Rupiah, dan isu-isu politik lainnya yang setidaknya menjadi gambaran
dalam memulai suatu investasi konstruksi.
f. Aspek Sosial, Aspek ini sarat akan pengaruh terhadap masyarakat setempat kegiatan
proyek misalnya ganti rugi lahan, adat kebiasaan masyarakat sekitar proyek,
kebudayaan dan sebagainya, yang tentunya bisa menjadi pengaruh terhadap kegiatan
proyek yang akan dilaksanakan.
Suatu studi kelayakan akan memberikan gambaran terhadap beberapa elemen
berikut6:

6
Stephen P. Robbins, dan Mary Coulter, Management, eleventh Ed. (Prentce Hall, Upper Saddle, New
Jersey, 2012), page 544.

BAB II: Landasan Teoritis Halaman 5 dari 6


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

A. Introduction, historical background, description of product or service


1. Brief description of proposed entrepreneurial venture
2. Brief history of the industry
3. Information about the economy and important trends
4. Current status of the product or service
5. How you intend to produce the product or service
6. Complete list of goods or services to be provided
7. Strengths and weaknesses of the business
8. Ease of entry into the industry, including competitor analysis
B. Accounting considerations
1. Pro forma balance sheet
2. Pro forma profit and loss statement
3. Projected cash flow analysis
C. Management considerations
1. Personal expertise—strengths and weaknesses
2. Proposed organizational design
3. Potential staffing requirements
4. Inventory management methods
5. Production and operations management issues
6. Equipment needs
D. Marketing considerations
1. Detailed product description
2. Identify target market (who, where, how many)
3. Describe place product will be distributed (location, traffic, size, channels, etc.)
4. Price determination (competition, price lists, etc.)
5. Promotion plans (role of personal selling, advertising, sales promotion, etc.)
E. Financial considerations
1. Start-up costs
2. Working capital requirements
3. Equity requirements
4. Loans—amounts, type, conditions
5. Breakeven analysis
6. Collateral
7. Credit references
8. Equipment and building financing—costs and methods
F. Legal considerations
1. Proposed business structure (type; conditions, terms, liability, responsibility;
insurance needs; buyout and succession issues)
2. Contracts, licenses, and other legal documents
G. Tax considerations: sales/property/employee; federal, state, and local.

BAB II: Landasan Teoritis Halaman 6 dari 6


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

B AB PENDEKATAN DAN METODOLOGI


III

3.1. Pendekatan Survey

Pendekatan survey meliputi identifikasi masalah daerah sasaran, menyusun


kuesioner, mengunjungi daerah sasaran untuk mengumpul data tahap pertama guna
mengukur kelayakan pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh Barat
Daya, workshop persamaan persepsi antara unsur Pemda dengan Konsultan Analyst,
pengumpulan data lanjutan guna menyiapkan laporan Studi Kelayakan. Ringkasan
Kegiatan dapat dijelaskan dalam Gambar 3.1.

Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Implementasi oleh
Pemerintah Kabupaten
Mobilisasi Tim
Identifikasi Masalah Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Workshop
Pengumpulan Data Sosialisasi Kepada
analisis Data Lanjutan Instansi Terkait
Permasalahan
Daerah
Laporan Studi
Kelayakan Keputusan Insvestasi
Pembangunan Pasar untuk Pembangunan
Modern Pasar Dapat Dilanjutkan
atau Dibatalkan

Gambar 3.1. : Proses Studi Kelayakan Pembangunan Pasar Modern

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 1 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Untuk memperoleh informasi tentang kelayakan pembangunan sebuah pasar di


Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya, maka dilakukan evaluasi secara
terpadu terhadap komponen-komponen/unsur-unsur yang berkaitan dengan proses
perencanaan dan penganggaran untuk pasar. Dengan pendekatan ini sasaran survei
adalah masyarakat, pedagangan, dan lokasi pasar dengan langkah-langkah berikut:
1. Mobilisasi Tim
Lokasi kerja, jarak tempuh & risiko perjalanan ke kabupaten Aceh Barat Daya
Provinsi Aceh. Perlu dipertimbangkan asal daerah saat penugasan.
Tujuan
Menjelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing dan menciptakan
hubungan kerja antara komponen tim dengan pemberi pekrjaan (Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi).

Indikator Masukan (INPUT)

a) Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait,

b) Buku teks yang terkait, dan

c) SE BAPPENAS DAN DEPARTEMEN KEUANGAN RI NOMOR


1203 / D.11 / 03 / 2000 TANGGAL 12 MARET 2006 UNTUK NAD dan
SE  38 / A / 2000
perubahannya).

Indikator Keluaran (OUTPUT)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Tim konsultan dan tim survei terbentuk, dan
b) Matrik Tugas Personil.

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 2 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

2. Identifikasi Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia dan data yang dibutuhkan untuk
menganalisis kelayakan sebuah proyek yang nilainya cukup besar dan perlunya
hasil studi kelayakan yang akurat, diperlukan pemahaman tentang kondisi daerah
dan lingkungan Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Indikator Masukan (INPUT)

a) Data dari kantor Statistik Pemerintah Aceh,

b) Aceh Barat Daya dalam angka, dan

c) Peta Daerah Kabupaten Blangpidie

Indikator Keluaran (OUTPUT)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Matrik masalah, dan
b) Rencana kerja tindak lanjut dan jadwal kegiatan survei.

3. Pengumpulan Data.
Analisis data tidak terbatas pada jumlah dananya saja yang diinvestasikan ke
dalam proyek, tetapi perlu dikaji aspek-aspek terkait dengan kelayakan sebuah
proyek yang sifatnya jangka panjang sampai dengan 50 tahun.

Tujuan
Menganalisis kemampuan menghasilkan pendapatan untuk pemerintah Kabupaten
Aceh Barat Daya dari hasil investasi yang akan dilakukan.

Indikator Masukan (INPUT)

a) Undang-Undang Nomor 07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

b) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang


Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan, dan Toko
Modern.

c) Peraturan perundangan yang terkait lainnya sesui dengan refrensi yang


diusulkan,,

d) Buku teks yang terkait,

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 3 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

e) Rencana kerja tindak lanjut dan jadwal kegiatan survei, dan

f) Daftar koesioner formulir isian data.

Indikator Keluaran (OUTPUT)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Matrik data, dan
b) Instrumen analisis.

4. Pengolahan Data dan Analisis Tahap I.


Sebelum menganalisis kelayakan proyek secara lengkap terlebih dahulu perlu
dianalisis situasi dankondisi Pemerintah Kabupaten Blangpidie dalam memenuhi
kebutuhan dana untuk pembangunan Pasar Modern. Analisis rasio dan tingkat
pendapatan penduduk merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menilai prospek perkembangan ekonomi masyarakat.

Tujuan
Mengukur tingkat kemampuan daya beli, kelengkapan barang dagangan, dan
kondisi pasar impres yang sudah ada.

Indikator Masukan (INPUT)

a) Formulir Matriks Data

b) Instrumen Analisis,

Indikator Keluaran (OUTPUT)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Draf Analisis Kelayakan Lokasi Pembangunan Pasar Modern Blangpidie, dan
b) Data Pendukung.
5. Workshop
Hasil analisis tahap pertama perlu disepakati dengan masing-masing pemberi data
(instrumen) dari Pemerintah Kabupaten obyek analisis guna menghindarkan
kesalahan analisis selanjutnya.

Tujuan

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 4 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Persamaan persepsi tentang pengukuran kelayakan proyek pembangunan Pasar


Modern Blangpidie dari semua aspek, teknik, sosial dan ekonomi, pasar,
keuangan, hukum.

Indikator Masukan (INPUT)

a) Draf awal pra analisis kelayakan, dan

b) Data Pendukung dan Data Pembanding.

Indikator Keluaran (OUTPUT)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Berita Acara Hasil Workshop, dan
b) Draf awal ukuran kelayakan proyek

6. Pengumpulan Data Tahap II


Analisis kelayakan proyek - Studi Kelayakan Pembangunan Pasar Modern
Blangpidie harus komprehensif yang meliputi semua aspek penilaian rencana
usaha baik yang dilakukan oleh swasta dan pemerintah. Bagi pemerintah tidak
bertujuan untuk mencari keuntungan dari investasi tersebut, tetapi untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan publik dalam rangka meningkatkan ekonomi dan
taraf hidup masyarakat.

Studi kelayakan ini dilakukan setelah penyusunan DED oleh Konsultan Perencana
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2014 yang lalu. Oleh
karena itu, akan diuji kelayakan pasar dengan rancangan-rancangan yang
berhubungan kelayakan teknik dan kaitannya dengan kelayakan keuangan
dijadikan sebagai dasar prediksi pendapatan dan beban operasional pasar selama
umur investasi.

Tujuan
Mengukur kesesuaian dan ketepatan analisis kelayakan investasi yang akan
dilakukan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.

Indikator Masukan (INPUT)

a) Formulir isian data/koesioner


b) RTRW Kab., Renstra Dinas, Renja Dinas, UKL dan UPL Pasar

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 5 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

c) DED dan Estimate Engeneering pembangunan pasar modern


d) Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.6/2013 Tentang Tabel Masa
Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap
Pada Entitas
e) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan, dan Toko
Modern
Adapun data yang butuhkan dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 6 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 3.1
Jenis Data Yang Dianalisis

Aspek yang Sub Sumber Data


No Variabel
Ditinjau Variabel/Indikator
Aspek Produk-produk a. Kesesuaian Data Primer:
Kebijakan Kebijakan dengan - Wawancara
Pemerintah Pemerintah produk tata Data Sekunder
Kabupaten ruang - Bappeda
Aceh Barat b. Perda - Bag. Hukum
Daya Setda

Aspek Fisik Rencana Lokasi a. Wilayah Data Primer:


Keruangan Pasar pelayanan - Wawancara
b. Jarak dari - Observasi
permukiman - Kuesioner
c. Sarana transportasi Data Sekunder
d. Kemiringan - Bappeda
lahan - Dinas
e. Kedekatan dengan Perindustrian,
pangsa pasar Perdagangan, dan
f. Kedekatan dengan Koperasi
bahan baku
g.Kios
Rencana Sarana dan a. Aksesibilitas Data Primer:
Utilitas Pasar b. Los pasar - Wawancara
c. Meja dagangan - Observasi
d. Kantor pasar - Kuesioner
e. Pos keamanan Data Sekunder
f. Tempat parkir - Disperindagkop
g. Tabung pemadam - Dinas Kimpraswil
h. KM/WC
i. Air bersih
j. Listrik
k. Telekomunikasi
l. Drainase
m. Sanitasi
n. Kondisi jalan
o. Sarana ibadah
Rencana a. Penaganan Sampah Data Primer:
Kenyamanan b. Pencegahan Banjir - Wawancara
Pasar - Observasi
- Kuesioner
Data Sekunder
- Disperindagkop

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 7 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 1.1. (lanjutan)


Aspek Sub Sumber Data
No Variabel
yang Variabel/Indikator
Ditinjau
Aspek Sosial Keadaan Sosial a. Pertumbuhan Data Primer:
Ekonomi Penduduk - Wawancara
b. Jumlah penduduk - Kuesioner
c. Jumlah rumah Data Sekunder
tangga - Kantor
d. Frekwensi Kecamata
berbelanja n
e. Jumlah pedagang - BPS
f. Hubungan
g. pedagang dan
konsumen
h. Sebaran fasilitas
sosial

Keadaan a. Penghasilan Data Primer:


Ekonomi konsumen - Wawancara
b. Jumlah pengeluaran - Observasi
konsumen - Kuesioner
c. Tingkat penjualan
pedagang
d. Penghasilan
pedagang
e. Jenis barang
dagangan
f. Asal barang
dagangan
Indikator Keluaran (OUTPUT) g. Sebaran
h. fasilitas
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
perdagangan
a) Luas Wilayah Menurut Kecamatan,
b) Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten,
c) Jumlah Mukim Desa, Kepala Keluarga dan Penduduk Berdasarkan Kecamatan,
c) Prediksi Pertumbuhan Desa, Kepala Keluarga dan Penduduk Berdasarkan
Kecamatan
d) Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian,
e) Potensi ekonomi
f) Keadaan iklim, dan
g) Data Sarana-prasarana.
h) Kelayakan investasi

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 8 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

7. Penyusunan Laporan
Data yang diperoleh di lapangan masih mentah sehingga data perlu dilakukan
pengolahan data secara sistematis dan akurat.

Tujuan
Menganalisis kelayakan investasi yang lebih rinci.

Indikator Masukan (INPUT)

a) Draf awal ukuran kelayakan investasi.


b) Instrumen tambahan dari lapangan, dan
c) Refrensi yang terkait

Indikator Keluaran (OUTPUT)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Laporan Studi Kelayakan
Pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi
Aceh,
Implementasi
Diharapkan hasil studi ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah setempat
sebagai dasar persiapan pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh
Barat Data Provinsi Aceh.

Tujuan
Keputusan Insvestasi untuk Pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten
Aceh Barat Daya Dapat Dilanjutkan atau Dibatalkan.

Indikator Masukan (INPUT)

a) Laporan Studi Kelayakan Pembangunan Pasar Modern Blangpidie Kabupaten


Aceh Barat Daya Provinsi Aceh, dan
b) Aturan terkait lainnya
Indikator Keluaran (OUTPUT)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Keputusan Investasi dan
b) Perubuhan Dokumen Perencanaan Terkait Pembangunan Pasar Modern
Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi Aceh

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 9 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

3.2. Metode Pengumpulan Data


Pada dasarnya data terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama atau sumber langsung di
lapangan baik dari individu ataupun kelompok. Data primer diperoleh melalui
wawancara, kuesioner, dan observasi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
pihak terkait dalam bentuk yang sudah diolah, misalnya data dari berbagai instansi
pemerintah, hasil penelitian sebelumnya dan hasil pencarian melalui internet. Data
yang diperoleh dari internet merupakan data dari best practice dan dijadikan
sebagai data pembanding dengan kondisi eksisting yang ada.
Data primer dan data sekunder dikumpulkan pada saat survey, kemudian dianalisis
untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek kelayakan pembangunan pasar
di lokasi baru. Kebutuhan data untuk survey ini seperti diuraikan dalam Tabel 3.1.
Data pembanding yang digunakan untuk melakukan analisis adalah data sewa
toko/kios di lingkungan pasar lama, data pelayanan, kemampuan daya beli
masyarakat, dan rata-rata tingkat pendapatan pedagang yang diperoleh melalui
metode sampling.

3.3. Indikator dan Pengukuran


Indikator-indikator kuesioner, pengamatan, dan wawancara mengacu pada
konsistensi pengelolaan keuangan negara/daerah dimana semua data yang akan
digunakan untuk menguji kelayakan investasi pemerintah yang bersumber dari
belanja modal dalam APBD diukur dengan menggunakan tiga prinsip Pengelolaan
Keuangan Daerah yang diatur dalam PP Nomor 58 Tahun 2005 adalah:
1. Ekonomi
2. Efisiensi
3. Efektifitas

3.4. Jadwal Kegiatan

Pelaksanaan pekerjaan ini direncanakan selama 3 (tiga) bulan dengan rincian


kegiatan sebagai berikut:

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 10 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

3.5. Susunan Tim


Tim terdiri dari 4 orang, yaitu:

1. Prof. Dr. Raja Masbar, S.E., M.Sc. (Ahli Ekonomi sebagai Team Leader
merangkap Tenaga Ahli)
2. Dana Siswar, SE, M.Si., Ak (Ahli Keuangan sebagai Tenaga Ahli),
3. Usman Bakar, SE, M.Si, Ak (Ahli Penilai Dasar 2 sebagai Tenaga Ahli).
4. Cut Nuraini (Tenaga Pendukung/operator)

Tugas Tenaga
a. Team Leader

 Mengawasi dan mengkoordinasi semua aktivitas mulai dari awal sampai selesai
pertanggungjawaban
 Melakukan koordinasi dengan fihak-fihak terkait (PEMDA dan Organisasi
Pedagang)
 Menelaah laporan Kegiatan Studi Kelayakan sebelum di sampaikan kepada
Pemerintah Daerah,
 Bertanggungjawab atas Laporan Pendahuluan, Draft Laporan Akhir dan Laporan
Akhir
 Bertanggung jawab atas Laporan Akhir.
 Menganalisis masalah-masalah yang timbul untuk ditindaklanjuti.
 Menyiapkan ringkasan laporan kegiatan masing-masing tugas Tenaga Ahli

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 11 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

b. Tenaga Ahli

 Bersama Team Leader menyiapkan media pengumpulan data.


 Melakukan koordinasi dengan fihak-fihak terkait di wilayah tugasnya (PEMDA dan
Organisasi Pedagang)
 Melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan pelaksanaan studi kelayakan
 Bertanggung jawab atas Laporan menurut bidang yang akan ditugaskan,
 Merekapitualisi data dan menyusun laporan studi kelayakan
 Membantu Team Leader untuk melakukan pengumpulan data

BAB III: Metodolog dan Pendekatan Halaman 12 dari 12


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

B AB
GAMBARAN UMUM
IV KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
4.1. Visi dan Misi

Visi:

Kabupaten Aceh Barat Daya yang Islami, Sejahtera, dan Mandiri Melalui
Pemberdayaan Potensi Daerah yang Berbasis Kearifan Lokal.

Misi:

a. Melakukan reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang baik (good


governance), bersih d berwibawa (clean government) berdasarkan
Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA).

b. Menerapkan nilai-nilai keagamaan secara terpadu dalam tatanan kehidupan


masyarakat, sosial dan budaya yang berlandaskan Syariat Islam.

c. Memberdayakan ekonomi kerakyatan dalam rangka peningkatan pendapatan


masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

e. Meningkatkankualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan.

f. Menggali dan mengembangkan potensi daerah secara optimal yang berdaya saing
dan berwawasan lingkungan.

g. Mengembangkan kawasan strategis melalui peningkatan prasarana dan sarana


untuk mempercepat tumbuhnya iklim investasi yang kondusif.

4.2. Kedudukan dan Luas Wilayah

Kabupaten Aceh Barat Daya terbagi dalam 9 Kecamatan, 23 Mukim, 152 Desa. Batas
wilayah meliputi, sebelah utara dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah timur dengan
Kabupaten Aceh Selatan, sebelah selatan dengan Samudera Hindia, dan sebelah

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 1 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

barat dengan Kabupaten Nagan Raya. Luas Kabupaten Aceh Barat Daya 1.882,05
Km², dengan hutan mempunyai lahan terluas yaitu mencapai 129.219,10 ha,
diikuti lahan perkebunan seluas 27.504,28 ha. Sedangkan lahan Bandar Udara Kuala
Batu mempunyai lahan terkecil yaitu 42,95 ha. Kecamatan yang terluas adalah
Babahrot, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Susoh. Luas masing-masing
Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013
Luas
Distribusi
No Kecamatan Wilayah
(%)
(Km2)
1 Manggeng 40.94 2,18%
2 Lembah Sabil 99.15 5,27%
3 Tangan tangan 132.92 7,06%
4 Setia 43.92 2,33%
5 Blangpidie 473.68 25,17%
6 Jeumpa 367.12 19,51%
7 Susoh 19.05 1,01%
8 Kuala Batee 176.99 9,40%
9 Babahrot 528.28 28,07%
Jumlah 1.882.05 100,00
Sumber: Bapeda Kabupaten Aceh Barat Daya.

Tabel 4.2
Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten
Di Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013
Jarak dengan Ibukota
No Kecamatan Ibukota Kecamatan
Kabupaten (Km)
1 Manggeng Kedai Manggeng 22
2 Lembah Sabil Cot Bak U 26
3 Tangan-Tangan Tanjung Bunga 11
4 Setia Lhang 7
5 Blangpidie Pasar Blangpidie 2
6 Jeumpa Alue Sungai Pinang 12
7 Susoh Padang Baru 5
Kuala Batee Pasar Kota 19
8 Bahagia
9 Babahrot Pante Rakyat 32
Sumber: Bapeda Kabupaten Aceh Barat Daya.

Letak ibukota kabupaten di antara ibukota kecamatan yang paling jauh adalah
kecamatan Babahrot mencapai 32 km. Kemudian disusul oleh Lembah Sabil dan

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 2 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Manggeng yang masing-masing jarak mencapai 26 dan 22 km sebagaimana


ditunjukkan pada Tabel 4.2. Kondisi ini menyebabkan kunjungan warga dalam
kecamatan tersebut kemungkinan bisa jarang terjadi, kecuali pada waktu hari-hari
libur.

4.3. Penduduk
4.3.1. Jumlah penduduk menurut wilayah

Perkembangan Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat Daya selama 4


tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata 3% tiap tahun, sedangkan
penambahan Kepala Keluarga rata-rata 5% setiap tahun. dapat dilihat Tabel 4.2.

Tabel 4.3
Jumlah Mukim Desa, Kepala Keluarga dan Penduduk
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013

Kepala
No Kecamatan Mukim Desa Penduduk
Kelaurga
1 Manggeng 3 18 4.166 15.449
2 Lembah Sabil 1 14 3.109 11.441
3 Tangan-Tangan 2 15 3.682 13.568
4 Setia 1 9 2.541 9.007
5 Blangpidie 4 20 6.424 24.192
6 Jeumpa 1 12 3.021 11.203
7 Susoh 5 29 6.498 24.707
8 Kuala Batee 3 21 5.898 21.466
9 Babahrot 1 14 5.323 19.877
2013 21 152 40.662 150.910
2012 21 151 39.567 147.924
Jumlah
2011 21 148 38.496 144.787
2010 21 150 35.128 137.661
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Aceh Barat Daya

Berdasarkan Tabel 4.2 ditunjukkan jumlah penduduk terbanyak dijumpai di


Kecamatan Susoh, sedangkan luas wilayah kerkecil seperti yang terlihat pada
Tabel 4.1. adalah Kecamatan Susoh. Berarti, kecamatan ini merupakan
kecamatan yang penduduknya terpadat di Kabupaten Aceh Barat Daya. Letak
kecamatan ini berdekatan dengan ibukota. Hal ini memungkinkan warga akan
bekunjung ke pasar modern kapan saja mereka ingin memenuhi kebutuhannya.
Potensi pengunjung juga dapat dilihat dari potensi pengembangan jumlah
penduduk dan potensi peningkatan penghasilan masyarakat setiap tahunnya.
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 3 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 4.4
Prediksi Pertumbuhan Desa, Kepala Keluarga dan Penduduk
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013

Kepala
Tahun Desa Penduduk
Keluarga
2014 153 42.882 156.042
2015 153 44.649 160.330
2016 154 46.416 164.618
2017 155 48.183 168.907

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan pertumbuhan Kepala Keluarga dan


Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya cukup signifikan. Pertumbuhan
penduduk akan berdampak kepada peningkatan kebutuhan hari-hari. Tugas
pemerintah adalah menyediakan segala kebutuhan bagi masyarakat, salah
satunya adalah sarana dan prasarana pemenuhan kebutuhan tersebut yaitu pasar.

4.3.2. Jumlah penduduk menurut Jenis Kelamin


Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang berada di setiap kecamatan Tabel
4.5. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin terlihat bahwa di Kecamatan
Lembah Sabil lebih banyak penduduk perempuan dari penduduk laki-laki
dengan sex ratio 99, sedangkan kecamatan lainnya jumlah penduduk laki-laki
relatif tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dengan sex
rationya di atas 100.
Tabel 4.5
Perbandingan Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Sex
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Ratio
1 Manggeng 7.777 7.672 15.449 101
2 Lembah Sabil 5.683 5.758 11.441 99
3 Tangan tangan 6.826 6.742 13.568 101
4 Setia 4.609 4.398 9.007 105
5 Blangpidie 12.217 11.975 24.192 102
6 Jeumpa 5.637 5.566 11.203 101
7 Susoh 12.494 12.213 24.707 102
8 Kuala Batee 10.885 10.581 21.466 103
9 Babahrot 10.221 9.656 19.877 106
Jumlah 76.349 74.561 150.910 102

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 4 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat Daya

Secara umum dapat dikatakan bahwa Kabupaten Aceh Barat Daya lebih banyak
penduduk laki-laki daripada penduduk perempuan dengan sex rationya 102.
Suatu pertanda bahwa frekuensi mobilitas penduduk relatif rendah, antara lain
disebabkan:
- mata pencaharian sebagian besar penduduk disektor pertanian dan perikanan
- jumlah penduduk laki-laki yang masuk sebagai pekerja di sektor perkebunan
seperti pala, karet, kelapa sawit dan juga di sektor kehutanan.

Tabel 4.6
Tingkat Kepadatan Penduduk berdasarkan Wilayah
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Luas Kepadatan
No Kecamatan Desa Wilayah Penduduk Penduduk
(Km2) (jiwa/km)
1 Manggeng 18 40,94 15.449 377
2 Lembah Sabil 14 99,15 11.441 104
3 Tangan tangan 15 132,92 13.568 92
4 Setia 9 43,92 9.007 180
5 Blang Pidie 20 473,68 24.192 45
6 Jeumpa 12 367,12 11.203 27
7 Susoh 29 19,05 24.707 1.159
8 Kuala Batee 21 176,99 21.466 106
9 Babahrot 14 528,28 19.877 33
Jumlah 152 1.882,05 150.910 80
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat Daya

4.3.3. Mata Pencaharian


Sebagian besar penduduk di daerah pedesaan bekerja di sektor pertanian
sedangkan sektor lainnya seperti perdagangan, industri relatif rendah. Mata
pencaharian di sektor pertanian terutama pangan, perkebunan, kehutanan,
perternakan dan perikanan.

Potensi alam yang tersedia lebih banyak di sektor pertanian/perkebunan seperti


pala, kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, pinang, dan sayur-mayuran
lainnya. Sebagian besar penduduk terpusat kerjanya di sektor pertanian

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 5 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

mencapai 47,34%, berarti sektor pertanian merupakan lapangan usaha utama


bagi penduduk di Kabupaten Aceh Barat Daya.

4.3.4. Potensi Sosial, Budaya dan Ekonomi Daerah


a. Budaya Daerah

Dalam pendekatan sosial budaya juga ditonjolkan kelembagaan dan peranan


lembaga-lembaga dalam pergaulan hidup (Social Institution) termasuk dalam
kebiasaan masyarakat (Social Hebit).

Faktor budaya yang melekat pada segi kelembagaan sangat berpengaruh


terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam berproduksi, berkonsumsi,
menabung, dan berinvestasi.

Sasaran utama dalam pembangunan sosial budaya supaya pemerintah dapat


memilih nilai-nilai sosial mana yang perlu dikembangkan lebih lanjut agar
menjadi faktor perangsang yang lebih besar dalam proses pembangunan, dan
sebaliknya nilai budaya yang negatif harus mampu dan berani mengganti
menjadi nilai sosial yang positif.

Masyarakat di Aceh Barat Daya sifatnya homogen, ini akan membantu di sektor
pembangunan, karena nilai-nilai sosialnya positif. Umumnya bersikap dan
bertingkah laku berdasarkan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat yaitu adat
bak pho teumeureuhom, hukum bak syiah kuala.

b. Pemerintahan

Secara administrasi Kabupaten Aceh Barat Daya dibagi dalam 9 kecamatan dan
tiap tiap kecamatan terdiri dari mukim dan desa, lengkapnya dapat dilihat
dalam Tabel 4.7

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 6 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 4.7
Perbandingan Jumlah Desa, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk
Tahun 2013

Kepadatan Persentase
Luas Jumlah
No Kecamatan Mukim Desa Wilayah Penduduk Distribusi
Penduduk
(Km )
2
(jiwa/km) Penduduk
1 Manggeng 3 18 40.94 15.449 377 10,24%
2 Lembah Sabil 1 14 99.15 11.441 104 7,58%
3 Tangan tangan 2 15 132.92 13.568 92 8,99%
4 Setia 1 9 43.92 9.007 180 5,97%
5 Blangpidie 4 20 473.68 24.192 45 16,03%
6 Jeumpa 1 12 367.12 11.203 27 7,42%
7 Susoh 5 29 19.05 24.707 1.159 16,37%
8 Kuala Batee 3 21 176.99 21.466 106 14,22%
9 Babahrot 1 14 528.28 19.877 33 13,17%
Jumlah 21 152 1.882.05 150.910 80 100,00%
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat Daya

Adminstrasi terendah disebut gampong (kampung, desa) jumlahnya 152 desa.


Beberapa gampong di koordinir oleh seorang imum mukim (kepala mukim) yang
berjumlah 21 mukim yang juga bertugas menangani masalah pemerintahan desa. Di
samping imum mukim terdapat pula imum mesjid yang menangani masalah
keagamaan. Sebagai badan legislatif desa terdapat pula lembaga yang bernama
Tuha Peut yang terdiri dari cerdik pandai, ulama, orang-orang tua dan muda.
Selanjutnya dalam Undang-undang Pemerintahan Desa No. 5 tahun 1979 terdapat
pula lembaga pemerintahan desa sebagai warisan masa lalu yang tetap berfungsi
sebagai pendamping lembaga formal. Pada umumnya pada setiap pemukiman
terdapat mesjid sebagai tempat ibadah dan menasah sebagai tempat musyawarah
desa.

Secara nasional penduduk dapat mempergunakan bahasa nasional (Indonesia)


dalam berbagai kegiatan, seluruh masyarakat mempergunakan bahasa Indonesia
dan mampu mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik.

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan distribusi penduduk di Kabupaten Aceh Barat


Daya pada tahun 2013 adalah sebesar 16,37% berada di Kecamatan Susoh.
Sementara distribusi penduduk terkecill ada di kecamatan Setia, sebesar 5,97%.
Kepadatan penduduk bermanfaat untuk mengetahui konsenterasi penduduk di
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 7 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

suatu wilayah. Angka kepadatan penduduk terbesar berada di Kecamatan Susoh


sebesar 1.159 artinya bahwa secara rata-rata tiap 1 kilometer persegi wilayah di
kecamatan susoh didiami oleh 1.159 penduduk. Angka kepadatan penduduk
terkecil ada di Kecamatan Jeumpa sebesar 27 atau sebesar 7,42%.

c. Potensi Ekonomi

Potensi ekonomi daerah di wilayah Aceh Barat Daya sangat dominan di sektor
pertanian tanaman pangan dan perkebunan di samping sub sektor peternakan dan
perikanan. Produksi pertanian/perkebunan terdiri dari padi, pala, cengkeh, kelapa
sawit, karet, pinang, kopi, kakao dan lain-lainnya, merupakan produk-produk yang
dapat dijadikan bahan baku untuk industri menengah dan besar. Dengan tersedianya
bahan baku yang cukup, akan mendorong tumbuhnya industri menengah dan besar
dan juga akan berdampak positif untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah
serta mempercepat laju pertumbuhan ekonomi baik pada skala Regional maupun
secara Nasional nantinya. Secara garis besar potensi ekonomi di Aceh Barat Daya
dapat digambarkan sebagai berikut:

(1) Pertanian Tanaman Pangan. Pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh


Barat Daya didominasi oleh areal persawahan dengan luas 11.341 Ha atau
87,68% dari total luas areal lahan tanaman pangan di Aceh Barat Daya sebesar
(12.934 Ha). Dengan total produksinya adalah 172.651 ton padi per tahun atau
sebesar 15,22 per ha per tahun, dalam satu tahun dua kali panen. Dalam rangka
meningkatkan produksi padi, masyarakat telah melakukan intensifikasi
penanaman padi dengan tingkat produktifitas telah mencapai 7,61 ton/ha/panen.
Untuk lebih jelas secara rincian produksi pertanian tanaman pangan dapat dilihat
dalam Tabel 4.8. Jumlah hasil panen tersebut sudah mampu membiayai anggota
keluarga yang jumlah rata-rata 4 orang tiap keluarga. Untuk menambah
pengahsilan, kepala keluarga dapat melakukan pekerjaan lain sebagai pekerjaan
sampingan seperti membuka kebun sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel
4.9. Jika produksi padi semakin meningkat dengan menerapkan program
intensifikasi penanaman dan penambahan lahan, akan memberikan kontribusi
kepada meningkatnya daya beli masyarakat di tingkat petani juga semakin
meningkat. Selanjutnya luas areal dan produksi pada tahun 2013 khususnya

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 8 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

tanaman padi dan palawija serta perkebunan rakyat seperti yang terlihat pada
Tabel 4.8. dan Tabel 4.9.
Tabel 4.8
Perbandingan Luas Areal dan Produksi Pertanian Pangan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Luas
No. Jenis Produksi
Tanam
1 Padi sawah (ton) 11.341 172.651
2 Jagung (ton) 276 86
3 Ubi Kayu (ton) 47 304
4 Ubi Jalar (ton) 55 267,50
5 kacang tanah (ton) 125 233,88
6 kacang hijau (ton) 10 14,00
7 Terung (kw) 30 37,42
8 Timun (kw) 10 5,02
9 kacang Panjang (kw) 40 3.302,00
10 Cabe besar (kw) 20 21,60
11 Cabe Rawit (kw) 15 16,20
12 Kangkunng (kw) 20 1,94
13 Bayam (kw) 25 10,20
14 Semangka (ton) 25 346,00
15 Alpukat (ton) 10 302,00
16 Salak (ton) 11 13,00
17 Sukun (ton) 3 33,00
18 Mangga (kw) 274 153,00
19 Rambutan (kw) 10 6,00
20 Lansat (kw) 60 15,00
21 Durian (kw) 269 23.456,00
22 Jambu Biji (ton) 4 9,00
23 Jambu Air (ton) 20 148,00
24 Jeruk (ton) 5 201,00
25 Manggis (ton) 5 2,00
26 Nangka (ton) 47 33,00
27 Pepaya (ton) 10 207,00
28 Sawo (kw) 10 6,00
29 Nenas (kw) 4 27,00
30 Pisang (kw) 153 2.288,00
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat Daya

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 9 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 4.9
Perbandingan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Luas Area (Ha) Produkti-
Produksi Pemilik
No Jenis vitas
TBM TM TR Jumlah (Ton) (KK)
(kg/Ha)
1 Karet 467 134 426 1.027 130 970 678
2 Kelapa Dalam 180 310 20 510 301 971 789
3 Kelapa Sawit 2.560 10.125 4.415 17.100 188.325 18.600 9.460
4 Kopi 83 38 30 151 75 1.974 487
5 Cengkeh 76 27 19 122 90 3.333 12
6 Pala 748 310 597 1.655 350 1.129 4.233
7 Pinang 14 30 - 44 25 833 576
8 Kakao 321 2.575 825 3.721 1.450 563 6.223
9 Sagu - 5 - 5 5 1.000 50
10 Nilam 15 27 - 42 9 333 50
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat Daya

(2) Potensi Peternakan. Usaha peternakan rakyat yang paling dominan adalah ternak
besar, namun belum mempunyai lahan pengembalaan yang ditetapkan
pemerintah. Jika dilihat komposisi populasi ternak dalam Tabel 4.10. sudah perlu
ditetntukan kawasan pengembalaan yang insentif guna peningkatan sumber
pendapatan daerah. Perbandingan populasi ternak yang sangat menonjol di
kecamatan Sampoiniet dengan Kabupaten Aceh Barat Daya adalah ternak sapi
mencapai 14% dari jumlah ternak yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya .

Tabel 4.10
Potensi Peternakan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Potong di
Luar Potong di
Populasi Masuk dari Produksi Produksi
Rumah Rumah
Komoditi Ternak Luar Kab. Daging Telur
Potong Potong
(ekor) (Ekor) (Kg) (kg)
Ternak (ekor)
(ekor)
Kerbau 5.143 570 657 339 147.952
Sapi 2.186 204 132 64 40.521
Kambing 13.723 1.571 11.772
Domba 4.848 225 4.239
Ayam buras 217.767 53.942 92.600
Ayam Pedaging 13.150 147 140.869
Ayam Petelur 1,800 58.560 68.991 13.554
Itik 123.072 25496 570.987
Puyuh 562 573
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat Daya.
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 10 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

(3) Potensi Perikanan. Perikanan rakyat di Kabupaten Aceh Barat Daya meliputi
perikanan laut dan budidaya ikan air tawar. Luas areal budidaya ikan air tawar
mencapai 416,31 hektar dengan produksinya mencapai 227,23 ton per tahun.
Produksi yang terendah di Kecamatan Blangpidie yaitu sebesar 14,84 ton,
sedangkan hasil yang tertinggi di kecamatan Kuala Batee yaitu 38,45 ton per
tahun. Potensi perikanan laut mencapai 12.028,38 ton per tahun. Angka tesebut
cukup signifikan untuk diolah dan dipasarkan di pasar modern yang akan
dibangun nanti.

(4) Potensi Perkebunan. Pembangunan sub sektor perkebunan mengalami


peningkatan dan mengalami perubahan yang mendasar yaitu dari orientasi
peningkatan produksi kepada peningkatan pendapatan, taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta
mengisi dan memperluas pasar (dalam dan luar negeri). Pembangunan perkebunan
di bedakan dalam dua bentuk yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat.
Perkebunan besar diusahakan oleh perusahaan perorangan dan perusahaan
berbadan hukum dengan status tanah Hak Guna Usaha (HGU).

Perkebunan rakyat dilaksanakan oleh petani yang tidak berbadan hukum di atas
tanah hak milik atau hak milik adat. Selain itu, pembangunan perkebunan
dilaksanakan melalui pola swadaya.

Luas areal perkebunan rakyat pada tahun 2013 adalah 24.377 hektar dengan produksi
190.760 ton (untuk semua jenis tanaman) . Diantara beberapa komoditi perkubuanan
rakyat yang sangat dominan adalah kelapa sawit, karet, pala, kelapa, dan kakao. Luas
lahan perkebunan rakyat di Aceh Barat Daya , untuk jelasnya dapat dilihat Tabel 4.8.
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat tanaman belum menghasilkan lebih luas kebunnya, ini
suatu petanda dalam beberapa tahun mendatang pendapatan masyarakat akan bertambah.
Bertambah pendapatan secara langsung akan meningkat daya beli masyarakat itu sendiri.

Perkebunan Besar baik BUMN, PBSN maupun PMA mempunyai luas areal 4.455
hektar yang telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) seperti yang dilihat
Tabel 4.11. Namun produksi masih rendah karna ada sebagian bersar masih luas
tanaman yang belum menghasilkan. Akan tetapi dapat diperkirakan untuk tiga
tahun ke depan panennya sudah mulai meningkat, dan membutuhkan banyak
BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 11 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

tenaga kerja. Meningkatnya panen sawit di sektor perkebunan besar otomatis akan
menyerap tenaga kerja yang banyak dan daya beli masyarakat juga akan
meningkat serta diiringi dengan peningkatan kebutuhan bagi pekerja di kebun.

Tabel 4.11
Perbandingan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Besar
Tahun 2013

Luas Area dan Produksi Jenis


No Nama Perusahan
Luas (ha) Produksi (Ton) Penggunaan
1 PT. Cemerlang Abadi 3.216 100 K. Sawit
2 PT. Dua Perkasa Lestari 1.040 924 K. Sawit
3 PT. Watu Dede Utama 199 K. Sawit
Jumlah . 4.455 1.024
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Barat Daya

(5) Potensi Kehutanan. Di wilayah Aceh Barat Daya mencapai 188.205%


wilayahnya merupakan kawasan hutan, dan diantaranya terdapat hutan lindung
sebesar  66.101 hektar dan Hutan taman Nasional terbatas  63.071 hektar.
Untuk areal penggunaan lain (APL) seluas 59.033 hektar.

4.4. Kaadaan Iklim

Tabel 4.12
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2011 – 2013

Hari Hujan Rata-rata


Bulan Curah Hujan Rata-rata (mm)
(mm)
Januari 282,37 17,17
Februari 461,93 15,46
Maret 287,83 16,93
April 458,47 19,00
Mei 309,33 12,50
Juni 159,40 10,67
Juli 134,10 7,33
Agustus 345,90 13,33
September 397,60 11,50
Oktober 333,51 16,10
November 386,37 20,60
Desember 410,43 19,85
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Barat Daya , 2012.

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 12 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa di Kabupaten Aceh Barat Daya lebih banyak
musim penghujan disertai gejolak gelombang laut setiap bulan kecuali Maret, Juni dan Juli.
Rata-rata curah hujan dan hari hujan di dalam Aceh Barat Daya dalam tahun 2011 dan
2012, menunjukkan curah hujan untuk daerah daratan rendah mempunyai variasi antara
134,10 – 461,93 mm/tahun, sedangkan untuk jumlah hari hujan rata-rata menunjukkan
7,33 – 20,60 hari hujan.

BAB IV: Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Halaman 13 dari 13
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

B AB
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Pasar

5.1.1. Keadaan Pasar Inpres

Pasar inpres Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya sudah tidak layak
difungsikan lagi, karena ruas jalan sempit ketika banyak kendaraan yang parkir. Pada
waktu-waktu tertentu seperti pagi dan siang ketika pergi dan pulang anak sekolah akan
terjadi macet yang panjang. Menurut keterangan penjual yang di pinggir jalan, dan
pembeli tidak berani berjualan di lantai 2, karena ketika pengunjung sedang ramai,
bangunan gedung terasa goyang. Kondisi ini perlu ada tim ahli yang menilai. Adapun
kondisi pasar saat ini adalah:

Gambar 5.1 : Tampak Depan Pasar Inpres


Sumber : Foto Lapangan (April 2015)

Gambar 5.2 : Tampak Ruas Jalan Menuju Pasar Lama


Sumber : Foto Lapangan (April 2015)
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 1 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Gambar 5.3 : Tampak Dalam Pasar Impres Lama


Sumber : Foto Lapangan (April 2015)

5.1.2. Rencana Lokasi Tapak Perencanaan Pasar Modern

Tapak perencanaan Pasar Modern Blangpidie menempati luas lahan kurang


lebih 49.000 m2, dengan keadaan kontur tanah yang relatif datar dan
kemiringan lahan yang relatif datar. Elevasi lahan Pasar Modern relatif di
bawah 150 cm dari elevasi jalan dan pematang sawah. Kondisi ini
sebaiknya nanti dirubah dengan merencanakan elevasi lahan menjadi diatas
30 sampai dengan 40 cm dari jalan raya dan pematang sawah yang ada.

Panjang Panjang
Panjang

Gambar 5.4 : Rencana Lokasi Pasar


Sumber : Foto Lapangan (April 2015)

Lokasi akan dibangun pasar tepatnya mulai dari pinggir sawah (pancang warna
merah) sampai dengan bibir sungai (Krueng Beukah). Pada saat meninjau
lapangan, tanah tersebut sedang dalam proses pembebasan dan masyarakat
telah setuju pembangunan pasar baru dengan jarak ± 1,5 km dari pasar impres.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 2 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Lokasi

Gambar 5.5 : Lokasi Tapak Pasar Modern Blangpidie


Sumber : Foto Satelit Maps Google (16 April 2015)

Potensi
masalah

Gambar 5.6 : Site Plan Eksisting Pembangunan Pasar Modern Blangpidie


Sumber : UKL dan UPL Pasar Modern Konsultan Teknik Dinas
Perindustrian, Perdagang, dan Koperasi

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 3 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Gambar 5.7 : Denah Tapak Pasar Modern Blangpidie


Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana, Dinas
Pekerjaan Umum

Berdasarkan hasil analisis DED dan Site Plan yang dihasilkan dari kedua
perencana tersebut belum terlihat garis sepedan bangunan yaitu jarak antara
tepi sungai dengan tapak bangunan.

5.1.3. Kondisi Saat Ini dan Perencanaan Sarana dan Prasarana

Prasarana utama seperti jalan telah menjangkau seluruh wilayah kecamatan


Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya, walaupun pada beberapa ruas jalan
menuju pasar Modern yang akan dibangun masih sempit dan ada yang masih
perkerasan/jalan tanah yang dibangun oleh masyarakat melalui persawahan dan
kebun warga. Jaringan listrik, telepon seluler sudah menjangkau seluruh
wilayah penduduk Blangpidie.

Menurut informasi dari Ketua Bappeda Kabupaten Aceh Barat Daya bahwa
rencana jalan menuju pasar akan diperlebar, namun kami tidak diberikan Site
Plan perencanaan pengembangan kota Blangpidie tersebut. Namun menurut
pengamatan kami dan hasil wawancara dengan beberapa yang dekat lokasi,
maka lokasi tersebut layak jika ruas jalan diperbesar dan dibuat jalan lingkar
menuju pusat kota sekarang (pasar inpres), karena posisinya strategis untuk
pengembangan kota dan letaknya tepat ditengah-tengah Ibukota Kecamatan
Blangpidie seperti yang terlihat pada Gambar 5.8.

Rencana lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar 5.8 tepatnya terletak di Desa
Kedai Siblah yang merupakan pusat keramaian kota suatu saat kedepan dan
dikelilingi oleh beberapa desa lain yang ada di kecamatan Blangpidie. Selain
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 4 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

itu, menurut keterangan Kepala Bappeda bahwa di seberang sungai akan


dibangun pendopo bupati.

Rencana
lokasi Pasar

Gambar 5.8 : Tampak Lokasi Tapak Pasar Modern Blangpidie


Sumber : Foto Satelit Maps Google (19 April 2015)

5.1.4. Monografi Pasar Modern

Data perencanaan pasar modern yang akan dibangun secara khusus dijelaskan
lebih rinci sebagai berikut:

a. Luas Pasar

Rencana pembangunan pasar modern Blangpidie, kabupaten Aceh Barat


Daya terdiri dari dua metode pelayanan yaitu pelayanan pasar tradisional
dan modern dengan konstuksi bangunan 3 lantai zona pasar kering dan 2
lantai zona pasar semi basah dan basah, yang tediri dari bangunan utama
pasar dilengkapi dengan bangunan pendukung berupa fasilitas ibadah,
parkir dan areal taman tebuka sebagai kawasan hijau. Luas bangunan utama
pasar mencapai 22.806 m2, yang terbagi kepada 3 katagori pasar yaitu
Pasar Kering, Pasar Semi Basah dan Pasar Basah. Luas bangunan
bangunan Pasar secara lebih rinci untuk setiap lantai dan fungsi kegiatan
pasar dapat dilihat pada Tabel 5.1.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 5 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.1
Luas Bangunan Pasar Berdasarkan Fungsi dan Lantai Bangunan

Lantai Lantai Lantai Total


No Keterangan
1 2 3 Luas
1 Bangunan Pasar Kering 4.910 5.451 5.239 15.600
2 Bangunan Pasar Semi Basah 1.767 1.767 3.534
3 Bangunan Pasar Basah 1.836 1.836 3.672
Total Luas Bangunan 22.806

Sumber : UKL dan UPL Pasar Modern Konsultan Teknik Dinas Perindustrian,
Perdagang, dan Koperasi

Tabel 5.2
Perkiraan Kebutuhan Parkir Pasar Modern Blangpidie

No. Jenis Kendaraan Luas Areal Kapasitas


(m2)
1 Roda empat atau lebih 1.271,25 325
2 Roda dua 320,00 286
3 Area Bongkar Muat (Truck) 84,00 4
4 Sirkulasi dan landscape 1.902,75 -
Jumlah 3.578,00 615
Sumber : UKL dan UPL Pasar Modern Konsultan Teknik Dinas Perindustrian,
Perdagang, dan Koperasi

Berdasarkan Tabel 5.2 rencana pembangunan areal parkir sebesar 3.578 m2


dengan peruntukan untuk kerndaraan roda empat seluas 1.271,25 m2
dengan kapasitas 325 kendaraan, kendaraan roda dua seluas 320 m2 untuk
286 kendaraan roda dua, dan areal bongkar muat seluas 84 m2.

Berdasarkan data dari Kepolisian Resor Aceh Barat Daya jumlah


kendaraan roda dua di Kecamatan Blangpidie sebanyak 447 unit atau 21%
dari total kendaraan roda dua yang ada di kabupaten Aceh Barat Daya dan
101 unit atau 26% jumlah kendaraan roda empat seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 5.3.

Rencana kapasitas parkir perlu memperhitungkan beberapa varibel yaitu


pedagang, pengunjung dan kendaraan. Jika dilihat dari target pengunjung
mencapai 2000 orang dengan target pedagang mencapai 660 orang, dengan

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 6 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

asumsi 30% realisasi pengunjung berjumlah 600 orang dan 45% pedagang
pada tahun pertama berjumlah 297 orang.

Berdasarkan Lampiran 1 pada tahun ke 10 jumlah kendaraan roda dua


diperkirakan 1.264 unit dan 368 unit kendaraan roda empat di kecamatan
Blangpidie, ditambah dengan jumlah kendaraan dari kecamatan tetangga
dekat seperti Susoh. Dengan sendirinya areal parkir tersebut terlalu sempit.

Tabel 5.3
Jumlah Kendaraan Berdasarkan Kecamatan di
Kabuoaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Sumber : Profil Pembangunan Aceh Barat Daya 2014

Berdasarkan Tabel 5.3 diasumsikan pada tahun pertama operasional pasar


Modern akan singgah kendaraan roda dua 30% dari jumlah 2.113 unit dan
30% dari 392 unit kendaraan roda empat, maka jumlah masing-masing
adalah 640 unit kendaraan roda dua dan 118 unit kendaraan roda empat.
Jadi, kebutuhan areal parkir yang ditunjukkan pada Tabel 5.2 harus
disesuaikan, karena kapasitas parkir untuk kendaraan roda empat
jumlahnya lebih besar dari kapasitas parkir kendaraan roda dua.

b. Bangunan dan Gedung

Rencana bangunan dan gedung di sekitar pasar terdiri dari bangunan


mushala, menara, dan pos keamanan. Dalam tata ruang pasar dan denah
(site plan) Pembangunan Pasar Modern Blangpidie ruangan untuk kantor
UPTD pasar dan bank ditempatkan dalam lingkungan bangunan/gedung
Pasar. Sebaiknya kantor UPTD terpisah dengan gedung pasar karena
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 7 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

tanahnya masih luas dan sulit dipisahkan ketika aset tersebut disajikan
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Kantor pengelola suatu saat
akan menjadi UPTD atau SKPD. Selain itu, harga pokok produk (objek
pendapatan sewa) sebagai pemicu PAD sehingga akan menggambarkan
nilai yang tidak wajar. Rincian rencana bangunan lingkungan dan dalam
gedung pasar ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4
Jenis Bangunan Lingkungan dan Dalam Pasar Modern

No Uraian Jumlah Keterangan


Area lahan pengembangan
1 Kantor UPTD Pasar 1 buah
sebelah Timur pasar
2 Kantor Bank 1 buah Dekat UPTD
3 ATM Centre 1 Buah Dekat Bank
Depan pintu masuk dan
4 Pos Keamanan 3 buah
keluar pasar
Pinggir sungai dengan
memperhatikan garis
5 Mushalla 1 buah
sepadan bangunan dari tepi
sungai.
Sumber : Hasil Analisis Site Plan dan Review DED Pembangunan Pasar
Modern Konsultan Perencana, Dinas Pekerjaan Umum

c. Daya Tampung Kios dan Los serta Pengunjung

Tabel 5.5
Estimasi Luas Ruangan dan Jumlah Unit Usaha
di Pasar Modern Blangpidie Untuk Pasar Basah dan Semi Basah

Sumber : Hasil analisis data lapangan disesuikan dengan DED, UKL dan
UPL.

Hasil review DED rata-rata luas los 2,5 x 7,5 meter, oleh karena itu
memerlukan penyesuaian luas kios dan los seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 5.5. Jika los dan kios terlalu besar, maka pedagang tidak mampu
menyewanya karena harganya tinggi. Untuk keindahan dalam gedung, lapak
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 8 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

untuk masyarakat ekonomi lemah untuk jual cendol, rujak, dan sejenisnya
yang menggunakan gerobak dorong dapat juga disediakan di luar gedung
pasar dekat dengan pagar.

5.2. Analisis Kelayakan Teknik

Gambar 5.9 : Gedung Pasar Modern Tampak Depan (April 2015)


Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana,
Dinas Pekerjaan Umum

Gambar 5.10 : Gedung Pasar Modern Tampak Belakang (April 2015)


Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana,
Dinas Pekerjaan Umum

Gambar 5.11 : Gedung Pasar Modern Tampak Samping Kanan (April 2015)
Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana,
Dinas Pekerjaan Umum

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 9 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Gambar 5.12 : Gedung Pasar Modern Tampak Samping Kiri (April 2015)
Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana,
Dinas Pekerjaan Umum

Pembangunan Pasar Modern direncanakan mampu menampung 600-750


pedagang dengan kios atau luas tempat dagangan yang jauh lebih
representatif dengan menyediakan luas kios dari 5 meter, 12 meter hingga 24
meter persegi. Sehingga kios-kios di pasar Modern Kecamatan Blangpidie
Kabupaten Aceh Barat Daya mampu memberikan kenyamanan bagi konsumen
(masyarakat) ataupun bagi pedagang itu sendiri. Sehingga dapat meningkatkan
mobilitas ekonomi masyarakat serta keuntungan bagi para pedagang.
Desain gedung yang menyediakan fasilitas dengan penataan yang lebih
optimal seperti WC dengan air tandong yang sangat melimpah serta pengaturan
pembuatan air kotor. Penataan bongkar muat barang yang lebih representatif
memberikan kemudahan bagi para pedagang untuk melakukan distribusi
barang dagangan. Tempat parkir yang lebih luas diharapkan mampu memberikan
kenyamanan bagi pemilik kendaraan. Hal ini juga membawa dampak positif
bagi masyarakat untuk melakukan transaksi di pasar Modern Blangpidie Aceh
Barat Daya.
Aspek teknik sipil pada hakekatnya adalah tata letak berbagai
kegiatan sosial-ekonomi masyarakat termasuk prasarana dan sarana yang
diperlukan dalam ruang untuk kelancaran berbagai aktivitas ekonomi masyarakat
yang berdaya guna dan berhasil guna. Prasarana dan sarana yang diperlukan
harus disediakan atau dibangun lebih dahulu. Dalam pembangunan berbagai
prasarana dan sarana tersebut diperlukan peran teknik sipil.
Pertimbangan teknik sipil dalam penataan ruang berpengaruh terhadap
biaya pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana. Agar biaya
dapat diusahakan serendah mungkin, peran teknik sipil harus dilibatkan pada
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 10 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

seluruh proses penataan bangunan. Dalam perencanaan bangunan, teknik sipil


berperan dalam menetapkan letak atau lokasi semua kegiatan sosial ekonomi
beserta prasarana dan sarana yang diperlukan termasuk memperkirakan biaya
pembangunannya. Ada beberapa pertimbangan teknik yang perlu dianalisis adalah:

a. Penataan Desain Tempat Pembuangan Akhir.


Penyediaan tempat pembuangan akhir sering menjadi permasalahan di
beberapa kota di Provinsi Aceh. Kondisi tersebut dirasakan oleh para pedagang,
pengunjung ataupun masyarakat di sekitar pasar Umum. Sebagai contoh yang
terjadi pada Pasar Lama dikelilingi dengan jalan di semua sisi. Hal ini
membawa keuntungan tersendiri untuk distribusi barang. Mobil dapat
ditempatkan diposisi yang terdekat dengan kios atau lokasi yang diinginkan,
namun ruas jalan yang sangat sempit.

Dalam pengambilan sampah akhir pasar untuk dibuang pada Tempat


Pembuangan Akhir (TPA) perlu direncanakan dengan jaraknya 1-4 km
dari pasar. Sehingga penumpukkan sampah seluruh pasar tidak terlalu banyak
atau tidak lebih 2 hari. Oleh karena itu, jarak antara tempat pembuangan akhir
(TPA) dengan pasar perlu disesuaikan, agar terciptanya kondisi kenyamanan
bagi pengunjung, pedagang serta masyarakat di sekitar pasar.

Permasalahan lain yang perlu dipererhatikan adalah los atau kios terutama yang
berada di lantai 2 sering muncul permasalahannya bagi pengelola pasar.
Terutama terkait masalah konsistensi tenaga kebersihan yang dimiliki oleh
Dinas Pasar (UPTD Pasar). Pengelola pasar harus optimalisasi tenaga
kebersihan yang dimiliki untuk menjaga kebersihan pada masing-masing kios
atau los yang ada dilantai 1 maupun lantai 2.

Hal ini juga harus didukung oleh para pedagang di kios maupun di los-los pasar
untuk tetap menjaga kebersihan di sekitar kios. Sehingga pekerjaan para
petugas kebersihan yang dimiliki oleh pengelola pasar menjadi lebih
optimal untuk menjaga kebersihan pasar secara keseluruhan. Terjaga kondisi
pasar yang bersih akan membawa kenyamanan tersendiri bagi pedagang serta
dapat menjaga bangunan dari kerusakan-kerusakan karena tidak terawatnya

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 11 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

fasilitas. Jumlah pengelola pasar harus direncanakan sebaik mungkin, agar


mampu memberikan pelayanan yang prima bagi pedagang dan pengunjung.

b. Konstruksi Bangunan Yang Ramah Lingkungan


Konstruksi bangunan dirancang untuk ramah dengan lingkungan. Sehingga
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan oleh pembangunan pasar, bahkan adanya
pembangunan pasar diupayakan untuk menguntungkan berbagai pihak yang
terkait. Konstruksi yang ramah lingkungan diantaranya meliputi:

1) Peralatan.

Penggunaan peralatan seperti AC, pompa air, escalator, meja, kursi, dan
sebagainya tidak berlebihan dan sesuai secara prosposional, sehingga
fungsi bangunan menjadi lebih optimal dan lebih ramah
lingkungan.

2) Kontrol Polusi Air dan Limbah.

Disediakan kontrol air sebelum dialirkan ke sungai, guna untuk


mengantisipasi terjadinya polusi air yang diakibatkan oleh aktivitas pasar,
terutama untuk los-los yang rentan terhadap pencemaran air, seperti los
daging, ikan, sayuran-sayuran dan lain sebagainya.

Dalam perencanaan bangunan Pasar Modern belum terlihat kontrol air yang
memadai. Air limbah langsung mengalir ke sungai seperti yang terlihat pada
Gambar 5.13.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 12 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Potensi
Masalah

Gambar 5.13 : Denah Potongan Saluran Type II Pasar Modern (April


2015)
Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern Konsultan Perencana,
Dinas Pekerjaan Umum

Kondisi tersebut merupakan suatu ancaman timbulnya penyakit dan tidak


mengutungkan bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman penduduk
hilir sungai (Krueng Beukah). Mereka sering mandi dan menyuci pakaian
di sungai yang airnya sudah tercemar.

3) Kontrol Polusi Udara.

Kebutuhan udara segar bagi pengunjung yang ada di dalam pasar juga telah
disediakan dengan rancangan yang lebih maksimal. Hal ini untuk
menjaga kesehatan orang-orang yang ada dalam pasar. Kenyamanan
penting untuk terpenuhinya kebutuhan udara segara di dalam areal
pasar, juga akan memperngaruhi pada tingkat pembelian oleh konsumen.

4) Kontrol Bising.

Kelancaran komunikasi antara pedagang dan pembeli perlu dipastikan


berjalan dengan lancar. Sehingga konstruksi bangunan juga perlu
dirancang untuk menghindarkan suara-suara bising. Perlu dilengkapi dengan

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 13 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

fasilitas peredam suara yang dapat mengganggu komunikasi antara


pedagang dengan pembeli atau dengan berbagai pihak di dalam pasar.

5) Dampak Ekologis.

Keberadaan pasar modern tetap menjaga lingkungan sekitarnya. Kawasan


pasar lama selama ini adalah kondisi agak banjir apabila intensitas hujan
dikawasan pasar terlalu tinggi. Sehingga bangunan pasar didesain lebih
tinggi serta dengan tetap memperhatikan lingkungan pendukung disekitar
pasar.

6) Pemakaian Energi.

Bangunan didesain dengan memberikan akses sinar matahari masuk


kedalam pasar, baik di lantai satu maupun di lantai 2. Hal ini dimaksudkan
untuk menghemat penggunaan energi listrik dan kesehatan lebih terjamin,
bagi pengujung dan pedagang, karena kuman-kuman dan berbagai sumber
penyakit dapat diminimalisisikan oleh sinar matahari yang masuk dalam
ruangan atau menjangkau di hampir semua sudut bangunan.

c. Penataan Drainase

Jika lokasi Pasar dekat dengan aliran sungai dan posisinya masih dibawah atau
sejajar dengan dasar sungai. Jadi pasar dapat sewaktu-waktu terancam banjir
apabila tanggul sungai yang menjadi andalan pengamanan wilayah tersebut
jebol. Sehingga dalam pembangunan drainase dan saluran pembuangan air
harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan. Drainase dan saluran
pembuangan dibuat lebih tinggi, sehingga air dapat langsung mengalir lancar ke
pembuangan akhir.

Saluran air dari kawasan pasar agar dipastikan lancar tidak ada hambatan
menuju ke sungai supaya tidak mengalami peninggian, dimana kawasan pasar
selalu terendam banjir apabila musim hujan. Jika kondisi bangunan yang
didesain lebih tinggi membawa keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung
pasar.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 14 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Lokasi pasar Modern Blangpidie yang akan dibangun tepatnya dipingir


“Krueng Beukah” sebaiknya memperhatikan garis sepadan bangunan pingir
sungai. Jarak bangunan dengan bibir sungai perlu diperhitungkan kembali untuk
mencegah sewaktu-waktu terjadi banjir besar karena curah hujan tinggi.

d. Konstruksi Pondasi yang Kuat untuk Bangunan Lantai 2

Konstruksi pondasi yang dipergunakan lebih kuat, hal ini untuk menopang
beban bangunan dan penghuni dalam kondisi yang maksimal. Konstruksi
pondasi yang kuat tentunya lebih memberikan kenyamanan dan ketenangan
dari para pengunjung dari robohnya bangunan. Selain itu dengan konstruksi
pondasi yang kuat mampu mengurangi kerugian akibat robohnya bangunan.

Pondasi pasar modern direncanakan menggunakan tiang pancang mini pile,


mungkin karena pertimbangan gempa yang sering terjadi di daerah Aceh.
Pondasi dalam ditetapkan pada titik-titik tertentu yang diperhitungkan agar
merata menyangga beban bangunan. Titik-titik ini perlu dihubungkan dengan
balok agar dapat menyangga sisi bangunan yang tidak menumpu tepat di atas
pondasi dalam. Besaran balok pondasi dalam harus sepadan dengan beratnya
beban bangunan yang dipikul. Perhitungan matematissudah dilakukan untuk
menentukan dimensi pondasi beserta balok yang menghubungkannya.

e. Perhitungan Struktur dan Perhitungan Umur Bangunan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.6/2013, umur


bangunan gedung tempat kerja dan bangunan gedung rumah tempat tinggal
sampai dengan 50 tahun. Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka umur
ekonomis bangunan gedung pasar juga 50 tahun. Dengan panjangnya umur
bangunan, maka mengharuskan strukturnya juga disesuaikan dengan umur
bangunan yang ditetapkan. Taksiran umur bangunan gedung selama 50 tahun
perlu mempertimbangkan kemungkinan perkembangan penduduk atau
perekonomian di daerah pada 50 tahun mendatang.

Apabila dimungkinkan untuk 50 tahun perkembangan ekonomi terjadi


peningkatan yang signifikan, maka bangunan gedung pasar juga akan dirubah
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 15 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

untuk disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Secara


ekonomis, investasi tersebut sudah kembali atau pada aspek ekonomi yang lebih
luas. Artinya, pembangunan pasar tersebut sudah mampu menumbuhkan
perekonomian selama 50 tahun kedepan.

f. Penyediaan Lahan Parkir.

Banyak keluhan dari para pengunjung pasar ataupun dari pihak-pihak pedagang
serta dari para pihak pendukung dari pasar modern. Selama ini parkir tidak
teratur, sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi para pengguna pasar
tradisional yang lama. Lahan parkir perlu disediakan dengan lebih representatif,
luas dan bersih serta dikelola secara profesional. Sehingga memberikan
kenyamanan bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan pada pasar
yang akan dibangun.

Tempat parkir dirancang lebih tertata dengan rapi, parkir didesain di luar badan
jalan (off street parking), yaitu parkir yang menggunakan tempat parkir umum,
tempat parkir khusus yang juga terbuka untuk umum dan tempat parkir
khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri, seperti : kantor, pusat-pusat
perbelanjaan dan sebagainya.

Jenis kendaraan yang menggunakan areal parkir di pasar diperuntukkan untuk


kendaraan roda dua tidak bermesin (sepeda), parkir untuk kendaraan roda
dua bermesin (sepeda motor), dan parkir untuk kendaraan roda tiga (becak),
roda empat atau lebih bermesin. Areal parkir didesain lebih luas dan akses
keluar masuknya lebih mudah, terutama untuk mobil, manuver untuk putar
balik juga didesain lebih luas. Namun, rancangan areal parkir dalam DED perlu
penyesuaian lagi dengan perkembangan jumlah kendaraan sebagaiman
diuraikan dalam pembahasan sebelumnya.

g. Penataan Jalan Akses Masuk.

Sering kali terjadi kesemrawutan di akses masuk ke pasar. Banyak


pedagang-pedagang dadakan yang menjajakan dagangan di pinggir jalan
akses masuk. Hal ini sangat menganggu perjalanan para pengunjung atau
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 16 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

pedagang dalam memasuki pasar. Akses jalan masuk perlu diperbaiki serta
ditata dengan baik, sehingga pengunjung dan pedagang merasa nyaman
dalam memasuki atau keluar pasar Modern.

Akses masuk menuju pasar dari Jalan Raya direncankan 3 akses masuk.

a. Akses sebelah Barat,

Akses jalan ini selain menuju ke pasar juga menuju perkampungan


sebelum menuju pintu masuk pasar, terutama di perkampungan penduduk
Lueng Tarok di sebelah lain dan kawasan Desa lain dengan menyeberang
sungai di Kecamatan Blangpidie. Lalu lintas jalan ini sempit, jika suatu saat
ramai menuju ke pasar kondisinya akan terjadi macet. Pengguna jalan ini
kebanyakan adalah pengunjung atau masyarakat dari kawasan sebelah
Selatan dan Utara perkampungan penduduk.

b. Akses Sebelah Timur

Jalan sebelah Timur ini selain menuju ke pasar juga menuju


perkampungan terutama di perkampungan penduduk Keudai Siblah dan
Meudang Ara.

c. Akses Tengah Sebelah Selatan

Jalan sebelah Selatan menuju areal persawahan dan menuju ke Desa


Keudai Siblah melalui jalan yang dibangun oleh masyarakat.

Ketiga akses jalan masuk menjadi kondisi kurang nyaman jika tidak
diperluas. Jika ruas jalan besar atau secukupnya akan timbul minat
tersendiri dari pengunjung dan tidak menjadi bosan. Untuk lebih leluasa
jalan akses ke pasar agar dibuat jalan lingkar dengan ruas/bidang jalan yang
cukup memadai sampai dengan tingkat pertumbuhan penduduk diperkirakan
sampai dengan umur bangunan pasar beberapa tahun ke depan.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 17 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

h. Penataan Lalu Lintas.

Lalu lintas jalan raya yang berdekatan dengan akses masuk menuju
kawasan pasar perlu ditata. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar
perjalanan atau pengguna jalan lain. Sehingga keberadaan pasar tidak
mengganggu lalu lintas jalan raya. Keberadaan pasar tidak berada pada
jalan besar atau jalan utama. Sehingga dampak kemacetan yang ditimbulkan
kurang signifikan dibandingkan dengan pasar yang berada di samping jalan
utama saat ini.

5.3. Aspek Pasar dan Pemasaran

5.3.1. Analisis Hubungan antara Konsumen dengan Perkembangan Pasar.

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara perilaku (kondisi)


konsumen dengan perkembangan pasar, yang dalam hal ini dinyatakan
dalam besarnya frekuensi belanja masayarakat ke pasar inpres Blangpidie
dengan jarak tempuh, transportasi (peranan angkutan), kebiasaan belanja,
dan besar pendapatan perbulan.

Tabel 5.6
Hubungan Frekuensi Berbelanja dengan Jarak ke Pasar Inpres

Jarak Tempuh ke Pasar Lama


Frekuensi Berbelanja Sangat Total
Dekat Sedang Jauh
dekat
1 Satu kali seminggu 2 3 4 5 14
2 2 kali seminggu 2 3 2 2 9
3 3 kali seminggu 2 5 3 0 10
4 Setiap hari 0 6 4 2 12
Total 6 17 13 9 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.6. menunjukkan bahwa jarak tempuh menentukan


frekuensi berbelanja dalam satu minggu, bagi konsumen yang jarak dekat
sebanyak 17 orang akan berbelanja setiap hari sebanyak 6 orang (35% dari
17 orang), 3 kali seminggu sebanyak 5 orang (29% dari 17 orang). Artinya,
semakin dekat pasar, maka semakin sering berbelanja. Namun terdapat 6
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 18 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

responden yang jaraknya sangat dekat tetapi tidak berbelanja di pasar setiap
hari. Hal ini ada kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 bahwa yang berpenghasilan di bawah Rp
1.000.000,00 sebanyak 7 orang akan berbelanja satu kali dalam seminggu.
Berarti ada hubungan antara frekuensi berbelanja di pasar dengan jarak
tempuh dan tingkat pendapatan seperti yang dideskripsikan pada Tabel 5.6.
dan Tabel 5.7.

Tabel 5.7
Hubungan Frekuensi berbelanja dengan Penghasilan Keluarga
Penghasilan Keluarga Perbulan
Rp 1.000.000,- Rp.1.000.000
Frekuensi berbelanja Total
di bawah Rp s.d. s.d. Di atas Rp
1.000.000,- Rp 2.000.000,- Rp.1.500.000 3.000.000,-
1 Satu kali seminggu 7 5 2 0 14
2 2 kali seminggu 6 3 0 0 9
3 3 kali seminggu 0 3 5 2 10
4 Setiap hari 5 5 1 1 12
Total 18 16 8 3 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Tabel 5.8
Hubungan Frekuensi Berbelanja dengan Transportasi

Transportasi ke pasar
Frekuensi berbelanja Mobil Sepeda Angkutan Berjalan Total
Sepeda
pribadi motor Kota kaki
1 Satu kali seminggu 0 9 0 3 2 14
2 2 kali seminggu 1 5 1 0 2 9
3 3 kali seminggu 0 9 0 0 1 10
4 Setiap hari 0 6 1 0 5 12
Total 1 29 2 3 10 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dijelaskan bahwa frekuensi berbelanja tidak


terikat dengan alat transportasi, hal ini digambarkan oleh pengguna sepeda
motor ketika berbelanja satu kali seminggu dengan 3 kali seminggu sama
jumlahnya yaitu masing-masing 9 konsumen. Seharusnya semakin sering ke
pasar semakin terasa lelah dan semakin sering menggunakan kendaraan.
Akan tetapi konsumen yang berbelanja setiap haripun lebih banyak berjalan
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 19 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

kaki. Lazimnya transportasi berkaintan dengan jarak tempuh seperti yang


ditunjukkan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9
Hubungan Transportasi dengan Jarak ke Pasar Inpres
Jarak ke Pasar Inpres
Transportasi ke pasar Sangat Total
Dekat Sedang Jauh
dekat
1 Mobil pribadi 0 0 1 0 1
2 Sepeda motor 2 9 10 8 29
3 Sepeda 1 1 0 0 2
4 Angkutan Kota 0 1 1 1 3
5 Berjalan kaki 3 6 1 0 10
Total 6 17 13 9 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Tabel 5.10
Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Kebutuhan Belanja Harian
Penghasilan Keluarga Kebutuhan Belanja Harian
Perbulan di bawah Rp Rp 100.000,- s.d. Rp 200.000,- s.d. Total
100.000,- Rp 200.000,- Rp 300.000,-
1 di bawah Rp
12 5 1 18
1.000.000,-
2 Rp 1.000.000 s.d.
6 10 0 16
Rp.2.000.000,-
3 Rp 1.000.000,- s.d.
3 5 0 8
Rp 1.500.000,-
4 di atas Rp 3.000.000,- 1 2 0 3
Total 22 22 1 45
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 45 konsumen terdapat 18


orang yang berpenghasilan di bawah Rp 1.000.000,00 dan menggunakan
untuk sekali berbelanja di pasar sejumlah di bawah Rp 100.000,00 direspon
oleh 12 konsumen (67% dari 18 responden), atau 22 orang konsumen (49%
dari total 45 orang responden). Selanjutnya, jika dilihat penghasilan
responden yang berada dibawah Rp.1.000.000,00 per bulan sebanyak 40%
konsumen seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.11. Hal ini menunjukkan
kondisi daya beli masyarakat Kecamatan Blangpidie Aceh Barat Daya
secara umum adalah lemah.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 20 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.11

Rata-Rata Penghasilan Keluarga Perbulan Berdasarkan


Jawaban 45 Orang Responden Sebagai Konsumen Pasar

Frekuen
Tingkat Penghasilan Per Bulan Persen
si
1 di bawah Rp 1.000.000,- 18 40,0
2 Rp 1.000.000 s.d. 2.000.000,- 16 35,6
3 Rp 1.000.000,- s.d. Rp
8 17,8
1.500.000,-
4 di atas Rp 3.000.000,- 3 6,7
Total 45 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)

5.3.2. Respon Masyarakat Terhadap Pembangunan Pasar Modern

Berdasarkan hasil pengamatan dan jawaban kuesioner yang diedarkan


bahwa pembangunan Pasar Modern Blangpidie direspon positif oleh
masyarakat. Sebanyak 48,1% pedagang mendukung pembangunan Pasar
Modern Blangpidie dan 66,7% berminat akan pindah untuk berjualan di
pasar Modern seperti yang telihat pada Tabel 5.12 dan Tabel 5.13.

Tabel 5.12
Respon Pedagang Terhadap Pembangunan Pasar Modern

Pernyataan Pedagang Frekuensi Persen


1Mendukung pasar modern 13 48,1
2Tidak mendukung Pasar Modern 10 37,0
3Tidak ada komentar 4 14,8
Total 27 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Tabel 5.13
Respon Pedagang Terhadap Minat Pindah ke Pasar Modern

Pernyataan Pedagang Frekuensi Persen


1 Minat Pindah 18 66,7
2 Tidak Berminat 9 33,3
Total 27 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 21 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Dukungan pembangunan pasar Modern Blangpidie lebih banyak disenangi


oleh masyarakat konsumen yaitu sebanyak 53,3% dari 45 responden yang
diambil sampel sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.14. Hal ini berarti
sebagian besar masyarakat Aceh Barat Daya menginginkan kemajuan.

Tabel 5.14
Respon Konsumen Terhadap Pembangunan Pasar Modern

Pernyataan Pedagang Frekuensi Persen


1 Mendukung Pasar Modern 24 53,3
Tidak Mendukung Bangun Pasar
2 8 17,8
Modern
3 Tidak Memberikan Komentar 13 28,9
Total 45 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Tabel 5.15
Pernyataan Konsumen Terhadap Pemindahan Pasar Inpres
Ke Pasar Modern Blangpidie

Akumulasi
Pernyataan Konsumen Frekuensi Persen
Persen
1
Sangat Setuju 13 28,9 28,9
2
Setuju 11 24,4 53,3
3
Kurang Setuju 5 11,1 64,4
4
Tidak Setuju 16 35,6 100,0
5
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 45 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.14 dan Tabel 5.15 menunjukkan bahwa dukungan


konsumen terhadap pasar Modern Blangpidie sebesar 53,3%. Angka ini
sama dengan pernyataan konsumen yang setuju dan sangat setuju untuk
dipidahkan pasar inpres ke pasar Modern Blangpidie jika telah dibangun
nanti. Meskipun dukungan konsumen sebesar 53,3%, namun hanya sedikit
yang tidak mendukung yaitu sebesar 17,8%, sedangkan 28,9% bersifat
netral. Jika digabungkan pedagang yang memberikan pendapat terhadap
Pembangunan Pasar Modern jauh lebih besar dari yang tidak mendukung
yaitu mencapai 75% dari 32 responden seperti yang ditunjukkan pada Tabel
5.16.
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 22 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.16
Respon Konsumen Terhadap Pembangunan Pasar Modern
Berdasarkan Komentar
Pernyataan Pedagang Frekuensi Persen
Pedagang yang mendukung 24 75%
Pedagang yang tidak mendukuh 8 25%
Total 32 100%
Sumber : Data Lapangan (diolah)

5.3.3. Penentuan Harga

Keluaran dari proyek ini adalan jumlah kios dan los untuk dipakai oleh para
pedagang dengan cara sewa. Harga sewa kios dan los serta retribusi pasar
merupakan faktor yang cukup penting, karena dengan harga sewa yang
wajar maka pedagang akan memilih untuk menempati kios dan los daripada
harus berjualan di luar secara liar. Selain itu, harga sewa merupakan
pendapatan untuk menambahkan PAD Kabupaten Aceh Barat Daya. Dari
hasil wawancara dengan beberapa pedagang di Pasar Lama, mereka tidak
keberatan dengan tarif sewa dan retribusi yang dikenakan oleh Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya dalam batas wajar (tidak terlalu mahal dan juga
terlalu murah). Tarif sewa yang wajar dapat menjadi daya tarik bagi
pedagang yang tidak memperoleh tempat di kios atau los untuk pindah ke
Pasar Modern Blangpidie. Permasalahan di sini adalah, Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya belum menentukan berapa harga sewa untuk
masing-masing unit tempat berjualan tersebut. Harga harus ditentukan
sekarang karena sebagai dasar untuk melakukan prediksi pendapatan PNBP
dari pasar Modern tersebut.

Permasalahan lain, mungkin akan muncul dari keengganan para pedagang


untuk menempati di lantai dua. Meskipun dengan penawaran kios atau los
yang lebih murah, tapi justru pedagang merasa enggan. Hal ini berdasarkan
pengalaman dari para pedagang yang lain, tentang penurunan pendapatan
yang diperoleh karena kesalahan atau strategi dari para pedagang yang
menempati lantai 2. Pembeli yang singgah di lantai pertama tidak lagi naik
ke lantai 2, sehingga penjual di lantai 2 sepi penggunjung, akhirnya mereka
turun berjualan di pinggir jalan. Perencanaan ke depan harus matang
terutama strategi penempatan pedagang antara lantai satu, dua dan
BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 23 dari 36
STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

seterusnya. Adapun metode penempatan lokasi pedagang yang akan


berjualan di Pasar Modern Blangpidie sebagaimana yang ditunjukkan pada
Tabel 5.17.

Tabel 5.17
Estimasi Jumlah Kios Berdasarkan Lantai Bangunan
di Pasar Modern Blangpidie

Sumber : DED Pembangunan Pasar Modern oleh Konsultan Perencanaan,


Dinas Pekerjaan Umum

5.3.4. Peta Pesaingan Pasar

Dalam melayani kebutuhan konsumen, selain pasar-pasar yang berada di


bawah Unit Pengelola Pasar, banyak terdapat pasar rakyat, dan pertokoan.
Banyaknya pesaing memungkinkan akan mempengaruhi permintaan
terhadap barang semain menurun. Apalagi pelayanan yang diberikan oleh
pasar rakyat dan pertokoan lebih baik daripada pelayanan yang ditawarkan
oleh pasar yang dikelola Unit Pengelolaan Pasar. Bagi konsumen yang
mengutamakan keunggulan produk dan kenyamanan dalam berbelanja akan
lebih tertarik untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangannya ke pasar
yang sehat, bersih dan nyaman. Dapat dikatakan bahwa harga yang murah
bukanlah suatu jaminan kontrit bagi sebuah pasar untuk dikunjungi oleh
konsumen. Fenomena sekarang ini, konsumen lebih mengutamakan
kebersihan, keamanan dan kenyamanan dalam berbelanja di sebuah pasar
sebagaimana pernyataan beberapa konsumen sebanyak 66,7% menyatakan
pasar inpres sudah kurang bagus dan jelek. Lebih rinci pernyataan
konsumen dapat dilihat pada Tabel 5.18.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 24 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.18
Pernyataan Konsumen Terhadap Kondisi Pasar Inpres

Pernyataan Akumulasi
Frekuensi Persen
Konsumen Persen
1 Sangt Bagus 4 8,9 8,9
2 Masih Bagus 4 8,9 17,8
3 Kurang Bagus 22 48,9 66,7
4 Jelek 14 31,1 97,8
5 Sangat Jelek 1 2,2 100,0
Total 45 100,0
Sumber : Data Lapangan (diolah)

5.4. Aspek Keuangan dan Sosial Ekonomi

5.4.1. Aspek Keuangan

Analisis keuangan dilakukan dengan maksud mengevaluasi kelayakan


proyek. Metode yang digunakan adalah Payback Periode, Net Present
Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return
(IRR). Berdasarkan Rincian Anggaran Biaya (RAB) dan Total Biaya
Investasi masing-masing metode diuraikan sebagai berikut:

a. Periode Payback

Periode Payback adalah periode yang diperlukan untuk pengembalian


investasi dengan menggunakan pendapatan yang diperoleh pada pasar
Modern setelah dibangun. Pembangunan Pasar Modern Blangpidie
membutuhkan waktu selama 6 tahun agar dana yang ditanam untuk
membangun pasar dapat diperoleh kembali seluruhnya. Periode
Payback pada pembangunan gedung pasar Modern Blangpidie dihitung
dengan mengurangi biaya investasi dengan perolehan pendapatan
setiap tahunnya hingga 6 tahun. Metode ini tidak memperhitungkan
beban operasional setiap tahunnya yang jumlahnya relatif besar.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 25 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.19
Analisis Keuangan Kelayakan Pembangunan Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding

Sumber : Data Lapangan (Prediksi Mulai Tahun 2018 hingga 50 tahun ke


depan).

Total biaya (investasi) pembangunan pasar Modern Blangpidie sebesar


Rp.60.000.000.000,00 (enam puluh miliyar rupiah) untuk pasar basah dan
semi basah diprediksikan akan kembali selama 9 tahun. Prediksi
pendapatan selama 9 tahun tersebut diperoleh dari akumulasi pendapatan
sewa kios-kios dan los-los oleh pedagang, dan ditambahkan dengan

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 26 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

pendapatan pasar lainnya seperti parkir, MCK, iklan ditunjukkan pada


tabel-tabel berikut:

Tabel 5.20
Prediksi Pendapatan Sewa Kios dan Los Pada Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding

Sumber : Data Lapangan (diolah)

Tabel 5.21
Prediksi Pendapatan Retribusi Parkir Pada Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding

Sumber : Data Lapangan (diolah)

Tabel 5.22
Prediksi Pendapatan Retribusi MCK Pada Pasar Modern
Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding

Sumber : Data Lapangan (diolah)

Tabel 5.23
Prediksi Pendapatan Retribusi Sampah, Keamanan, dan Iklan
Pada Pasar Modern Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding

Sumber : Data Lapangan (diolah)

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 27 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.24
Prediksi Pendapatan Retribusi Papan Nama dan Reklame
Pada Pasar Modern Blangpidie Berdasarkan Data Pembanding

Sumber : Data Lapangan (diolah)

b. Net Present Value

Adanya kelemahan-kelemahan dari metode periode payback


diantaranya adalah mengabaikan nilai waktu dari uang (time value of
money). Net Present Value adalah selisih nilai sekarang (Present
Value) dari keseluruhan pendapatan dengan nilai sekarang dari
keseluruhan biaya. Bila nilai sekarang pendapatan lebih besar atau
sama dengan nilai sekarang total biaya maka usul investasi diterima.
Bila nilai sekarang pendapatan kurang dari nilai sekarang total biaya
investasi maka usul investasi ditolak.

Berdasarkan Tabel 5.19 menunjukkan bahwa usul investasi untuk


pembangunan Pasar Modern Blangpidie dengan menggunakan metode
NPV dapat diterima pada tingkat bunga bank umum sebesar 9% dan
tingkat bunga bank Indonesia sebesar 7,5% dapat diterima.

c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan suatu analisis


pemulihan proyek yang biasa dilakukan karena mudah, yaitu
perbandingan antara benefit dengan biaya. Kalau nilainya < 1 maka
proyek itu tidak ekonomis, dan kalau > 1 berarti proyek itu feasible.
Kalau B/C ratio = 1 dikatakan proyek itu marginal (BEP).

Berdasarkan Tabel 5.19 menunjukkan bahwa usul investasi untuk


pembangunan Pasar Modern Blangpidie dengan menggunakan metode
B/C Ratio dapat diterima.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 28 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

d. Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang akan


menjadikan jumlah nilai sekarang dari proyeksi penerimaan sama
dengan nilai sekarang dari proyeksi pengeluaran. Metode ini
digunakan untuk mengetahui tingkat bunga berapa investasi yang
sudah dikeluarkan sesuai dengan proceeds yang masuk. Dari hasil
perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 5.19 bahwa tingkat bunga
yang dijadikan jumlah nilai sekarang sebesar 9,41%. Angka ini berada
di atas suku bunga Bank seperti yang ditunjukkan dalam Lampiran 1,
maka peroyek investasi pembangunan Pasar Modern dapat diterima.

5.4.2. Aspek Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi Kabupaten Aceh Barat Daya mengalami kemajuan yang


pesat, antara lain ditunjukkan oleh beberapa pengembangan dan potensi-
potensi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat adalah sebagai
berikut:

a. Perkembangan Unit Usaha.

Meningkatnya jumlah unit usaha secara langsung akan meningkatkan


jumlah tenaga kerja. Meningkatnya jumlah tenaga kerja secara
otomatis akan meningkat pendapatan masyarakat. Lazimnya jika
pendapatan tinggi, maka daya beli ikut tinggi. Kebutuhan masyarakat
semakin bertambah, mulai dari kebutuhan primer hingga kebutuhan
sekunder. Rata-rata pertumbuhan jumlah unit usaha diperkirakan
tahun 2017 mencapai 15,54% seperti yang ditunjukkan pada Tabel
5.25.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 29 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.25
Perkembangan Jumlah Unit Usaha
Di Kabupaten Aceh Barat Daya

Sumber : Data Lapangan (diolah)

b. Perkembangan Tenaga Kerja.

Tabel 5.26
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja
Di Kabupaten Aceh Barat Daya

Sumber : Data Lapangan (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.26 menunjukan bahwa perkiraan pertumbuhan


tenaga kerja pada tahun mencapai 45%. Hal ini suatu peluang bahwa
operasional pasar Madern direncankan pada awal tahun 2018 akan
menampung banyak tenaga kerja dan secara tidak langsung akan
meningkatkan daya beli masyarakat, karena sudah bertambahnya

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 30 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

penduduk yang mempunyai penghasilan yang akan digunakan untuk


belanja keubutuhan sehari-hari bagi mereka.

c. Perkembangan Nilai Industri.

Perkembangan nilai industri secara keseluruhan menunjukkan angka


yang cukup signifikan seperti yang terlihat pada Tabel 5.27. ini
menandakan prospek pasar yang cukup cerah. Produk-produk industri
dilemparkan ke pasar cukup disenangi pembeli/konsumen. Jika
produk tersebut tidak ada yang beli sudah tentu nilai industri yang
bersangkutan akan menurun, dan pada akhirnya akan tutup seperti
industri minuman. Akan tetapi aneka industri lainnya menunjukkan
peningkatan yang sangat bagus seperti pakaian dan kayu/ayaman.
Kondisi ini yakin benar terhadap informasi dari masyarakat Nagan
Raya ketika menjelang lebaran lebih suka berbelanja ke Blangpidie
daripada ke Meulaboh karena harga lebih murah. Berarti keuanggulan
persaingan (competitive advantage) antara tiga pasar di kabupaten
tersebut (Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Barat Daya) sudah diraih
oleh kabupatan Aceh Barat Daya.

Tabel 5.27
Perkembangan Nilai Industri
Di Kabupaten Aceh Barat Daya

Sumber : Data Lapangan (diolah)

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 31 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

d. Potensi Perkebunan

Tabel 5.28
Potensi Pendapatan Sektor Perkebunan Rakyat
Di Kabupaten Aceh Barat Daya

Sumber : Data Lapangan (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.28 menunjukkan pendapatan masyarakat


Kabupaten Aceh Barat Daya sektor perkebunan rakyat sebesar
Rp.193.842.212.968,00 pertahun atau sebesar Rp 1.284.489
perpenduduk per tahun.

e. Potensi Tanaman Pangan

Pendapatan masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya sektor tanaman


pangan sebesar Rp.716.282.780.000,00 per-tahun atau sebesar Rp
4.746.424,00 per penduduk per tahun seperti ditunjukkan Tabel 5.29.
Jika pendapatan dua sektor ini digabungkan, maka besar pendapatan
per penduduk per-bulan sebesar Rp 502.576,00. Angka ini cukup
besar jika ditambah dengan sektor lain seperti penghasilan PNS,
perdagangan, dan perikanan belum termasuk didalamnya.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 32 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.29
Potensi Pendapatan Sektor Tanaman Pangan
Di Kabupaten Aceh Barat Daya

Sumber : Data Lapangan (diolah)

5.4.3. Analisis Sensitivitas

Nilai-nilai parameter yang digunakan dalam studi kelayakan tidak luput


dari kesalahan. Maksudnya, nilai-nilai parameter tersebut mungkin lebih
besar atau lebih kecil dari hasil estimasi, atau berubah pada waktu tertentu.
Perubahan pada nilai-nilai parameter akan mengakibatkan perubahan pada
tingkat output atau hasil yang ditunjukkan oleh suatu alternatif investasi.
Berikut ini diasumsikan Sewa Lapak diturunkan menjadi Rp 7.000,- per
hari dan sewa kios menjadi Rp 40.000,- per hari, maka hasilnya tidak layak
jika diukur berdasakan NPV, karena nilai NPV lebih kecil dari nul seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.30. Namun jika Sewa Lapak naikan lagi
menjadi Rp 7.500,- per hari dan sewa kios tetap Rp 40.000,- per hari, maka

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 33 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

semua ukuran kelayakan investasi akan layak seperti yang ditunjukkan


pada Tabel 5.31.
Tabel 5.30
Analisis Sensitivitas Untuk Sewa Lapak Rp 7.000 per Hari
dan Sewa Kios Sebesar Rp 40.000 Per Hari

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 34 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

Tabel 5.31
Analisis Sensitivitas Untuk Sewa Lapak Rp 7.500 per Hari
dan Kios Rp 40.000 Per Hari

5.4.4. Proyeksi Laporan Keuangan

Proyeksi laporan keuangan UPTD Pasar Modern pada tahun 2018 dapat
dilihat pada Lampiran 4, sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya
diasumsikan konstan sampai ke 50 tahun mendatang. Prediksi pendapatan
pasar diukur dengan mengunakan nilai rata-rata variabel pada Lampiran 5.
Nilai masing-masing jenis pendapatan pasar ditaksir dibawah rata-rata

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 35 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di
Aceh Barat Daya

target kinerja. Untuk prediksi beban operasional diukur berdasarkan


indikator yang ditunjukkan pada Lampiran 6.

BAB V: Hasil dan Pembahasan Halaman 36 dari 36


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di Aceh Barat
Daya

B AB
VI PENUTUP
6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut:

6.1.1. Kondisi Lokasi Tapak Perencanaan Pasar Modern

Pada aspek teknik sipil pembangunan pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh
Barat Daya adalah layak dari aspek-aspek seperti:
a. Desain penataan tempat pembuangan akhir sampah,
b. Desain konstruksi Bangunan yang ramah lingkungan,
c. Penataan Drainase,
d. Desain konstruksi yang kuat untuk Bangunan Lantai 2,
e. Perhitungan Struktur dan Perhitungan Umur Bangunan,
f. Penyediaan Lahan Parkir,
g. Penataan jalan Akses Masuk,
h. Penataan Lalu lintas,
Selain aspek yang tersebut di atas masih terdapat beberapa aspek yang belum layak
dari perencanaan teknik yang telah tsersedia yaitu:
a. Kontrol Polusi Air dan Limbah.
Dalam perencanaan bangunan Pasar Modern belum terlihat kontrol air yang
memadai. Air limbah langsung mengalir ke sungai, hal ini akan terjadinya
polusi air yang diakibatkan oleh aktivitas pasar, terutama untuk los-los yang
rentan terhadap pencemaran air, seperti los daging, ikan, sayuran-sayuran dan
lain sebagainya. Kondisi tersebut merupakan suatu ancaman timbulnya penyakit
dan tidak mengutungkan bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman penduduk
hilir sungai (Krueng Beukah) di Desa Cot Jeurat dan Keudai Paya. Mereka
sering mandi dan menyuci pakaian di sungai yang airnya sudah tercemar.
b. Akses jalan masuk langsung ke komplek pasar
Akses jalan masuk langsung menuju ke dalam lingkungan pasar dan tidak ada
jalan altenatif lain untuk lalulintas angkutan kota.

BAB VI: Penutup Halaman 1 dari 5


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di Aceh Barat
Daya

6.1.2. Aspek Pasar dan Pemasaran

a. Dari jawaban responden menunjukkan bahwa jarak tempuh, transportasi


(peranan angkutan), daya tarik pasar, dan besar pendapatan perbulan
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap frekuensi pembelian di
pasar Inpres. Hal ini akan berdampak juga kepada pasar Modern Blangpidie
Kabupaten Aceh Barat Daya jika kelak terealisasi pembangunan dan
operasionalnya.
b. Berdasarkan data jawaban responden ternyata daya beli masyarakat di
Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya rendah, yaitu masih terdapat
konsumen yang pendapatannya masih berada di bawah Rp 1.000.000,-. Hal
ini dibuktikan bahwa 55,6% pedagang menyatakan kondisi pasar inpres
sekarang sepi pengujung.
c. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya belum menentukan harga sewa
kios dan los yang akan dibangun.
d. Menjelang lebaran banyak masyarakat Nagan Raya yang berbelanja ke
Blangpidie karena harga barang lebih murah dari Meulaboh dan Nagan
Raya.

6.1.3. Aspek Ekonomi

a. Metode Payback Period menunjukkan investasi dapat ditutup pada waktu 6


tahun. Hal ini menunjukkan investasi dengan metode payback period
proyek pembangunan pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya
dapat diterima.
b. Metode Net Present Value menunjukkan atau mendapatkan NPV di atas
nul. Hal ini menunjukkan investasi dengan metode Net Present Value
pembangunan pasar Modern Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya dapat
diterima.
c. Metode Benefit and Cost Ratio pada tingkat bunga 9% dan waktu
investasi selama 50 tahun, menunjukkan pembangunan pasar Modern
Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya dapat diterima (B/C ratio > 1).

BAB VI: Penutup Halaman 2 dari 5


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di Aceh Barat
Daya

d. Metode Internal Rate Return menunjukkan proyek masih layak atau dapat
diterima pada bunga sampai dengan 9,41% .
Berdasarkan aspek ekonomi, pembangunan pasar Modern Blangpidie Kabupaten
Aceh Barat Daya akan terjadi perbaikan sebagai berikut :
a. Meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat.
b. Meningkatkan proses pemerataan pendapatan.
c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketergantungan.
d. Mengurangi pengangguran atau menambah kesempatan kerja.
e. Manfaat sosial dan budaya.

6.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah :


a. Semua pihak diharapkan bekerja secara sinergi agar pembangunan pasar Modern
Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya dapat berjalan sesuai dengan jadwal
yang sudah ditentukan, sehingga tidak terdapat kerugian semua pihak.
b. Badan jalan menuju pasar Modern haru diperlebar lagi, sehingga pengunjung dan
pedagang merasa nyaman dalam mengunjungi pasar Modern di masa yang akan
datang.
c. Rencana Penyediaan areal parkir dalam DED Konsultan Perencana dan UKL/UPL
perlu dikoreksi kerena kapasitas untuk kendaraan roda dua direncanakan lebih
kecil, yaitu 286 dan 356 unit untuk kendaraan roda empat, sedangkan fakta
sekarang menunjukkan kendaraan roda jauh lebih besar yaitu sejumlah 447 unit
yang tercatat di Kecamatan Blangpidie atau 2113 unit yang tercatat di Kabupaten
Aceh Barat Daya. Jumlah kendaraan empat empat di Kecamatan blangpidie pada
tahun 2013 tercatat 101 unit atau 382 unit di seluruh kecamatan dalam Kabupaten
Aceh Barat Daya.
d. Perlu dibuat kolam penampungan air limbah yang mengalir dari pasar Modern
sebelum dialirkan ke sungai (Krueng Beukah).
e. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya perlu menyediakan anggaran untuk
membangun gedung kantor pengelola pasar (UPDT) yang lokasinya di samping
Musholla atau dekat Pos Keamanan di area pintu masuk sebelah Timur pasar.

BAB VI: Penutup Halaman 3 dari 5


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di Aceh Barat
Daya

f. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya perlu menyediakan lokasi strategis untuk
bangunan ATM dan bank di luar gedung pasar, agar antrian depan ATM tidak
mengganggu pengunjung ketika beberlanja. Karena untuk kantor pengelolan, bank,
dan ATM tidak ideal dimasukkan dalam cost bangunan pasar. Hal ini untuk
menghindari terjadinya ketidakwajaran penyajian nilai Aset Pemda dalam laporan
keuangan
g. Klasifikasi objek dalam DED perencanaan pembangunan yang mempengaruhi
neraca UPTD Pasar perlu dirincikan secara tepat jumlah nilainya, seperti nilai
bangunan Musholla, Kantor Pengolala, Bank, dan ATM harus dipisahkan dengan
bangunan Pasar seperti yang ditunjukkan pada lampiran 4, karena mempengaruhi
kewajaran nilai aset dalam neraca, walaupun untuk Bank dan ATM disewakan, tapi
objeknya berbeda dengan ruangan pasar. Sewa ruangan diakui sebagai pendapatan
utama pasar dalam PAD, sedangkan sewa oleh bank untuk kantor dan ATM
dikelompokkan pendapatan lain-lain dari operasional pasar yang dimasukkan dalam
PAD. Selain itu, harga sewa untuk kantor bisnis seperti bank dibedakan dengan
harga sewa untuk pedagang.
h. Lerlalu besar ruangan kios dan los dalam DED, oleh karena itu harus dikoreksi agar
pedagang mampu membayar sewa. Jika kios dan los besar, otomatis sewa juga
tinggi, dan pedagang tidak mampu menyewa, akhirnya target PAD tidak mencapai.
i. Perlu menyediaan areal kosong untuk lapak bagi pedagang yang kurang mampu
untuk berjualan seperti, cendol, rujak, escreem, dan yang sejenis lainnya yang
sifatnya tidak permanen.

6.3. Kendala-Kendala

Dalam melakukan analisis kelayakan proyek pembangunan Pasar Modern Blangpidie


ditemukan beberapa kendala sebagai berikut:

a. Tidak tersedianya data pembanding sejenis di kota Blangpidie, sehingga sulit


memprediksikan pendapatan sewa tiap tahun untuk satu unit ruangan tempat usaha
dalam pasar Modern yang akn dibangun.

BAB VI: Penutup Halaman 4 dari 5


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di Aceh Barat
Daya

b. Kurangnya sumber refrerensi yang terkini di perpustakaan Unsyiah, sehingga sulit


memperkaya landasan teori yang terkait dengan tata letak ruangan kios dan los
dalam gedung pasar yang akan dibangun.

c. Pada saat melakukan observasi dan penelitian dilapangan terhambat dengan kondisi
hujan yang kadang-kadang mulai pagi dan kadang-kadang mulai siang sampai
sore.

BAB VI: Penutup Halaman 5 dari 5


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di Aceh Barat
Daya

DAFTAR PUSTAKA

http://mail-chaozkhakycostikcomunity.blogspot.com/2014/03/pengertian-
singkat-dan-ciri-ciri-pasar.html

http://mfile.narotama.ac.id/files/Zakki%20Falani/Magang%20PDF/analisis_k
elayakan.pdf

http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/studi-kelayakan-proyek-konstruksi.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/1955
12041981031 BACHTIAR_HASAN/STUDI_KELAYAKAN
_PROYEK_pak_bahtiar.pdf

Kottler, Philip dan A.B. Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia:


Analisis , Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Eidisi
Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Mudradjad Kuncoro. 2008. Strategi Pengembangan Pasar Modern


dan Tradisional, Gramedia Pustaka Utama.

Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indoensia, Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter, Management, eleventh Ed. (Prentce


Hall, Upper Saddle, New Jersey, 2012

Umar, Husain, 2012. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis


Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi-3, Cetakan
Kesepuluh. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

BUKU DATA/LAPORAN

Kajian Perekonomian Aceh Barat Daya 2010-2014. Badan Pusat Statistik


Kabupaten Aceh Barat Daya. 2014.

Profil Pembangunan Aceh Barat Daya 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Aceh Barat Daya. 2014

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan


(UPL) Pasar Modern Blangpidie. Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan
Koperasi. 2014.

Daftar Pustaka Halaman 1 dari 2


STUDI KELAYAKAN –
Pembangunan Pasar Modern di Aceh Barat
Daya

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang


Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan, dan Toko
Modern

Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.6/2013 Tentang Tabel Masa


Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset
Tetap Pada Entitas

Daftar Pustaka Halaman 2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai