Anda di halaman 1dari 97

MODUL

PERAN STRATEGIS PASAR UMKM DIGITAL KREATIF


TERHADAP
KETAHANAN EKONOMI NASIONAL

KEMENTERIAN DALAM NEGERI


DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM
TAHUN 2018

1
PERAN STRATEGIS PASAR UMKM DIGITAL KREATIF
TERHADAP
KETAHANAN EKONOMI NASIONAL

Disusun oleh

Direktur Ketahanan Ekonomi, Sosial dan Budaya

Anggota

Tjahjo Ruruh Djatmiko , Ir.MM.MBA


DR. Baharudin, MM
Hamda, SH.MS.i
Rama Ardhi Segara, MS.i

KEMENTERIAN DALAM NEGERI


DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM
TAHUN 2018

2
PERAN STRATEGIS PASAR UMKM DIGITAL KREATIF
TERHADAP
KETAHANAN EKONOMI NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Landasan Kebijakan
C Tujuan
D Sistematika Modul

BAB 2 Arti Penting UMKM Digital Kreatif Bagi Perekonomian di Indonesia


A. Ruang Lingkup UMKM Digital Kreatif
B. Masalah-Masalah yang Dihadapi oleh UMKM Digital Kreatif
C. Peluan dan Tantangan Revitalisasi UMKM Digital Kreatif
D. D. Latihan Mandiri

BAB 3 Pemerintah dan Pemberdayaan UMKM Digital Kreatif


A. Pemberdayaan UMKM Digital Kreatif
B. Kebijakan Pemerintah dalam Pemberdayaan UMKM Digital Kreatif
C. Kemendagri dan Pemberdayaan UMKM Digital Kreatif
D. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan UMKM Digiial Kreatif
E. Latihan Mandiri

BAB 4 UMKM Digital Kreatif dan Ketahanan Ekonomi Bangsa


A. Pasar UMKM Digital Nusantara
B. Business Matching
C. Latihan Mandiri

BAB 5. Direktorat Jenderal Politik Dan Pemerintahan Umum


A. Kebijakan Kementerian Dalam Negeri dalam Mendukung Ketahanan Ekonomi
B. Peran-Peran Kesbangpol dalam Pembinaan UMKM
C. Peran Komunitas Intelejen Daerah (KOMINDA)
D. Kebijakan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum dalam
Pembinaan UMKM
E. Latihan mandiri

BAB 6 Penutup

DAFTAR PUSTAKA

PANDUAN PASAR UKM DIGITAL NUSANTARA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, Usaha Kecil dan Menengah telah memberikan
peran yang sangat penting bagi perekonomian nasional. Usaha Kecil dan
Menengah (UMKM) sebelum krisis ekonomi pertama pecah tahun 1997 sangat
tidak diperhitungkan dan sangat tidak mendapatkan perhatian. Namun dengan
pembuktian bahwa disaat krisis ekonomi global (Krisis Moneter I) melanda
Indonesia tahun 1997 beberapa perusahaan besar di Indonesia (gulung tikar) hal
yang sama tidak terjadi pada segmen UMKM yang tetap bertahan dan tetap
dapat menjalankan roda usahanya seperti biasa.

Jumlah UMKM di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat, dari sekitar 7 ribu
UMKM di tahun 1980 berkembang di tahun 2013 mencapai sebanyak 57 juta
UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia ( Data sandingan kemenkop 2012 -
2013). Sejak tahun 2005 kelas usaha Kecil dibagi 2 yaitu kelas Usha Mikro dan
Kecil , sehingga UMKM dibagi menjadi 4 kelas usaha ( Besar , Menengah, Kecil
dan Mikro).

Melihat sumbangannya yang sangat besar terhadap perekonomian negara


tersebut maka UMKM sudah seharusnya mendapat perhatian yang besar dari
pemerintah, maupun Swasta dan BUMN untuk dapat membantu meningkatkan
daya saing UMKM ini hingga tingkat international.

Saat ini tengah berlangsung MEA 2015 – 2025, dari Informasi (Departemen
Pengembangan Umum Bank Indonesia, 2016) posisi UMKM Indonesia di
bandingkan 8 negara ASEAN dari beberapa parameter masih berada di posisi
yang tidak menggembirakan. Dibeberapa negara besar kemajuan UMKM ini
salah satunya adalah difasilitasi dengan menggunakan sarana IT. Sarana IT ini
digunakan dalam proses produksi, pemasaran dan proses bisnisnya.

4
Sementara UMKM di Indonesia saat ini masih minim dalam menggunakan sarana
IT, dimana dari 56 juta pelaku UMKM hanya 75 ribu pelaku UMKM yang
memanfaatkan internet, sementara penggunaan transaksi e-commerce baru
mencapai 4,6 juta pengguna. Sehingga dibutuhkan Solusi IT untuk memenuhi
kebutuhan UMKM agar dapat meningkatkan daya saingnya sehingga bisa
bersaing di pasar global dan siap menghadapi MEA 2015-2025. Untuk
memenangkan MEA 2005-2025 tidak bisa hanya sekedar program-program instan
yang tidak terstruktur dan sistematis, tetapi diperlukan upaya yang memang
focus dalam pemberdayaan UMKM ini hingga bisa naik kelas dan bersaing di
pasar global.

Jika dilihat dari sisi Ketahanan Ekonomi Nasional maka pelaku Usaha Mikro dan
Kecil yang berkontribusi hamper 62 % dari PDB nasional , +/- 80 % modal sendiri
dan tidak rentan terhadap krisis ekonomi, maka para pelaku UMKM ini harus
diberikan insentif, program pendampingan, perlindungan hukum dan pendidikan
yang cukup untuk bisa melakukan perubahan proses bisnis tradisonilnya
menjadi proses bisnis digitalisasi.

B. Landasan Kebijakan

Pembukaan Undang Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Negara


Indonesia didirikan dengan tujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tanah tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Mengacu pada definisi tujuan pendirian negara yang mulia tersebut,


kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia harus dicapai dengan
menerapkan prinsip “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat di seluruh sektor
perekonomian” atau yang lebih dikenal dengan demokrasi ekonomi atau sistem
ekonomi kerakyatan.

Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha
yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya
mengelola sumber daya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan
dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai (UKM) terutama meliputi sektor
5
pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb, yang ditujukan terutama
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus
mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.

Aplikasi Ekonomi Kerakyatan sesungguhnya melekat pada prilaku ekonomi


sebagian besar masyarakat Indonesia di semua sektor ekonomi. Sebesar 99,9%
Pelaku ekonomi di Indonesia adalah mereka sebagian besar rakyat yang masuk
dalam skala usaha mikro, kecil dan menengah (pangsa pasar 20%), dan
sisanya 0,1% pelaku ekonomi adalah usaha besar dan konglomerat (pangsa
pasar 80%).

Mengutip Visi dan Misi, Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo dan
Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Jusuf Kalla “Jalan Perubahan Untuk
Indonesia Yang Berdaulat , Mandiri , dan Berkepribadian”

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang


berdaulat dalam bidang politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan, maka dirumuskan Sembilan agenda prioritas
pembangunan yang dikenal dengan NAWACITA. Dalam Butir-butir NAWACITA
Disebutkan “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik“, yaitu melalui :

a) membangun kedaulatan pangan;


b) mewujudkan kedaulatan energy;
c) mewujudkan kedaulatan keuangan;
d) mendirikan Bank Petani / Nelayan dan UMKM termasuk gudang dengan
fasilitas pengolahan paska panen disetiap sentra produksi tani/nelayan;
e) mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem
inovasi nasional.

Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa
(sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan).
Adapun Program Nawa Cita tersebut adalah sebagai Berikut :
a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara;

6
b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, dan demokratis;
c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar,
Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera.
f. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
g. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
h. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional
i. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan.

Adapun program aksinya adalah komitmen untuk mengembangkan kapasitas


perdagangan nasional melalui :
1. Peningkatan daya saing produk nasional melalui peningkatan kualitas –
pencitraan – harga – servis.
2. Prioritas akses Modal bagi UMKM, Revitalisasi pasar tradisional dan
pendampingan ekonomi untuk menumbuhkan Industriawan Muda.
3. 5000 pasar Tradisonal yang berumur lebih dari 25 tahun direnovasi dan
revitalisasi.
4. Implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia ( SNI )
secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka
pengusaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta
melindungi pasar domestik dari barang barang berstandard rendah.
5. Memberantas penyelundupan barang dari luar negeri ke pasar dalam negeri
6. Penguatan pengawasan bea & cukai atas barang barang impor yang masuk
ke dalam negeri.
7. Meningkatkan efisiensi perdagangan antar daerah dan pulau

7
8. Mengevaluasi FTA yang memberikan benefit sebesar besarnya bagi
kepentingan nasional terutama dalam rangka meningkatkan daya saing
produk nasional di pasar dalam negeri maupun international. Dan
Memanfaatkan fasilitas safeguards dalam FTA yang dapat digunakan untuk
melindungi produl/pasar dalam negeri dari serbuan produk impor.

"Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing nasional


dengan mewujudkan kemandirian ekonomi."

Undang – Undang RI nomor 20/2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Definisi yang ada pada Undang Undang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan ataubukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara
atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.

8
5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan
Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan
berdomisili di Indonesia.

C. Tujuan

Tujuan penulisan modul ini adalah


1. Memberikan pemahaman terhadap pemerintah daerah dan seluruh stakeholders
tentang realitas kondisi Usaha Mikro dan Kecil dan hubungannya dengan
kesatuan bangsa dan ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
2. Memberikan informasi dan pemahaman tentang peraturan yang berkenaan
dengan Peran Strategis Pengelolaan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Bangsa
melalui Pasar UKM Digital Nusantara.
3. Memberi pemahaman tentang peran pemerintah dan pemerintah daerah
dalam memberdayakan usaha mikro dan kecil naik kelas dan memenangkan
MEA – 2015 -2025.
4. Memberi pengetahuan tentang pentingnya pengelolaan , pemberdayaan
Usaha Mikro dan Kecil melalui pendampingan yang sistematis , terstruktur
dan mentransformasi proses bisnis usaha mikro dan kecil melalui Digitalisasi
proses bisnisnya.

d. Sistematika Modul
Modul ini Terbagi dalam 4 Bagian, Yaitu
1. Ruang Lingkup Pengelolaan UMKM Digital Kreatif
2. Masalah – Masalah yang dihadapi oleh UMKM Digital Kreatif
3. Peluang dan Tantangan Revitalisasi UMKM Digital Kreatif
4. Latihan Mandiri

9
BAB II
ARTI PENTING UMKM DIGITAL KREATIF BAGI PEREKONOMIAN DI INDONESIA

Krisis moneter yang melanda beberapa negara di kawasan Asia (Korea,


Thailand, Indonesia, Malaysia ) pada tahun 1997 setidaknya menjadi saksi sejarah
dan sekaligus memberikan pelajaran sangat berharga bahwa sesungguhnya
pengembangan ekonomi bangsa yang berbasis konglomerasi itu rentan terhadap
badai krisis moneter. Sementara itu, pada saat yang sama kita dapat
menyaksikan bahwa ekonomi kerakyatan (diantara mereka adalah koperasi),
yang sangat berbeda jauh karakteristiknya dengan ekonomi konglomerasi,
mampu menunjukkan daya tahannya terhadap gempuran badai krisis
moneter yang melanda Indonesia.

Usaha Kecil dan Mikro

10
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, pada tahun 2013 UMKM
mampu menyumbangkan 5.440 triliun rupiah (atas dasar harga berlaku) terhadap
PDB Nasional, menyerap tenaga kerja 114,14 Juta orang, menarik 1.655,2 triliun
rupiah investasi, dengan total jumlah usaha sebanyak 57,8 juta unit.

A. RUANG LINGKUP USAHA, MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DIGITAL


KREATIF

UMKM dalam Perspektive Ekonomi Kerakyatan


Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:

a) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di


berbagai sektor.
b) penyedia lapangan kerja yang terbesar,
c) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat,
d) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta
e) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan
ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil
dipertahankan sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

Usaha mikro, kecil dan menengah memberikan lapangan kerja bagi 99,45%
tenaga kerja di Indonesia, dan masih akan menjadi tumpuan utama penyerapan
tenaga kerja pada masa mendatang. Perekonomian nasional jika diukur dengan
PDB telah pulih dari krisis ekonomi pada akhir tahun 2003. Secara umum peran
usaha mikro dan kecil dalam PDB mengalami kenaikan dibanding sebelum krisis,
bersamaan dengan merosotnya usaha menengah dan besar terutama pada
puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999, namun kemudian tergeser kembali
oleh usaha besar. Usaha kecil telah pulih dari krisis pada tahun 2001, dan usaha
besar baru pulih dari krisis pada tahun 2003, Krisis ekonomi mengakibatkan
Indonesia tertinggal 7 tahun dibandingkan negara lain dalam membangun daya
saing perekonomian nasionalnya.

11
Selama periode 2000 – 2003, usaha mikro dan kecil telah mampu memberikan
lapangan kerja baru bagi 7,4 juta orang dan usaha menengah mampu
memberikan lapangan kerja baru sebanyak 1,2 juta orang. Pada sisi lain, usaha
besar hanya mampu memberikan lapangan kerja baru sebanyak 55.760 orang
selama periode 2000 – 2003. Hal ini merupakan bukti bahwa UMKM merupakan
katup pengaman, dinamisator dan stabilisator perekonomian Indonesia.

B. MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI OLEH UMKM DIGITAL KREATIF

Kelemahan utama industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia


mencakup aspek berikut:

a) orientasi pasar;
b) kualitas sumber daya manusia;
c) penguasaan teknologi;
d) akses pasar; dan
e) permodalan.

Dibanyak negara, beberapa pemerintahannya berusaha untuk membuat suatu


kebijakan pengelolaan UKM ini, dengan suatu tujuan yaitu agar dapat menciptakan
suatu pelaku – pelakuUsaha Kecil yang baru yang kemudian dikelola dengan system
yang baik untuk dapat meningkat menjadi Usaha Menengah dan selanjutnya.
Indonesia sebagai bagian dari Negara di ASEAN, adalah merupakan daerah tujuan
bisnis dari perusahaan Internasional khususnya pasar hasil usaha para pelaku UKM
di Jepang, Viaetnam, Thailand, China, Taiwan dan lain lain.

Dibeberapa negara besar kemajuan UKM ini salah satunya adalah difasilitasi
dengan menggunakan sarana IT. Sarana IT ini digunakan dalam proses produksi ,
pemasaran dan proses bisnisnya. Sementara UMKM di Indonesia saat ini masih
minim dalam menggunakan sarana IT, dimana dari 56 juta pelaku UMKM hanya 75
ribu pelaku UMKM yang memanfaatkan internet, sementara penggunaan transaksi e
– commerce baru mencapai 4,6 jt pengguna. Sehingga dibutuhkan Solusi IT khusus
untuk memenuhi kebutuhan UMKM ini agar dapat meningkatkan daya saingnya
sehingga bisa bersaing di pasar global dan siap menghadapi MEA 2015.

12
MEA 2015 dan Pasar Global
Posisi Strategis UKM di Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic
Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) TAHUN 2015.

Pesimistis.
inilah pandangan sejumlah pengamat politik ASEAN saat ditanyakan
pendapatnya mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan kata lain, Indonesia belum siap
menghadapi MEA. Ini dapat dilihat dari pembentukan ASEAN Economic
Community Center (AEC Center) yang didirikan September 2015 lalu.

Penyebab Pesimistis :
1. Perlu Keselarasan Kegiatan Perberdayaan UMKM yang dilakukan Antar
Kementerian dan BUMN, begitu juga antara pemerintah pusat dan
daerah. Berbagai kegiatan yang dilakukan kementerian dan lembaga
pemerintah masih perlu diselaraskan antara pusat dan daerah agar tidak
terlihat kegiatannya dilaksanakan secara sektoral.
Begitu juga masih diperlukan sinkronisasi antara kementerian dan BUMN untuk
kegiatan yang ditujukan pada pemberdayaan UKM khususnya mikro dan kecil,
agar menjadi satu kesatuan program kegiatan yang terkordinir dalam satu wadah
unit pengelola pemberdayaan UMKM Kreatif dengan dilengkapi Data
Base Profile UMKM seluruh Indonesia.
Dari aspek kemudahan melakukan bisnis, Indonesia berada di peringkat
tujuh dari sepuluh negara ASEAN. Dari sisi daya saing, Indonesia berada di
bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.

13
Sumber: Kementerian Perindustrian dan litbang KOMPAS

14
2. Belum tersedianya data profile UMKM yang valid , saat ini hanya
terbatas data angka statistic.

3. Program Pemberdayaan UMKM tidak terdocumentasi, tidak terrecord,


tidak terreport dalam satu pintu , dan hanya sebagai Objek Komoditi
Image Dan Riset
Kegiatan – kegiatan pemberdayaan UMKM ( Mikro dan Kecil ) saat ini masih
belum sepenuhnya menunjukkan keberpihakan kepada UMKM karena saat
ini UMKM (Mikro) masih sebagai Objek Image dan kegiatan seremonial
belaka. Begitu juga dengan berbagai macam kebutuhan Riset yang hasilnya
bukan untuk mengembangkan UMKM yang dijadikan object Riset tetapi hanya
dijadikan sebuah kajian ilmiah saja. Padahal, UMKM (Mikro) harusnya menjadi
fokus penting (dijadikan Subjek) untuk diberdayakan hingga bisa naik kelas
dan bisa bersaing di pasar global untuk memenangkan MEA 2015 - 2025.

15
Beberapa Kementerian , Swasta, BUMN melakukan program pemberdayaan
UMKM melalui program pendanaan , pelatihan dan lain sebagainya dilakukan
secara sektoral , tidak terkoodinir dalam satu atap sehingga sulit dilakukan
kontrol dari hasil program perberdayaan yang telah dilkukan tersebut.
Ditambah lagi sumber data yang tidak mampu telusur maka sasaran umkm
yang dibinapun menjadi bias. Bisa jadi satu UMKM mendapatkan bantuan dari
berbagai instansi , tetapi ada juga umkm yang sama sekali belum pernah
mendapatkan bantuan apapun. UMKM yang disasarpun belum tentu sinkron
dengan data statistik yang ada. Untuk itu jika memang pemerintah ingin focus
dalam program pemberdayaan UMKM ini perlu dibentuk satu Badan yang
memang berfungsi mengatur Tatakelola Pemberdayaan UMKM khususnya yang
mikro dan kecil ini yang jumlahnya hampir mencapai 58 juta pelaku usaha
mikro dan kecil.

16
4. Peningkatan Standarisasi Nasional Indonesia dan International
Penerapan kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) masih perlu
ditingkatkan, khususnya bagi UMKM Mikro. Hal tersebut yang terkait dengan
proses pengajuan sertifikasi yang masih perlu dipermudah. Sehingga perlu
adanya insentif dari Pemerintah khususnya untuk pelaku Usaha Mikro dalam
melakukan proses sertifikasi produknya.
Pada tahun yang sama 8,6 persen usaha kecil dan 18,6 persen usaha
menengah di Filipina memiliki sertifikat mutu internasional. Kepemilikan
sertifikat mutu internasional di Vietnam untuk usaha kecil adalah 6 persen
dan usaha menengah 13,2 persen. Untuk itu diperlukan program pelatihan
terpadu tentang Proses Bisnis Digital bagi para pelaku usaha Mikro.

17
5. Infrastruktur dan Konektivitas Akses Digital
Dilihat dari sisi ancaman pelaksanaan MEA bagi Indonesia, kesiapan
infrastruktur seperti listrik, jalan, pelabuhan laut, dan pelabuhan udara ,
Akses Telkomunikasi Fiber untuk digital akses belum memadai.
Terkait permasalahan infrastruktur dan konektivitas yang dihadapi oleh dunia
usaha mikro dan kecil di Indonesia / Keterbatasan infrastruktur dan konektivitas
adalah merupakan salah satu masalah yang mempengaruhi tingkat kemampuan
daya saing produk dan jasa yang dihasilkan oleh UMKM (Mikro). Untuk itu perlu
peran serta perusahaan – perusahaan yang membidangi Infrastruktur dan akses
Telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan UMKM (Mikro) akan fasilitas tersebut
yang dibantu oleh pemerintah dalam hal pemberian insentif dan kemudahan
dalam pemenuhan fasilitas tersebut.

18
6. Sifat Pasif Masyarakat Indonesia dan jiwa survival dari pelaku usaha
mikro di Indonesia
Sifat pasif masyarakat Indonesia sebagai factor penghambat sosialisasi MEA
dan jiwa survival dari pelaku usaha mikro kebanyakan di Indonesia umumnya
dianggap sebagai faktor utama penghambat keberhasilan UMKM untuk bisa
bersaing di pasar global MEA. Selain itu, terbatasnya tenaga penyuluh dan
minimnya intensitas kegiatan penyuluhan membuat sosialisasi MEA tidak
berkembang,"

7. Penguasaan Tekhnologi dan Inovasi UMKM masih rendah, khususnya dalam


menghadapi gencarnya marketing online produk dari luar.

19
8. Kualitas Sumber Daya Manusia masih rendah
Mutu SDM yang masih rendah, pola pikir pengusaha Indonesia yang lebih senang
menggarap pasar dalam negeri dan kurang paham terhadap aturan-aturan MEA.
Kebanyakan pelaku UKM mikro dan kecil ini tidak didukung dengan pendidikan
yang cukup atau boleh dibilang kualitas sumber daya manusia (SDM) tidak
memadai dalam menjalankan bisnis modern. Sehingga jumlah pelaku usaha
yang +/- 57 juta saja belum cukup untuk menjadi kunci keberhasilan
persaingan di pasar global.
Untuk itu perlu adanya kemudahan – kemudahan dan program - program
pengembangan kualitas SDM yang mendasar bagi para pelaku usaha ini
khususnya usaha mikro dan kecil yang jumlahnya hampir 90% dari total pelaku
usaha di Indonesia.

20
Berdasarkan data World Bank Enterprise Survey, dalam hal pengembangan
tenaga kerja (Tabel 3), persentase perusahaan di Indonesia yang memberikan
pelatihan formal kepada tenaga kerja hanya berada pada kisaran 2,8 persen
untuk usaha kecil dan 13,2 persen untuk usaha menengah, dengan rata-rata
cakupan pelatihan 52,9 persen. Dibandingkan dengan negara lain di kawasan maka
persentase tersebut sangat rendah. Sebagai contoh, jumlah perusahaan yang
memberikan pelatihan formal di Thailand mencapai 30,9 persen untuk usaha
kecil dan 63,3 persen untuk usaha menengah.

9. Perlindungan Hukum
Di samping itu juga diperlukan perlindungan hukum atas hasil usaha mereka.
Perlindungan hukum ini termasuk hal yang sangat penting yang harus diberikan
kepada pelaku usaha tersebut. Perlindungan hukum bagi mereka sangat
penting mengingat Persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) .

10. Rentan untuk Gulung Tikar


Dalam pasar bebas UKM (Miko) secara umum sangat rentan terhadap persaingan
bebas. Karena memang mereka punya keuntungan pada umumnya juga tidak
terlalu besar mengingat jiwa wirausaha mereka sangat survival tidak ngoyo,
pengetahuan tentang tekhnologi marketing digital dan proses bisnis digital masih
sangat minim , nah kalau misalkan mereka direpotkan dengan masalah

21
pajak, atau masalah hukum, kemudian tidak ada yang membantu mereka
untuk maju, tidak ada curriculum yang jelas untuk mendidik mereka tentang
pengelolaan bisnis modern , proses bisnis digital dan tidak ada insentif maka
mereka rentan untuk gulung tikar. Karena di Negara Negara ASEAN lainnya
sudah melakukan hal tersebut yang dapat dijelaskan pada beberapa parameter
dibawah ini.

11. Pemahaman tentang Akses Informasi Pasar International.


Hambatan UMKM mengenai akses informasi ke pasar internasional adalah
pemahaman pasar luar negeri.
UMKM mengalami kesulitan :
1. Mengidentifikasi peluang bisnis internasional,
2. Terbatasnya informasi bagaimana menentukan dan menganalisa pasar dan
3. Ketidakmampuan mengontak konsumen potensial di luar negeri.
Dengan adanya internet sekalipun, mengelola hubungan yang komplek masih
dianggap sulit. Oleh karena itu para UMKM di luar negeri sekalipun, lebih
senang berbisnis dengan perusahaan yang tidak terlalu jauh baik secara
geografis maupun budaya.
Pada ekspor non migas, UMKM tidak menunjukkan kontribusi yang signifikan,
yaitu pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp. 175,9 triliun atau 15,81
persen, sedangkan pada tahun 2011, peran UKM terhadap pembentukan total
nilai ekspor non migas mengalami penurunan sebesar Rp. 11,5 triliun atau
6,56% yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp. 187,4 triliun atau 16,44
persen dari total nilai ekspor non migas.
Kontribusi ekspor UMKM Indonesia adalah yang terendah dibandingkan
dengan empat negara ASEAN lain yang diikutsertakan dalam kajian
(Gambar 15).
Kontribusi ekspor UMKM Indonesia hanya 9,3 persen, kontras dengan UMKM
Thailand, Filipina, dan Malaysia yang mampu berkontribusi diatas 28 persen
terhadap total ekspor. Bahkan kontribusi UMKM Indonesia terhadap total ekspor
masih tertinggal dibawah UMkM Vietnam dengan kontribusi sebesar 16,8 persen.

22
12. Kendala Utama Industri Mikro
Dalam Evaluasi UKM (Mikro dan Kecil) yang dilakukan oleh BPS diketahui
masalah terbesar UKM kita adalah masalah Pendanaan , Mencari Bahan Baku ,
dan Pemasaran.

Sumber data BPS

23
Dari Informasi BPS tahun 2015 bahwa kendala utama Industri Mikro adalah :
 Permodalan 38,84 %
 Pemasaran 25,00 %
 Bahan Baku 22,29 %

Berdasarkan data BPS diatas kendala yang dihadapi UMKM salah satunya
dikarenakan kesulitan mendapatkan Bahan Baku dan informasi keberadaan
bahan baku adalah 22,29%.

Permasalahan Distribusi hasil Komoditi ( Bahan Baku )

Jalur Distribusi Bahan Baku secara Tradisional


Jalur Distribusi Tradisional
Jalur Distribusi Digital
Memotong Jalur Tradisional

Jalur distribusi hasil Panen Produk Komoditi (Bahan Baku) selama ini seperti
yang digambarkan diatas (jalur merah) sudah terbentuk dan mengakar sejak
jaman dahulu hingga sekarang. Jalur distribusi yang terbentuk antara petani
komoditi ( examp.: jambu mete, kacang – kacangan, buah buahan, singkong )
atau yang biasa disebut bahan baku dengan para pengumpul ( mengambil
hasil panen yang biasanya diletakkan di pinggir jalan) setelah dikumpulkan
lalu di setor ke pengepull (tengkulak / pengijon). Sehingga Pengrajin dalam
berproduksi sangat tergantung dengan bahan baku yang dijual dipasar sesuai

24
dengan kemauan Tengkulak dan pasrah dengan harga yang di banderol oleh
tengkulak. Walaupun para pengrajin biasanya punya leader community yang
biasanya membantu membeli bahan baku dalam jumlah besar, leader
community tersebut pun sulit untuk bisa langsung membeli bahan baku dari
petani. Hal ini menyebabkan produk pengrajin menjadi mahal dan tidak
kompetitif.

Terlihat dalam gambar diatas tentang distribusi penyaluran hasil produk


bahan baku bahwa untuk sampai ke pengrajin atau pelaku usaha mikro
jalurnya sangat panjang. Secara tradisionil dan sudah mengakar turun
temurun pelaku usaha komoditi (Bahan baku) sangat tergantung oleh
pengumpul dan pengepull (tengkulak).
Kebanyakan distribusi bahan baku juga tidak lancer disebabkan oleh system
pengijon. Sehingga para pelaku usaha mikro ataupun leader communitinya sangat
tergantung dengan para pengepull, tidak memungkinkan untuk membeli

25
langsung dari petani/pengusaha bahan baku. Sehingga akhirnya harga dan
stock bahan baku dikendalikan oleh pengepull (tengkulak).

Keterbatasan akses informasi untuk mengetahui barang – barang yang


produktif.
Sangat terbatasnya fasilitas untuk memperoleh informasi akan bahan-bahan
yang berkualitas, dan memperoleh informasi tentang teknologi modern yang
ada saat ini dirasakan menjadi kendala utama oleh para penyelenggara UMKM
untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Produktivitas rendah .
Kurangnya karyawan/pekerja yang berkualitas.
Beberapa pimpinan dan karyawan/pekerja telah menerima tingkat pendidikan
yang tinggi, mereka memiliki kemampuan cukup untuk beradaptasi dengan
teknologi baru, dan metode manajemen modern, tetapi penerapannya tidak
dengan mudah dapat dijalankan oleh para karyawan, selain dari pada itu sulit
dalam mendapatkan pengalaman kewirausahaan.

Lemah nya pemahanan Aspek hukum, dan aturan akuntansi dan lain lain
pada awal mulanya suatu Usaha Kecil dan Mikro didirikan.
Lembaga–lembaga pemerintah dan hukum yang mengatur dan menjalankan
sistem tidak memadai, sementara pemilik sekaligus pimpinan Usaha Kecil dan
Mikro ini tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang sistem atau peraturan
- peraturan yang dibangun oleh pemerintahan. Pelaku Usaha yang ada tidak
cukup untuk memahami dan menjalankan system akuntansi yang efektif,
contoh kesadaran untuk membayar pajak sangat rendah karena ketidak
mengertian tentang sistem pajak yang ada sehingga lebih banyak melakukan
penghindaran pajak, dari pada kewajiban untuk membayar pajak.

26
Pengembangan ekonomi pasar belum tercapai, biaya transportasi dan
operasional tinggi.
Kecuali untuk impor dan ekspor, tidak banyak produk yang diperdagangkan
melintasi batas-batas negara atau prefektur. Hal ini disebabkan faktor-faktor
seperti saluran distribusi terbatas, kurangnya infrastruktur, dan kurangnya
informasi tentang jaringan pemasaran produk tersebut, juga, factor lain yang
terkait dengan perdagangan antar Negara.

Pemanfaatkan tekhnologi informasi di UMKM dari hasil riset yang di lakukan


oleh oxford economics tahun 2013 di sebutkan bahwa :
a. 2.100 Eksekutif yang disurvey menyatakan UMKM yakin akan melengkapi
diri untuk bersaing dengan perusahaan besar dan bisa melampauinya
b. Perlu berinvestasi dalam innovasi tekhnologi terbaru untuk dapat
berkembang dan bersaing secara global.
c. 64 % UMKM yg di survei setuju transformasi utk bertahan dalam
persaingan dengan elemen utamanya adalah Tekhnologi
d. > 50 % UKM Yg disurvey sangat percaya bahwa teknologi mampu
membantu mereka menjaga kelanggengan bisnisnya
e. 55 % perusahaan tersebut menyebut tekhnologi mobile sebagai prioritas.
f. 51 % melalui media sosial
g. 42 % perangkat lunak managemen bisnis
h. 63 % menyatakan investasi tekhnologi mereka tergantung atas Return
on investment.
i. Masalah keamanan (54%) , 40 % kurangnya pemahaman tentang
manfaat dari komputasi awan (Cloud Computing).
j. 63 % UKM khawatir tentang akurasi dan keandalan informasi ketika
digunakan untuk menggunakan analisa data.

27
Dari riset yang dilakukan oleh AMY Indonesia tahun 2013 disebutkan bahwa :
a. Dari 55 jt pelaku UMKM baru 75 ribu pelaku UMKM yang memanfaatkan
internet.
b. Jumlah Transaksi e-commerce didorong oleh 4,6 jt pengguna.
c. Potensi pasar UMKM tahun 2014 sebesar Rp 7,7 Trilyun.
55 % berada di Jabodetabek ; Usaha Kecil USD 126 jt ; Usaha menengah
USD 235 jt.

C. PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI UMKM DIGITAL KREATIF

Bicara mengenai keuntungan/peluang adanya pelaksanaan MEA bagi Indonesia,


konsumen Indonesia akan menikmati harga barang dan jasa dengan harga yang
lebih murah dan mutu yang lebih baik, pengusaha Indonesia yang siap akan
menikmati pasar tanpa hambatan yang lebih besar/luas, dan tenaga kerja
trampil Indonesia bisa mencari pekerjaan yang menjanjikan upah dan
perlindungan kerja yang lebih baik secara lebih mudah.

Secara umum, dalam masa 5 tahun terakhir ini, kontribusi UMKM terhadap
PDB nasional mengalami penurunan, dari 58,3 persen pada tahun 2008
menjadi 57,6 persen tahun 2013 (Gambar 4). Hal ini didorong oleh
kontribusi usaha mikro yang semakin menurun. Trend pertumbuhan nilai
tambah UMKM

28
menunjukkan peningkatan dari 4,6 persen pada tahun 2009 menjadi 7,2
persen tahun 2011, namun mengalami penurunan menjadi 5,75 persen pada
tahun 2013. Meskipun mengalami perlambatan, nilai pertumbuhan PDB UMKM
masih lebih tinggi 0,02 persen dari pertumbuhan PDB nasional.

Dari segi jumlah, tenaga kerja yang bekerja di UMKM mengalami peningkatan
dari 94 juta pada tahun 2008 menjadi 123,2 juta pada tahun 2014 (Gambar
5). Namun jika dilihat dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja
nasional, proporsi penyerapan tenaga kerja di UMKM mengalami penurunan
dari 97,2 persen pada tahun 2008 menjadi 96,7 persen pada tahun 2014.
Rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja UMKM pada tahun 2009-2014
adalah sebesar 4,63 persen per tahun, nilai ini masih lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja usaha besar dan
penyerapan tenaga kerja nasional yang berturut-turut adalah sebesar 7,47
dan 4,72 persen.

Tingginya penduduk di Indonesia bisa menjadi keuntungan tersendiri.


Pasalnya, jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia adalah jumlah
UKM yang paling besar dibanding negara-negara lain khususnya ukm mikro dan
kecil.

Adapun sektor yang memiliki peluang besar untuk unjuk gigi adalah industri
kreatif dan sektor pariwisata. Sektor pariwisata berpeluang karena keindahan
alam Indonesia masih banyak yang belum digarap dan keragaman budayanya
juga menjanjikan.

Ekspor produk kerajinan hasil UMKM Indonesia menunjukkan tren positif


selama lima tahun terakhir sebesar 5,61%. Pada 2012, ekspor produk
kerajinan Indonesia mencapai US$ 696,33 juta. Sedangkan ekspor produk
serupa untuk periode Januari–Agustus 2013 telah mencetak angka US$ 446,41
juta.

Negara-negara tujuan ekspor produk kerajinan antara lain Amerika Serikat


sebesar 43,32%, Jepang 11,78%, Inggris 5,03%, Jerman 3,70%, dan Australia
3,14%.
29
30
Tingginya minat pasar internasional terhadap kerajinan Indonesia karena
kerajinan Indonesia merupakan produk hasil sentuhan seni dan budaya
Indonesia dengan cita rasa yang tinggi, kreatif dengan sederet keistimewaan
serta keunikan lainnya, yang tidak dimiliki bahkan tidak dapat disaingi oleh
produk bangsa lain di dunia.

“Tujuan yang ingin dicapai negara-negara anggota ASEAN


melalui MEA adalah pertumbuhan ekonomi yang merata”.

Berkaitan dengan tujuan tersebut, sektor UKM merupakan salah satu sektor
yang dianggap dapat menjadi penggerak perekonomian setara di kawasan
tersebut.

D. Latihan Mandiri

31
32
33
BAB IV
USAHA, MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DIGITAL KREATIF
DAN KETAHANAN EKONOMI BANGSA

A. POSISI PENTING KETAHANAN EKONOMI TERHADAP PEMBINAAN UMKM

Pepatah mengatakan, “perut kenyang maka damailah hati”. Maka dari itu
aspek ekonomi ini sangat berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi
masyarakat luas meliputi produksi, distribusi serta konsumsi barang dan jasa.
Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu maupun
kelompok serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sistem perekonomian
yang diterapkan oleh suatu negara akan memberi corak terhadap kehidupan
perekonomian negaran yang bersangkutan.
Sistem ekonomi yang kita bangun semestinya berkaitan erat dengan asas
perekonomian yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 yang menjelaskan bahwa
perekonomian di Indonesia disusun berdasar asas kekeluargaan. Sistem
perekonomian demikian tercermin dalam bentuk badan usaha seperti Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berjalannya sistem tersebut tentu tidak
terlepas dari posisi penting dari ketahanan ekonomi karena dalam ketahanan
ekonomi terdapat adanya kondisi dinamik kehidupan perekonomian bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang datang dari luar maupun dari
dalam negeri baik yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
kelangsungan hidup pereokonomian bangsa dan negara Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Adapun posisi penting ketahanan ekonomi
khususnya dalam pembinaan UMKM menyangkut beberapa hal, antara lain :

1) Pelaku utama dalam ekonomi nasional

34
Sistem ekonomi kerakyatan pada UUD 1945 pasal 33 ayat (1), (2), dan (3)
menekankan bahwa bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (1) adalah
koperasi, dan bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (2) dan (3) adalah
perusahaan negara. Adapun dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang
berbunyi “hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak
boleh di tangan seorang”. Hal itu berarti perusahaan swasta juga mempunyai
andil di dalam sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian terdapat tiga
pelaku utama yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu
perusahaan negara (pemerintah), perusahaan swasta, dan koperasi. Ketiga
pelaku ekonomi tersebut akan menjalankan kegiatan-kegiatan ekonomi dalam
sistem ekonomi kerakyatan. Sebuah sistem ekonomi akan berjalan dengan
baik jika pelaku-pelakunya dapat saling bekerja sama dengan baik pula dalam
mencapai tujuannya.

2) Penyedia lapangan kerja


Pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan langkah yang
strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan
perekonomian dari sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya melalui
penyediaan lapangan kerja. Dengan demikian upaya untuk memberdayakan
UMKM harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro,
meso dan mikro yang meliputi :
a) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha
seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi
ekonomi;
b) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan
akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan
kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber
daya lokal yang tersedia;
c) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM); dan
d) pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor
informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus
keluarga miskin.
35
3) Pengembangan ekonomi lokal
Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses dimana pemerintah lokal dan
organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara,
dan aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Blakely and
Bradshaw, 1994). Pengembangan ekonomi lokal adalah suatu proses yang
mencoba merumuskan kelembagaan-kelembagaan pembangunan di daerah,
peningkatan kemampuan SDM untuk menciptakan produk-produk yang lebih
baik serta pembinaan industri dan kegiatan usaha pada skala lokal. Jadi,
pengembangan wilayah dilihat sebagai upaya pemerintah daerah bersama
masyarakat dalam membangun kesempatan-kesempatan ekonomi yang cocok
dengan SDM dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan
kelembagaan secara lokal.

Keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari beberapa


indikator, yaitu: 1) perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam
kesempatan kerja dan usaha; 2) perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan; 3) keberdayaan lembaga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
dalam proses produksi dan pemasaran; dan 4) keberdayaan kelembagaan
jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

B. PASAR UMKM DIGITAL NUSANTARA

Pelaku Usaha Mikro yang jumlahnya cukup Besar mencapai 57 juta pelaku
usaha mikro , Jika target program Pendampingan Digital Kreatif sesuai dengan
Role yang ada di Pasar UKM Digital Nusantara sebesar 10 % dari Total jumlah
UMKM Mikro yaitu 5,7 juta ( Seluruh Indonesia ). Dari 5,7 Juta tersebut dalam
jangka waktu 2 Tahun dapat menaikkan pelaku usaha mikro 10 %, berarti
terdapat 570.000 pelaku usaha kecil yang baru. Jika dihitung dengan asumsi rata
rata pelaku usaha kecil yang baru tersebut omzetnya 1 Milyard/ tahun maka
dalam satu tahun berhasil mencapai angka Rp 570.000.000.000.000,- (Rp 570 T).
Jika Hal ini terjadi maka Ketahanan Ekonomi Bangsa Indonesia akan semakin
kuat karena pondasi ekonominya semakin kuat. Dan bukan hal yang tidak
mungkin bahwa UMKM Indonesia akan berapa di Ranking 1 dari seluruh parameter
Bisnis. Yang berarti Berjaya di MEA 2015-2025.

36
Menu Pasar UKM Digital Nusantara.
Terdapat 3 menu Utama yang dimiliki oleh Pasar UMKM Digital Nusantara yaitu :

1. Pendaftaran
2. Pendampingan
3. Pasar UKM Digital Nusantara

1. Menu Pendaftaran

Menu ini ada dua pilihan, Regristrasi dan Non regristrasi. Untuk Regristrasi
berarti para pelaku UMKM yang merasa omzetnya antara Rp 50 juta hingga
Rp 300 jt per tahun bisa mendaftarkan diri menjadi anggota di Pasar UKM
Digital Nusantara. Non regrister berarti pelaku umkm yang level omzetnya
antara Rp 50 jt – Rp 300 jt tidak perlu melakukan regristrasi tetapi Organisasi
yang mengelola Pasar UKM Digital Nusantara secara otomatis
mendaftarkannya menjadi anggota Pasar UKM Digital Nusantara. Adapun data
UMKM nya diperoleh dari instansi terkait yang mengeluarkan data data
tersebut, maupun dari para pihak yang mengelola UMKM. Fungsi Regristrasi
bagi UMKM adalah :

1) Mendapatkan Single ID Number UMKM


2) Prioritas mendapatkan program Pemberdayaan UMKM
3) Mendapatkan fasilitas untuk bisa mendapatkan informasi tentang lokasi
Bahan baku, informasi Industri yang terkait dengan hasil produksi UMKM (
kemana UMKM harus menjual), informasi tentang pemberi bantuan
permodalan (KUR,CSR,LPDB)
4) Mendapatkan fasilitas untuk masuk dalam Service Market Pasar UKM
Digital Nusantara dengan Brand address “Jualanlaris.id”
5) Mendapatkan fasilitas untuk bisa mendapatkan sertifikasi, Nasional,
International, halal. Dalam Regristrasi ini juga bisa melakukan update
foto dan description produk serta mengisi questioner terkait dengan cara
menjual UMKM sebelum dilakukan program pendampingan.

2. Program Pendampingan.
37
Untuk bisa ikut program pendampingan harus melakukan input regristrasi
terlebih dahulu, karena saat mau melakukan aktivitas pelatihan harus
menginput ID Number UMKM nya. Setelah menginput ID Number , peserta
pelatihan harus melakukan test awal guna mengetahui tingkat knowledge
sebelum pelatihan. Setelah melakukan pre test ( test awal) maka para UMKM
adan diberi bimbingan pelatihan dengan sebuah curriculum yang berjenjang :

1) Level Mula /Mahir : dengan sasaran output sudah bisa menghasilkan


produk yang berkualitas dan paham tentang dasar dasar pengelolaan
bisnis modern.
2) Level Kreatif : Outputnya pelaku UMKM sudah bisa menghasilkan produk
yang memiliki Value
3) Level Eksport : pelaku UMKM paham pengetahuan tentang cara ekport.

Curriculum Program Pemberdayaan UMKM meliputi :


Level 1 :
1) STANDARD KUALITAS PRODUK DAN JASA
2) STANDARD PROSES PRODUKSI
3) PENGETAHUAN DASAR INTERNET
4) PENGETAHUAN DASAR PENCATATAN KEUANGAN
5) PENGETAHUAN DASAR TENTANG PERMODALAN

Level 2 :

1) MERUMUSKAN STANDARD BAHAN BAKU/ALAT KERJA


2) MANAGEMEN KENDALI MUTU
3) MEDIA SOCIAL DAN E-DAGANG
4) MEMBUAT LAPORAN RUGI – LABA
5) PENGENALAN KUR, LPDB,PKBL
6) PERPAJAKAN
7) JENIS BADAN USAHA, MANFAAT DAN PERTIMBANGANNYA
8) RUPA RUPA DOCUMEN PERIJINAN BADAN USAHA
9) ORGANISASI KERJA
10) BRAND , BRANDING

Level 3 Mula / Mahir :


38
1) MANAGEMEN KENDALI MUTU BAHAN BAKU DAN ALAT KERJA
2) MANAGEMEN KENDALI PROSES PRODUKSI & LANGKAH KERJA
3) MANAGEMEN KENDALI MUTU PRODUK AKHIR DAN JASA
4) LAPORAN KEUANGAN STANDARD BISNIS
5) SOLUSI MENDAPATKAN MODAL YANG SESUAI KEBUTUHAN
6) PROSES PEMBENTUKAN BADAN USAHA
7) PROSES PERIJINAN BADAN USAHA
8) INSENTIF DAN REMUNERASI PELATIHAN & PENGEMBANGAN TIM
9) MEMBUAT KEMASAN YANG BAIK
10) MARKETIN ONLINE MELALUI MARKET PLACE
11) STOKIES BARANG PRODUKSI
12) STANDARD MUTU INTERNASIONAL

Level Kreatif :
1) KREATIFITAS PRODUK BATIK
2) KREATIFITAS PRODUK CRAF
3) KREATIFITAS PRODUK MAKANAN
4) KREATIFITAS PRODUK JASA
5) KREATIFITAS PRODUK FASHION
6) KREATIFITAS JASA ENTERTAINMENT
7) Dll yang sifatnya menambah value dari hasil produksi yang sudah
berkualitas.

Level Eksport :
1) Pengenalan tata cara Eksport
2) Memilih Partner Eksport

Sylabus dari Curriculum :

Adapun Sylabus yang dirancang untuk para pengusaha UKM (Mikro) untuk
bisa menghasilkan Produksi yang berkualis, Produk yang memiliki Value ,
Produk yang siap Masuk Toko Online , Produk yang mampu bersaing di
dunia Eksport adalah sebagai berikut:

39
A. Level Mula terdiri dari beberapa modul (basic / pengenalan) sebagai
berikut:
1. Standard Kualitas Produk
2. Standard Proses Produksi / Langkah Kerja
3. Penggunaan Internet Dasar
4. Pencatatan Keuangan Sederhana
5. Pengenalan Permodalan “Mendapatkan Pendanaan PK BUMN”

B. Level Madya terdiri dari beberapa modul sebagai berikut :


1. Standarisasi Bahan Baku / Alat Kerja

 Peserta memahami apa itu Standar Bahan Baku / Alat Kerja

 Peserta sadar pentingnya memiliki Standar Bahan Baku / Alat


Kerja yang tertulis
 Peserta memahami langkah-langkah umum menyusun
Standar Bahan Baku / Alat Kerja
2. Managemen Kendali Mutu
Output:
 Peserta memahami apa itu Manajemen Kendali Mutu
 Peserta memahami manfaat Manajemen Kendali Mutu
 Peserta memahami langkah-langkah umum menuliskan dan
melakukan Manajemen Kendali Mutu
3. Media Sosial dan E – Dagang
Output:
 Peserta memiliki keahlian dasar dalam mengelola Page
Facebook
 Peserta memiliki keahlian dasar dalam mengelola akun
Instagram
4. Membuat Laporan Rugi Laba
Output:
 Peserta paham tentang pentingnya memiliki laporan keuangan
 Peserta bisa menggunakan aplikasi Akunting Mudah
untuk membuat laporan keuangan bisnis
5. Pengenalan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
40
Output:
 Peserta paham tentang KUR
 Peserta paham tentang cara mendapatkan KUR
6. Pengenalan Pajak untuk UKM
 Peserta Mengetahui beda wajib pajak UKM dengan wajib pajak
lainnya, pelaku usaha kecil atau menengah membayar pajak
berdasarkan total penjualan. Hitung-hitungannya juga tidak
serumit wajib pajak lain.
 "Rumus PPhUKM : 1% x total penjualan "
 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (Ppn)
 Object PPN
 Tarif PPN
 Pengusaha kena pajak sebagai pihak yang menyetor

7. Jenis –jenis Badan Usaha , Manfaat & Pertimbangannya Output:

 Peserta memahami jenis-jenis badan usaha yang tersedia


untuk usahanya
 Peserta memahami manfaat dari jenis-jenis badan usaha
 Peserta memahami perbedaan dari setiap badan usaha
 Peserta dapat menentukan jenis badan usaha yang tepat untuk
usahanya
8. Rupa – rupa Dokumentasi Perizinan Badan Usaha
Output:
 Peserta memahami jenis-jenis perizinan yang harus dimiliki
 Peserta memahami manfaat dari memiliki suatu izin usaha
 Peserta dapat menentukan perizinan yang tepat untuk
usahanya
9. Kontribusi, Tanggung Jawab Tim & Hubungan Kerja Formal
“ Output:
 Peserta sadar pentingnya memiliki pembagian kerja
 Peserta memahami apa itu pembagian kerja
 Peserta memahami langkah-langkah umum pembagian
kerja
10. Kontribusi, Tanggung Jawab Tim & Hubungan Kerja Formal -2
41
Output:
 Peserta sadar pentingnya memiliki standar penulisan
tanggung jawab tim dan hubungan kerja formal
 Peserta memahami apa itu tanggung jawab tim & hubungan
kerja formal

 Peserta memahami langkah-langkah umum menentukan


tanggung jawab tim
 Peserta memahami langkah-langkah umum dalam
menuliskan hubungan kerja formal

11. Branding Dasar dan Segmentasi Pelanggan


Output :
 Panduan Dasar Membuat sebuah Brand
 Memberikan Identitas Produk/Jasa Anda
 Menyampaikan Nilai Produk/Jasa Anda
 Menjalin Komunikasi dengan Pelanggan dan Target Market
 Membangun Kredibilitas dan Persepsi C.
 Level Mahir terdiri dari beberapa modul
sebagai berikut :
➢ Managemen Kendali Mutu Bahan
Baku /Alat Kerja Output:
 Peserta memahami apa itu Manajemen Mutu Bahan Baku
 Peserta memahami manfaat Manajemen Mutu Bahan Baku /
Alat Kerja
 Peserta memahami langkah-langkah umum menuliskan dan
melakukan Manajemen Mutu Bahan Baku / Alat Kerja
➢ Management kendali proses Produksi
dan Langkah Kerja Output:

 Peserta memahami apa itu Manajemen MutuProses Produksi


/ Langkah Kerja
 Peserta memahami manfaat Manajemen MutuProses
Produksi / Langkah Kerja

42
 Peserta memahami langkah-langkah umum menuliskan dan
melakukan Manajemen MutuProses Produksi / Langkah Kerja
➢ Managemen Kendali Mutu Produk
Akhir dan Jasa Output: Peserta
memahami apa itu Manajemen Mutu

Mutu Hasil Akhir


 Peserta memahami manfaat Manajemen Mutu Mutu Hasil
Akhir
 Peserta memahami langkah-langkah umum menuliskan
dan melakukan Manajemen Mutu Mutu Hasil Akhir
➢ Laporan Keuangan Lanjutan Output:

 Peserta paham perbedaan arus kas dan laba rugi, beserta


kegunaan masing-masing laporan
 Peserta paham jenis permodalan seperti apa yang
dibutuhkan untuk bisnisnya
➢ Solusi Mendapatkan Modal Sesuai Kebutuhan.
Mengetahui lembaga jenis , cara untuk memdapatkan
fasilitas pendanaan dari pemerintah.

➢ Proses pembentukan badan Usaha Output:

 Peserta memahami jenis badan usaha yang akan dipilih


 Peserta memahami proses pembuatan badan usaha
 Peserta memahami pihak yang dapat membantu membuat
badan usahanya
➢ Proses Pengurusan Perizinan Badan Usaha Output:

 Peserta memahami jenis-jenis perizinan yang akan dipilih


 Peserta memahami proses perizinan usaha
 Peserta memahami pihak yang dapat membantu
memproses perizinannya
➢ Insentif & Remunerasi, Pelatihan & Pengembangan TIM.
Setelah mempelajari dan mengerjakan modul ini
peserta akan :

43
✓ Memahami perbedaan antara gaji dan
insentif/bonus.
✓ Mengetahui komponen-komponen yang harus
diperhatikan dalam perhitungan gaji dan
insentif/bonus.
✓ Memahami cara menetapkan gaji dan
insentif/bonus.
✓ Memahami proses administrasi penggajian. 9
Membuat Kemasasan yang Baik dan Menjual

 Unik dan kreatif


 Hati-hati memilih font dan warna
 Pastikan label mudah dibaca
 Manfaatkan gambar
 Gunakan bahasa yang tepat
 Kenyamanan tak boleh terlupakan
 Terlihat kokoh dan tangguh
 Mudah dibuka
 Pastikan desain tetap sederhana
✓ 10 Konsultasi Akhir, Hasil dari program pendampingan
adalah Nilai per materi yang diberikan , Raport dari hasil
pembelajaran per level dan masuk dalam Pasar UKM Digital
Nusantara.

3. Pasar UMKM Digital Nusantara

Pasar UMKM Digital Nusantara adalah media bagi para pelaku UMKM baik
yang sudah mendapatkan bimbingan pelatihan Bisnis Modern maupun yang
belum mendapatkan Bimbingan Bisnis Moder tetapi sudah memiliki media
menjual produk hasil usahanya melalui MEDIA SOSIAL maupun toko online.
Value dari Pasar UMKM Digital adalah sesuai dengan namanya “Pasar” tempat
berjualannya berbagai macan produk dan toko baik berupa kios maupun
lapak. Value tersebut antara lain :

44
a. Bagi yang hanya memiliki satu akun medsos dalam berjualan bisa
diakomodir di dalam Pasar UMKM Digital Nusantara ini sama seperti yang
memiliki Toko Online (Mrket Place).
b. Membuka market lebih luas dari para pengguna medsos maupun toko
online karena tidak terbatas pada satu akses group.
c. Bisa berinovasi membuat iklan sendiri dan ditampilkan dalam Landing
Page / halaman utama dari Pasar UMKM Digital Nusantara.
d. Bagi yang memiliki medsos , transaksi terjadi langsung antara calon
pembeli dengan pelaku UMKM nya , tidak ada yang diproses di pasar
UMKM Digital Nusantara (baik pembayaran maupun pengantaran).
e. Masuk dalam program Business matching.

C. BUSINESS MATCHING UMKM

UMKM Mikro tidak cukup diberi pelatihan yang sistematis terstruktur, dan
pasar UMKM digital nusantara, mereka harus difasilitasi dengan Business
Matching antara Pelaku Usaha Bahan Baku dengan UMKM , Buyer dengan UMKM ,
dan anatar ketiganya Pelaku Bahan Baku – UMKM – Buyer.
Dengan melakukan Business matching diharapkan akan saling
menguntungkan antara para pelaku usaha Bahan Baku , UMKM dan Buyer
(Industri) itu sendiri. Bagipetani bahan baku mereka bisa memperoleh harga yang
sesuai dengan pasar tidak lagi didikte / ditentukan oleh parapengijon dan
tengkulak. Sementara para pelaku Ekonomi Kreatif (Pengrajin/pelaku usaha
UMKM) lebih mudah mendapatkan bahan baku produksinya dengan harga yang
wajar sesuai pasar dan kepastian adanya bahan baku.
Para pelaku UMKM Digital Kreatif pun bisa mensupply hasilnya
dilinkungannya terlebih dahulu dengan control dari mitra Buyernya, jika ini
terjadi maka kualitas dan produktifitas dari UMKM Digital Kreatif akan semakin
meningkat. Setelah semaksimal mungkin diserap oleh industry yang ada
disekitarnya maka mereka sudah bisa melakukan penetrasi hasil usahanya keluar
dari wilayahnya hingga menjadi pemain di pasar global.
Fasilitas Business Matching ini menjadi kendali dali masing masing
Pemerintah Daerah dalam memaksimalkan hasil produksi UMKM nya dengan
mengajak para pelaku industry di wilayahnya untuk memanfaatkan semaksimal
45
mungkin hasil produksi UMKM setempat dengan memberikan arahan tentang
kualitas hasil produksi UMKM yang sesuai dengan standard yang diinginkan oleh
Buyer itu sendiri.

46
BAB V
PENUTUP

Dari uraian diatas , beberapa permasalahan UMKM dalam menghadapi persaingan


Global Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015-2025 , kendala – kendala dalam
pemberdayaan UMKM , identification UMKM data profile UMKM, Curicullum pelatihan
UMKM, Digitalisasi UMKM, Pendanaan UMKM sinergitas atar lembaga dalam penanganan
UMKM . Selain itu keberhasilan UMKM Indonesia naik kelas atau meningkat omzetnya
sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM harus pula didukung
oleh keinginan seluruh Rakyat Indonesia beserta Pemerintah bahu membahu untuk
satu tujuan mengkampanyekan Mencintai Produk UMKM Indonesia.

Jika UMKM khususnya mikro dan kecil bisa maju dan apalagi bisa menguasai
pasar dunia maka ketahanan ekonomi bangsa juga akan turut meningkat dan tetap
terjaga , tetapi sebaliknya jika UMKM kita tidak ditatakelola dengan baik maka
ketahan ekonomi nasional juga akan goyah.
Langkah – langkah pengamanan ketahanan ekonomi nasional melalui pemberdayaan
UMKM yang systematis, terstruktur dan terukur, antara lain :

1. Untuk memulai system tatakelola yang baik maka sumber data dan system
pengelolaan data UMKM perlu dibenahi terlebih dahulu. Mulai dari Digitalisasi
Sensus Ekonomi , Form isian , konten isian, cara mengisi dan validitas serta
kelengkapan datanya harus menjadi prioritas utama untuk melangkah ke proses
selanjutnya. Dengan Digitalisasi proses pendataan profile UMKM ini maka rekap
data bisa diperoleh secara realtime , cepat dan mudah untuk segera dikoreksi bila
terjadi kesalahan, dan pemerintah bisa segera mengambil keputusan dan
kebijakkan yang diperlukan untuk improvemen program pemberdayaan UMKM ini.
Lembaga – lemabaga Kementerian dan Badan – Badan yang terkait harus
merumuskan bersama konten dari sensus ekonomi yang akan dilakukan. Dengan
adanya sinergy atar lembaga lembaga terkait sejak awal proses pemberdayaan
UMKM ini , maka diharapkan hasilnyapun bisa lebih produktif.

47
2. Saat ini dalam proses pemberdayaan UMKM dan hasil dari program
Pemberdayaannyapun tidak ada penanggungjawabnya dalam Satu Pintu. Beberapa
Kementerian , Swasta, BUMN melakukan program pemberdayaan UMKM melalui
program pendanaan , pelatihan dan lain sebagainya dilakukan secara sektoral ,
tidak terkoodinir dalam satu atap sehingga sulit dilakukan kontrol dari hasil
program perberdayaan yang telah dilkukan tersebut. Ditambah lagi sumber data
yang tidak mampu telusur maka sasaran umkm yang dibinapun menjadi bias. Bisa
jadi satu UMKM mendapatkan bantuan dari berbagai instansi , tetapi ada juga
umkm yang sama sekali belum pernah mendapatkan bantuan apapun. UMKM yang
disasarpun belum tentu sinkron dengan data statistik yang ada. Untuk itu jika
memang pemerintah ingin focus dalam program pemberdayaan UMKM ini perlu
dibentuk satu Badan yang memang berfungsi mengatur Tatakelola Pemberdayaan
UMKM khususnya yang mikro dan kecil ini yang jumlahnya hampir mencapai 58
juta pelaku usaha mikro dan kecil.

3. Mempelajari Karakter Pelaku Bisnis UMKM (Usaha Mikro)


Sebelum melakukan aktivitas maka perlu diketahui beberapa hal :

1. Segmen UMKM mikro dan kecil adalah segmen yang sangat tradisional dalam
menjalankan bisnisnya , mereka hanya berbicara untuk mendapatkan
keuntungan yang tidak muluk – muluk tetapi yang penting hasil usahanya
cukup untuk menjalankan roda bisnisnya dalam memenuhi kebutuhan hidup
minimalnya sehari - harinya.

2. Segmen UMKM tidak terlalu ngotot (berambisi) untuk menjadikan usahanya


untuk cepat menjadi pengusaha besar , mereka berfikir realistis dengan
kondisi yang ada, bila mendapatkan bantuan mereka menerimanya tetapi bila
tidak mendapatkan bantuan atau perhatian mereka pun merasa tidak perlu
memaksa karena sifat bisnisnya kesederhanaan tadi.

3. Digitalisasi UMKM tidak serta merta memberikan solusi masalah pemasaran


dalam waktu singkat. Perlu adanya pendidikan bisnis yang mendasar hingga
taraf pendidikan digitalisasi bagi para pelaku UMKM

48
4. Butuh Bantuan Strategi Pemasaran Jangka Panjang diiringi dengan keuletan,
kedisiplinan dalam menjaga kualitas produk dan manfaat dari produk mereka
sehingga tumbuh kepercayaan akan penggunaan produk layanan UMKM tersebut.

Dengan adanya tools pengelolaan UMKM Pasar UKM Digital Nusantara yang
menjadi satu satunya tools operasional pengelolaan UMKM di seluruh
Disperindagkop Provinsi, kabupaten , kota maka seluruh program pemberdayaan
UMKM baik pelatihan maupun pendanaan yang dilakukan oleh berbagai pihak
harus melalui disperindagkop dan melakukan regristrasi UUMKM – UMKM yang akan
diberikan program pemberdayaan tersebut. Begitu juga setelah dilakukan
program pemberdayaan UMKM maka seluruh hasil program pemberdayaannya
harus dilaporkan ke Disperindagkop.

Dengan begitu maka pengelolaan pemberdayaan UMKM bisa dikelola secara


sistematis dan terrekam secara digital sehingga memudahkan pemerintah dalam
melakukan rencana UMKM naik kelas dan bisa menguasai pasar glbobal MEA 2015-
2025 . Dan naik kelasnya UMKM Mikro dan kecil serta bisa mengusai pasar global
bukanlah suatu keniscayaan tetapi suatu yang bisa dan memang mampu untuk itu
dengan suatu perencanaan yang matang dan sistematis.

49
50
51
52
53
54
Daftar Pustaka :

PEMETAAN STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING UMKM DALAM MENGHADAPI


MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 DAN PASCA MEA 2025
........DEPARTEMENT PENGEMBANGAN UMKM BANK INDONESIA 2016
DASAR HUKUM PENGELOLAAN UMKM DAN KOPERASI DI INDONESIA
Beberapa kebijakan pemerintah telah dibuat untuk mendukung pengembangan bisnis
UMKM ini antara lain :
1. Undang Undang nomor 20 tahun 2008
 Tentang Usaha Mikro, Kecik, dan Menegah
2. Penjelasan atas UU 20 Tahun 2008
3. Keputasan Menteri BUMN Nomor KEP-236/MBU/2003
 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan
4. Pedoman Penyusunan RKA Program Kemitraan dan program Bina Lingkungan
(LAMPIRAN KEMEN.BUMN NO 236/MBU/2003)
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2002
 Tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 127 Tahun 2001
 Tentang Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan
bidang/jenis usaha yang terbuka usaha menengah atau besar dengan syarat
kemitraan.
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 1998
 Tentang Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan
bidang/jenis usaha yang terbuka usaha menengah atau besar dengan syarat
kemitraan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998
 Tentang Modal penyertaan pada Koperasi
9. Penjelasan atas PP Nomor 33 Tahun 1998
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 TAHUN 1998

55
 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
11. Penjelasan atas PP Nomor 32 Tahun 1998
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997
 Tentang Kemitraan
13. Penjelasan PP Nomor 44 Tahun 1997
14. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995
 Tentang Usaha Kecil
15. Penjelasan tentang UU NO 9 Tahun 1995
1. Rencana Kerja Strategis Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia tahun 2010 - 2014
2. Data Koperasi per Propinsi Tahun 2010
3. Araha Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 – 2014.
4. Rencana Kerja Pemerintah Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UKM Tahun
2014.
5. Data sandingan_data_umkm_1997-2013 dari kemenkop
6. Data ukm dari tahun 1997 sd 2012 dari BPS
7. Laporan Kredit MKM Triwulanan 2001 sd 2015 dari Bank Indonesia
8. Laporan Tahunan perbankan 2014 dari Bank Indonesia
9. Laporan Perkembangan Kredit UMKM dan MKM April 2016
10. Data profil imk 2015 dari BPS
11. Laporan Tahunan Perbankkan OJK 2013
12. Laporan hasil Audit BPK tahun 2015
13. Laporan Tahunan KKUMKM 2015 dari Kemenkop dan UKM
14. Program Strategies LPDB-KUMKM Tahun 2014 Presentasi Kemenkop Rakornas
10 des 2013
15. OJK-SPI Des 2013
16. Regulasi Keuangan dan Statistik Ekonomi 2013.....Bank Indonesia
17. Optimalisasi Penyaluran Dana PKBL ....oleh Kementerian Negara BUMN’2009

56
LAPORAN STUDI TENTANG UKM
1. Potensi Perusahaan UKM untuk Go Publik Oleh---------- DEPARTEMEN KEUANGAN
RI THUN 2011
2. Kajian Akademik Kelayakan Pendirian Pemeringkat Kredit Bagi UMKM
di Indonesia Oleh -----------BANK INDONESIA TAHUN 2011
3. SMALL & MEDIUM ENTERPRISES Development Policies In 6 ASEAN Countries oleh
................. ORGANIZATION FOR SMALL & MEDIUM ENTERPRISES
AND REGIONAL INNOVATION, JAPAN (SMRJ)
4. Studi Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Usaha Kecil dan Menegah di Sub Sector
Industri Produk Kehutanan.
ARTICLE TENTANG UMKM
1. Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menegah di Indonesia .......SRI
ADININGSIH
2. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah ( UMKM ) OLEH
......IR.MOHAMMAD JAFAR HAFSAH
3. Development of Small and Medium Enterprises in Developing Country : The
Indonesian Case BY .....TULUS TAHI HAMONANGAN TAMBUNAN
4. UKM Indonesia Siap Bersaing Dikancah Global Oleh ....GLOBAL OXFORD
ECONOMICS
5. Perspektif Strategic Entrepreneurship UKM Kerajinan Oleh .....VITRI C
MALLARANGENG
6. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Menjadi Tanggung
Jawab bersama Oleh .......NEDDY R HALIM
7. Penggunaan Internet Oleh UMKM oleh ......VERONIQUE BAUDIAD, CISCO
8. Masih Minim UKM Melek Cloud Computing ....Oleh DHORIFI ZUMAR
9. Peta Rencana (ROADMAP) Riset Enterprise Resources ( ERP) Dengan Focus Riset
Pada Usaha Kecil dan Menegah (UKM) DI Indonesia oleh .....jw sampurno cs
university of wiscousin, madison, union south, USA
10. Kementerian KUKM Bantu Bangun Pembangkit Listrik Mikro Hidrodi Daerah
Tertinggal.

57
11. Kementerian KUKM Dorong Permodalan Usaha Mikro.
WEBSITE : http://bi.go.id
http://bps.go.id
http://kemenkopukm.go.id
http://lapkur.go.id
http://www.komite-kur.com

http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/bpr-konvensional/indikatorutama/Default.aspx
http://www.bumn.go.id/data/uploads/files/proyeksiTB2012.pdf

58
59
60
61
62
63
64
65
MELALUI PROGRAM
PENDAMPINGAN DIGITAL KREATIF DAN
PASAR UKM DIGITAL NUSANTARA UKM
MIKRO DAN KECIL NAIK KELAS

56 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

66
57 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

67
Untuk Pendaftaran terdapat dua pilihan yaitu Regrister pribadi UKM atau Regristrasi yang
Non Regrister yaitu Regristrasi berdasarkan data yang didapat dari Instansi Terkait
( BPS , kementerian terkait , survey independen ) sebagai opportunity untuk dilakukan
program pendampingan dan bisa masuk terdaftar di Pasar UKM Digital Nusantara.
Untuk Regrister terdapat 2 menu input , yaitu untuk menu input Leader Community m
dan Input profile UKMnya itu sendiri.

58 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

68
59 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

69
60 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

70
61 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

71
62 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

72
63 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

73
64 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

74
65 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

75
A cademia
Standarisasi Kurikulum
Materi pembelajaran
Pemateri

B usiness

Penyedia sarana dan prasarana Untuk Keperluan


Pemberdayaan UKM (Infrastruktur , Media On line,
e-commerce,e-logistic, e-Finance, dll)

C ommunity
Leader Sentra / multi UKM
Pembina UKM Digital

G overnment

Pembuat Regulasi terkait dengan


pemberdayaan UKM Mikro dan Kecil serta
Penggerak utama Synergy Pemberdayaan UKM

M edia

Sarana Publikasi dan edukasi untuk


masyarakat tentang aktivity pemberdayaan
UKM Mikro dan Kecil

66 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

76
Study
Mikro Study Mula, Value
Berkualitas Kreatif
Menegah, dan Modern sesuai jenis Produk
Mahir industri

Level 1 (berkualitas ) Level 2 ( Value)


Naik Kelas Berkualitas, Study On
Modern, Value, Study Export Digitalisasi
Line dan
Export = Omzet UKM
Marketing
Meningkat Digital

Study Mula, Study Kreatif Value


Kecil Menegah, dan Modern sesuai jenis
Produk
Mahir Industri

Naik Kelas Berkualitas, Study On Line


Modern, Value, Study Digitalisasi dan
Export = Omzet Export UKM Marketing
Meningkat Digital

RAPORT dan
Menengah Analisa
Pendampingan

67 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

77
68 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

78
69 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

79
70 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

80
PENDAMPINGAN

TEST

71 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

81
Contoh Materi Pre Test tersebut akan ada beberapa versi dan antara pre test dengan
post test materi testnya akan sama, hal ini untuk bisa mengetahui nilai sebelum
pelaksanaan pendampingan dan setelah dilakukan pendampingan. Nilai akan terekam
secara digital berikut ID number UKM yang regristrasi dan telah mengikuti program
pendampingan.ID Number ini bersifat unik dan bermanfaat untuk mengevaluasi UKM
dalam proses Naik Kelas.

72 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

82
Nilai Pendampingan

73 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

83
74 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

84
Selama ini diketahui bahwa para pelaku usaha Mikro dan Kecil (UKM) kesulitan memperoleh
Informasi tentang keberadaan Bahan Baku , dan petani bahan baku kesulitan informasi tentang
lokasi pengrajin nya (UKMnya). Dalam Aplikasi ini informasi tentang Lokasi Keberadaan Bahan
baku dan pelaku usaha Mikro dan kecilnya (Anggota yang regristrsi) akan memperoleh
Informasi yang sama dalam satu media Pasar UKM Digital Nusantara.

75 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

85
76 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

86
77 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

87
Dari proses pendampingan UKM yang Terdaftar di Pasar UKM Digital Nusantara setelah
dilakukan program Pendampingan dan sudah mendapatkan sertifikasi dari instansi yang terkait
, akan ditampilkan dalam menu Informasi Sertifikasi (Halal, Nasional , International)

78 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

88
Selain Informasi tentang Bahan Baku , para pelaku UKM Mikro dan Kecil juga
kesulitan mencari pembelinya. Dalam aplikasi ini disajikan data Pelaku Industri dari
berbagai category/jenis industrinya. Dengan adanya Informasi Buyer ini diharapkan
para UKM Mikro dan Kecil bias mendapatkan informasi kemana hasil usahanya

79 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

89
dipasarkan. Demikian juga sebaliknya para pelaku Industri dari berbagai jenis
usaha bias mendapatkan informasi tentang supply barang barang keperluannya
yang dihasilkan oleh para pelaku usaha Mikro dan kecil.

Dari synergy ketiga informasi ini diharapkan para pelaku usaha penyedia bahan baku
, pelaku usaha mikro dan kecil serta pelaku Industri dapat mendapatkan value untuk
masing masing usahanya.

80 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

90
Home. Bahan Baku Pasar UKM Sertifikasi. Buyer Permodalan. Dashboard
- CSR
- KUR
- LPDB

Dalam Aplikasi Pasar UKM Digital Nusantara ini juga dilengkapi dengan Informasi jenis permodalan
dan akses permodalan yang telah difasilitasi Pemerintah seperti program CSR (BUMN), KUR
(Perbankkan), LPDB (Kementerian Koperasi dan UKM). Sehingga diharapkan bagi UKM yang telah
terregristrasi dan telah mendapatkan program pendampingan , setelah mengerti tentang perlunya
permodalan , maka merekan tidak akan kesulitan untuk mencari pemberi pinjaman dan juga
memperoleh kemudahan akses dalam mengajukan permohonan permodalan.

81 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

91
Untuk Pasar UKM Digital Nusantara , sebelah KIRI adalah pilihan jenis kategori Usaha, TENGAH
animasi untuk edukasi belanja on line, KANAN fasilitas anggota yang terregristrasi untuk
menapilkan promosi / iklan produknya, dan BAWAH adalah instansi yang mensupport Pasar UKM
Digital Nusantara. Jika klik pilih fashion maka akan tampil para ukam yang kategorinya fashion.

82 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

92
Untuk mengetahui lokasi berjualan UKM maka klik foto yang diinginkan,contoh klik foto produk
ukm Libasun Clothing maka akan tampil :

83 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

93
Untuk membeli cukup pilih salah satu fasilitas on line yang dimiliki pelaku UKM , contoh klik
Instagram maka akan tampil :

84 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

94
85 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

95
86 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

96
87 Kemendagri – Modul – pasar umkm digital

97

Anda mungkin juga menyukai