Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN

ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT


MELALUI PENGUATAN UMKM

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(BAPPEDA) Aceh
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, serta Ridha dan Rahmat-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan kajian yang berjudul “Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Melalui Penguatan UMKM”.

Laporan kajian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi


produktivitas UMKM; mengetahui pengaruh kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah
terhadap pertumbuhan ekonomi; serta menyusun strategi kebijakan terhadap pemberdayaan
ekonomi masyarakat melalui penguatan UMKM dalam mendukung pembangunan ekonomi
untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat di Aceh.

Laporan ini juga merupakan dokumentasi dan menjadi masukan-masukan kepada pemerintah
dalam melakukan evaluasi kegiatan kunjungan ke UMKM yang ada di Provinsi Aceh,
berdasarkan data-data valid yang telah dikumpulkan sehingga tepat sasaran.

Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah ikut mendukung dan membantu
proses pelaksanaan kajian ini hingga laporan dapat diselesaikan tepat waktu. SKPA yang telah
memberikan support data yaitu Dinas Koperasi dan UKM, Perindustrian dan Perdagangan dan
penggiat UMKM sehingga laporan ini mampu menjawab permasalahan pemberdayaan di sektor
UMKM.

Kami menyadari bahwa penulisan ini terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan
masukan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini sehingga bisa memberikan manfaat
bagi pemerintah, masyarakat dan pelaku UMKM.

Banda Aceh, Desember 2021


Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh

H. T. AHMAD DADEK, SH, MH


PEMBINA UTAMA MADYA
NIP. 19681129 199403 1 004

i
RINGKASAN EKSEKUTIF

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional. Dapat dilihat dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional. UMKM
menyumbang sekitar 61% dari PDB Indonesia dan menyediakan 97% lapangan pekerjaan bagi
seluruh tenaga kerja Indonesia.

Di tengah usaha memberdayakan UMKM ini, Indonesia menghadapi musibah yang tidak terduga yaitu
munculnya wabah COVID-19. Wabah ini tentu saja memunculkan tantangan baru untuk mendukung
UMKM. Turunnya aktivitas dan pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun global telah berdampak
pada turunnya permintaan masyarakat termasuk untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh UMKM
(Damuri et. al, 2020)

Tidak dapat dipungkiri, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memegang peranan penting
dalam perekonomian, termasuk di Aceh. Berdasarkan skala regional, UMKM mampu memberikan
kontribusi 69,11 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDRB) Aceh. Oleh karena itu perlu
kiranya untuk terus mendalami faktor-faktor yang menyebabkan produktivitas UMKM masih
rendah dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas UMKM dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi inklusif.

Dengan demikian kami merekomendasikan beberapa hal. 1). Pemerintah daerah harus lebih
efektif melaksanakan pelatihan keterampilan terhadap penggiat ekonomi UMKM; 2).
Pemerintah daerah harus menyediakan layanan pengaduan UMKM untuk mengetahui apa yang
sebenarnya dibutuhkan dan kendala yang yang dihadapi oleh penggiat ekonomi UMKM, 3),
Pemerintah daerah harus mempunyai pangkalan data (database); 4). Pemerintah daerah
melakukan pendampingan pelatihan pemasaran pasar digital, membuat platform digital,
e-commerce seperti Tokopedia, Aceh Sale dan platform-platform lainnya; 5).Mendorong pelaku
wirausaha baru dalam mengembangkan kewirausahaan yang bisa bersaing dalam hal
keunggulan kompetitif dan keunggulan Comparatif .

ii
ABSTRAK

Sejak pandemi covid-19, memunculkan tantangan baru bagi UMKM. Permasalahan utama yang
dihadapi UMKM ini adalah turunnya permintaan. Turunnya permintaan masyarakat termasuk
untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh UMKM. Kajian ini bertujuan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM; mengetahui pengaruh kontribusi usaha
mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi; dan strategi kebijakan terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penguatan UMKM.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penggiat ekonomi UMKM pada sentra-
sentra UMKM di Provinsi Aceh. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Dalam purposive sampling, pengambilan sampel dilakukan
hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Sampel penelitian ini adalah
penggiat ekonomi UMKM pada sentra-sentra UMKM yaitu Usaha Mikro dan Kecil (UMK);
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan kabupaten/kota yang tersebar di 5
kabupaten yaitu Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh
Selatan dan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Hasil penelitian menunjukkan, pertama, produktifvitas UMKM dipengaruhi oleh harga,


tenaga kerja, modal dan produksi sedangkan teknologi, pemasaran dan kebijakan pemerintah
belum optimal mempengaruhi produktivitas UMKM di 5 kabupaten/ kota di Aceh; Kedua,
indeks pendidikan sebagai variabel moderating memiliki pengaruh terhadap hubungan antara
teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa indeks pendidikan
memberikan pemanfaatan teknologi bagi pertumbuhan ekonomi; Ketiga, strategi kebijakan
yang ditempuh adalah meningkatkan strategi pemasaran melalui sosial media dengan mengikuti
kemajuan teknologi; meningkatkan kualitas produk dengan melihat daya beli serta permintaan
konsumen; lokasi yang sangat strategis untuk memudahkan masyarakat mengaksesnya;
memberikan pelayanan kepada konsumen yang maksimal; dan meningkatkan variasi produk
yang ada dengan melihat selera atau permintaan konsumen di pasaran.

Kata kunci: Produktivitas, Peranan Pemerintah, Pertumbuhan Ekonomi, Teknologi, Indeks


Pendidikan

iii
ABSTRACT

Since the COVID-19 pandemic, it has created new challenges for UMKM. The main
problem faced by UMKM is the decline in demand. The decline in public demand, including for
products and services produced by UMKM. This study aims to analyze the factors that affect
the productivity of UMKM; determine the influence of the contribution of micro, small and
medium enterprises to economic growth; and policy strategies for community economic
empowerment through strengthening UMKM.

The population in this study is the overall UMKM economic activists in UMKM centers
in Aceh Province. The sampling technique used in this research is purposive sampling. In
purposive sampling, sampling is carried out only on the basis of the consideration of the
researcher who considers the desired elements already exist in the members of the sample taken.
The sample of this research is MSME economic activists in UMKM centers, namely Micro and
Small Enterprises (UMK); The District/City Cooperatives, UKM, Industry and Trade Offices
are spread over 5 districts, namely Pidie District, Pidie Jaya District, Bireuen District, South
Aceh District and Southwest Aceh District.

The results of the study show, first, that UMKM productivity is influenced by prices,
labor, capital and production, while technology, marketing and government policies have not
optimally affected UMKM productivity in 5 districts/cities in Aceh; Second, the education index
as a moderating variable has an influence on the relationship between technology and economic
growth. This shows that the education index provides the use of technology for economic
growth; Third, the policy strategy adopted is to improve marketing strategies through social
media by following technological advances; improve product quality by looking at purchasing
power and consumer demand; a very strategic location to make it easier for the public to access
it; provide maximum service to consumers; and increase the variety of existing products by
looking at the tastes or demands of consumers in the market.

Keywords: Productivity, Role of Government, Economic Growth, Technology, Education Index

iv
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................ ii
ABSTRAK .......................................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Kajian............................................................................................... 6
1.4 Manfaat Kajian............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pemberdayaan ............................................................................ 7
2.2 Pengertian Masyarakat ................................................................................. 8
2.3 Pemberdayaan Masyarakat .......................................................................... 9
2.4 Strategi Pemberdayaan Ekonomi ................................................................. 10
2.5 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ........................................................... 11
2.6 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................................. 12
2.6.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ................. 12
2.6.2 Funsi dan Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ..... 14
2.6.3 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) .......... 14
2.6.4 Aspek-Aspek dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)............................................................................................. 18
2.7 Pertumbuhan Ekonomi................................................................................. 19
2.7.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 19
2.7.2 Pembangunan Ekonomi Daerah ......................................................... 20

v
2.8 Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................................ 22
2.9 Modal ........................................................................................................... 23
2.10 Harga ............................................................................................................ 24
2.11 Produksi ....................................................................................................... 24
2.12 Pemasaran .................................................................................................... 25
2.13 Teknologi ..................................................................................................... 26
2.14 Peranan Pemerintah ..................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Ruang Lingkup Kajian ................................................................................ 28
3.2 Populasi dan Sampel .................................................................................... 28
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 28
3.4 Analisis Kualitatif Deskriptif ....................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 31
4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Aceh........................................................ 31
4.1.2 Gambaran Umum UMKM Aceh ........................................................ 32
4.1.3 Karakteristik Usaha ............................................................................ 32
4.1.4 Karakteristik Tenaga Kerja dan Balas Jasa ........................................ 34
4.1.5 Karakteristik Pengusaha ..................................................................... 37
4.1.6 Karakteristik Kendala dan Pemasaran ................................................ 39
4.2 Karakteristik Responden Penelitian ............................................................. 54
4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ......................... 48
4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 49
4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ................. 50
4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Usaha ............... 50
4.3 Pengujian Asumsi Klasik ............................................................................. 51
4.3.1 Uji Normalitas .................................................................................... 51
4.3.2 Uji Multikolinearitas .......................................................................... 51
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 52

vi
4.4 Menganalisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan
UMKM ......................................................................................................... 53
4.4.1 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM .... 53
4.4.2 Analisis Kontribusi UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......... 54
4.4.3 Analisis Strategi Kebijakan Terhadap Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Melalui Penguatan UMKM ............................................ 58

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 62
5.2 Rekomendasi ............................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Dampak Sektoral dan Distrubisi UMKM....................................................... 3
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan pada Sektor Lapangan Usaha .......................................... 4
Tabel 2.1 Kriteria UMKM.............................................................................................. 13
Tabel 2.2 Jumlah Pengusaha UMKM di Provinsi Aceh ................................................ 16
Tabel 4.1 Banyaknya Usaha dan Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil menurut
Status Pekerja ................................................................................................. 34
Tabel 4.2 Persentase Usaha Mikro dan Kecil dan Rata-rata Jam Kerja per Hari
menurut Jumlah Hari Kerja dalam Sebulan ................................................... 35
Tabel 4.3 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis
Kelamin dan Jenis Tenaga Kerja .................................................................. 36
Tabel 4.4 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis
Kelamin dan Status Pekerja.......................................................................... 37
Tabel 4.5 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama ............. 42
Tabel 4.6 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Badan/Lembaga yang Menjalin
Kemitraan ....................................................................................................... 45
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov .................................................... 51
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................................. 52
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 52
Tabel 4.10 Uji Regresi Linear Berganda (PUMKM) ....................................................... 54
Tabel 4.11 Uji Regresi Linear Berganda (LOGY) ........................................................... 55
Tabel 4.12 Dampak PSBB terhadap Kegiatan Bisnis ...................................................... 56
Tabel 4.13 Matrix Analisis SWOT................................................................................... 60

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Kelompok Sektor Primer, Sekunder Dan Tersier ........................................ 5
Gambar 4.1 Peta Provinsi Aceh ....................................................................................... 31
Gambar 4.2 Jumlah UMKM Provinsi Aceh berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun
2020.............................................................................................................. 32
Gambar 4.3 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Industri (KBLI).... 33
Gambar 4.4 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Besarnya Balas Jasa per
Pekerja Dibayar per Jam .............................................................................. 34
Gambar 4.5 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur ..................................................................... 36
Gambar 4.6 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Tingkat Pendidikan yang
Ditamatkan Pengusaha ................................................................................. 38
Gambar 4.7 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Umur
Pengusaha .................................................................................................... 39
Gambar 4.8 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Sumber Modal ....................... 40
Gambar 4.9 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Sumber Modal Utama ........... 41
Gambar 4.10 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Alasan Utama Tidak
Meminjam dari Bank ................................................................................... 42
Gambar 4.11 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama Bahan
Baku ............................................................................................................. 43
Gambar 4.12 Persentase Usaha Mikro dan Kecil yang Menjalin Kemitraan dengan
Usaha Lain menurut Jenis Kemitraan yang Diterima .................................. 44
Gambar 4.13 Persentase Usaha Mikro dan Kecil yang Menerima Pelayanan/Bantuan
menurut Badan/Lembaga yang Memberi Bantuan ...................................... 46
Gambar 4.14 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Alasan Utama Tidak
Menerima Pelayanan/Bantuan ..................................................................... 46
Gambar 4.15 Persentase Usaha Mikro dan Kecil Menurut Penggunaan Internet ............. 47
Gambar 4.16 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Konsumen Utama .................. 48
Gambar 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ................................... 48
Gambar 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 49
Gambar 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 50
Gambar 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Usaha ........................ 51
Gambar 4.21 Jumlah Omzet .............................................................................................. 56

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan ekonomi merupakan hal penting dalam suatu negara, terutama untuk
peningkatan pendapatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat (Tejasari, 2008). Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar utama perekonomian nasional yang
berwawasan kemandirian memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan.
Krisis ekonomi 1998 menunjukkan hanya sektor UKM yang bertahan dari kesenjangan
ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis yang mengakibatkan
kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit karena bahan
baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar
rupiah terhadap dollar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk turut
memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi
meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM yang sebagian besar
tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah (Departemen Koperasi, 2008).
UMKM terbukti memberikan kontribusi dalam peningkatan perekonomian di Indonesia.
Perekonomian secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan UMKM merupakan usaha yang
konsisten dan mampu berkembang. Fakta menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang
diciptakan oleh kelompok UMKM tersebut jauh lebih banyak dibandingkan tenaga kerja yang
bisa diserap oleh usaha besar. Selain sebagai salah satu alternatif penyediaan lapangan kerja
baru, UMKM berperan baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan sebagai program
pengentasan kemiskinan maupun penyerapan tenaga kerja. Damuri et al., (2020) menyatakan
bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
perekonomian nasional. Lebih dari 99% unit usaha yang ada dapat digolongkan sebagai UMKM
yang menyumbang sekitar 61% dari PDB Indonesia dan menyediakan 97% lapangan pekerjaan
bagi seluruh tenaga kerja Indonesia.
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan bagian
terbesar dalam perekonomian nasional, merupakan indikator tingkat partisipasi masyarakat
dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Produktifitas UMKM selama ini terbukti dapat
diandalkan sebagai pilot pengaman dimasa krisis, melalui mekanisme penciptaan kesempatan
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 1
kerja, mengurangi pengangguran dan mengentaskan Kemiskinan. Peran dan fungsi strategis ini
sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan memerankan UMKM sebagai salah satu pelaku usaha
komplementer bagi pengembangan perekonomian nasional,dan bukan subordinari dari pelaku
usaha lainnya. Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan pemberdayaan dalam bidang
UMKM berarti memperkokoh bisnis perekonomian masyarakat. Hal ini akan membantu
mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional, dan sekaligus sumber dukungan nyata
terhadap pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi pemerintahan (Budi: 2006).
UMKM merupakan potensi bisnis yang sangat digalakkan oleh pemerintah; karena
semakin banyak masyarakat berwirausaha maka semakin baik dan kokohnya perekonomian
suatu daerah karena sumber daya lokal, pekerja lokal, dan pembiayaan lokal dapat terserap dan
bermanfaat secara optimal. Meskipun UMKM memiliki sejumlah kelebihan yang
memungkinkan UMKM dapat berkembang dan bertahan dalam krisis, tetapi sejumlah fakta juga
menunjukkan bahwa tidak semua usaha kecil dapat bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi.
Banyak UMKM mengalami kesulitan untuk mengembalikan pinjaman akibat melonjaknya suku
bunga lokal, selain itu adanya kesulitan dalam proses produksi akibat melonjaknya harga bahan
baku yang berasal dari impor. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi perusahaan kecil
diantaranya adalah pengaruh factor internal dan eksternal (Wang dan Wong, 2004).
Kendati UMKM memberi sumbangan besar pada ekonomi nasional, mereka menghadapi
banyak permasalahan kronis, terpenting di antaranya adalah: (i) akses keuangan dan
pembiayaan, (ii) akses terhadap bahan baku, (iii) akses tenaga kerja dan sumber daya manusia
(SDM), (iv) akses terhadap pasar permintaan dan penawaran, (v) kesukaran dalam proses
pengurusan perizinan, dan (vi) akses untuk mendapatkan pasar. Untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan yang dihadapi UMKM ini, berbagai upaya telah dilakukan meskipun belum dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
Pada saat pandemi Covid-19 sekarang ini permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM
adalah turunnya permintaan. Oleh sebab itu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi baik
secara nasional maupun global. Turunnya permintaan masyarakat untuk produk dan jasa yang
dihasilkan oleh UMKM pada semester pertama tahun 2020 terlihat cukup tajam. Pada sektor
UMKM, dapat dilihat Sektor perdagangan besar dan eceran mengalami penurunan pertumbuhan
ekonomi sebesar minus 12,2% dibandingpkan pertumbuhan tahun lalu, padahal banyak usaha
dari UMKM merupakan usaha yang terkait perdagangan. Begitu juga sektor penyediaan
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 2
akomodasi dan jasa makanan, di mana 17,26% usaha mikro pertumbuhannya turun minus
27,55%.
Pada sektor industri pengolahan sendiri juga telah terkena dampak cukup berat sejak
semester I/2020 dengan penurunan pertumbuhan sebanyak minus 9,73%, namun diperkirakan
akan mengalami penurunan yang lebih dalam lagi pada kuartal berikutnya. Ini tentunya
mengkhawatirkan karena ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2020 masih cenderung dapat
tumbuh dengan baik, kecuali pada dua minggu terakhir bulan Maret di mana pembatasan mulai
dilakukan. Dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. 1 Dampak Sektoral dan Distribusi UMKM


Penurunan Perkiraan
Sektor Mikro Kecil Menengah Growth H2 dampak
(%) (%) (%) (2019-2020) 2020
yoy
Pertanian, Kehutanan, dan -3,14
Perikanan
Pertambangan dan 0,66 0,56 0,45 -2,01
Penggalian
Industri Pengolahan 16,11 21,72 7,83 -9,73
Pengadaan Listrik, 0,11 0,13 0,31 -11,43
Gas, Uap/Air Panas dan
Udara Dingin
Konstruksi 0,77 1,69 8,02 -11,08
Perdagangan Besar & 46,62 44,37 46,88 -12,2
Eceran, Reparasi &
Perawatan Mobil & Sepeda
Motor
Pengangkutan dan 5,29 1,52 6,38 -36,72
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi & 17,26 14,66 4,90 -27,55
Penyediaan Makan
Informasi & Komunikasi 2,51 1,45 2,43 1,28
Aktivitas Keuangan & 0,23 1,22 8,02 -3,46
Asuransi
Real Estate 1,60 0,36 1,82 -3,41
Jasa Perusahaan 1,31 1,76 6,97 -22,03
Jasa lainnya 7,15 10,32 5,60 -45,91
Total Unit Usaha 23.454.969 2.618.720 316.003
Sumber: Sensus Ekonomi 2016, BPS, Bank Indonesia dalam Damuri et all (2021)
Ringan
Sedang
Dalam

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 3


Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka berdampak juga terhadap laju perekonomian Aceh.
Pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 pada sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan
negatif, yaitu sektor lapangan usaha “perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan
mobil dan sepeda motor” mengalami minus 5,34 persen; sektor lapangan usaha “penyediaan
akomodasi dan makan minum” mengalami minus 7,63 persen, sedangkan pada sektor lapangan
usaha “industri pengolahan” mengalami minus 4,43 persen (Tabel 1.2).

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan pada Sektor Lapangan Usaha

Sektor 2018 2019 2020


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,03 3,39 3,47
Pertambangan dan Penggalian 6,66 5,91 8,23
Industri Pengolahan 8,26 -1,10 -4,43
Pengadaan Listrik, Gas 7,48 6,95 2,78
Pengadaan air 7,19 24,20 -2,87
Kontruksi 2,74 5,16 10,61
Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi & Perawatan 4,05 3,01 -5,34
Mobil & Sepeda Motor
Pengangkutan dan Pergudangan 2,67 2,96 -28,44
Penyediaan Akomodasi & Penyediaan Makan 8,28 6,73 -7,63
Informasi & Komunikasi 2,23 5,26 11,98
Jasa Keuangan 0,87 12,58 0,55
Real Estate 6,09 6,87 -1,19
Jasa Perusahaan 6,61 5,83 -3,19
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 6,28 3,18 -3,31
Sosial
Jasa Pendidikan 7,94 8,65 3,47
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,79 7,52 4,48
Jasa Lainnya 5,33 7,24 1,47
Sumber: BPS, 2021

Gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi menurut kelompok sektor atau lapangan


usaha yaitu sektor primer, sektor sekunder dan tersier. Sektor primer di Aceh tercatat sebesar
11,7 persen. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh naiknya PDRB sub sektor pertambangan dan
penggalian, sementara PDRB sub sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami sedikit
peningkatan. Sektor sekunder tercatat sebesar 6,09 persen, dengan PDRB sub sektor seperti
industri pengolahan; pengadaan listik, gas; dan pengadaan air mengalami penurunan.
Peningkatan terjadi pada PDRB sub sektor kontruksi.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 4


Lain halnya dengan sektor tersier sebesar minus 27,15 persen, dimana pertumbuhan
negatif (penurunan) di enam PDRB sub sektor yaitu perdagangan besar dan eceran dan reparasi
mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyedia akomodasi dan makan minum;
real estate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial.
Pertumbuhan positif terjadi pada PDRB sub sektor informasi dan komunikasi; jasa keuangan;
jasa pendidikan;jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan dan jasa lainnya.
Dengan membandingkan ketiga sektor utama tersebut, laju pertumbuhan sektor primer
lebih dominan dari laju pertumbuhan sektor sekunder dan tersier (Gambar 1.1). Pesatnya
pertumbuhan sub sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tercermin dari cukup besarnya
berkontribusi terhadap PDRB yaitu sebesar 35,44 persen.

Primer
11,7%

Tersier Sekunder
27,15% 6,09%

Primer Sekunder Tersier

Gambar 1.1 Kelompok Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian kajian


“Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui penguatan UMKM menuju Digitalisasi”
dalam mendukung pembangunan ekonomi dan tercapainya kesejahteraan di Aceh.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan masalah yang dideskripsikan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah
untuk penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM?
2. Bagaimana pengaruh kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan
ekonomi?

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 5


3. Bagaimana strategi kebijakan terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
penguatan UMKM dalam mendukung pembangunan ekonomi untuk tercapainya
kesejahteraan masyarakat di Aceh?

1.3 Tujuan Kajian


Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM.
2. Mengetahui pengaruh kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan
ekonomi.
3. Menyusun strategi kebijakan terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
penguatan UMKM dalam mendukung pembangunan ekonomi untuk tercapainya
kesejahteraan masyarakat di Aceh.

1.4 Manfaat Kajian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan bagi pemerintah, terutama untuk menentukan pengalokasian anggaran
yang efektif dan efisien dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penguatan UMKM
agar perekonomian Aceh menjadi lebih baik.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemberdayaan


Secara bahasa, kata ‘berdaya’ bermakna “berkemampuan, bertenaga, berkekuatan”. Kata
‘daya’ bermakna “kesanggupan untuk melakukan, kesanggupan untuk berbuat kegiatan”. Jadi
pemberdayaan merupakan kemampuan, tenaga, dan kekuatan yang harus ditingkatkan secara
maksimal untuk mengembangkan kemampuan itu sendiri agar mandiri (Sabirin, 2012).
Menurut Nakley dan Marsden (dalam Hikmat, 2006), pemberdayaan mengandung makna
dua kecondongan, pertama, kecondongan primer adalah suatu cara pemberdayaan yang
menekan pada cara memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau keahlian
kepada masyarakat agar manusia yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Kedua,
kecondongan sekunder menekan pada cara menstimulasi, mendorong atau menyemangati agar
manusia mempunyai keahlian atau keberdayaan untuk menentukan apa yang akan menjadi
pilihan dalam hidupnya melalui cara dialog.
Pemberdayaan merupakan metode dimana manusia, lembaga dan perkumpulan diarahkan
agar mampu menguasai atau menghidupi kehidupannya (Suharto, 2005). Intinya, mencakup tiga
hal yaitu, pengembangan, memperkuat potensi atau daya dan terciptanya kemandirian. Bertolak
dari penjelasan ini, bermakna pemberdayaan tidak hanya terjadi pada masyarakat yang tidak
memiliki keahlian, akan tetapi juga pada masyarakat yang masih terbatas, dapat dilanjutkan
hingga tercapai kemandirian (Sulistiyani, 2004).
Pemberdayaan adalah cara untuk menciptakan atau menambah daya dan kedudukan
masyarakat. Dalam persepsi ini turut aktif terlibat dan ikut dalam kegiatan tersebut (Destiana,
Suryatman, dan Setiowati, 2016). Konsep pemberdayaan merupakan model baru dalam
pembangunan masyarakat yang mengkaitkan masyarakat dalam berbagai kegiatan
pembangunan baik dalam perencanaan, implementasi atau penerapan maupun penilaian
(Arsiyah, Ribawanto, dan Sumartono, 2009).
Lebih lanjut, Suwondo (2002) menyampaikan bahwa pemberdayaan terdapat tujuan, yaitu
pertama meningkatkan sumber daya masyarakat dalam penguatan kelembagaan, organisasi
sosial ekonomi melalui sosialisasi, pembinaan pelatihan keterampilan. Kedua, mewujudkan
masyarakat dengan peran keswadayaan dari masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Ketiga,
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 7
meningkatkan kesejahteraan mengurangi masyarakat miskin dengan mengembangkan sistem
perlindungan sosial dan bantuan dukungan.
Dwidjowijoto dan Wrihatnolo (2007) dalam pengertian konvensional, konsep
pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung dua pengertian yaitu: a). To
give power autority to mengalihkan kekuatan, atau pihak lain; b). To give ability to atau
to enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau pemberdayaan. Konsep pemberdayaan
yang sesuai dengan penelitian ini adalah to give ability to atau to enable, usaha untuk
memberi kemampuan atau keberdayaan. Karena strategi ini dimaksudkan agar UMKM
tersebut menjadi mampu bersaing dan lebih berdaya guna.
Sejalan dengan hal diatas, Nikmatullah (2013) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah
suatu kondisi yang memungkinkan orang merasa mampu, memiliki, daya berinisiatif dan
mampu melaksanakan tugas serta memberikan kekuatan bagi motivasi pribadi. Pemberdayaan
dapat berasal dari diri sendiri, teman sejawat atau teman sekerja serta dari pimpinan atau atasan.
Jadi pemberdayaan merupakan usaha untuk ke arah yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.

2.2 Pengertian Masyarakat


Menurut Harton (dalam Waluya, 2009), masyarakat adalah suatu perkumpulan manusia
baik individu maupun kelompok yang mandiri yang hidup bersama-sama dalam jangka waktu
yang cukup lama, yang tinggal di suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama serta
melakukan berbagai kegiatan bersama-sama dalam kelompok manusia tersebut.
Soekanto (2007) mengemukakan bahwa hakekatnya, masyarakat memiliki kesamaan isi
yaitu bahwa masyarakat memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
a. Manusia hidup bersama-sama, dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang pasti ataupun angka
pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada di suatu wilayah, tetapi secara
teoritis angka paling sedikitnya adalah dua orang yang hidup bersama-sama.
b. Bercampur untuk waktu yang lama. Gabungan dari masyarakat tidaklah sama dengan
gabungan benda-benda mati seperti kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena itu dengan
bergabungnya masyarakat akan timbul masyarakat baru yang akan mengatur hubungan
antara manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka merupakan suatu kesatuan. Dalam arti yang lebih sempit masyarakat disebut pula
kesatuan sosial yang mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat antara satu sama lain.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 8
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama yang akan
menimbulkan kebudayaan yang sama, maka setiap anggota kelompok akan merasa dirinya
terikat antara satu dengan yang lainnya.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memulihkan atau meningkatkan
keberdayaan dalam suatu kelompok masyarakat agar mampu berbuat sesuai dengan harkat dan
martabat dengan melaksanakan hak-hak, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab sebagai
perkumpulan manusia dan warga negara (Harahap, 2012). Sejalan dengan pendapat tersebut,
Zubaedi (2013) menyatakan juga bahwa pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai
upaya untuk meningkatkan potensi, harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang
dalam kondisi miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan, hingga menjadi masyarakat yang mandiri.
Keberdayaan dalam lingkungan masyarakat adalah kemampuan individu atau kelompok
yang bersenyawa dalam suatu masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang
bersangkutan. Memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu menjadi mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan (Suharto, 2010).
Setiap upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yaitu merujuk pada tingkatan
keterampilan dan kemampuan manusia, khususnya kepada kelompok yang rentan dan lemah
sehingga mereka memiliki keterampilan, kemampuan serta kekuatan untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Tiga pokok utama dalam setiap pemberdayaan masyarakat disebut dengan
tri bina, yaitu bina manusia, bina usaha dan bina lingkungan (Mardikanto dan Soebianto, 2013).
Lebih lanjut, pemberdayaan ekonomi adalah penguatan penguasaan distribusi dan
pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan dan menghasilkan upah/gaji yang cukup,
penguatan masyarakat untuk mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
secara menyeluruh baik dari aspek masyarakatnya sendiri maupun dari aspek kebijakannya
(Hutomo, 2000).
Pemberdayaan ekonomi merupakan suatu usaha yang menjadikan ekonomi agar berdaya
tinggi, kuat dan modern, dengan harapan masyarakat mampu untuk mencukupi kebutuhannya

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 9


sehari-hari, dan pemberdayaan ekonomi sangat memperioritaskan pada sumber daya manusia
dan sumber daya alam.
Capaian keberhasilan dalam usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat memerlukan
faktor pendorong yang dapat mendorong terjadinya pemberdayaan. Faktor pendorong agar
terjadinya pemberdayaan ekonomi adalah sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia
Pengembangan sumber daya manusia adalah salah satu komponen yang penting dalam setiap
program pemberdayaan ekonomi.
b. Sumber daya alam
Sumber daya alam adalah salah satu sumber daya pembangunan yang sangat penting dalam
proses pemberdayaan ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
c. Permodalan
Permodalan adalah salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat pada umumnya.
Namun ada hal yang perlu diperhatikan dalam aspek permodalan yaitu, bagimana pemberian
modal tidak menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat serta dapat mendorong usaha
mikro, usaha kecil maupun usaha menengah supaya dapat berkembang kearah yang lebih
maju.
d. Prasarana produksi dan pemasaran
Pendorong produktivitas dan tumbuhnya usaha diperlukan prasarana produksi dan
pemasaran. Jika hasil produksi tidak dipasarkan maka usaha akan sia-sia. Maka dari itu
komponen penting lainnya dalam pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi adalah
tersedianya prasarana produksi dan pemasaran.

2.4 Strategi Pemberdayaan Ekonomi


Pemberdayaan ekonomi yang efektif dan efisien diperlukan strategi yang bagus dan yang
sesuai, agar masyarakat memperoleh hasil yang maksimal. Strategi pemberdayaan serta
pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu upaya pengembangan masyarakat. Ada
dua strategi yang dapat diterapkan menurut (Mardikanto dan Soebianto, 201) yaitu:
a. Peningkatan akses ke dalam aset produksi (productive assets): bagi masyarakat yang masih
dominan dalam ekonomi rakyat, modal produktif yang utama adalah tanah. Di samping itu
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 10
akses masyarakat produktif kepada lingkungan hidup yang sehat dan tidak mencemari
lingkungan akan mengurangi sebab dan menambah produktivitas masyarakat. Akses ke
dalam modal harus diartikan sebagai keterjangkauan, yang memiliki sisi pertama, ada pada
saat diperlukan, kedua, dalam jangkauan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk
memanfaatkannya.
b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat sebagai produsen dan
penjualan, posisi kekuatan rakyat sangatlah lemah. Mereka adalah price taker karena
jumlahnya yang sangat banyak dengan pangsa pasar masing-masing yang sangat kecil.
Dalam operasionalnya mereka biasa menghadapi kekuatan usaha besar yang melalui
persaingan yang tidak seimbang akan mengambil keuntungan yang lebih besar. Akibatnya
tidak ada insentif untuk meningkatkan mutu dan kualitas karena kekuatan dari peningkatan
mutu justru akan ditarik oleh usaha besar. Karenanya kualitas dan tingkat keterampilan
rendah menjadi karakteristik dari ekonomi rakyat.

2.5 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat


Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan
dan fokus yang menjadi perhatian utamanya. Untuk mengetahui tujuan dan fokus pemberdayaan
ekonomi masyarakat secara operasional, maka perlu mengetahui indikator-indikator
keberhasilannya agar program pemberdayaan ekonomi masyarakan dapat dijalankan secara
optimal.
Keberhasilan suatu pemberdayaan bukan hanya dilihat dari segi fisik maupun ekonomi,
tetapi juga dari segi psikologis dan sosial, indikator keberhasilannya adalah:
a. Memiliki sumber pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri serta
keluarga, misalnya mampu membeli beras, minyak goreng, ikan, sayur, sampo, sabun dan
lain sebagainya.
b. Mampu mengemukakan pendapat di dalam keluarga maupun dalam masyarakat umum,
misalnya mengemukakan pendapat terkait gotong royong, renovasi rumah, pembelian hewan
ternak dan lain sebagainya.
c. Memiliki mobilitas yang cukup luas dengan pergi ke luar rumah atau luar wilayah tempat
tinggalnya seperti bioskop, pasar, fasilitas medis, rumah ibadah dan lain sebagainya.
d. Mampu bekerja sama dalam kehidupan sosial, missal kampanye atau aksi-aksi sosial lainnya.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 11
e. Mampu membuat keputusan dan menentukan pilihan-pilihan hidupnya (Suharto, 2007).

2.6 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)


2.6.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Banyak istilah yang muncul dalam hubungannya dengan UMKM, seperti Kambewa dan
Tekere (2007) menyatakan bahwa UMKM adalah berdasarkan tiga parameter yaitu besarnya
modal, jumlah karyawan dan omset. Sejalan dengan hal tersebut, Aremu dan Adeyemi (2011)
juga menjelaskan tiga parameter umum yang digunakan oleh sebagian besar negara, salah satu
kombinasi dari besarnya asset/modal dan penggunaan mesin/teknologi; jumlah pekerja yang
bekerja; dan volume produksi atau omset bisnis/usaha).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan,
dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PP UMKM) telah
diterbitkan oleh pemerintah bersama 48 peraturan pelaksana lainnya dari Undang-Undang No.
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) pada 16 Februari 2021 lalu.
PP UMKM tersebut mengubah beberapa ketentuan yang sebelumnya telah diatur di dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UU UMKM).
Salah satunya adalah aturan terkait kriteria UMKM itu sendiri.
Kriteria UMKM yang baru diatur di dalam Pasal 35 hingga Pasal 36 PP UMKM.
Berdasarkan pasal tersebut, UMKM dikelompokkan berdasarkan kriteria modal usaha atau hasil
penjualan tahunan. Kriteria modal usaha digunakan untuk pendirian atau pendaftaran kegiatan
UMKM yang didirikan setelah PP UMKM berlaku. Kriteria modal tersebut terdiri atas:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp. l.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 12


Sedangkan bagi UMKM yang telah berdiri sebelum PP UMKM berlaku, pengelompokkan
UMKM dilakukan berdasarkan kriteria hasil penjualan tahunan. Kriteria hasil penjualan tahunan
terdiri atas:
a. Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan paling banyak Rp.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
b. Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah)
c. Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 15.000.000.000,00 (lima
belas miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).
Nilai nominal kriteria di atas dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian.
Selain kriteria modal usaha dan hasil penjualan tahunan, kementerian/lembaga negara dapat
menggunakan kriteria lain seperti omzet, kekayaan bersih, nilai investasi, jumlah tenaga kerja,
insentif dan disinsentif, kandungan lokal, dan/atau penerapan teknologi ramah lingungkan
sesuai dengan kriteria setiap sektor usaha untuk kepentingan tertentu (Pasal 36 PP UMKM).
Kriteria UMKM dalam Pasal 6 UU UMKM diatur berbeda secara signifikan dalam PP
UMKM. Sebagai perbandingan, berikut ini adalah perbedaannya seperti Tabel 3 dibawah ini:

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

INDIKATOR UU UMKM PP UMKM


Pengelompokan UMKM dikelompokkan berdasarkan UMKM dikelompokkan berdasarkan
UMKM kekayaan bersih atau hasil penjualan kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan. Kekayaan bersih ialah tahunan. Kekayaan bersih ialah
jumlah aset setelah di kurangi jumlah aset setelah di kurangi dengan
dengan hutang atau kewajiban. hutang atau kewajiban.
Kekayaan Bersih 1. Usaha Mikro: paling banyak 1. Usaha Mikro: paling banyak Rp1
atau Modal Rp50 juta miliar
Usaha 2. Usaha Kecil: lebih dari Rp50juta 2. Usaha Kecil: lebih dari Rp1miliar
– paling banyak Rp500juta – paling banyak Rp5miliar
3. Usaha Menengah: lebih dari 3. Usaha Menengah: lebih dari
Rp500juta – paling banyak Rp5miliar– paling banyak
Rp10miliar Rp10miliar
Diluar tanah dan bangunan tempat Diluar tanah dan bangunan tempat
usaha. usaha.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 13


Hasil Penjualan 1. Usaha Mikro: paling banyak 1. Usaha Mikro: paling banyak Rp2
Tahunan Rp300juta miliar
2. Usaha Kecil: lebih dari 2. Usaha Kecil: lebih dari Rp2
Rp300juta – paling banyak miliar – paling banyak
Rp2,5miliar Rp15miliar
3. Usaha Menengah: lebih dari 3. Usaha Menengah: lebih dari
Rp2,5miliar – paling banyak Rp15miliar – paling banyak
Rp50miliar. Rp50miliar.
Sumber: UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dan PP No. 7 Tahun 2021 Tentang UMKM

2.6.2 Fungsi dan Peranan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Fungsi dari usaha mikro, kecil dan menengah secara mikro adalah sebagai penemu dan
sebagai perencana. Sementara itu, usaha mikro, kecil dan menengah secara makro adalah
sebagai penunjang pembangunan suatu negara, sebagai penggerak, pengendali dan pelopor
dalam pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara. Berikut ini beberapa peran usaha kecil
dan mikro di negara berkembang yang dikemukakan oleh Liedholm (2002) dan Bery dkk (2001)
diantaranya adalah:
a. Membantu kemajuan pembangunan ekonomi;
b. Meningkatkan kesempatan kerja;
c. Pemutar gerak roda ekonomi;
d. Penghasil devisa;
e. Meningkatkan produktivitas;
f. Berkontribusi dalam fungsi sosial;
g. Pendorong munculnya usaha-usaha baru;
h. Basis perkembangan usaha.

2.6.3 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Anderson (1982) melalui tiga
buah fase pertumbuhan yang ditentukan berdasarkan data yang diperoleh dari pengalaman
negara maju. Ketiga fase tersebut dapat menjelaskan perkembangan usaha dilihat dari struktur
skala usaha di sektor industri berdasarkan wilayah dan waktu di negara yang sedang
berkembang. Tiga fase tersebut adalah:

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 14


1. Fase Pertama
Fase pertama ini diawali dengan fase pertumbuhan industri, dengan masih banyak usaha
yang bergerak dalam bidang ekonomi agraris. Pada fase ini, usaha mikro mulai muncul dan
sering disebut sebagai industri rumah tangga dengan mayoritas bidang usahanya berupa industri
pakaian jadi, makanan dan minuman, bahan-bahan bangunan sederhana, serta kerajinan lainnya.
Pemilihan bidang usaha ini dikarenakan sedikitnya modal yang diperlukan untuk memulai
usaha, mudahnya mendapatkan bahan baku dan proses pengerjaan. Usaha mikro pada fase
pertama ini rata-rata menyuplai berbagai kebutuhan kegiatan pertanian dan mengolah hasil
pertanian seperti memproduksi makanan dan minuman. Mayoritas kegiatan produksi dilakukan
oleh perempuan dengan bekerja paruh waktu dan dilakukan dirumah pemilik usaha. Pemilik
atau pelaku usaha mikro pada fase ini rata-rata tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi.
Lokasi usaha mikro ini mayoritas berada di pedesaan dan bekerja secara berdampingan dengan
beberapa usaha besar milik negara asing atau BUMN yang berlokasi di kota-kota besar.

2. Fase Kedua
Fase kedua ini dialami oleh pelaku-pelaku usaha yang berada di wilayah yang lebih
berkembang dari fase pertama dengan pendapatan per kapita lebih tinggi. Fase kedua ini
melahirkan usaha yang disebut sebagai usaha keci dan menengah yang merupakan hasil
perkembangan dari usaha mikro. Usaha-usaha mikro yang bergerak dalam bidang manufaktur
pada fase ini mulai tergeser dan diambil alih oleh usaha kecil dan menengah. Kegiatan ekspansi
yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah terhadap usaha mikro ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah adanya kegiatan urbanisasi, banyaknya pebisnis yang
merekrut karyawan, dan berubahnya sistem jual beli barte dengan sistem cash market. Sistem cash
market ini merupakan sistem jual beli yang transaksinya dilakukan dengan menggunakan uang
seperti yang berlaku sampai saat sekarang (Steel, 1979).

3 Fase Ketiga
Fase terakhir ini adalah fase pembangunan di mana sudah muncul usaha-usaha besar yang
menggeser peran Usaha Kecil dan Menengah dalam kegiatan perekonomian di berbagai bidang
industry. Peluang-peluang yang melahirkan kesempatan munculnya usaha besar pada fase ini
menurut Anderson (1982) adalah produk dari fase kedua. Fase ketiga ini ditandai dengan
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 15
beberapa ciri-ciri di antaranya adalah perkembangan skala usaha dari usaha kecil menengah
menjadi usaha besar dan usaha besar melakukan perluasan skala produksi. Ekspansi yang
dilakukan oleh usaha besar tidak sepenuhnya berasal dari peningkatan skala usaha menengah,
akan tetapi terdapat usaha besar yang perkembangannya tidak melalui pertumbuhan skala usaha,
melainkan memang langsung dirancang untuk menjadi usaha dengan skala besar.
Berdasarkan data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, jumlah usaha mikro, kecil dan
menengah di Provinsi Aceh semakin meningkat dari tahun ke tahun terutama usaha dalam skala
mikro. Dari Tabel 4 mengenai jumlah pengusaha di Aceh, dapat dilihat bahwa jumlah usaha mikro
mengalami peningkatan sebesar 605 unit meski mengalami fluktuasi di tahun sebelumnya.
Kondisi ini tentunya merupakan suatu hal yang positif dan perlu mendapatkan perhatian
pemerintah agar jumlah usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia dapat terus meningkat dari
tahun ke tahun.

Tabel 2.2 Jumlah Pengusaha UMKM di Provinsi Aceh

Tahun
Jenis Usaha 2018 2019 2020
Mikro 233 211 605
Kecil Menengah 5869 4188 3717
Besar 140 79 130
Sumber: Disperindag, 2021

Dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha kecil dan mikro dan ekonomi rakyat,
terdapat dua buah tiang utama yaitu tegaknya sistem dan mekanisme pasar yang sehat dan
berfungsinya tatanan kelembagaan atau regulasi pemerataan ekonomi yang efektif. Di samping
itu, diperlukan pula kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung dan usaha yang perlu
memperhatikan kualitas proses produksi. Perkembangan usaha kecil dan mikro tidak dimungkiri
sangat bergantung pada beberapa permasalahan klasik, diantaranya adalah sulitnya akses untuk
mendapatkan modal, sulitnya mendapatkan peluang usaha, banyaknya masalah yang dihadapi saat
proses produksi, sebaiknya mendapatkan jaringan dan relasi bisnis, sulitnya memasarkan produk
dan masih banyak lagi. Dalam mengatasi permasalahan diatas, terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi perkembangan UMKM di antaranya adalah:

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 16


a. Perbaikan Sistem Manajemen pada UMKM
Faktor penting yang biasanya masih diabaikan oleh pemilik usaha kecil dan mikro adalah
perencanaan bisnis di awal sebelum memulai menjalankan bisnis dan pengelolaan seluruh sumber
daya yang tentunya berbeda dengan pengelolaan/manajemen di perusahaan besar. Apabila
pengelolaan sumber daya telah dijalankan dengan baik maka hal ini akan berdampak pada
pengambilan keputusan yang tepat bagi pemilik usaha.

b. Perkembangan Teknologi
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, mayoritas usaha mikro adalah usaha
yang dilakukan sendiri tanpa mempekerjakan orang lain atau lebih dikenal dengan istilah self-
employment sehingga seluruh pekerjaan diatasi oleh pemilik usaha tersebut. Kondisi ini semakin
didukung dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi yang memudahkan pengusaha dalam
mengontrol seluruh keperluan bisnisnya sendiri dengan memanfaatkan teknologi dan jumlah
pengusaha mikro juga semakin meningkat.

c. Produk UMKM
Produk yang dihasilkan oleh usaha kecil dan mikro sebagian besar merupakan produk yang
dibutukan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah meskipun tidak menutup kemungkinan
juga menghasilkan produk unik sehingga menjangkau niche market dan masyarakat kalangan
menengah ke atas. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya memiliki persoalan-persoalan
yang hampir sama dengan negara berkembang lainnya yaitu jumlah penduduk menengah ke
bawah yang lebih besar dari pada jumlah penduduk menengah ke atas. Di samping itu, mayoritas
penduduk Indonesia bersifat konsumstif. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi pengusaha
mikro, kecil dan menengah dalam memasarkan produknya. Berdasarkan data yang diperoleh oleh
BPS, usaha kecil dan mikro di Indonesia banyak yang bergerak dalam sektor industri makanan.
Pada tahun 2014, tercatat bahwa jumlah usaha kecil dan mikro yang bergerak dalam sektor
industri makanan sebanyak 1.125.425, sedangkan usaha besar yang terjun ke dalam sektor industri
makanan pada tahun 2014 hanya berkisar 5.852. Sektor industri makanan merupakan sektor
strategis yang sangat menguntungkan bagi usaha kecil dan menengah sehingga ide-ide kreatif
selalu bermunculan untuk menghasilkan produk yang menarik minat konsumen.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 17


2.6.4. Aspek-aspek dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Rudjito (2010) mengungkapkan setidaknya ada empat aspek utama yang menjadi alasan
mengapa UMKM memiliki peran strategis, yaitu:
a. Aspek Manajerial, yaitu meliputi: peningkatan produktivitas/ omzet/tingkat
utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan pengembangan sumber
daya manusia.
b. Aspek permodalan, yaitu meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN
dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimu 20%) dari portofolio
kredit bank kemudahan kredit.
c. Pengembangan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem, seperti keterkaitan
hulu-hilir atau hilir-hulu, modal ventura, dan subkontrak
d. Pengembangan sistem sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK
(Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil) yang didukung UPT (Unit
Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri)
e. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (kelompok Usaha
Bersama), Kopinkra (Koperasi Industri Kecil dan Kerajiinan).
UMKM selain memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga kerja, juga sebagai mediasi
proses industrialisasi suatu negara. Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki
peran: (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar,
(3) pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat; (4)
pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca pembayaran
(Departemen Koperasi dan UMKM, 2008). Oleh karena itu pemberdayaannya harus dilakukan
secara terstruktur dan berkelanjutan, dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing, serta
menumbuhkan wirausahawan baru yang tangguh.
Hal ini sejalan dengan Ayyagari et. al., (2013) yang berpendapat bahwa UMKM selalu
menjadi tipikal bisnis yang dominan. Pelaku saha pada kategori ini memiliki kontribusi yang cukup
beragam terhadap GDP, namun selalu memiliki nilai signifikan dalam menyerap tenaga kerja.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 18


2.7 Pertumbuhan Ekonomi
2.7.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut.
Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai rill, artinya diukur dalam harga konstan. Hal itu
juga menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut.
Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah
tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir
ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah (Richardson, 1991).
Menurut Sirojuzilam (2008), perbedaan pokok antara analisis pertumbuhan perekonomian
nasional dan analisis pertumbuhan daerah adalah bahwa yang dititikberatkan dalam analisis
tersebut belakangan adalah perpindahan faktor. Kemungkinan masuk dan keluarnya arus
perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan
ekonomi regional. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila
memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan memiliki keuntungan
komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan kegiatan
produksi dan perdagangan.
Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu sistem
ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah lain melalui arus perpindahan
faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas. Pembangunan dalam suatu wilayah akan
mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah lain
yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dari
wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta interrelasi
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Adapun
macam-macam teori pertumbuhan wilayah adalah sebagai berikut (Tarigan, 2004):
a. Teori Ekonomi Klasik, sistim ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa
ekonomi dalan kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai
tercapai posisi stationer (stationary state). Teori ini membahas tentang kebebasan seluas
luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang dirasa paling baik dilakukan.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 19


b. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional, faktor-faktor produksi atau hasil produksi yang
berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah
kebocoran–kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasi dapat
membantu dalam menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di
daerah tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan
ke daerah-daerah lain yang tercemin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga
kerja melebihi dari apa yang yang diserap oleh kesempatan kerja lokal maka migrasi neto
dapat menyeimbangkannya.
c. Teori pertumbuhan Neo-klasik, teori ini sering disebut dengan teori Solow-Swan yang
menyatakan bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan
sehingga pemerintah tidak perlu terlalu mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya
sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Suatu daerah akan mengimpor modal jika
tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal.
Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL) adalah fungsi langsung tapi
bersifat terbalik dari marginal productivity of capital (MPK). Hal ini bisa dilihat dari nilai
rasio modal tenaga kerja.
d. Teori Jalur Tepat (Turnpike), setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditi apa yang
memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan secara cepat, baik karena potensi alam
maupun sektor potensi itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan.

2.7.2 Pembangunan Ekonomi Daerah


Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut: pertama,
mengembangkan lapangan kerja bagi penduduk yang ada sekarang. Kedua, mencapai
peningkatan ekonomi daerah. Ketiga, mengembangkan basis ekonomi dan kesempatan kerja
yang beragam.
Sirojuzilam (2008) mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang
bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan
struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi
ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi
yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti mengenai penggunaan
sumberdaya-sumberdaya yang ada. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 20
daerah dapat dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang didalamnya terdapat
berbagai unsur yang berinteraksi satu dengan yang lain. Beberapa teori pembangunan daerah
antara lain (Aryad, 1999):
a. Teori Ekonomi Neo Klasik, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan
daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor-faktor produksi. Artinya sistem
perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah jika modalnya bisa mengalir tanpa
restriksi atau pembatasan. Biasanya modal akan mengalir dari daerah yang mempunyai upah
yang tinggi ke daerah dengan upah yang rendah.
b. Teori Basis Ekonomi, teori ini menyatakan bahwa faktor utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah berhubungan dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal dengan orientasi eksporakan
menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja. Dalam teori ini dijelaskan
bahwa perekonomian daerah dibagi menjadi dua yaitu (1) Sektor basis: sektor perekonomian
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan kebutuhan daerah lain
maupun ekspor (2) Sektor non basis: sektor perekonomian yang hanya dapat digunakan untuk
memenuhi daerah sendiri. Kelemahan teori ini adalah perekonomian didasarkan pada
permintaan eksternal, yang dapat menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
kekuatan-kekuatan pasar secara nasional maupun global.
c. Teori Lokal, lokasi merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Hal ini sesuai jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan
cenderung meminimumkan biaya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan
peluangnya untuk mendekati pasar danbahan baku.
d. Teori Tempat Sentral, teori ini menganggap bahwa ada hirarki tempat. Setiap tempat sentral
didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya. Tempat
sentral merupkan suatu pemukiman yang menyediakan jasajasa bagi penduduk daerah yang
mendukungnya.
e. Teori Kausasi Kumulatif, kondisi daerah-daerah di sekitar kota yang semakin buruk
merupakan konsep dasar dari teori kausatif kumulatif. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung
memperparah kesenjangan antara daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju akan megalami
akumulasi kenggulan kompetitif dibanding daerahdaerah yang terbelakang. Hal ini oleh
Myrdal disebut sebagai backwash effects.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 21
f. Teori Daya Tarik Industri, dalam teori ini dinyatakan bahwa suatu masyarakat dapat
memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan insentif.

2.8 Penyerapan Tenaga Kerja


Penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas tenaga kerja yang
dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah tenaga kerja yang diminta
karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan
kemudian dijual kepada konsumen. Adanya pertambahan permintaan perusahaan terhadap
tenaga kerja bergantung kepada pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang
diproduksi (Simanjuntak, 2001).
Sudarsono (1988) menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga kerja ini
dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari
perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-
barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi.
Usaha perluasan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja dapat dilakukan dengan
dua cara: a. Pengembangan industri yaitu jenis industri yang sifatnya padat karya yang dapat
menyerap relatif banyak tenaga kerja dalam industri termasuk industri rumah tangga. b. Melalui
berbagai proyek pekerjaan umum, misalnya pembuatan saluranair, bendungan, jembatan.
Dalam hal memaksimumkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah
karyawan yang dapat dipekerjakannya. Sebagai bahan pertimbangan, suatu perusahaan perlu
memperkirakan tambahan hasil (output) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan
penambahan seorang karyawan yang disebut tambahan hasil marginal atau marginal physical
product dari karyawan (MPP). Lalu menghitung pengembalian dari adanya tambahan hasil
marginal yang disebut penerimaan marginal atau marginal revenue, yaitu nilai dari MPP
dikalikan dengan harganya per unit.
Penyerapan tenaga kerja pada dasarnya tergantung dari besar kecilnya permintaan tenaga
kerja. Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu
perusahaan menyerap sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan satu produk. Kemampuan
untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu dengan sektor yang lain.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 22
Kuncoro (2002), mengemukakan bahwa penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya
lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja.
Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya
penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu,
penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.
Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja meliputi tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal, serta
pengeluaran tenaga kerja non upah.

2.9 Modal
Frianto (2012) mengemukakan bahwa modal merupakan uang yang ditanamkan oleh
pemiliknya sebagai pokok untuk memulai usaha meupun untuk memperluas besar usahanya
yang dapat menghasilkan sesuatu guna menambah kekayaan. Sejalan dengan pendapata diatas,
Bambang (dalam Purwanti, 2012) juga menyampaikan bahwa modal usaha sangat mutlak
diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh karena itu diperlukan sejumlah dana sebagai
dasar ukuran finasial atas usaha yang digalakan. Sumber modal usaha dapat diperoleh dari
modal sendiri, bantuan pemerintah, lembaga keuangan baik bank dan lembaga keuangan non
bank. Modal adalah faktor usaha yang harus tersedia sebelum melakukan kegiatan. Besar
kecilnya modal akan mempengaruhi perkembangan usaha dalam pencapaian pendapatan.
UMKM terdapat berbagai kendala dalam permodalan, Primiana (2009) menjabarkan
beberapa hal tentang kelemahan permodalan dalam UMKM, yaitu:
a. Kurangnya akses ke Bank, lembaga kredit atau sumber pembiayaan lainnya.
b. Prosedur pemberian kredit yang berbelit-belit.
c. Bank kurang memahami kriteria UMKM sehingga kredit yang diberikan tidak sesuai
kebutuhan.
d. Kurang mampunya komunitas UMKM membuat standart proposal yang baik dan benar.
e. Kurangnya pembinaan tentang manajemen keuangan seperti perencanaan, pencatatan dan
pelaporan.
f. Kredit yang diperlukan UMKM tidak jelas atau tidak diketahui oleh pengusaha.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 23
Lebih lanjut, Putri dkk (2016) menyebutkan bahwa indikator modal usaha adalah struktur
permodalan (modal sendiri dan modal pinjaman); pemanfaatan modal tambahan; hambatan
dalam mengakses modal eksternal, dan keadaan usaha setelah menambahkan modal.

2.10 Harga
Kotler dan Keller (2012), menyatakan : “Prices should reflect the value consumers are
willing to pay versus prices should reflect only the cost of making a product or delivering a
service”. Maksud dari pengertian tersebut adalah harga harus mencerminkan nilai konsumen
bersedia membayar harga dibandingkan harus mencerminkan hanya biaya pembuatan produk
atau memberikan layanan. Sedangkan menurut Stanton yang dikutip oleh Laksana (2008)
menyatakan bahwa : “Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang)
yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang
menyertainya”. Definisi tersebut sejalan dengan pendapat Alma (2011) mendefinisikan : “Harga
(price) sebagai nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang”. Harga memiliki dua peranan
utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan
informasi.
Lebih lanjut, Kotler dan Amstrong (2012) menyebutkan bahwa didalam variabel harga
ada beberapa unsur kegiatan utama yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga dan
periode pembayaran, seperti keterjangkauan; daya saing harga; kesesuaian harga dengan
manfaat produksi; harga mempengaruhi daya beli beli konsumen; harga dapat mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan. Hakekatnya indikator dari harga adalah kesesuaian
harga produk dengan kualitas produk, dan kesesuaian harga produk dengan manfaat yang
didapat.

2.11 Produksi
Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan barang
maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang (Suprayitno, 2008).
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana,
kegiatan produksi dan konsumsi seringkali dilakukan oleh seseorang sendiri. Seseorang
memproduksi sendiri barang dan jasa yang dikonsumsinya. Seiring dengan semakin
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 24
beragamnya kebutuhan konsumsi dan keterbatasan sumber daya yang ada (termasuk
kemampuannya), maka seseorang tidak dapat lagi menciptakan sendiri barang dan jasa yang
dibutuhkannya, tetapi memperoleh dari pihak lain yang mampu menghasilkannya. Karenanya,
kegiatan produksi dan konsumsi kemudian dilakukan oleh pihak-pihak yang berbeda. Untuk
memperoleh efesiensi dan meningkatkan produktivitas, muncullah spesialisasi dalam produksi.
Saat ini hampir tidak ada orang yang mampu mencukupi sendiri kebutuhan konsumsinya.
Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi definisi
produksi dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas. Pendefinisian produksi mencakup
tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat padanya.
Proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam jenis faktor produksi.
Faktor-faktor produksi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor produksi tenaga kerja,
modal dan bahan mentah (Sudarman, 2004). Di dalam proses produksi, faktor produksi
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produk yang dihasilkan. Produk sebagai output
(keluaran) dari proses produksi sangat tergantung dari faktor produksi sebagai input (masukkan)
dalam proses produksi tersebut. Sedangkan proses produksi tergantung pula dari faktor produksi
yang masuk ke dalamnya.

2.12 Pemasaran
Menurut Kotler (2001) bahwa pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana
perorangan dan kelompok mendapatkan kebutuhan mereka dengan menciptakan, penawaran
produk yang bernilai masing-masing. Inti dari kegiatan pemasaran adalah untuk
mengembangkan suatu produk, distribusi, komunikasi, penetapan harga dan pelayanan. Kotler
(2001) juga mengatakan bahwa didalam pemasaran terdapat bauran pemasaran. Bauran
pemasaran ialah serangkaian variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang dikehendaki perusahaan dari pasar sasarannya, bauran pemasaran
terdiri dari segala hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas
produknya. Kemudian Kotler (2005) menyebutkan bahwa strategi pemasaran adalah suatu
mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran, dimana di
dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran
dan budget untuk pemasaran. Kotler (2008) mendefinisikan alat pemasaran kedalam 7P atau

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 25


sering disebut marketing mix yaitu: produk, tempat, harga, promosi, orang, bukti fisik dan
proses.

2.13 Teknologi
Perkembangan teknologi internet dan informasi telah mengubah lingkungan bisnis secara
dramatis (Ferrell, Hirt, dan Ferrell, 2015). Perkembangan teknologi ini dimanfaatkan para pelaku
bisnis dalam memasarkan produknya, yang sering disebut dengan pemasaran digital. Hal ini
bermakna bahwa pemasaran digital merupakan pendekatan baru untuk pemasaran yang didorong
oleh elemen digital (Taiminen dan Karjaluoto, 2015).
Bebarapa literatur mengindikasikan bahwa digitalisasi dalam berbagai bentuk berhubungan
positif dengan pertumbuhan usaha kecil, kinerja dan daya saing. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Taiminen dan Karjaluoto (2015) yang menyatakan bahwa pemasaran digital dan media
sosial memberikan peluang bagi usaha kecil untuk menarik pelanggan baru dan menjangkau
pelanggan yang sudah ada secara lebih efisien. Hingga saat ini, media sosial telah menjadi bagian
penting dari komunikasi pemasaran dan branding bisnis (Bruhn et al., 2012).
Purwana dkk. (2017) mengemukakan bahwa UMKM harus mampu menguasai perangkat
digital dan internet jika ingin dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Karena menurut penelitian
Delloitte Access Economics (2015), konsumen semakin terbiasa mengambil keputusan
berdasarkan konten digital serta terbiasa melakukan pembelian barang secara online. Hal ini
menjadi tantangan tapi juga bisa menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan bagi UMKM di
Aceh.

2.14 Peranan Pemerintah


Cohen (2009) menyampaikan bahwa sosiologi suatu pengantar adalah “suatu perilaku
yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Thoha (2003), yang mengemukakan bahwa peranan merupakan
serangkaian perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang. Penghargaan semacam itu
merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu peranan.
Menurut Riawan (2005), pemerintah ditinjau dari pengertiannya adalah the authoritative
direction and administration of the affairs of men/women in a nation state, city, ect. Dalam
bahasa Indonesia sebagai pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 26
masyarakat dalam sebuah negara, kota dan sebagainya. Pemerintahan dapat juga diartikan
sebagai the governing body of a nation, state, city, etc yaitu lembaga atau badan yang
menyelenggarakan pemerintahan Negara, Negara bagian, atau kota dan sebagainya. Pengertian
pemerintah dilihat dari sifatnya yaitu pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh kekuasaan
yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Sedangkan
pemerintah dalam arti sempit hanya meliputi cabang kekuasaan eksekutif saja (Riawan 2005).
Lebih lanjut, Diva (2009) mengemukakan bahwa dalam pengembangan UMKM peranan
pemerintah yang efektif dan optimal dapat diwujudkan sebagai fasilitator, regulator dan
katalisator.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 27


BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Penelitian
survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan menyebarkan
kuisioner yang kemudian disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran
mengenai masalah yang ada (Sugiyono, 2008).

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini difokuskan pada penggiat ekonomi UMKM pada kabupaten/kota di Aceh
yaitu pada Usaha Mikro dan Kecil (UMK), ruang lingkup dalam kajian ini adalah melihat
pengaruh usaha mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi serta menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM Aceh.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penggiat ekonomi UMKM pada sentra-
sentra UMKM di Provinsi Aceh. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Dalam purposive sampling, pengambilan sampel dilakukan
hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Sampel penelitian ini adalah
penggiat ekonomi UMKM pada sentra-sentra UMKM yaitu Usaha Mikro dan Kecil (UMK);
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan kabupaten/kota yang tersebar di 5
kabupaten yaitu Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh
Selatan dan Kabupaten Aceh Barat Daya.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer
penelitian ini didapatkan melalui observasi wawancara dan dokumentasi langsung dengan
penggiat UMKM. Data sekunder ini meliputi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), teknologi,
omzet penjualan, jumlah usaha dan pertumbuhan ekonomi yang diperoleh melalui dinas atau
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 28
instansi yang terkait, yaitu Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh dan Dinas Koperasi dan UKM
Aceh dan Dinas Perindustrian dan Perdangangan Aceh periode 2018-2020 dilakukan untuk
memperkuat analisis data primer sesuai dengan fakta yang yang terjadi di lapangan.

3.4 Analisis Kualitatif Deskriptif


Analisis deskripsi digunakan untuk menggambarkan perkembangan UMKM. Kemudian
analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas UMKM. Menurut Gujarati (1997) model estimasi untuk regresi linear berganda
adalah metode asumsi klasik. Untuk mengetahui asumsi klasik terpenuhi maka dilakukan
pengujian asumsi model regresi meliputi uji normalitas, uji multikoleniaritas, uji
heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual
dapat diukur dari goodness of fit. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi,
nilai statistik uji F dan nilai statistik uji t. Adapun asumsi yang digunakan adalah tingkat
kepercayaan 90% dan nilai signifikansi (α) 5%. Bentuk regresi diformulasikan sebagai berikut:

PUMKM = β0 + β1H + β2TK + β3TN + β4PM + β5M + β6PR + β7PP+ e…...……………..(3.1)

Dimana:
PUMKM = Produktivitas UMKM
H = Harga
TK = Tenaga kerja
TN = Teknologi
PM = Pemasaran
M = Modal
PR = Produksi
PP = Peranan Pemerintah
β0 = Intercept
β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 = Koefesien regresi

Untuk memperkuat analisis data primer dilanjutkan dengan menganalisa pengaruh


kontribusi usaha, mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan. Studi ini mengikuti riset
sebelumnya seperti Rochdianingrum dan Setyabudi (2019), Rachman (2016), Utari dan Dewi
(2014). Fungsi pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam persamaan ini:

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 29


Yit = f (Zit ,TNit, IPit ) ........................................................................................................................................................……….(3.2)
Studi ini dibuat berdasarkan model data panel dan menggunakan spesifikasi log linear dan
model ini kemudian dispesifikasikan dalam bentuk model sebagai berikut:

Log Yit = a0 + a1 log Zit + a2 log TNit + a3 IPit + a4 {(IPit)X(LogTNit)} + e…...(3.3)

Dimana:
Log Y = Pertumbuhan ekonomi
Log Z = Omzet
Log TN = Teknologi
IP = Indeks Pendidikan yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS), dan Rata-
rata Lama Sekolah (RLS)
IPLog TN = Interaksi IP dan Log TN
i = Cross section
t = Time series
e = Error term
a0 = Intercept
a1, a2, a3, dan a4 = Koefesien regresi

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 30


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Aceh
Aceh adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di Banda Aceh. Aceh
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa dan juga
diberi kewenangan otonomi khusus. Jumlah penduduk Provinsi Aceh sekitar 5.274.871 jiwa
dengan luas wilayah 57.956 km2 (BPS, 2020).
Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat di
Indonesia, Provinsi Aceh terletak antara 01o 58’ 37,2” – 06o 04’ 33,6” Lintang Utara dan 94o
57’ 57,6” – 98o 17’ 13,2” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan
laut. Pada tahun 2018 Provinsi Aceh terdiri atas 18 Kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 6.514
gampong atau desa.
Batas-batas wilayah Provinsi Aceh, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat
Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah Barat dengan Samudera
Indonesia. Satu-satunya hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera Utara, sehingga
memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan Provinsi Sumatera Utara.

Sumber: BPS Aceh, 2021


Gambar 4. 1 Peta Provinsi Aceh

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 31


4.1.2 Gambaran Umum UMKM Aceh
UMKM merupakan sektor yang memiliki kontribusi atau pengaruh besar dalam
pembangunan dan pertumbuhan perekonomian, serta berperan besar dalam pengurangan angka
kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja.

Gambar 4. 2 Jumlah UMKM Provinsi Aceh berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2020

4.1.3 Karakteristik Usaha


Berdasarkan data BPS Aceh 2020, hasil survei Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahunan
2019 jumlah usaha/perusahaan provinsi Aceh tercatat sebanyak 106,9 ribu usaha/perusahaan
yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, persentase
usaha industri ini menurun sekitar 6,25 persen dari jumlah total usaha IMK.
Usaha industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang dikategorikan sebagai Industri Mikro
sedangkan usaha industri dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang dikategorikan sebagai Industri
Kecil. Berdasarkan hasil Survei IMK Tahunan 2019 dapat dikatakan bahwa usaha industri mikro
sangat mendominasi dibandingkan industri kecil dengan persentase mencapai 98 persen dari
jumlah total usaha industri. Kondisi yang sama juga terjadi secara nasional dimana persentase
usaha industri mikro mencapai 94 persen.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 32


40,54

19,28
KBLI

13,51

8,34
4,63

4,12

2,25

2,17
2,09

1,35
0,45

0,49

0,31

0,11
0,05
0,01

0,2
0,1
10 11 12 13 14 15 16 18 20 21 22 23 25 29 30 31 32 33

Gambar 4. 3 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Industri (KBLI)

Kegiatan industri yang paling banyak dijalankan adalah kelompok Industri Makanan
(KBLI 10) sejumlah 43 ribu usaha/perusahaan, baik industri mikro dengan jumlah pekerja 1-4
orang maupun industri kecil dengan pekerja 5-19 orang.
Sedangkan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya KBLI 16) menempati urutan terbanyak
kedua dengan jumlah sekitar 20 ribu usaha/perusahaan. Sementara industri dengan jenis
kegiatan terbesar ketiga ditempati oleh kelompok Industri Pakaian Jadi (KBLI 14) dengan
jumlah 14 ribu usaha/perusahaan. Adapun usaha IMK yang paling sedikit jumlahnya berada
pada kelompok industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (KBLI 22) serta Industri
Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer (KBLI 29), dengan jumlah kurang dari 100
usaha/perusahaan untuk masing-masing kelompok kategori industri.

4.1.4 Karakteristik Tenaga Kerja dan Balas Jasa


Sebagian besar tenaga kerja pada usaha Industri Mikro dan Kecil Tahun 2019 dilakukan
oleh pekerja tidak dibayar (unpaid workers). Sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1, persentase
tenaga kerja tidak dibayar lebih besar dari tenaga kerja dibayar yaitu lebih dari 73 persen dan
selebihnya merupakan pekerja dibayar dari total tenaga kerja sebanyak 186,8 ribu orang.
Begitu juga halnya dengan kondisi nasional, usaha IMK yang melibatkan pekerja dibayar
persentasenya lebih kecil jika dibandingkan dengan pekerja tidak dibayar. Dimana hanya

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 33


sebanyak 33 persen pekerja dibayar, sedangkan selebihnya merupakan pemilik atau pekerja
keluarga yang tidak dibayar.

Tabel 4.1 Banyaknya Usaha dan Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil
menurut Status Pekerja
Banyak Tenaga Kerja
Provinsi
Usaha Dibayar Tidak Dibayar Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 106.918 49.101 137.658 186.759
% 2,44 26,29 73,71 100
Indonesia 4.380.176 3.162.063 6.413.383 9.575.446
% 100 33,02 66,98 100
Sumber: BPS, 2020

Secara nasional, penyerapan tenaga kerja IMK di Provinsi Aceh pada tahun 2019 adalah
sebanyak 1,95 persen atau mencapai 186 ribu orang dengan rata-rata balas jasa pekerja 1,64
persen. Adapun penyerapan tenaga kerja ini sedikit menurun jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai angka diatas 2 persen. Jika dilihat dari besarnya balas jasa pekerja
memperlihatkan sebaran yang hampir sama antara usaha IMK di Aceh dan secara nasional.
Untuk usaha IMK di Aceh persentase tertinggi adalah usaha dengan rata-rata upah pekerja
kurang dari lima ribu rupiah per jam. Ini artinya usaha dengan upah dibawah rata-rata masih
mendominasi di wilayah Aceh. Begitu pula persentase tertinggi untuk usaha IMK nasional pada
nilai upah antara lima ribu hingga kurang dari sepuluh ribu rupiah per jam. Selengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut:

40,00
35,00
30,00
25,00
Aceh
20,00
Nasional
15,00
10,00
5,00
-
<5000 5000-9999 10000-14999 15000-19999 ≥20000

Gambar 4. 4 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Besarnya Balas Jasa
per Pekerja Dibayar per Jam

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 34


Jika dilihat dari jumlah hari kerja yang mendominasi adalah usaha dengan jumlah hari
kerja maksimum yaitu sebanyak 56,76 persen dengan rata-rata 7 jam kerja per hari. Begitu pula
angka nasional sebagian besar usaha IMK berada pada rentang jumlah hari kerja 21 hingga 31
hari dengan jam kerja rata-rata 7 jam per hari. Sedangkan usaha IMK dengan jumlah hari kerja
20 hari kebawah sebesar 43,24 persen dengan rata-rata jam kerja sebanyak 6 jam per hari.

Tabel 4.2 Persentase Usaha Mikro dan Kecil dan Rata-rata Jam Kerja per Hari
menurut Jumlah Hari Kerja dalam Sebulan
Jumlah Hari Kerja dalam Sebulan
1-10 11-20 21-31
Provinsi Banyaknya Rata Jam Banyaknya Rata Jam Banyaknya Rata Jam
Usaha Kerja/Hari Usaha Kerja/Hari Usaha Kerja/Hari
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 13.585 6 32.648 6 60.685 7
Indonesia 495.552 6 1.056.536 6 2.748.328 7
Sumber: BPS, 2020

Peran gender dalam usaha IMK sangatlah berpengaruh. Hal ini terlihat dari persentase
tenaga kerja perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Penyerapan tenaga kerja
perempuan mencapai 120 ribu orang (64,29 persen) sedangkan pekerja laki-laki sebanyak 66
ribu orang (35,71 persen). Jika dilihat dari usia tenaga kerja sebanyak 98,58 persen berada pada
rentang usia produktif, yaitu berusia antara 15 sampai dengan 64 tahun. Setiap kelompok umur
tetap didominasi oleh pekerja perempuan sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Hal ini
menunjukkkan bahwa kegiatan IMK mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja perempuan
karena dapat dilakukan sebagai kegiatan sampingan dari kesibukan mengurus rumah tangga.
Khususnya pada kelompok industri makanan (KBLI 10), industri kayu, barang dari kayu dan
anyaman bambu/rotan (KBLI 16) serta industri pakaian jadi (KBLI 14).
Dibandingkan dengan nasional, komposisi tenaga kerjanya berkebalikan dengan Aceh
dimana persentase laki-laki sedikit lebih besar mencapai 51,78 persen dan pekerja perempuan
sebesar 48,22 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa Industri Mikro dan Kecil bukan hanya
menjadi kegiatan usaha utama bagi laki-laki, akan tetapi juga dapat dilakukan oleh perempuan
baik untuk menopang ekonomi rumah tangga ataupun usaha sampingan untuk membantu
menambah penghasilan.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 35


Gambar 4. 5 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil menurut
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Pada usaha Industri Mikro dan Kecil hampir seluruh tenaga kerja merupakan pekerja
produksi, dengan persentase di atas 90 persen. Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan utama
adalah kegiatan yang langsung berhubungan dalam proses produksi, seperti pekerja yang secara
langsung mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin, maupun mencatat bahan baku
yang digunakan dan barang yang dihasilkan. Sedangkan untuk jenis pekerjaan lainnya tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh pekerja
pendukung perusahaan seperti manager (bukan produksi), kepala personalia, sekretaris, tukang
ketik, penjaga malam, sopir perusahaan, dan lain-lain.

Tabel 4.3 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil
menurut Jenis Kelamin dan Jenis Tenaga Kerja
Laki-laki Laki-laki Jumlah
Provinsi Jenis Tenaga Kerja Jenis Tenaga Kerja Jenis Tenaga Kerja
Produksi Lainnya Produksi Lainnya Produksi Lainnya Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 33.05 2.66 59.71 4.58 92.77 7.23 100
Indonesia 47.94 3.84 45.01 3.21 92.96 7.04 100
Sumber: BPS, 2020

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 36


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar tenaga kerja yang terlibat
dalam usaha mikro dan kecil adalah pekerja tidak dibayar.Terdapat perbedaan komposisi
pekerja menurut jenis kelamin terhadap statusnya sebagai pekerja dibayar dan tidak dibayar.
Untuk pekerja dibayar, jumlah laki-laki lebih dominan dari pada perempuan sebanyak 26,9 ribu
orang pekerja laki-laki dan 22,2 ribu orang pekerja perempuan. Sedangkan pekerja perempuan
tidak dibayar jumlahnya jauh lebih besar yaitu 97,9 ribu orang sedangkan pekerja laki-laki tidak
dibayar hanya 39,8 ribu orang.
Secara nasional persentase tenaga kerja dibayar sebanyak 33,02 persen dan selebihnya
merupakan pekerja tidak dibayar. Pekerka tidk dibayar ini biasanya merupakan pengusaha itu
sendiri atau pemilik maupun pekerja keluarga. Jumah pekerja perempuan tidak dibayar lebih
banyak dibandingkan pekerja laki-laki, dengan persentase sebesar 37,18 persen. Sedangkan
pekerja laki-laki lebih mendominasi pada usaha IMK dengan status pekerja dibayar baik di Aceh
maupun skala nasional.

Tabel 4.4 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil
menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerja

Pekerja Pekerja Tidak


Provinsi Jenis Kelamin Jumlah
Dibayar Dibayar
(1) (2) (3) (4) (5)
Laki-laki 14.40 21.30 35.71
Aceh Perempuan 11.89 52.41 64.29
Jumlah 26.29 73.71 100
Laki-laki 21.98 29.80 51.78
Nasional Perempuan 11.04 37.18 48.22
Jumlah 33.02 66.98 100
Sumber: BPS, 2020

4.1.5 Karakteristik Pengusaha


Pendidikan merupakan salah satu peran dasar dalam menunjang produktivitas tenaga
kerja. Secara umum berdasarkan hasil survei IMK tahun 2019 sebagian besar pengusaha
merupakan tamatan SD kebawah. Akan tetapi mereka yang lulusan SMA juga tidak kalah
bersaing dalam industri ini. Hal ini menunjukkan bahwa usaha IMK semakin diminati oleh
bermacam kalangan tidak hanya mereka yang berpendidikan rendah. Sebanyak 38,45 persen
usaha industri yang pengusahanya lulusan SD ke bawah dan menyusul persentase kedua terbesar
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 37
pendidikan SMA sebesar 31,02 persen. Pada kondisi nasional usaha IMK dengan pendidikan
yang ditamatkan pengusaha didominasi oleh lulusan SMP ke bawah dengan persentase lebih
dari 75 persen. Sedangkan tamatan SMA/SMK persentasenya sebesar 20,94 persen.
Adapun pendidikan yang ditamatkan pengusaha pada tingkat Sarjana (S1 dan lebih tinggi)
hanya sebesar 5,15 persen. Angka ini justru menurun jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Walaupun demikian jika dibandingkan dengan angka nasional persentasenya lebih
rendah yaitu hanya 2,67 persen.

40,00
35,00
30,00
25,00
20,00 Aceh
15,00
Nasional
10,00
5,00
-
Tidak SD SMP SMA SMK Diploma S1 &
Tamat I/II/III Lebih
SD Tinggi

Gambar 4. 6 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Tingkat Pendidikan


yang Ditamatkan Pengusaha

Usaha IMK juga didominasi oleh pengusaha dengan kelompok umur produktif yaitu 25-
64 tahun. Ini merupakan suatu kewajaran bila pada jenjang usia tersebut mengharuskan
seseorang mempunyai penghasilan karena sudah memiliki tanggung jawab terhadap keluarga.
Umur 64 tahun dianggap umur maksimal dapat melakukan usaha, karena terkendala banyak hal
diantaranya faktor kesehatan, kemampuan dalam mengingat dan sebagainya. Namun demikian
masih ada pengusaha yang melakukan kegiatan usaha pada umur 65 tahun ke atas, meskipun
persentasenya cukup kecil.
Berdasarkan kelompok umur pengusaha, sebagian besar usaha mikro kecil pengusahanya
berada pada kelompok umur 25-64 tahun sebanyak 91,66 persen. Pengusaha lansia berusia 65
tahun ke atas juga turut mengambil andil dalam usaha industri ini sebesar 4,77 persen.
Persentase terkecil adalah usaha dengan kelompok umur di bawah 25 tahun yaitu 3,57 persen.
Sedangkan pengusaha di bawah 15 tahun belum ada namun pada skala nasional terdapat

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 38


setidaknya 16 orang pengusaha dengan usia relatif sangat muda. Selain itu angka nasional juga
mencatat persentase usaha pada kelompok umur pengusaha 25-64 tahun turut pula mendominasi
sebesar 92,60 persen. Pengusaha dengan kelompok umur dibawah 25 tahun persentasenya hanya
1,73 persen.

4.77 < 15 15-24 25-64 65+


3.57

91.66

Gambar 4. 7 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Umur Pengusaha

4.1.6 Karakteristik Kendala dan Pemasaran


Hal penting dalam melakukan kegiatan usaha adalah bagaimana pelaku usaha menyikapi
masalah kendala usaha dan menciptakan prospek peluang usaha ke depan. Beberapa variabel yang
dikumpulkan dalam survei IMK 2019 antara lain; sumber permodalan, kesulitan utama dalam
menjalankan usaha, keikutsertaan dalam koperasi, kemitraan usaha, serta pemasaran hasil
produksi.
Modal merupakan hal yang utama dipertimbangkan oleh para pengusaha. Sumber modal
bisa berasal dari milik sendiri, patungan maupun pinjaman. Dalam menjalankan usaha IMK,
modal yang dibutuhkan bukan hanya uang dalam nominal besar, akan tetapi modal uang seadanya,
peralatan yang mendukung kegiatan usaha, serta tempat usaha yang masih bercampur dengan
rumah tangga bisa menjadi pertimbangan. Ditinjau dari sumber modal (Gambar 4.8), terlihat
bahwa usaha IMK sebagian besar sumber modalnya adalah milik sendiri dengan persentase lebih
dari 90 persen dan sebagian dari pihak lain sebesar 5,49 persen. Cakupan secara nasional juga
memperlihatkan angka cukup tinggi pada persentase usaha dengan sumber modal milik sendiri

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 39


yaitu diatas 80 persen dan selebihnya menggunakan modal dari pihak lain baik sebagian maupun
sepenuhnya.

87,68
Sepenuhnya Milik Sendiri
93,54

9,77
Sebagian dari Pihak Lain
5,49

2,55
Sepenuhnya dari Pihak Lain
0,98

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nasional Aceh

Gambar 4. 8 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Sumber Modal

Meskipun banyak usaha IMK yang menggunakan sumber modal milik sendiri, akan tetapi
sebagian pengusaha juga tetap melakukan pinjaman modal demi kelancaran dan meningkatkan
usahanya. Ada beberapa sumber yang dijadikan tempat peminjaman utama oleh pengusaha
untuk permodalannya, antara lain; bank, koperasi, pegadaian, modal ventura, program
pemerintah serta ada yang meminjam kepada perorangan atau keluarga.
Usaha IMK terbanyak melakukan pinjaman modal kepada perorangan sebesar 35,84
persen. Pinjaman perorangan bisa diperoleh dari teman, keluarga, atau rekan kerja. Hal ini
dimungkinkan karena pinjaman tersebut tentu saja lebih mudah diperoleh tanpa bunga, tanpa
agunan dan tidak membutuhkan syaratsyarat yang rumit. Adapun urutan kedua terbanyak
melakukan pinjaman modal kepada bank persentasenya 30,53 persen. Meskipun dengan bunga
pinjaman dan syarat agunan, pinjaman bank juga masih dilakukan sebagian pengusaha karena
salah satu jalan memperoleh uang dalam waktu cepat. Apalagi saat ini banyak bank yang
menawarkan bunga pinjaman rendah khususnya untuk usaha mikro kecil seperti kredit usaha
rakyat dan sebagainya.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 40


Modal Ventura 0,41

Bank 30,53

Koperasi 7,60

Pegadaian 0,36

Perorangan 35,84

Program Pemerintah 3,39

Lainnya 21,88

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Gambar 4. 9 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Sumber Modal Utama

Program pemerintah juga memberikan andil dalam permodalan usaha IMK. Walaupun
tidak banyak setidaknya terdapat 234 orang yang mengambil program pemerintah dari total
hampir 7 ribu pengusaha untuk memenuhi kebutuhan modal usahanya. Adapun sumber modal
yang paling kecil persentasenya berasal dari pegadaian dan modal ventura.
Sementara itu sebagian besar pengusaha yang tidak mengambil pinjaman dari bank
dikarenakan beberapa faktor tertentu. Alasan tidak berminat menunjukkan angka paling tinggi
dibandingkan alasan lainnya. Sedangkan lebih dari 10 persen menyebutkan prosedur yang masih
sulit. Suku bunga tinggi juga menjadi salah satu penghalang para pengusaha untuk mengambil
pinjaman dari bank.
Bahkan ada sebagian pengusaha yang tidak tahu prosedur pengurusan pinjaman bank.
Begitu halnya angka nasional juga menunjukkan persentase yang cukup tinggi untuk pengusaha
yang tidak berminat meminjam dari bank yaitu sebanyak 67,44 persen.
Besarnya pinjaman bank oleh pengusaha bervariasi antara dari jutaan hingga ratusan juta
rupiah. Jumlah pinjaman terbanyak berada pada interval 20 hingga 100 juta rupiah mencapai
lebih dari 60 persen. Sedangkan sisanya melakukan pinjaman di atas 100 juta rupiah bahkan
sampai dengan nominal 500 juta ke atas walau hanya sebanyak 16 pengusaha atau kurang dari
1 persen.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 41


76,57
Tidak Berminat
0,00
Usulan Ditolak
9,84
1 Suku Bunga Tinggi
1,97 Tidak Ada Agunan
11,20 Prosedur Sulit

0,42 Tidak Tahu Prosedur

0 20 40 60 80 100

Gambar 4. 10 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Alasan Utama


Tidak Meminjam dari Bank

Pada usaha IMK terdapat kendala atau kesulitan dalam menjalankan usaha. Total
sebanyak 90 persen lebih usaha mikro dan kecil di Aceh maupun skala nasional mengalami
kesulitan dalam menjalankan kegiatan usaha. Hal ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya
dimana pengusaha yang mengalami kesulitan memiliki persentase sekitar 70 persen.

Tabel 4.5 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama

Jenis Kesulitan Utama Aceh Nasional


(1) (2) (3)
Bahan Baku 10.78 15.37
Permodalan 35.49 17.71
Pemasaran 18.63 18.08
Pesaing 12.54 14.97
BBM/Energi 6.38 8.86
Infrastuktur 4.52 3.02
Tenaga Kerja 2.14 6.32
Cuaca 6.74 10.39
Lainnya 3.08 5.28
Mengalami Kesulitan 92.02 90.90
Tidak Mengalami Kesulitan 7.98 9.10
Sumber: BPS, 2020

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 42


Kesulitan utama yang paling banyak dihadapi oleh pengusaha IMK adalah masalah
permodalan. Hampir separuh dari total usaha IMK di Aceh yang pengusahanya mengalami
kendala dalam hal permodalan. Sebesar 18,63 persen pengusaha mengalami kesulitan
pemasaran serta faktor banyaknya pesaing usaha juga menjadi kendala tersendiri bagi
pengusaha dengan persentase 12,54 persen.
Kendala bahan baku juga dihadapi oleh beberapa pengusaha. Sedangkan kesulitan lain
seperti masalah BBM/energi, infrastrukturi, tenga kerja, bahkan cuaca, persentasenya cukup
kecil yaitu kurang dari sepuluh persen. Ditinjau dari skala nasional masalah permodalan,
pemasaran dan bahan baku juga menjadi kendala utama dalam kegiatan industri. Keberadaan
pesaing dan faktor cuaca juga tidak kalah mempengaruhi proses usaha dikalangan pelaku usaha
dengan persentase bahkan di atas 10 persen.

50
43,61
45
40
35 32,94

30
25 21,60
20
15
10
5 1,85
0
Langka Mahal Jauh Lainnya

Gambar 4. 11 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama
Bahan Baku

Secara garis besar sebanyak 10,78 persen usaha IMK di Aceh mengalami kesulitan
utama bahan baku. Kesulitan bahan baku ini terutama dikarenakan oleh harga bahan baku
mahal, kelangkaan bahan baku, lokasi memperoleh bahan baku yang jauh atau sulit terjangkau
dan lainnya. Kebanyakan pengusaha mengeluhkan makin melonjaknya harga kebutuhan di
pasaran khususnya bahan baku untuk menunjang kegiatan usaha mereka. Kelangkaan bahan
baku artinya ketersediaan bahan baku utama jarang didapat, sulit ditemukan atau bahkan
terkadang tidak ada. Hal ini dirasakan oleh sekitar 4 ribu pengusaha IMK atau 32,94 persen
dari total pengusaha yang mengalami kesulitan bahan baku. Selain itu, kesulitan bahan baku

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 43


lainnya dikarenakan lokasi yang jauh (21,60 persen). Hal ini dapat dikaitkan dengan
transportasi ataupun biaya yang akan dihabiskan untuk mendapatkan bahan baku dengan jarak
yang tidak dekat.
Terlihat bahwa sebagian besar pengusaha yang menyatakan mahalnya bahan baku adalah
usaha IMK pada kelompok industri makanan (KBLI 10). Tentu saja ini berkaitan dengan
semakin melonjaknya kebutuhan makanan pokok seiring berkembangnya waktu. Adapun yang
menyatakan kesulitan bahan baku karena langka dan lokasi jauh adalah kelompok industri
kerajinan kayu atau bahan-bahan dari kayu, anyaman dari bambu dan rotan maupun rumbia. Hal
ini dapat menjadi masalah karena berdampak pada kenaikan harga produksi sehingga akan
menjadi masalah baru dalam hal persaingan dengan usaha lainnya.

Uang 6,25
6,65

Bahan Baku 37,56


14,18

Pemasaran 37,59 Nasional


58,48
Aceh
Barang Modal 16,72
18,53

Lainnya 1,88
2,17

0 10 20 30 40 50 60 70

Gambar 4. 12 Persentase Usaha Mikro dan Kecil yang Menjalin Kemitraan dengan
Usaha Lain menurut Jenis Kemitraan yang Diterima

Untuk mengembangkan perusahaan diperlukan kemitraan dengan usaha lain. Kemitraan


dapat bekerjasama dalam permodalan, penyediaan bahan baku atau pemasaran. Tahun 2019
persentase usaha IMK yang menjalin kemitraan dengan usaha lain cenderung kecil yaitu hanya
4,71 persen. Angka ini jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian
beberapa usaha yang menjalin kemitraan terutama dalam hal pemasaran menduduki peringkat
teratas yakni sebesar 58,48 persen. Kemitraan dalam hal barang modal dan bahan baku
menduduki urutan setelahnya. Sedangkan dalam hal pinjaman uang dan lainnya persentasenya
kurang dari 10 persen.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 44


Sedangkan kondisi nasional persentase usaha IMK yang menjalin kemitraan dengan usaha
lain persentasenya yaitu 8,28 persen sedangkan sisanya tidak pernah menjalin kemitraan. Jenis
kemitraan yang diterima terutama juga dalam hal pemasaran dan bahan baku. Adapun sebagian
usaha yang menjalin kemitraan ini, didukung oleh beberapa badan/lembaga pemerintah, swasta
dan lainnya. Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.6 Persentase Usaha Mikro dan Kecil


menurut Badan/Lembaga yang Menjalin Kemitraan

Badan/Lembaga yang Menjalin Kemitraan Aceh Nasional


(1) (2) (3)
PEMDA/Dinas Koperasi 9.21 5.56
BUMN/BUMD 6.78 3.23
Perusahaan Swasta 21.00 36.25
Perbankan 1.07 2.49
Yayasan/LSM 0.61 1.28
Lainnya 61.34 51.20
Menjalin Kemitraan 4.71 8.28
Tidak Menjalin Kemitraan 95.29 91.72
Sumber: BPS, 2020

Badan/lembaga yang berperan besar dalam hal kemitraan dengan usaha IMK yaitu
perusahaan swasta baik di Aceh maupun skala nasional. Sedangkan peran pemerintah baik
PEMDA/Dinas Koperasi maupun BUMN/BUMD tidak menyentuh angka 10 persen pada tahun
2019. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah untuk lebih
berperan dalam hal menjalin kemitraan dengan usaha mikro dan kecil sehingga dapat memberikan
solusi maupun meringankan kesulitan para pelaku usaha. Adapun lembaga lain seperti perbankan
dan yayasan/LSM hanya memiliki sedikit andil dalam kemitraan usaha IMK ini.
Banyak program bantuan yang telah digulirkan pemerintah untuk meningkatkan usaha
industri mikro dan kecil di daerah. Namun bantuan tersebut hanya sedikit sekali yang dirasakan
oleh para pengusaha. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya karena tidak tahu
prosedur, proposal ditolak, tidak berminat, bahkan ada yang tidak tahu. Banyak pengusaha IMK
mengaku tidak tahu akan pelayanan/bantuan baik dari pemerintah, koperasi maupun lembaga
lainnya. Selain itu relatif kecilnya usaha IMK yang menerima bantuan, dapat juga disebabkan
dana yang dialokasikan pada bantuan pengembangan usaha industri mikro kecil masih terbatas.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 45


21,44

6,12 Pemerintah
Swasta
51,86 Perbankan
Yayasan/LSM

20,59

Gambar 4. 13 Persentase Usaha Mikro dan Kecil yang Menerima Pelayanan/Bantuan


menurut Badan/Lembaga yang Memberi Bantuan

Tidak Tahu Prosedur 20,46

Proposal Ditolak 5,25

Tidak Berminat 16,82

Tidak Tahu 27,97

Belum ada Koperasi 26,69

Lainnya 2,82

0 5 10 15 20 25 30

Gambar 4. 14 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Alasan Utama Tidak
Menerima Pelayanan/Bantuan

Ketidaktahuan pengusaha akan bantuan dari Badan/Lembaga pemerintah maupun swasta


umumnya dikarenakan terbatasnya informasi yang mereka peroleh. Minimnya pemanfaatan
internet untuk melakukan akses konektivitas ke dunia luar menjadi salah satu penyebab para

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 46


pengusaha tidak mengetahui peluang tersedianya sarana kemitraan ataupun bantuan yang
ditawarkan beberapa pihak.
Di masa sekarang ini banyak pebisnis atau pengusaha besar yang memanfaatkan bantuan
internet untuk memperoleh dan berbagi informasi apapun demi menunjang aktivitas usahanya.
Namun demikian pada pelaku usaha IMK ternyata masih sangat minim dalam penggunaan
internet baik dalam mengakses informasi maupun kegiatan operasional lain yang dapat
dilakukan secara online.

6,98

Menggunakan Internet
Tidak Menggunakan Internet

93,02

Gambar 4. 15 Persentase Usaha Mikro dan Kecil Menurut Penggunaan Internet

Salah satu faktor penting yang mendukung kemajuan suatu usaha industri adalah
menentukan lokasi pemasaran yang tepat. Pemilihan lokasi pemasaran yang kurang tepat akan
menghambat kelancaran usaha industri itu sendiri. Dengan jalinan kemitraan yang cukup
terbatas, maka ruang lingkup pemasaran hasil produksi cenderung sempit. Untuk wilayah Aceh,
lokasi pemasaran yang menjadi sasaran terbanyak adalah dalam satu kabupaten/kota yang
mencapai 84,91 persen, kemudian luar kabupaten/kota satu provinsi sebanyak 13,95 persen.
Sedangkan sisanya dipasarkan ke luar provinsi dan luar negeri dengan persentase masing-
masing 1,12 persen dan 0,02 persen.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 47


Produk yang dihasilkan dari usaha IMK dipasarkan ke berbagai kalangan. Konsumen
utama yang mendominasi hasil olahan IMK adalah rumah tangga dan pedagang. Selain itu
perusahaan juga menjadi konsumen utama hasil produk IMK walau persentasenya tidak
mencapai 10 persen.

7,84

48,02
Perusahaan
Pedagang

44,15 Rumah Tangga

Gambar 4. 16 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Konsumen Utama

4.2 Karakteristik Responden Penelitian


4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Dalam penelitian ini umur responden dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok
umur 20–30 tahun, 31–40 tahun, 41–50 tahun dan >50 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

3%
34% 25%

38%

20 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50

Gambar 4. 17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 48


Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 100 responden dimana penggiat
UMKM yang memiliki persentasi terbanyak pada umur yaitu 41-50 yaitu sebanyak 38 orang
atau 38 persen, kelompok >50 tahun sebanyak 34 orang atau 34 persen, kelompok 31-40 tahun
sebanyak 25 orang atau 25 persen dan kelompok 20-30 tahun hanya 3 orang atau persen dari
total 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usia penggiat UMKM yang paling dominan adalah

4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang dalam menjalankan
usaha. Jenis kelamin responden bertujuan untuk menggambarkan penggiat UMKM yang
menjadi sampel dalam penelitian ini, baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan
penduduk Provinsi Aceh yang tersebat di kabupaten yaitu Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie
Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Barat Daya. Gambar
4.18. memperlihatkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin.

37%

63%

Laki-Laki Perempuan

Gambar 4. 18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini responden perempuan lebih
dominan jumlahnya dibandingkan dengan responden laki-laki. Jumlah responden perempuan
sebanyak 63 responden atau sebesar 63,0 persen sedangkan responden laki-laki berjumlah 37
responden dari 100 orang penggiat UMKM yang tersebar di 5 kabupaten Provinsi Aceh yang
menjadi reponden dalam penelitian ini.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 49


4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian sangat bervariasi mulai dari tingkat
SD/sederajat sampai tingkat Magister dan Sarjana. Tingkat pendidikan biasanya menentukan
pola kegiatan usaha yan akan dilakukan, pendidikan yang tinggi berdasarkan pengetahuannya
akan mengelola usahanya dengan manajemen yang baik dan tepat. Jenjang pendidikan
penggiat UMKM yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.19
di bawah ini.

6% 10%
22%
22%

6%

34%

SD SMP SMA DIPLOMA S1 S2


Gambar 4. 19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Gambar 4.19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah
lulusan SMA, S1 dan SMP yaitu masing-masing 34 orang dan 22 orang, sedangkan yang lainnya
berpendidikan SD sebanyak 10 orang, diploma dan S2 masing-masing sebanyak 6 orang.

4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Usaha


Gambar 4.20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah lama
usahanya yaitu paling besar 34% yaitu dengan lama usaha 0-5 tahun dan paling rendah 9% yaitu
dengan lama usaha >20) tahun, sedangkan lainnya mempunya lama usaha 6-10 tahun sebanyak
16%, lama usaha 11-15 tahun sebanyak 19% dan lama usaha 16-20 tahun sebanyak 22%.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 50


9%
22% 34%

19% 16%

0-5 6 - 10 11 - 15 16 - 20 >20
Gambar 4. 20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Usaha

4.3 Pengujian Asumsi Klasik


4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas metode Kolmogrov Smirnov digunakan untuk menguji normalitas dengan
membandingkan probabilitas (p) yang diperoleh dengan taraf signifikan (α) pada 0,05 atau
signifikan pada 5 persen. Jika nilai p > α maka data terdistribusi secara normal, sebaliknya jika
nilai p < α maka data tidak terdistrubusi secara normal.

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov

N 100
Prob. 0,135
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.7. hasil uji normalitas masing-masing variabel dalam penelitian ini
terdistribusi secara normal, hal ini terlihat dari nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,135.

4.3.2 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji model regresi apakah terdapat korelasi
antar variabel independen (bebas), dimana medel regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi multikolinearitas dapat dilakukan dengan

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 51


melihat nilai Varian Inflating Factor (VIF) < 10 atau nilai tolerance > 0,10. Berikut ini adalah
VIF dan tolerance yang dihasilkan dalam model regresi.

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Kesimpulan


Harga 0,501 1,560 Tidak terjadi multikolinearitas
Tenaga Kerja 0,653 2,043 Tidak terjadi multikolinearitas
Teknologi 0,495 1,227 Tidak terjadi multikolinearitas
Pemasaran 0,693 1,013 Tidak terjadi multikolinearitas
Modal 0,811 1,421 Tidak terjadi multikolinearitas
Produksi 0,756 1,139 Tidak terjadi multikolinearitas
Peranan Pemerintah 0,601 1,673 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.8 hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa semua varibel
bebas mempunyai nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF <10 sehingga dapat disimpulkan model
regresi tersebut tidak adanya multikolinearitas.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Variabel Prob. Kesimpulan
Harga 0,231 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tenaga Kerja 0,511 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Teknologi 0,853 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Pemasaran 0,159 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Modal 0,413 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Produksi 0,097 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Peranan Pemerintah 0,321 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2021

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 52


Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa semua varibel
bebas memiliki probabilitas signifikansinya >0,05 atau lebih besar 5 persen, sehingga terlihat
bahwa secara statistik tidak ada satupun variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat dan
dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak adanya heteroskedastisitas.

4.4 Menganalisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM


4.4.1 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM
Pengembangan UMKM di Indonesia merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan
ekonomi nasional. Hal ini selain karena usaha tersebut merupakan tulang punggung sistem
ekonomi kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar
golongan, pendapatan dan antar pelaku usaha, ataupun pengentasan kemiskinan dan penyerapan
tenaga kerja. Lebih dari itu,pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi dan dapat
memberikan konstribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural,yaitu
meningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional. Pengembangan UMKM
merupakan bagian yang terintegrasi dalam program pengembangan UMKM di Aceh. Kegiatan
pengembangannya ditujukan sebagai salah satu pilar ekonomi kerakyatan yang dapat menjadi
penggerak utama perekonomian daerah. Oleh karena itu, perhatian Pemerintah Aceh terhadap
sektor ini sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya strategi, program dan rencana aksi
(action plan) untuk membangun UMKM. Beberapa program yang telah dilakukan seperti
program pelatihan dan pendampingan, akses permodalan, dan bantuan akses pasar bagi usaha ,
Namun demikan berdasarkan fakta di lapangan dan hasil wawancara dengan sejumlah pelaku
UMKM menunjukkan bahwa belum semua program berjalan secara efektif, sehingga dapat
berdampak pada potensi penurunan produktifitas UMKM di Aceh.
Produktifitas UMKM dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pada
analisis regresi linear berganda dibawah ini dapat dijelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti variabel harga, tenaga kerja, teknologi, pemasaran, modal, produksi
dan kebijakan pemerintah terhadap produktivitas UMKM. Berikut adalah hasil estimasi regresi
dengan menggunakan analisis Ordinary Least Square (OLS).

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 53


Tabel 4.10 Uji Regresi Linear Berganda (PUMKM)

Persamaan: PUMKM
Peubah Koefisien Std. Error t-Statistik Prob
C -671 163 -4,515 0,000
H 0,613 2,501 2,503 0,002
TK 0,481 0,257 1,150 0,014
TN -0,915 0,165 -2,517 0,203
PM -0,691 0,321 -1,896 0,703
M 0,215 0,888 3,567 0,005
PR 0,305 0,192 0,894 0,011
PP -0,192 1,114 2,634 0,425
R-Squared 0,834
Sumber: Hasil olahan data, melalui SPSS
Keterangan:
(*) masing-masing signifikan pada critical value 5%

Tabel 4.10 ini memperlihatkan hasil regresi untuk produktivitas UMKM dimana dapat
dilihat bahwa variabel Harga (H), Tenaga Kerja (TK), Modal (M) dan Produksi (PR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas UMKM pada level 5 persen,
sedangkan variabel Teknologi (TN), Pemasaran (PM) dan Kebijakan Pemerintah(KB) tidak
berpengaruh terhadap produktivitas UMKM. Diketahui nilai probabilitas untuk pengaruh
harga terhadap produktivitas UMKM adalah sebesar 0,002 atau lebih kecil dari p value 0,05
maka hipotesis pertama diterima artinya variabel harga memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap produktivitas UMKM. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi harga
produk dari UMKM maka akan meningkatkan produktivitas UMKM sehingga kesejahteraan
UMKM juga meningkat.

4.4.2 Analisis Kontribusi UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Pada Analisis kontribusi UMKM ini, Model pendekatan yang diestimasi adalah omzet (LogZ),
teknologi (LogTN), indeks pendidikan (IP), pengaruh indeks pendidikan terhadap hubungan antara
teknologi dan pertumbuhan ekonomi (IPLOGTN). Hasil penaksiran parameter-parameter
pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam Tabel 4.11.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 54


Tabel 4.11 Uji Regresi Linear Berganda (LOGY)

Persamaan: LOGY
Peubah Koefisien Std. Error t-Statistik Prob
C -60,37709 38,77739 -1,57018 0,1505
LOGZ 0,678075 0,501782 1,351334 0,2064
LOGTN -11,85364 5,003401 -2,369117 0,0393
IP -0,443992 0,165003 -2,690813 0,0227
IPLOGTN 94,72012 47,63137 1,988608 0,0748
R-Squared 0,704707
Sumber: Hasil olahan data, melalui Eviews 12
Keterangan:
(*) masing-masing signifikan pada critical value 5%

Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa variabel moderating yaitu indeks pendidikan berpengaruh
terhadap hubungan antara teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Hasilnya menunjukkan tidak
signifikan. Artinya IP memberikan pengaruh positif terhadap hubungan antara teknologi dan
pertumbuhan ekonomi, memperlihatkan koefisien regresi sebesar 94,720. Hal ini berarti setiap
peningkatan nilai IP sebesar 1% maka akan meningkatkan hubungan antara teknologi dan
pertumbuhan ekonomi sebesar 94,720%. Ini mengindikasikan bahwa Indeks Pendidikan
menjadi faktor penguat dalam pemanfaatan teknologi bagi dunia usaha, namun masih belum
optimal di masa pandemi Covid-19 sehingga membutuhkan dukungan pemerintah seperti
pendampingan maupun pelatihan dalam hal pemasaran digital/online dan cara branding produk
para mitra ke pasar yang lebih luas (Raharja dan Natari, 2021).
Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa faktor omzet (Z) berpengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien regresi sebesar 0.678, hal ini berarti setiap
terjadi peningkatan nilai omzet sebesar 1 % maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.678 %. Hal ini disebabkan penyebaran pandemi covid-19 yang berdampak pada
perlambatan ekonomi mulai dirasakan di daerah. Banyak pelaku UMKM meliburkan
karyawannya bahkan menutup sementara usahanya. Salah satu penyebabnya adalah penurunan
omzet penjualan, seperti yang tertera pada Gambar 4.21 dibawah ini.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 55


38.000.000.000
36.000.000.000
34.000.000.000
32.000.000.000
30.000.000.000
28.000.000.000
26.000.000.000
2018 2019 2020

Gambar 4. 21 Jumlah Omzet

Work from home atau dikenal dengan singkatan WFH juga berpengaruh terhadap
penurunan omzet. Pelaku UMKM mengalami penurunan pendapatan yang drastis akibat
penerapan physical distancing dan penerapan, seperti larangan untuk berkerumun dan adanya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pembatasan aktifitas masyarakat berpengaruh pada
aktifitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian (Rosita, 2020). Kondisi tersebut
menyebabkan para mitra kesulitan dalam melayani konsumen yang biasanya berkumpul di lapak
para mitra UMKM. Tabel berikut ini beberapa dampak yang dialami oleh UMKM akibat PSBB.

Tabel 4.12 Dampak PSBB terhadap Kegiatan Bisnis


No Jenis Kebijakan Bidang Usaha Terdampak
1. Pengaturan jaga jarak fisik Salon kecantikan, barbershop, spa,
perawatan tubuh
2. Pengaturan jaga jarak sosial Restoran, café, kantin, warung, rumah
makan
3. Penutupan wilayah, pusat Perdagangan, makanan minuman, bengkel,
bisnis dan perkantoran otomotif
4. Penutupan kampus sekolah Fotocopy, ATK, warung,jajanan, kantin
sekolah, baju seragam
5. Penutupan tempat wisata, Biro perjalanan, transportasi, kerajinan,
rekreasi dan travel makanan, kaos suvenir

6. Penutupan tempat ibadah Busana muslim, perlengkapan ibadah


7. Pelarangan acara pertemuan Even organizer, WO, katering, rias
dan perayaan pengantin, tata busana, sewa alat pesta,
florist.
8 Penutupan mall, pusat hiburan Fashion kasual, aksesoris, kafe, restoran
9. Pelarangan kegiatan seni dan Sewa sarana, peralatan, perlengkapan dan
olahraga baju seni-olahraga
Sumber: Raharja dan Adiprihadi (2020)

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 56


Faktor teknologi (TN) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Koefisien regresi sebesar -11.853, hal ini berarti setiap peningkatan nilai teknologi
sebesar 1% maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar -11,853%. Sebagaimana
diketahui, UMKM pada umumnya memiliki keterbatasan modal dalam menjalankan usaha,
terutama di pandemi covid-19. Keterbatasan modal ini menyebabkan keraguan pelaku
UMKM dalam menginvestasikan dananya pada teknologi informasi, disamping masih
rendahnya pemahaman terhadap manfaat tekonologi informasi bagi dunia usaha (Aurora dan
Junaidi, 2016).
Faktor Indeks Pendidikan (IP) memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap
pengeluaran ekonomi. Koefisien regresi sebesar -0,443, hal ini berarti setiap peningkatan nilai
IPM sebesar 1 % maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar -0,443%. Indikator
yang digunakan untuk mengukur dimensi pendidikan penduduk adalah Harapan Lama Sekolah
(HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). Harapan Lama Sekolah berkisar antara 13.56 tahun
(Kabupaten Aceh Barat Daya) hingga 14,83 tahun (Kabupaten Bireuen, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Aceh Selatan) memiliki peluang untuk menamatkan
pendidikan mereka hingga kuliah semester 5 atau lulus D2.
Sementara itu, rata-rata lama sekolah masih mencapai berkisar antara 8,13 tahun
(Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Selatan) hingga 9,33 tahun
(Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireuen). Artinya, secara rata-rata penduduk di daerah
penelitian ada yang belum menamatkan kelas IX, tetapi ada juga yang memiliki peluang
melanjutkan SMA, sehingga jelas bahwa masih ada daerah yang belum mampu menuntaskan
Wajar 9 Tahun. Hal ini harus terus menjadi perhatian pemerintah daerah masing-masing dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan pendidikan di wilayahnya. Sebagaimana pendapat
Becker (1994) yang menyatakan bahwa perluasan pengetahuan ilmiah dan teknis dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan masukan (input) lainnya dalam aktivitas produksi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Raynaldhi (2015) yang menyatakan bahwa berdasarkan
rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur, selama 2009-2012 terjadi
sedikit sekali peningkatan kualitas penduduk yaitu dari 7,2 tahun ditahun 2009 meningkat
menjadi 7,48 di tahun 2012, setara kelas satu pada jenjang pendidikan SLTP.
Demikian juga pada variabel moderating menunjukkan hasil yang tidak signifikan, seperti
faktor IP memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap hubungan antara teknologi dan
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 57
pertumbuhan ekonomi, memperlihatkan koefisien regresi sebesar 94,720. Hal ini berarti setiap
peningkatan nilai IP sebesar 1% maka akan meningkatkan hubungan antara teknologi dan
pertumbuhan ekonomi sebesar 94,720%. Hasil ini mengindikasikan bahwa Indeks Pendidikan
menjadi faktor penguat dalam pemanfaatan teknologi bagi dunia usaha, namun masih belum
optimal di masa pandemi Covid-19 sehingga membutuhkan dukungan pemerintah seperti
pendampingan maupun pelatihan dalam hal pemasaran digital/online dan cara branding produk
para mitra ke pasar yang lebih luas (Raharja dan Natari, 2021).
Nilai R2= 0,704 yang artinya bahwa variasi nilai seluruh variabel dapat dijelaskan oleh
variasi nilai variabel penjelas dalam model sebesar 29,6 %, dan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain di luar model.

4.4.3 Analisis Strategi Kebijakan Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat


Melalui Penguatan UMKM

Strategi Kebijakan Penguatan Usaha Mikro, Kecil-Menengah (UMKM) secara umum


dalam perekonomian nasional memiliki peran : (1) Sebagai pemeran utama dalam kegiatan
ekonomi, (2) Penyedia lapangan kerja terbesar, (3) Pemain penting dalam pengembangan
perekonomian lokal dan Pemberdayaan masyarakat, (4) Pencipta pasar baru dan sumber
inovasi, serta (5)Kontribusinya terhadap neraca pembayaran . Efendi Ishak, (2005) . Sebagai
pilar perekonomian nasional, UMKM ternyata bukan sektor usaha yang tanpa masalah.Dalam
perkembangannya, sektor ini justru menghadapi banyak masalah yang sampai saat ini belum
mendapat perhatian serius untuk mengatasinya. Selain masalah permodalan yang disebabkan
sulitnya memiliki akses dengan Lembaga keuangan karena ketiadaan jaminan (collateral), juga
masalah yang dihadapi dan sekaligus menjadi kelemahan UMKM adalah kurangnya akses
informasi, khususnya informasi pasar. Hal tersebut menjadi kendala dalam hal pemasaran,
karena dengan terbatasnya akses informasi pasar mengakibatkan rendahnya orientasi pasar dan
lemahnya daya saing di tingkat global. Miskinnya informasi mengenai pasar tersebut,
menjadikan UMKM tidak dapat mengarahkan pengembangan usahanya secara jelas dan fokus,
sehingga jalannya lambat.
Dalam menghadapi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif, penguasaan
pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM. Agar dapat menguasai
pasar, maka UMKM perlu mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, baik informasi
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 58
mengenai pasar produksi maupun pasar faktor produksi, Strategi Penguatan Usaha Mikro Kecil
Menengah yang sangat penting yaitu Informasi tentang pasar produksi, ini sangat diperlukan
untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM. Menurut Effendi
Ishak, (2005). Informasi pasar produksi atau pasar komoditas yang diperlukan misalnya (1) jenis
barang atau produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen di daerah tertentu, (2) bagaimana daya
beli masyarakat terhadap produk tersebut, (3) berapa harga pasar yang berlaku, (4) selera
konsumen pada pasar lokal, regional, maupun internasional. Dengan demikian, UMKM dapat
mengantisipasi berbagai kondisi pasar sehingga dalam menjalankan usahanya akan lebih
inovatif. Sedangkan informasi pasar faktor produksi juga di perlukan terutama untuk
mengetahui : (1) sumber bahan baku yang dibutuhkan, (2) harga bahan baku yang ingin dibeli,
(3) di mana dan bagaimana memperoleh modal usaha, (4) di mana mendapatkan tenaga kerja
yang professional, (5) tingkat upah atau gaji yang layak untuk pekerja, (6) di mana dapat
memperoleh alat-alat atau mesin yang diperlukan Informasi pasar yang lengkap dan akurat dapat
dimanfaatkan oleh UMKM untuk membuat perencanaan usahanya secara tepat, misalnya : (1)
membuat desain produk yang disukai konsumen, (2) menentukan harga yang bersaing di pasar,
(3) mengetahui pasar yang akan dituju, dan banyak manfaat lainnya. Oleh karena itu peran
pemerintah sangat diperlukan dalam mendorong keberhasilan UMKM dalam memperoleh akses
untuk memperluas jaringan pemasarannya. Selain memiliki kemudahan dan kecepatan dalam
memperoleh informasi pasar, UMKM juga perlu memiliki kemudahan dan kecepatan dalam
mengkomunikasikan atau mempromosikan usahanya kepada konsumen secara luas baik di
dalam maupun di luar negeri. Menurut Naisbit (1994: 3), perkembangan ekonomi dunia akan
didominasi oleh usaha kecil dan menengah, negara yang memiliki jaringan yang kuat pada usaha
kecilnya akan berhasil dalam persaingan dipasar global. Pengembangan UMKM juga tidak bisa
lepas dari peran LKM (Lembaga Keuangan Mikro), karena LKM merupakan pihak yang
diharapkan mampu memberikan dukungan kepada UMKM dari sisi permodalan. Berangkat dari
fenomena itu maka salah satu syarat pengembangan UMKM adalah pemberdayaan LKM.
Aspek pemberdayaan LKM meliputi dua aspek , yaitu aspek regulasi dan penguatan
kelembagaaan yang bertujuan untuk mendorong agar kebijakan yang dikeluarkan oleh LKM
lebih memihak pada UMKM terutama untuk aksesbilitas permodalan. Oleh karena itu
pemberdayaannya LKM harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan, yang dapat

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 59


mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing UMKM, serta menumbuhkan
wirusahawan baru yang tangguh.

Tabel 4. 13 Matrix Analisis SWOT

Internal S W
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1.Pengaruh lokasi terhadap 1. Banyaknya pesaing
kelangsungan usaha yang dengan penjualan produk
cukup banyak yang sama.
2. Pelayanan kepada 2. Naiknya harga bahan
konsumen yang maksimal. baku yang tidak menentu
3. Harga barang-barang yang yang berpengaruh
ditetapkan terjangkau oleh terhadap naik turunnya
konsumen penjualan.
4. Modal usaha yang 3. Kurangnya variasi dari
dikeluarkan sesuai dengan produk yang ada.
Eksternal keuntungan yang diperoleh 4. Tingkat harga sewa
5. Meningkatkan kualitas tempat yang tinggi.
produk demi pencapaian 5. produknya mudah di tiru
loyalitas konsumen
O Strategi S-O Strategi W-O
Opprtunities (Peluang) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
1. Menigkatkan ekonomi menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
keluarga untuk memanfaatkan peluang untuk memanfaatkan
2. Lokasi yang sangat 1. Meningkatkan strategi peluang
strategis pemasaran melalui social 1. Memberikan pelayanan
3. Mengikuti banyaknya media dengan mengikuti kepada konsumen yang
permintaan konsumen di kemajuan teknologi. maksimal
pasaran 2. Meningkatkan kualitas 2. Meningkatkan variasi
produk dengan melihat produk yang ada dengan

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 60


4. Mengikuti kemajuan daya beli serta permintaan melihat selera atau
tehnologi untuk konsumen. permintaan konsumen di
menciptakan pemasaran 3. Lokasi yang sangat pasaran
produk yang maksimal strategis yang
memudahkan masyarakat
mengaksesnya.

T Strategi S-T Strategi W-T


Threats (Ancaman) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
1. Menigkatkan ekonomi menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
keluarga untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
2. Lokasi yang sangat 1. Meningkatkan strategi 1. Memberikan pelayanan
strategis pemasaran melalui social kepada konsumen yang
3. Mengikuti banyaknya media dengan mengikuti maksimal
permintaan konsumen di kemajuan teknologi. 2. Meningkatkan variasi
pasaran 2. Meningkatkan kualitas produk yang ada dengan
4. Mengikuti kemajuan produk dengan melihat melihat selera atau
tehnologi untuk daya beli serta permintaan permintaan konsumen di
menciptakan pemasaran konsumen. pasaran
produk yang maksimal 3. Lokasi yang sangat
5. Tingginya tingkat daya beli strategis yang
masyarakat akan makanan- memudahkan masyarakat
makanan tradisional daerah mengaksesnya.
Sumber: Hasil Analisis (2021)

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 61


BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

5.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi UMKM terdiri dari harga, tenaga kerja, modal,
produksi, teknologi, pemasaran dan kebijakan pemerintah. Hasil regresi menunjukkan
bahwa hanya harga, tenaga kerja, modal dan produksi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas UMKM, sedangkan teknologi, pemasaran dan
kebijakan pemerintah belum menunjukkan dampak terhadap peningkatan
produktivitas UMKM.
2. Pengaruh kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi
yaitu omzet, teknologi, dan indeks pendidikan. Hasil regresi menunjukkan bahwa omzet,
teknologi dan indeks pendidikan masih belum maksimal meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, dimana teknologi dan indeks pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan omzet berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian juga, kaitanya dengan variabel moderating
menunjukkan bahwa indeks pendidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
hubungan antara teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini mengindikasikan bahwa
indeks pendidikan menjadi faktor penguat dalam pemanfaatan teknologi bagi dunia
usaha, namun masih belum optimal di masa pandemi Covid-19 sehingga membutuhkan
dukungan pemerintah.
3. Strategi kebijakan dalam terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penguatan
UMKM adalah meningkatkan strategi pemasaran melalui sosial media dengan mengikuti
kemajuan teknologi; meningkatkan kualitas produk dengan melihat daya beli serta
permintaan konsumen; lokasi yang sangat strategis untuk memudahkan masyarakat
mengaksesnya; memberikan pelayanan kepada konsumen yang maksimal; dan
meningkatkan variasi produk yang ada dengan melihat selera atau permintaan konsumen
di pasaran.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 62


5.2 Rekomendasi Kebijakan
1. Pemerintah daerah harus lebih efektif melaksanakan pelatihan ketrampilan terhadap
penggiat ekonomi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk meningkatkan skill
serta kualitas produksi yang dihasilkan
2. Pemerintah daerah harus menyediakan layanan pengaduan UMKM untuk mengetahui
apa yang sebenarnya dibutuhkan dan kendala yang yang dihadapi oleh penggiat ekonomi
UMKM.
3. Pemerintah daerah harus mempunyai pangkalan data (database) UMKM yang akurat
terkait dengan kondisi UMKM di Aceh, sehingga dalam pemberian bantuan harus tepat
sasaran.
4. Pemerintah daerah menyediakan fasilitas pemasaran agar produk yang dihasilkan para
pelaku UMKM bisa masuk ke supermarket, dan diperlukan pendampingan pelatihan
dalam pemasaran digital, platform digital, e-commerce yang digunakan seperti,
Tokopedia, Aceh Sale dan platform lainnya.
5. Mendorong pencetakan wirausaha baru dalam mengembangkan kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif dan komparatif UMKM melalui kombinasi dari pelatihan,
pendampingan dan magang serta pemberian fasilitas secara simultan, dengan
berkolaborasi pemerintah daerah, perguruan tinggi dan industri.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 63


DAFTAR PUSTAKA

Alma B,. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta.

Anderson, D. 1982. Small-Scale Industry in Developing Countries: A Discussion of the Issues.


World Development, 10 (11).

Aremu, M. A. dan Adeyemi, S. L. 2011.Small and Medium Scale Enterprises as A Survival


Strategy for Employment Generation in Nigeria.Journal of Sustainable Development.
Vol.4 No.1, (pp 200 œ 206).

Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama,
BPFE, Yogyakarta.

Arsiyah, Ribawanto, H., & Sumartono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan
Ekonomi Desa. Jurnal Wacana Vol. 12 No. 2, 371.

Aurora, T.L dan Junaidi. 2016. Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Kota Jambi, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Vol.
3 No. 3.

Ayyagari, M., T. Beck., and A. Demirguc-Kunt. 2003. Small and Medium Enterprises Across
the Globe: A New Database, Vol. 3127. World Bank Publications

Badan Pusat Statistik. 2021. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Aceh Menurut
Lapangan Usaha Triwulan IV – 2020. BPS Provinsi Aceh.

Becker, Gary S. 1994. Human Capital Revisited. (Online)


(http://www.nber.org/chapters/c11229, hal 15- 28 diunduh 05 Juli 2017).

Bery, A., E. Rodriguez., dan H. Sandee. 2001. Small and Medium Enterprise Dynamics in
Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 37(3), 363-384.

Bruhn, M., Schoenmueller, V. and Schäfer, D.B. 2012. “Are social media replacing traditional
media in terms of brand equity creation?”, Management Research Review, Vol. 35 No. 9,
pp. 770-790.

Charles, V dan Gherman T. 2013. Factors Influencing Peruvian Women to Become


Entrepreneurs. World Applied Sciences Journal, 27(10):1345-1354.

Chuta, E. dan C. Liedholm. 1985. Employment and Growth in Small-Scale Industries: Empirical
Evidence and Policy Assessment for Sierra Leone. St. Martin’s Press.

Cohen Bruce J. 2009. “Peranan, Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta : Rineka Cipta

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 64


Damuri R Yose, Aswicahyono Haryo, Hirawan Fajar, Setiati Ira and Simanjuntak Indira. 2020.
Langkah Pemberdayaan UMKM dalam Menghadapi Covid-19. CSIS Policy Paper.
Jakarta: CSIS Indonesia.

Delloitte Access Economics. 2015. UKM Pemicu Kemajuan Indonesia Instrumen Pertumbuhan
Nusantara.

Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di Indonesia.
Depkop. Jakarta.

Destiana, A., Suryatman, D., & Setiowati, N. 2016. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Manis
Kidul dalam Menunjang Pendidikan Formal di Objek Wisata Cibulan Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan. Junal Edueksos Volume V No 1, 59.

Diva, Gede. 2009. “Mengembangkan UKM Melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah
Jakarta”. Jakarta : Bakrie School of Management.

Dwidjowijoto, R. dan Wrihatnolo,R. 2007. Manajemen pemberdayaan sebuah pengantar dan


panduan untuk pemberdayaan masyarakat. Jakarta: PT Elexmedia Komputindo
Gramedia.

Ferrell, O., Hirt, G., & Ferrell, L. 2015. Digital Marketing and Social Networkin. In Business -
A Changing World. New York: Mc. Graw-Hill.

Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Unit Penerbit dan Percetakan PT. Rineka
Cipta, Jakarta.

Gujarati D. 1997. .Ekonometrika Dasar. Sumarno Z, penerjemah; Gunawan H, editor. Jakarta:


Erlangga.

Harahap, E. 2012. Pemberdayaan masyarakat dalam Bidang Ekonomi untuk mewujudkan


Ekonomi Nasional yang Tangguh dan Mandiri. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Volume 3 No 2, 78.

Hikmat, H. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Hutomo, M. 2000. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi : Tinjauan Teoritik dan
Implementasi. Dalam Naskah N0.20 .

Kambewa, P. dan Tekere, M. 2007. The impact of economic partnership agreements on micro,
small and medium sized enterprises in Malawi. International Journal Conference on E-
business. Vol.3 No.5 ( pp 21-28).

Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks.

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 65


Kotler, Philip. 2005. Manajemen pemasaran, Dialih bahasakan oleh Benjamin Molan, buku
kedua, edisi kesebelas. Jakarta: PT Indeks.

Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol.
Jakarta: PT. Prehallindo.

Kirkwood, J. 2009. Motivational Factors in a Push-Pull Theory of Entrepreneurship. Gender in


Management: An International Journal, 24(5):346-364.

Kotler,Philip and Gary Armstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi13. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller.2012. Marketing Management 13. New Jersey: Pearson
Prentice Hall, Inc.

Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasildan Penyerapan Tenaga Kerja,Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol 7 Nomor 1 : 45-54.

Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran, Pendekatan Praktis.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Liedholm, C. 2002. Small Firm Dynamics: Evidence from Africa and Latin America. Small
Business Economics, 18 (1-3), 225-240.

Liedholm, C. 1973. Research on Employment in the Rural Nonfarm Sector in Africa. African
Rural Employment Paper, No. 5 April, Department of Agricultural Economic, Michigan
State University, East Lansing, Michigan.

Mardikanto, T. 2010. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Sebelas Maret University


Press, Surakarta.

Mardikanto,T., dan Soebianto, P. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan


Publik. Bandung: CV Alfabeta.

Mardikanto, T., dan Soebianto, P. 2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan
Publik. Bandung: Alfabeta.

McClelland, D.C. 1987. Characteristics of Successful Entrepreneurs. Journal of Creative


Behaviour, Vol. 21, 219-233.

Nikmatullah, D. 2013. Pemberdayaan masyarakat miskin melalui program Corporate Social


Responsibility (CSR). Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Primiana, Ina. 2009. Menggunakan Sektor Riil UKM & Industri. Bandung :CV Alfabeta.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 66
Purwana, D., Rahmi, dan Aditya, S. 2017. Pemanfaatan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) Di Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit. Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPPM) 1(1): 1 – 17.

Purwanti,Endang. 2012.”Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran


Terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga”. Jurnal Vol.5
No.9 Juli 2012.

Putri, Kartika dkk, 2014."Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan, Modal Usaha Dan Peran
Business Development Service Terhadap Pengembangan.

Rabbani I. H. 2021. Program UMKM Prioritas Pemerintah Aceh 2021: Di Mana Fokusnya?
https://dialeksis.com/opini/program-prioritas-umkm-pemerintah-aceh-2021-fokus-
kemana/ (diakses tanggal 1 Juni 2021).

Robinson, P. 2000. Manajemen Strategi Formulasi, Imlementasi dan Pengendalian. Jilid 1


Jakarta Binrupa Aksara.

Rachman, S. 2016. Analisis Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor
Manufaktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar. Ad’ministrare, Vol. 3 No. 2.

Raharja, S.J. dan Adiprihadi, D. 2020. Dampak Pandemik Covid-19 Terhadap UMKM di Kota
Bandung. Laporan Akhir Penelitian.

Raynaldhi Y. 2015. Pengaruh Faktor Penentu Indeks Pembangunan Manusia terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur, Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 4. No.2.

Rochdianingrum, A.W. dan Setyabudi, G. T. 2019. Keterkaitan Antara Jumlah UMKM dan
Tingkat Teknologi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur. Ekuitas: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan, Vol. 3, No. 4: 543 – 562.

Rosita, R. 2020. Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Lentera
Bisnis, 9(2), 109-120.

Riawan T, W,dkk. 2005. “Peningkatan Kapasitas Pemda dalam Pelayanan Publik.” Yogyakarta:
Pembaruan.

Richardson, H.W. 1991. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta
Sirojuzilam, 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, Ketimpangan
Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara. Pustaka Bangsa
Press.

Sabirin. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal. Banda Aceh: ArraniryPress
- Lembaga Naskah Aceh (NASA).

Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 67


Seokanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Simanjuntak, P, J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Sudarman, Ari. 2004. Teori Ekonomi Mikro.Yogyakarta: BPFE.

Sudarsono dkk, 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Karunia Jakarta, Universitas Terbuka
Jakarta.

Suharto, E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: PT Refika


Aditama.

Suharto, E. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial


perusahaan. Bandung: PT Refika Aditama.

Suharto, E. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis


Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan.
Jakarta: LPPE UI dan Bima Grafika.

Sulistiyani, A. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

Suwondo, K. 2002. Perubahan Pola Pemerintahan dan Kepemimpinan Lokal.


Salatiga:Forsa Pustaka

Steel, W.F. 1979. The Urban Artisinal Sector in Ghana and the Cameroon: Comparison of
Structure and Policy Problems. Makalah. Dipresentasikan dalam The Conference on
Small-Scale Production in Urban Africa pada Maret 2015, University of Paris.

Taiminen, H. M., dan Karjaluoto, H. 2015. The usage of digital marketing channels in SMEs.
Journal of Small Business and Enterprise Development, 22(4), 633-651.

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Thoha, Mifthah. 2003. “Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya.” Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Tejasari, M. 2008. Peranan Sektor Usaha dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Naskah publikasi IPB, Bogor.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Waluya, B. 2009. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: PT Pribumi Mekar.

Zubaedi, 2013. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 68

Anda mungkin juga menyukai