Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, serta Ridha dan Rahmat-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan kajian yang berjudul “Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Melalui Penguatan UMKM”.
Laporan ini juga merupakan dokumentasi dan menjadi masukan-masukan kepada pemerintah
dalam melakukan evaluasi kegiatan kunjungan ke UMKM yang ada di Provinsi Aceh,
berdasarkan data-data valid yang telah dikumpulkan sehingga tepat sasaran.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah ikut mendukung dan membantu
proses pelaksanaan kajian ini hingga laporan dapat diselesaikan tepat waktu. SKPA yang telah
memberikan support data yaitu Dinas Koperasi dan UKM, Perindustrian dan Perdagangan dan
penggiat UMKM sehingga laporan ini mampu menjawab permasalahan pemberdayaan di sektor
UMKM.
Kami menyadari bahwa penulisan ini terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan
masukan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini sehingga bisa memberikan manfaat
bagi pemerintah, masyarakat dan pelaku UMKM.
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional. Dapat dilihat dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional. UMKM
menyumbang sekitar 61% dari PDB Indonesia dan menyediakan 97% lapangan pekerjaan bagi
seluruh tenaga kerja Indonesia.
Di tengah usaha memberdayakan UMKM ini, Indonesia menghadapi musibah yang tidak terduga yaitu
munculnya wabah COVID-19. Wabah ini tentu saja memunculkan tantangan baru untuk mendukung
UMKM. Turunnya aktivitas dan pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun global telah berdampak
pada turunnya permintaan masyarakat termasuk untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh UMKM
(Damuri et. al, 2020)
Tidak dapat dipungkiri, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memegang peranan penting
dalam perekonomian, termasuk di Aceh. Berdasarkan skala regional, UMKM mampu memberikan
kontribusi 69,11 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDRB) Aceh. Oleh karena itu perlu
kiranya untuk terus mendalami faktor-faktor yang menyebabkan produktivitas UMKM masih
rendah dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas UMKM dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi inklusif.
Dengan demikian kami merekomendasikan beberapa hal. 1). Pemerintah daerah harus lebih
efektif melaksanakan pelatihan keterampilan terhadap penggiat ekonomi UMKM; 2).
Pemerintah daerah harus menyediakan layanan pengaduan UMKM untuk mengetahui apa yang
sebenarnya dibutuhkan dan kendala yang yang dihadapi oleh penggiat ekonomi UMKM, 3),
Pemerintah daerah harus mempunyai pangkalan data (database); 4). Pemerintah daerah
melakukan pendampingan pelatihan pemasaran pasar digital, membuat platform digital,
e-commerce seperti Tokopedia, Aceh Sale dan platform-platform lainnya; 5).Mendorong pelaku
wirausaha baru dalam mengembangkan kewirausahaan yang bisa bersaing dalam hal
keunggulan kompetitif dan keunggulan Comparatif .
ii
ABSTRAK
Sejak pandemi covid-19, memunculkan tantangan baru bagi UMKM. Permasalahan utama yang
dihadapi UMKM ini adalah turunnya permintaan. Turunnya permintaan masyarakat termasuk
untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh UMKM. Kajian ini bertujuan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM; mengetahui pengaruh kontribusi usaha
mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi; dan strategi kebijakan terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penguatan UMKM.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penggiat ekonomi UMKM pada sentra-
sentra UMKM di Provinsi Aceh. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Dalam purposive sampling, pengambilan sampel dilakukan
hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Sampel penelitian ini adalah
penggiat ekonomi UMKM pada sentra-sentra UMKM yaitu Usaha Mikro dan Kecil (UMK);
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan kabupaten/kota yang tersebar di 5
kabupaten yaitu Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh
Selatan dan Kabupaten Aceh Barat Daya.
iii
ABSTRACT
Since the COVID-19 pandemic, it has created new challenges for UMKM. The main
problem faced by UMKM is the decline in demand. The decline in public demand, including for
products and services produced by UMKM. This study aims to analyze the factors that affect
the productivity of UMKM; determine the influence of the contribution of micro, small and
medium enterprises to economic growth; and policy strategies for community economic
empowerment through strengthening UMKM.
The population in this study is the overall UMKM economic activists in UMKM centers
in Aceh Province. The sampling technique used in this research is purposive sampling. In
purposive sampling, sampling is carried out only on the basis of the consideration of the
researcher who considers the desired elements already exist in the members of the sample taken.
The sample of this research is MSME economic activists in UMKM centers, namely Micro and
Small Enterprises (UMK); The District/City Cooperatives, UKM, Industry and Trade Offices
are spread over 5 districts, namely Pidie District, Pidie Jaya District, Bireuen District, South
Aceh District and Southwest Aceh District.
The results of the study show, first, that UMKM productivity is influenced by prices,
labor, capital and production, while technology, marketing and government policies have not
optimally affected UMKM productivity in 5 districts/cities in Aceh; Second, the education index
as a moderating variable has an influence on the relationship between technology and economic
growth. This shows that the education index provides the use of technology for economic
growth; Third, the policy strategy adopted is to improve marketing strategies through social
media by following technological advances; improve product quality by looking at purchasing
power and consumer demand; a very strategic location to make it easier for the public to access
it; provide maximum service to consumers; and increase the variety of existing products by
looking at the tastes or demands of consumers in the market.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................ ii
ABSTRAK .......................................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Kajian............................................................................................... 6
1.4 Manfaat Kajian............................................................................................. 6
v
2.8 Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................................ 22
2.9 Modal ........................................................................................................... 23
2.10 Harga ............................................................................................................ 24
2.11 Produksi ....................................................................................................... 24
2.12 Pemasaran .................................................................................................... 25
2.13 Teknologi ..................................................................................................... 26
2.14 Peranan Pemerintah ..................................................................................... 26
vi
4.4 Menganalisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan
UMKM ......................................................................................................... 53
4.4.1 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM .... 53
4.4.2 Analisis Kontribusi UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......... 54
4.4.3 Analisis Strategi Kebijakan Terhadap Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Melalui Penguatan UMKM ............................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Dampak Sektoral dan Distrubisi UMKM....................................................... 3
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan pada Sektor Lapangan Usaha .......................................... 4
Tabel 2.1 Kriteria UMKM.............................................................................................. 13
Tabel 2.2 Jumlah Pengusaha UMKM di Provinsi Aceh ................................................ 16
Tabel 4.1 Banyaknya Usaha dan Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil menurut
Status Pekerja ................................................................................................. 34
Tabel 4.2 Persentase Usaha Mikro dan Kecil dan Rata-rata Jam Kerja per Hari
menurut Jumlah Hari Kerja dalam Sebulan ................................................... 35
Tabel 4.3 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis
Kelamin dan Jenis Tenaga Kerja .................................................................. 36
Tabel 4.4 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis
Kelamin dan Status Pekerja.......................................................................... 37
Tabel 4.5 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama ............. 42
Tabel 4.6 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Badan/Lembaga yang Menjalin
Kemitraan ....................................................................................................... 45
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov .................................................... 51
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................................. 52
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 52
Tabel 4.10 Uji Regresi Linear Berganda (PUMKM) ....................................................... 54
Tabel 4.11 Uji Regresi Linear Berganda (LOGY) ........................................................... 55
Tabel 4.12 Dampak PSBB terhadap Kegiatan Bisnis ...................................................... 56
Tabel 4.13 Matrix Analisis SWOT................................................................................... 60
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kelompok Sektor Primer, Sekunder Dan Tersier ........................................ 5
Gambar 4.1 Peta Provinsi Aceh ....................................................................................... 31
Gambar 4.2 Jumlah UMKM Provinsi Aceh berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun
2020.............................................................................................................. 32
Gambar 4.3 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Industri (KBLI).... 33
Gambar 4.4 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Besarnya Balas Jasa per
Pekerja Dibayar per Jam .............................................................................. 34
Gambar 4.5 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur ..................................................................... 36
Gambar 4.6 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Tingkat Pendidikan yang
Ditamatkan Pengusaha ................................................................................. 38
Gambar 4.7 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Umur
Pengusaha .................................................................................................... 39
Gambar 4.8 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Sumber Modal ....................... 40
Gambar 4.9 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Sumber Modal Utama ........... 41
Gambar 4.10 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Alasan Utama Tidak
Meminjam dari Bank ................................................................................... 42
Gambar 4.11 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama Bahan
Baku ............................................................................................................. 43
Gambar 4.12 Persentase Usaha Mikro dan Kecil yang Menjalin Kemitraan dengan
Usaha Lain menurut Jenis Kemitraan yang Diterima .................................. 44
Gambar 4.13 Persentase Usaha Mikro dan Kecil yang Menerima Pelayanan/Bantuan
menurut Badan/Lembaga yang Memberi Bantuan ...................................... 46
Gambar 4.14 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Alasan Utama Tidak
Menerima Pelayanan/Bantuan ..................................................................... 46
Gambar 4.15 Persentase Usaha Mikro dan Kecil Menurut Penggunaan Internet ............. 47
Gambar 4.16 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Konsumen Utama .................. 48
Gambar 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ................................... 48
Gambar 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 49
Gambar 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 50
Gambar 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Usaha ........................ 51
Gambar 4.21 Jumlah Omzet .............................................................................................. 56
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Primer
11,7%
Tersier Sekunder
27,15% 6,09%
2.6.2 Fungsi dan Peranan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Fungsi dari usaha mikro, kecil dan menengah secara mikro adalah sebagai penemu dan
sebagai perencana. Sementara itu, usaha mikro, kecil dan menengah secara makro adalah
sebagai penunjang pembangunan suatu negara, sebagai penggerak, pengendali dan pelopor
dalam pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara. Berikut ini beberapa peran usaha kecil
dan mikro di negara berkembang yang dikemukakan oleh Liedholm (2002) dan Bery dkk (2001)
diantaranya adalah:
a. Membantu kemajuan pembangunan ekonomi;
b. Meningkatkan kesempatan kerja;
c. Pemutar gerak roda ekonomi;
d. Penghasil devisa;
e. Meningkatkan produktivitas;
f. Berkontribusi dalam fungsi sosial;
g. Pendorong munculnya usaha-usaha baru;
h. Basis perkembangan usaha.
2. Fase Kedua
Fase kedua ini dialami oleh pelaku-pelaku usaha yang berada di wilayah yang lebih
berkembang dari fase pertama dengan pendapatan per kapita lebih tinggi. Fase kedua ini
melahirkan usaha yang disebut sebagai usaha keci dan menengah yang merupakan hasil
perkembangan dari usaha mikro. Usaha-usaha mikro yang bergerak dalam bidang manufaktur
pada fase ini mulai tergeser dan diambil alih oleh usaha kecil dan menengah. Kegiatan ekspansi
yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah terhadap usaha mikro ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah adanya kegiatan urbanisasi, banyaknya pebisnis yang
merekrut karyawan, dan berubahnya sistem jual beli barte dengan sistem cash market. Sistem cash
market ini merupakan sistem jual beli yang transaksinya dilakukan dengan menggunakan uang
seperti yang berlaku sampai saat sekarang (Steel, 1979).
3 Fase Ketiga
Fase terakhir ini adalah fase pembangunan di mana sudah muncul usaha-usaha besar yang
menggeser peran Usaha Kecil dan Menengah dalam kegiatan perekonomian di berbagai bidang
industry. Peluang-peluang yang melahirkan kesempatan munculnya usaha besar pada fase ini
menurut Anderson (1982) adalah produk dari fase kedua. Fase ketiga ini ditandai dengan
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 15
beberapa ciri-ciri di antaranya adalah perkembangan skala usaha dari usaha kecil menengah
menjadi usaha besar dan usaha besar melakukan perluasan skala produksi. Ekspansi yang
dilakukan oleh usaha besar tidak sepenuhnya berasal dari peningkatan skala usaha menengah,
akan tetapi terdapat usaha besar yang perkembangannya tidak melalui pertumbuhan skala usaha,
melainkan memang langsung dirancang untuk menjadi usaha dengan skala besar.
Berdasarkan data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, jumlah usaha mikro, kecil dan
menengah di Provinsi Aceh semakin meningkat dari tahun ke tahun terutama usaha dalam skala
mikro. Dari Tabel 4 mengenai jumlah pengusaha di Aceh, dapat dilihat bahwa jumlah usaha mikro
mengalami peningkatan sebesar 605 unit meski mengalami fluktuasi di tahun sebelumnya.
Kondisi ini tentunya merupakan suatu hal yang positif dan perlu mendapatkan perhatian
pemerintah agar jumlah usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia dapat terus meningkat dari
tahun ke tahun.
Tahun
Jenis Usaha 2018 2019 2020
Mikro 233 211 605
Kecil Menengah 5869 4188 3717
Besar 140 79 130
Sumber: Disperindag, 2021
Dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha kecil dan mikro dan ekonomi rakyat,
terdapat dua buah tiang utama yaitu tegaknya sistem dan mekanisme pasar yang sehat dan
berfungsinya tatanan kelembagaan atau regulasi pemerataan ekonomi yang efektif. Di samping
itu, diperlukan pula kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung dan usaha yang perlu
memperhatikan kualitas proses produksi. Perkembangan usaha kecil dan mikro tidak dimungkiri
sangat bergantung pada beberapa permasalahan klasik, diantaranya adalah sulitnya akses untuk
mendapatkan modal, sulitnya mendapatkan peluang usaha, banyaknya masalah yang dihadapi saat
proses produksi, sebaiknya mendapatkan jaringan dan relasi bisnis, sulitnya memasarkan produk
dan masih banyak lagi. Dalam mengatasi permasalahan diatas, terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi perkembangan UMKM di antaranya adalah:
b. Perkembangan Teknologi
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, mayoritas usaha mikro adalah usaha
yang dilakukan sendiri tanpa mempekerjakan orang lain atau lebih dikenal dengan istilah self-
employment sehingga seluruh pekerjaan diatasi oleh pemilik usaha tersebut. Kondisi ini semakin
didukung dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi yang memudahkan pengusaha dalam
mengontrol seluruh keperluan bisnisnya sendiri dengan memanfaatkan teknologi dan jumlah
pengusaha mikro juga semakin meningkat.
c. Produk UMKM
Produk yang dihasilkan oleh usaha kecil dan mikro sebagian besar merupakan produk yang
dibutukan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah meskipun tidak menutup kemungkinan
juga menghasilkan produk unik sehingga menjangkau niche market dan masyarakat kalangan
menengah ke atas. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya memiliki persoalan-persoalan
yang hampir sama dengan negara berkembang lainnya yaitu jumlah penduduk menengah ke
bawah yang lebih besar dari pada jumlah penduduk menengah ke atas. Di samping itu, mayoritas
penduduk Indonesia bersifat konsumstif. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi pengusaha
mikro, kecil dan menengah dalam memasarkan produknya. Berdasarkan data yang diperoleh oleh
BPS, usaha kecil dan mikro di Indonesia banyak yang bergerak dalam sektor industri makanan.
Pada tahun 2014, tercatat bahwa jumlah usaha kecil dan mikro yang bergerak dalam sektor
industri makanan sebanyak 1.125.425, sedangkan usaha besar yang terjun ke dalam sektor industri
makanan pada tahun 2014 hanya berkisar 5.852. Sektor industri makanan merupakan sektor
strategis yang sangat menguntungkan bagi usaha kecil dan menengah sehingga ide-ide kreatif
selalu bermunculan untuk menghasilkan produk yang menarik minat konsumen.
2.9 Modal
Frianto (2012) mengemukakan bahwa modal merupakan uang yang ditanamkan oleh
pemiliknya sebagai pokok untuk memulai usaha meupun untuk memperluas besar usahanya
yang dapat menghasilkan sesuatu guna menambah kekayaan. Sejalan dengan pendapata diatas,
Bambang (dalam Purwanti, 2012) juga menyampaikan bahwa modal usaha sangat mutlak
diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh karena itu diperlukan sejumlah dana sebagai
dasar ukuran finasial atas usaha yang digalakan. Sumber modal usaha dapat diperoleh dari
modal sendiri, bantuan pemerintah, lembaga keuangan baik bank dan lembaga keuangan non
bank. Modal adalah faktor usaha yang harus tersedia sebelum melakukan kegiatan. Besar
kecilnya modal akan mempengaruhi perkembangan usaha dalam pencapaian pendapatan.
UMKM terdapat berbagai kendala dalam permodalan, Primiana (2009) menjabarkan
beberapa hal tentang kelemahan permodalan dalam UMKM, yaitu:
a. Kurangnya akses ke Bank, lembaga kredit atau sumber pembiayaan lainnya.
b. Prosedur pemberian kredit yang berbelit-belit.
c. Bank kurang memahami kriteria UMKM sehingga kredit yang diberikan tidak sesuai
kebutuhan.
d. Kurang mampunya komunitas UMKM membuat standart proposal yang baik dan benar.
e. Kurangnya pembinaan tentang manajemen keuangan seperti perencanaan, pencatatan dan
pelaporan.
f. Kredit yang diperlukan UMKM tidak jelas atau tidak diketahui oleh pengusaha.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 23
Lebih lanjut, Putri dkk (2016) menyebutkan bahwa indikator modal usaha adalah struktur
permodalan (modal sendiri dan modal pinjaman); pemanfaatan modal tambahan; hambatan
dalam mengakses modal eksternal, dan keadaan usaha setelah menambahkan modal.
2.10 Harga
Kotler dan Keller (2012), menyatakan : “Prices should reflect the value consumers are
willing to pay versus prices should reflect only the cost of making a product or delivering a
service”. Maksud dari pengertian tersebut adalah harga harus mencerminkan nilai konsumen
bersedia membayar harga dibandingkan harus mencerminkan hanya biaya pembuatan produk
atau memberikan layanan. Sedangkan menurut Stanton yang dikutip oleh Laksana (2008)
menyatakan bahwa : “Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang)
yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang
menyertainya”. Definisi tersebut sejalan dengan pendapat Alma (2011) mendefinisikan : “Harga
(price) sebagai nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang”. Harga memiliki dua peranan
utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan
informasi.
Lebih lanjut, Kotler dan Amstrong (2012) menyebutkan bahwa didalam variabel harga
ada beberapa unsur kegiatan utama yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga dan
periode pembayaran, seperti keterjangkauan; daya saing harga; kesesuaian harga dengan
manfaat produksi; harga mempengaruhi daya beli beli konsumen; harga dapat mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan. Hakekatnya indikator dari harga adalah kesesuaian
harga produk dengan kualitas produk, dan kesesuaian harga produk dengan manfaat yang
didapat.
2.11 Produksi
Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan barang
maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang (Suprayitno, 2008).
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana,
kegiatan produksi dan konsumsi seringkali dilakukan oleh seseorang sendiri. Seseorang
memproduksi sendiri barang dan jasa yang dikonsumsinya. Seiring dengan semakin
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 24
beragamnya kebutuhan konsumsi dan keterbatasan sumber daya yang ada (termasuk
kemampuannya), maka seseorang tidak dapat lagi menciptakan sendiri barang dan jasa yang
dibutuhkannya, tetapi memperoleh dari pihak lain yang mampu menghasilkannya. Karenanya,
kegiatan produksi dan konsumsi kemudian dilakukan oleh pihak-pihak yang berbeda. Untuk
memperoleh efesiensi dan meningkatkan produktivitas, muncullah spesialisasi dalam produksi.
Saat ini hampir tidak ada orang yang mampu mencukupi sendiri kebutuhan konsumsinya.
Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi definisi
produksi dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas. Pendefinisian produksi mencakup
tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat padanya.
Proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam jenis faktor produksi.
Faktor-faktor produksi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor produksi tenaga kerja,
modal dan bahan mentah (Sudarman, 2004). Di dalam proses produksi, faktor produksi
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produk yang dihasilkan. Produk sebagai output
(keluaran) dari proses produksi sangat tergantung dari faktor produksi sebagai input (masukkan)
dalam proses produksi tersebut. Sedangkan proses produksi tergantung pula dari faktor produksi
yang masuk ke dalamnya.
2.12 Pemasaran
Menurut Kotler (2001) bahwa pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana
perorangan dan kelompok mendapatkan kebutuhan mereka dengan menciptakan, penawaran
produk yang bernilai masing-masing. Inti dari kegiatan pemasaran adalah untuk
mengembangkan suatu produk, distribusi, komunikasi, penetapan harga dan pelayanan. Kotler
(2001) juga mengatakan bahwa didalam pemasaran terdapat bauran pemasaran. Bauran
pemasaran ialah serangkaian variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang dikehendaki perusahaan dari pasar sasarannya, bauran pemasaran
terdiri dari segala hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas
produknya. Kemudian Kotler (2005) menyebutkan bahwa strategi pemasaran adalah suatu
mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran, dimana di
dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran
dan budget untuk pemasaran. Kotler (2008) mendefinisikan alat pemasaran kedalam 7P atau
2.13 Teknologi
Perkembangan teknologi internet dan informasi telah mengubah lingkungan bisnis secara
dramatis (Ferrell, Hirt, dan Ferrell, 2015). Perkembangan teknologi ini dimanfaatkan para pelaku
bisnis dalam memasarkan produknya, yang sering disebut dengan pemasaran digital. Hal ini
bermakna bahwa pemasaran digital merupakan pendekatan baru untuk pemasaran yang didorong
oleh elemen digital (Taiminen dan Karjaluoto, 2015).
Bebarapa literatur mengindikasikan bahwa digitalisasi dalam berbagai bentuk berhubungan
positif dengan pertumbuhan usaha kecil, kinerja dan daya saing. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Taiminen dan Karjaluoto (2015) yang menyatakan bahwa pemasaran digital dan media
sosial memberikan peluang bagi usaha kecil untuk menarik pelanggan baru dan menjangkau
pelanggan yang sudah ada secara lebih efisien. Hingga saat ini, media sosial telah menjadi bagian
penting dari komunikasi pemasaran dan branding bisnis (Bruhn et al., 2012).
Purwana dkk. (2017) mengemukakan bahwa UMKM harus mampu menguasai perangkat
digital dan internet jika ingin dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Karena menurut penelitian
Delloitte Access Economics (2015), konsumen semakin terbiasa mengambil keputusan
berdasarkan konten digital serta terbiasa melakukan pembelian barang secara online. Hal ini
menjadi tantangan tapi juga bisa menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan bagi UMKM di
Aceh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Penelitian
survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan menyebarkan
kuisioner yang kemudian disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran
mengenai masalah yang ada (Sugiyono, 2008).
Dimana:
PUMKM = Produktivitas UMKM
H = Harga
TK = Tenaga kerja
TN = Teknologi
PM = Pemasaran
M = Modal
PR = Produksi
PP = Peranan Pemerintah
β0 = Intercept
β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 = Koefesien regresi
Dimana:
Log Y = Pertumbuhan ekonomi
Log Z = Omzet
Log TN = Teknologi
IP = Indeks Pendidikan yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS), dan Rata-
rata Lama Sekolah (RLS)
IPLog TN = Interaksi IP dan Log TN
i = Cross section
t = Time series
e = Error term
a0 = Intercept
a1, a2, a3, dan a4 = Koefesien regresi
19,28
KBLI
13,51
8,34
4,63
4,12
2,25
2,17
2,09
1,35
0,45
0,49
0,31
0,11
0,05
0,01
0,2
0,1
10 11 12 13 14 15 16 18 20 21 22 23 25 29 30 31 32 33
Gambar 4. 3 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Industri (KBLI)
Kegiatan industri yang paling banyak dijalankan adalah kelompok Industri Makanan
(KBLI 10) sejumlah 43 ribu usaha/perusahaan, baik industri mikro dengan jumlah pekerja 1-4
orang maupun industri kecil dengan pekerja 5-19 orang.
Sedangkan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya KBLI 16) menempati urutan terbanyak
kedua dengan jumlah sekitar 20 ribu usaha/perusahaan. Sementara industri dengan jenis
kegiatan terbesar ketiga ditempati oleh kelompok Industri Pakaian Jadi (KBLI 14) dengan
jumlah 14 ribu usaha/perusahaan. Adapun usaha IMK yang paling sedikit jumlahnya berada
pada kelompok industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (KBLI 22) serta Industri
Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer (KBLI 29), dengan jumlah kurang dari 100
usaha/perusahaan untuk masing-masing kelompok kategori industri.
Tabel 4.1 Banyaknya Usaha dan Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil
menurut Status Pekerja
Banyak Tenaga Kerja
Provinsi
Usaha Dibayar Tidak Dibayar Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 106.918 49.101 137.658 186.759
% 2,44 26,29 73,71 100
Indonesia 4.380.176 3.162.063 6.413.383 9.575.446
% 100 33,02 66,98 100
Sumber: BPS, 2020
Secara nasional, penyerapan tenaga kerja IMK di Provinsi Aceh pada tahun 2019 adalah
sebanyak 1,95 persen atau mencapai 186 ribu orang dengan rata-rata balas jasa pekerja 1,64
persen. Adapun penyerapan tenaga kerja ini sedikit menurun jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai angka diatas 2 persen. Jika dilihat dari besarnya balas jasa pekerja
memperlihatkan sebaran yang hampir sama antara usaha IMK di Aceh dan secara nasional.
Untuk usaha IMK di Aceh persentase tertinggi adalah usaha dengan rata-rata upah pekerja
kurang dari lima ribu rupiah per jam. Ini artinya usaha dengan upah dibawah rata-rata masih
mendominasi di wilayah Aceh. Begitu pula persentase tertinggi untuk usaha IMK nasional pada
nilai upah antara lima ribu hingga kurang dari sepuluh ribu rupiah per jam. Selengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut:
40,00
35,00
30,00
25,00
Aceh
20,00
Nasional
15,00
10,00
5,00
-
<5000 5000-9999 10000-14999 15000-19999 ≥20000
Gambar 4. 4 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Besarnya Balas Jasa
per Pekerja Dibayar per Jam
Tabel 4.2 Persentase Usaha Mikro dan Kecil dan Rata-rata Jam Kerja per Hari
menurut Jumlah Hari Kerja dalam Sebulan
Jumlah Hari Kerja dalam Sebulan
1-10 11-20 21-31
Provinsi Banyaknya Rata Jam Banyaknya Rata Jam Banyaknya Rata Jam
Usaha Kerja/Hari Usaha Kerja/Hari Usaha Kerja/Hari
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 13.585 6 32.648 6 60.685 7
Indonesia 495.552 6 1.056.536 6 2.748.328 7
Sumber: BPS, 2020
Peran gender dalam usaha IMK sangatlah berpengaruh. Hal ini terlihat dari persentase
tenaga kerja perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Penyerapan tenaga kerja
perempuan mencapai 120 ribu orang (64,29 persen) sedangkan pekerja laki-laki sebanyak 66
ribu orang (35,71 persen). Jika dilihat dari usia tenaga kerja sebanyak 98,58 persen berada pada
rentang usia produktif, yaitu berusia antara 15 sampai dengan 64 tahun. Setiap kelompok umur
tetap didominasi oleh pekerja perempuan sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Hal ini
menunjukkkan bahwa kegiatan IMK mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja perempuan
karena dapat dilakukan sebagai kegiatan sampingan dari kesibukan mengurus rumah tangga.
Khususnya pada kelompok industri makanan (KBLI 10), industri kayu, barang dari kayu dan
anyaman bambu/rotan (KBLI 16) serta industri pakaian jadi (KBLI 14).
Dibandingkan dengan nasional, komposisi tenaga kerjanya berkebalikan dengan Aceh
dimana persentase laki-laki sedikit lebih besar mencapai 51,78 persen dan pekerja perempuan
sebesar 48,22 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa Industri Mikro dan Kecil bukan hanya
menjadi kegiatan usaha utama bagi laki-laki, akan tetapi juga dapat dilakukan oleh perempuan
baik untuk menopang ekonomi rumah tangga ataupun usaha sampingan untuk membantu
menambah penghasilan.
Pada usaha Industri Mikro dan Kecil hampir seluruh tenaga kerja merupakan pekerja
produksi, dengan persentase di atas 90 persen. Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan utama
adalah kegiatan yang langsung berhubungan dalam proses produksi, seperti pekerja yang secara
langsung mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin, maupun mencatat bahan baku
yang digunakan dan barang yang dihasilkan. Sedangkan untuk jenis pekerjaan lainnya tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh pekerja
pendukung perusahaan seperti manager (bukan produksi), kepala personalia, sekretaris, tukang
ketik, penjaga malam, sopir perusahaan, dan lain-lain.
Tabel 4.3 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil
menurut Jenis Kelamin dan Jenis Tenaga Kerja
Laki-laki Laki-laki Jumlah
Provinsi Jenis Tenaga Kerja Jenis Tenaga Kerja Jenis Tenaga Kerja
Produksi Lainnya Produksi Lainnya Produksi Lainnya Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 33.05 2.66 59.71 4.58 92.77 7.23 100
Indonesia 47.94 3.84 45.01 3.21 92.96 7.04 100
Sumber: BPS, 2020
Tabel 4.4 Persentase Tenaga Kerja pada Usaha Mikro dan Kecil
menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerja
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00 Aceh
15,00
Nasional
10,00
5,00
-
Tidak SD SMP SMA SMK Diploma S1 &
Tamat I/II/III Lebih
SD Tinggi
Usaha IMK juga didominasi oleh pengusaha dengan kelompok umur produktif yaitu 25-
64 tahun. Ini merupakan suatu kewajaran bila pada jenjang usia tersebut mengharuskan
seseorang mempunyai penghasilan karena sudah memiliki tanggung jawab terhadap keluarga.
Umur 64 tahun dianggap umur maksimal dapat melakukan usaha, karena terkendala banyak hal
diantaranya faktor kesehatan, kemampuan dalam mengingat dan sebagainya. Namun demikian
masih ada pengusaha yang melakukan kegiatan usaha pada umur 65 tahun ke atas, meskipun
persentasenya cukup kecil.
Berdasarkan kelompok umur pengusaha, sebagian besar usaha mikro kecil pengusahanya
berada pada kelompok umur 25-64 tahun sebanyak 91,66 persen. Pengusaha lansia berusia 65
tahun ke atas juga turut mengambil andil dalam usaha industri ini sebesar 4,77 persen.
Persentase terkecil adalah usaha dengan kelompok umur di bawah 25 tahun yaitu 3,57 persen.
Sedangkan pengusaha di bawah 15 tahun belum ada namun pada skala nasional terdapat
91.66
Gambar 4. 7 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Kelompok Umur Pengusaha
87,68
Sepenuhnya Milik Sendiri
93,54
9,77
Sebagian dari Pihak Lain
5,49
2,55
Sepenuhnya dari Pihak Lain
0,98
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nasional Aceh
Meskipun banyak usaha IMK yang menggunakan sumber modal milik sendiri, akan tetapi
sebagian pengusaha juga tetap melakukan pinjaman modal demi kelancaran dan meningkatkan
usahanya. Ada beberapa sumber yang dijadikan tempat peminjaman utama oleh pengusaha
untuk permodalannya, antara lain; bank, koperasi, pegadaian, modal ventura, program
pemerintah serta ada yang meminjam kepada perorangan atau keluarga.
Usaha IMK terbanyak melakukan pinjaman modal kepada perorangan sebesar 35,84
persen. Pinjaman perorangan bisa diperoleh dari teman, keluarga, atau rekan kerja. Hal ini
dimungkinkan karena pinjaman tersebut tentu saja lebih mudah diperoleh tanpa bunga, tanpa
agunan dan tidak membutuhkan syaratsyarat yang rumit. Adapun urutan kedua terbanyak
melakukan pinjaman modal kepada bank persentasenya 30,53 persen. Meskipun dengan bunga
pinjaman dan syarat agunan, pinjaman bank juga masih dilakukan sebagian pengusaha karena
salah satu jalan memperoleh uang dalam waktu cepat. Apalagi saat ini banyak bank yang
menawarkan bunga pinjaman rendah khususnya untuk usaha mikro kecil seperti kredit usaha
rakyat dan sebagainya.
Bank 30,53
Koperasi 7,60
Pegadaian 0,36
Perorangan 35,84
Lainnya 21,88
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Gambar 4. 9 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Sumber Modal Utama
Program pemerintah juga memberikan andil dalam permodalan usaha IMK. Walaupun
tidak banyak setidaknya terdapat 234 orang yang mengambil program pemerintah dari total
hampir 7 ribu pengusaha untuk memenuhi kebutuhan modal usahanya. Adapun sumber modal
yang paling kecil persentasenya berasal dari pegadaian dan modal ventura.
Sementara itu sebagian besar pengusaha yang tidak mengambil pinjaman dari bank
dikarenakan beberapa faktor tertentu. Alasan tidak berminat menunjukkan angka paling tinggi
dibandingkan alasan lainnya. Sedangkan lebih dari 10 persen menyebutkan prosedur yang masih
sulit. Suku bunga tinggi juga menjadi salah satu penghalang para pengusaha untuk mengambil
pinjaman dari bank.
Bahkan ada sebagian pengusaha yang tidak tahu prosedur pengurusan pinjaman bank.
Begitu halnya angka nasional juga menunjukkan persentase yang cukup tinggi untuk pengusaha
yang tidak berminat meminjam dari bank yaitu sebanyak 67,44 persen.
Besarnya pinjaman bank oleh pengusaha bervariasi antara dari jutaan hingga ratusan juta
rupiah. Jumlah pinjaman terbanyak berada pada interval 20 hingga 100 juta rupiah mencapai
lebih dari 60 persen. Sedangkan sisanya melakukan pinjaman di atas 100 juta rupiah bahkan
sampai dengan nominal 500 juta ke atas walau hanya sebanyak 16 pengusaha atau kurang dari
1 persen.
0 20 40 60 80 100
Pada usaha IMK terdapat kendala atau kesulitan dalam menjalankan usaha. Total
sebanyak 90 persen lebih usaha mikro dan kecil di Aceh maupun skala nasional mengalami
kesulitan dalam menjalankan kegiatan usaha. Hal ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya
dimana pengusaha yang mengalami kesulitan memiliki persentase sekitar 70 persen.
Tabel 4.5 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama
50
43,61
45
40
35 32,94
30
25 21,60
20
15
10
5 1,85
0
Langka Mahal Jauh Lainnya
Gambar 4. 11 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Jenis Kesulitan Utama
Bahan Baku
Secara garis besar sebanyak 10,78 persen usaha IMK di Aceh mengalami kesulitan
utama bahan baku. Kesulitan bahan baku ini terutama dikarenakan oleh harga bahan baku
mahal, kelangkaan bahan baku, lokasi memperoleh bahan baku yang jauh atau sulit terjangkau
dan lainnya. Kebanyakan pengusaha mengeluhkan makin melonjaknya harga kebutuhan di
pasaran khususnya bahan baku untuk menunjang kegiatan usaha mereka. Kelangkaan bahan
baku artinya ketersediaan bahan baku utama jarang didapat, sulit ditemukan atau bahkan
terkadang tidak ada. Hal ini dirasakan oleh sekitar 4 ribu pengusaha IMK atau 32,94 persen
dari total pengusaha yang mengalami kesulitan bahan baku. Selain itu, kesulitan bahan baku
Uang 6,25
6,65
Lainnya 1,88
2,17
0 10 20 30 40 50 60 70
Gambar 4. 12 Persentase Usaha Mikro dan Kecil yang Menjalin Kemitraan dengan
Usaha Lain menurut Jenis Kemitraan yang Diterima
Badan/lembaga yang berperan besar dalam hal kemitraan dengan usaha IMK yaitu
perusahaan swasta baik di Aceh maupun skala nasional. Sedangkan peran pemerintah baik
PEMDA/Dinas Koperasi maupun BUMN/BUMD tidak menyentuh angka 10 persen pada tahun
2019. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah untuk lebih
berperan dalam hal menjalin kemitraan dengan usaha mikro dan kecil sehingga dapat memberikan
solusi maupun meringankan kesulitan para pelaku usaha. Adapun lembaga lain seperti perbankan
dan yayasan/LSM hanya memiliki sedikit andil dalam kemitraan usaha IMK ini.
Banyak program bantuan yang telah digulirkan pemerintah untuk meningkatkan usaha
industri mikro dan kecil di daerah. Namun bantuan tersebut hanya sedikit sekali yang dirasakan
oleh para pengusaha. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya karena tidak tahu
prosedur, proposal ditolak, tidak berminat, bahkan ada yang tidak tahu. Banyak pengusaha IMK
mengaku tidak tahu akan pelayanan/bantuan baik dari pemerintah, koperasi maupun lembaga
lainnya. Selain itu relatif kecilnya usaha IMK yang menerima bantuan, dapat juga disebabkan
dana yang dialokasikan pada bantuan pengembangan usaha industri mikro kecil masih terbatas.
6,12 Pemerintah
Swasta
51,86 Perbankan
Yayasan/LSM
20,59
Lainnya 2,82
0 5 10 15 20 25 30
Gambar 4. 14 Persentase Usaha Mikro dan Kecil menurut Alasan Utama Tidak
Menerima Pelayanan/Bantuan
6,98
Menggunakan Internet
Tidak Menggunakan Internet
93,02
Salah satu faktor penting yang mendukung kemajuan suatu usaha industri adalah
menentukan lokasi pemasaran yang tepat. Pemilihan lokasi pemasaran yang kurang tepat akan
menghambat kelancaran usaha industri itu sendiri. Dengan jalinan kemitraan yang cukup
terbatas, maka ruang lingkup pemasaran hasil produksi cenderung sempit. Untuk wilayah Aceh,
lokasi pemasaran yang menjadi sasaran terbanyak adalah dalam satu kabupaten/kota yang
mencapai 84,91 persen, kemudian luar kabupaten/kota satu provinsi sebanyak 13,95 persen.
Sedangkan sisanya dipasarkan ke luar provinsi dan luar negeri dengan persentase masing-
masing 1,12 persen dan 0,02 persen.
7,84
48,02
Perusahaan
Pedagang
3%
34% 25%
38%
20 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50
37%
63%
Laki-Laki Perempuan
Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini responden perempuan lebih
dominan jumlahnya dibandingkan dengan responden laki-laki. Jumlah responden perempuan
sebanyak 63 responden atau sebesar 63,0 persen sedangkan responden laki-laki berjumlah 37
responden dari 100 orang penggiat UMKM yang tersebar di 5 kabupaten Provinsi Aceh yang
menjadi reponden dalam penelitian ini.
6% 10%
22%
22%
6%
34%
Gambar 4.19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah
lulusan SMA, S1 dan SMP yaitu masing-masing 34 orang dan 22 orang, sedangkan yang lainnya
berpendidikan SD sebanyak 10 orang, diploma dan S2 masing-masing sebanyak 6 orang.
19% 16%
0-5 6 - 10 11 - 15 16 - 20 >20
Gambar 4. 20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Usaha
N 100
Prob. 0,135
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 4.7. hasil uji normalitas masing-masing variabel dalam penelitian ini
terdistribusi secara normal, hal ini terlihat dari nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,135.
Berdasarkan Tabel 4.8 hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa semua varibel
bebas mempunyai nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF <10 sehingga dapat disimpulkan model
regresi tersebut tidak adanya multikolinearitas.
Persamaan: PUMKM
Peubah Koefisien Std. Error t-Statistik Prob
C -671 163 -4,515 0,000
H 0,613 2,501 2,503 0,002
TK 0,481 0,257 1,150 0,014
TN -0,915 0,165 -2,517 0,203
PM -0,691 0,321 -1,896 0,703
M 0,215 0,888 3,567 0,005
PR 0,305 0,192 0,894 0,011
PP -0,192 1,114 2,634 0,425
R-Squared 0,834
Sumber: Hasil olahan data, melalui SPSS
Keterangan:
(*) masing-masing signifikan pada critical value 5%
Tabel 4.10 ini memperlihatkan hasil regresi untuk produktivitas UMKM dimana dapat
dilihat bahwa variabel Harga (H), Tenaga Kerja (TK), Modal (M) dan Produksi (PR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas UMKM pada level 5 persen,
sedangkan variabel Teknologi (TN), Pemasaran (PM) dan Kebijakan Pemerintah(KB) tidak
berpengaruh terhadap produktivitas UMKM. Diketahui nilai probabilitas untuk pengaruh
harga terhadap produktivitas UMKM adalah sebesar 0,002 atau lebih kecil dari p value 0,05
maka hipotesis pertama diterima artinya variabel harga memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap produktivitas UMKM. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi harga
produk dari UMKM maka akan meningkatkan produktivitas UMKM sehingga kesejahteraan
UMKM juga meningkat.
Persamaan: LOGY
Peubah Koefisien Std. Error t-Statistik Prob
C -60,37709 38,77739 -1,57018 0,1505
LOGZ 0,678075 0,501782 1,351334 0,2064
LOGTN -11,85364 5,003401 -2,369117 0,0393
IP -0,443992 0,165003 -2,690813 0,0227
IPLOGTN 94,72012 47,63137 1,988608 0,0748
R-Squared 0,704707
Sumber: Hasil olahan data, melalui Eviews 12
Keterangan:
(*) masing-masing signifikan pada critical value 5%
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa variabel moderating yaitu indeks pendidikan berpengaruh
terhadap hubungan antara teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Hasilnya menunjukkan tidak
signifikan. Artinya IP memberikan pengaruh positif terhadap hubungan antara teknologi dan
pertumbuhan ekonomi, memperlihatkan koefisien regresi sebesar 94,720. Hal ini berarti setiap
peningkatan nilai IP sebesar 1% maka akan meningkatkan hubungan antara teknologi dan
pertumbuhan ekonomi sebesar 94,720%. Ini mengindikasikan bahwa Indeks Pendidikan
menjadi faktor penguat dalam pemanfaatan teknologi bagi dunia usaha, namun masih belum
optimal di masa pandemi Covid-19 sehingga membutuhkan dukungan pemerintah seperti
pendampingan maupun pelatihan dalam hal pemasaran digital/online dan cara branding produk
para mitra ke pasar yang lebih luas (Raharja dan Natari, 2021).
Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa faktor omzet (Z) berpengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien regresi sebesar 0.678, hal ini berarti setiap
terjadi peningkatan nilai omzet sebesar 1 % maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.678 %. Hal ini disebabkan penyebaran pandemi covid-19 yang berdampak pada
perlambatan ekonomi mulai dirasakan di daerah. Banyak pelaku UMKM meliburkan
karyawannya bahkan menutup sementara usahanya. Salah satu penyebabnya adalah penurunan
omzet penjualan, seperti yang tertera pada Gambar 4.21 dibawah ini.
Work from home atau dikenal dengan singkatan WFH juga berpengaruh terhadap
penurunan omzet. Pelaku UMKM mengalami penurunan pendapatan yang drastis akibat
penerapan physical distancing dan penerapan, seperti larangan untuk berkerumun dan adanya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pembatasan aktifitas masyarakat berpengaruh pada
aktifitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian (Rosita, 2020). Kondisi tersebut
menyebabkan para mitra kesulitan dalam melayani konsumen yang biasanya berkumpul di lapak
para mitra UMKM. Tabel berikut ini beberapa dampak yang dialami oleh UMKM akibat PSBB.
Internal S W
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1.Pengaruh lokasi terhadap 1. Banyaknya pesaing
kelangsungan usaha yang dengan penjualan produk
cukup banyak yang sama.
2. Pelayanan kepada 2. Naiknya harga bahan
konsumen yang maksimal. baku yang tidak menentu
3. Harga barang-barang yang yang berpengaruh
ditetapkan terjangkau oleh terhadap naik turunnya
konsumen penjualan.
4. Modal usaha yang 3. Kurangnya variasi dari
dikeluarkan sesuai dengan produk yang ada.
Eksternal keuntungan yang diperoleh 4. Tingkat harga sewa
5. Meningkatkan kualitas tempat yang tinggi.
produk demi pencapaian 5. produknya mudah di tiru
loyalitas konsumen
O Strategi S-O Strategi W-O
Opprtunities (Peluang) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
1. Menigkatkan ekonomi menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
keluarga untuk memanfaatkan peluang untuk memanfaatkan
2. Lokasi yang sangat 1. Meningkatkan strategi peluang
strategis pemasaran melalui social 1. Memberikan pelayanan
3. Mengikuti banyaknya media dengan mengikuti kepada konsumen yang
permintaan konsumen di kemajuan teknologi. maksimal
pasaran 2. Meningkatkan kualitas 2. Meningkatkan variasi
produk dengan melihat produk yang ada dengan
5.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi UMKM terdiri dari harga, tenaga kerja, modal,
produksi, teknologi, pemasaran dan kebijakan pemerintah. Hasil regresi menunjukkan
bahwa hanya harga, tenaga kerja, modal dan produksi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas UMKM, sedangkan teknologi, pemasaran dan
kebijakan pemerintah belum menunjukkan dampak terhadap peningkatan
produktivitas UMKM.
2. Pengaruh kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi
yaitu omzet, teknologi, dan indeks pendidikan. Hasil regresi menunjukkan bahwa omzet,
teknologi dan indeks pendidikan masih belum maksimal meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, dimana teknologi dan indeks pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan omzet berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian juga, kaitanya dengan variabel moderating
menunjukkan bahwa indeks pendidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
hubungan antara teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini mengindikasikan bahwa
indeks pendidikan menjadi faktor penguat dalam pemanfaatan teknologi bagi dunia
usaha, namun masih belum optimal di masa pandemi Covid-19 sehingga membutuhkan
dukungan pemerintah.
3. Strategi kebijakan dalam terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penguatan
UMKM adalah meningkatkan strategi pemasaran melalui sosial media dengan mengikuti
kemajuan teknologi; meningkatkan kualitas produk dengan melihat daya beli serta
permintaan konsumen; lokasi yang sangat strategis untuk memudahkan masyarakat
mengaksesnya; memberikan pelayanan kepada konsumen yang maksimal; dan
meningkatkan variasi produk yang ada dengan melihat selera atau permintaan konsumen
di pasaran.
Alma B,. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta.
Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama,
BPFE, Yogyakarta.
Arsiyah, Ribawanto, H., & Sumartono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan
Ekonomi Desa. Jurnal Wacana Vol. 12 No. 2, 371.
Aurora, T.L dan Junaidi. 2016. Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Kota Jambi, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Vol.
3 No. 3.
Ayyagari, M., T. Beck., and A. Demirguc-Kunt. 2003. Small and Medium Enterprises Across
the Globe: A New Database, Vol. 3127. World Bank Publications
Badan Pusat Statistik. 2021. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Aceh Menurut
Lapangan Usaha Triwulan IV – 2020. BPS Provinsi Aceh.
Bery, A., E. Rodriguez., dan H. Sandee. 2001. Small and Medium Enterprise Dynamics in
Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 37(3), 363-384.
Bruhn, M., Schoenmueller, V. and Schäfer, D.B. 2012. “Are social media replacing traditional
media in terms of brand equity creation?”, Management Research Review, Vol. 35 No. 9,
pp. 770-790.
Chuta, E. dan C. Liedholm. 1985. Employment and Growth in Small-Scale Industries: Empirical
Evidence and Policy Assessment for Sierra Leone. St. Martin’s Press.
Cohen Bruce J. 2009. “Peranan, Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta : Rineka Cipta
Delloitte Access Economics. 2015. UKM Pemicu Kemajuan Indonesia Instrumen Pertumbuhan
Nusantara.
Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di Indonesia.
Depkop. Jakarta.
Destiana, A., Suryatman, D., & Setiowati, N. 2016. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Manis
Kidul dalam Menunjang Pendidikan Formal di Objek Wisata Cibulan Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan. Junal Edueksos Volume V No 1, 59.
Diva, Gede. 2009. “Mengembangkan UKM Melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah
Jakarta”. Jakarta : Bakrie School of Management.
Ferrell, O., Hirt, G., & Ferrell, L. 2015. Digital Marketing and Social Networkin. In Business -
A Changing World. New York: Mc. Graw-Hill.
Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Unit Penerbit dan Percetakan PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Hutomo, M. 2000. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi : Tinjauan Teoritik dan
Implementasi. Dalam Naskah N0.20 .
Kambewa, P. dan Tekere, M. 2007. The impact of economic partnership agreements on micro,
small and medium sized enterprises in Malawi. International Journal Conference on E-
business. Vol.3 No.5 ( pp 21-28).
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol.
Jakarta: PT. Prehallindo.
Kotler,Philip and Gary Armstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi13. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller.2012. Marketing Management 13. New Jersey: Pearson
Prentice Hall, Inc.
Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasildan Penyerapan Tenaga Kerja,Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol 7 Nomor 1 : 45-54.
Liedholm, C. 2002. Small Firm Dynamics: Evidence from Africa and Latin America. Small
Business Economics, 18 (1-3), 225-240.
Liedholm, C. 1973. Research on Employment in the Rural Nonfarm Sector in Africa. African
Rural Employment Paper, No. 5 April, Department of Agricultural Economic, Michigan
State University, East Lansing, Michigan.
Mardikanto, T., dan Soebianto, P. 2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan
Publik. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Primiana, Ina. 2009. Menggunakan Sektor Riil UKM & Industri. Bandung :CV Alfabeta.
Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan UMKM 66
Purwana, D., Rahmi, dan Aditya, S. 2017. Pemanfaatan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) Di Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit. Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPPM) 1(1): 1 – 17.
Putri, Kartika dkk, 2014."Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan, Modal Usaha Dan Peran
Business Development Service Terhadap Pengembangan.
Rabbani I. H. 2021. Program UMKM Prioritas Pemerintah Aceh 2021: Di Mana Fokusnya?
https://dialeksis.com/opini/program-prioritas-umkm-pemerintah-aceh-2021-fokus-
kemana/ (diakses tanggal 1 Juni 2021).
Rachman, S. 2016. Analisis Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor
Manufaktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar. Ad’ministrare, Vol. 3 No. 2.
Raharja, S.J. dan Adiprihadi, D. 2020. Dampak Pandemik Covid-19 Terhadap UMKM di Kota
Bandung. Laporan Akhir Penelitian.
Rochdianingrum, A.W. dan Setyabudi, G. T. 2019. Keterkaitan Antara Jumlah UMKM dan
Tingkat Teknologi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur. Ekuitas: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan, Vol. 3, No. 4: 543 – 562.
Rosita, R. 2020. Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Lentera
Bisnis, 9(2), 109-120.
Riawan T, W,dkk. 2005. “Peningkatan Kapasitas Pemda dalam Pelayanan Publik.” Yogyakarta:
Pembaruan.
Richardson, H.W. 1991. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta
Sirojuzilam, 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, Ketimpangan
Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara. Pustaka Bangsa
Press.
Sabirin. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal. Banda Aceh: ArraniryPress
- Lembaga Naskah Aceh (NASA).
Simanjuntak, P, J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Sudarsono dkk, 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Karunia Jakarta, Universitas Terbuka
Jakarta.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan.
Jakarta: LPPE UI dan Bima Grafika.
Steel, W.F. 1979. The Urban Artisinal Sector in Ghana and the Cameroon: Comparison of
Structure and Policy Problems. Makalah. Dipresentasikan dalam The Conference on
Small-Scale Production in Urban Africa pada Maret 2015, University of Paris.
Taiminen, H. M., dan Karjaluoto, H. 2015. The usage of digital marketing channels in SMEs.
Journal of Small Business and Enterprise Development, 22(4), 633-651.
Thoha, Mifthah. 2003. “Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya.” Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Tejasari, M. 2008. Peranan Sektor Usaha dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Naskah publikasi IPB, Bogor.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Waluya, B. 2009. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: PT Pribumi Mekar.