Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara global, kontribusi kinerja UMKM memiliki peran yang strategis
sebagai penyangga perekonomian Nasional. Di Indonesia, UMKM memiliki peran
strategis dan kontribusi sangat besar bagi perekonomian Nasional dengan
menyumbang 53,3% dari total PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Jumlah
UMKM di Indonesia mencapai sekitar 56,2 juta unit dan mampu menyerap 97,2%
tenaga kerja dari total angkatan tenaga kerja yang ada. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan usaha perdagangan berbasis online ini
meningkat dalam 10 tahun terakhir, menjadi 26 juta lebih atau naik 17% serta
diikuti dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 55 juta unit lebih (Sutandi.,
Vikaliana, Hidayat & Evitha, 2020).
Berdasarkan data yang dihimpun dari BPS (2019) dan Kementerian
Koperasi dan UMKM (2019) terdapat beberapa alasan yang mendasari pernyataan
tersebut. Pertama, dari seluruh jumlah pelaku ekonomi nasional, didominasi oleh
jumlah pelaku UMKM. Kedua, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) melebihi 50%. Ketiga, UMKM tersebar ke seluruh penjuru wilayah
hingga mencapai pelosok desa yang menjadi kekuatan ekonomi nasional.
Keempat, karakteristik UMKM yang padat karyra terbukti memampukan UMKM
dalam hal penyerapan tenaga kerja dan berkontribusi terhadap pengurangan angka
pengangguran. Fakta tersebut memberikan pengakuan bahwa sektor Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki kontribusi sebagai penyangga ekonomi
melalui penciptaan lapangan kerja dan sumbangan terhadap nilai Produk
Domestik Bruto (PDB). Meskipun demikian, kontribusi yang diberikan UMKM
pada lapangan kerja dan PDB belum linier dengan pertumbuhan jumlah populasi
pelaku UMKM di Indonesia. Secara agregat, konstribusi UMKM yang
sedemikian besarnya nyatanya belum mampu menunjukkan kinerja UMKM yang
baik. Fakta ini tidak mengejutkan mengingat berbagai kajian menyebutkan bahwa
kinerja UMKM di Indonesia masih relative kurang baik bila dibandingkan dengan
negara maju paling tidak dengan negara-negara ASEAN (Sijabat, 2020).
2

UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 mencakup


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha , serta memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha
menengah yaitu, usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Serta
memenuhi kriteria antara lain, kekayaan bersih Rp.500 juta sampai dengan Rp.10
miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp.2,5 miliar sampai Rp.50 miliar (UU No.20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro Kecil Menengah, 2008)
Peran UMKM sangat penting dalam rangka membangkitkan ekonomi
masyarakat, mengingat UMKM memiliki kontribusi yang besar dan krusial.
UMKM dapat dikatakan sebagai wadah penyerapan tenaga kerja yang besar. Data
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia tahun 2018
menunjukkan jumlah unit usaha UMKM 99,9% dari total unit usaha atau 62,9 juta
unit. UMKM menyerap 97% dari total penyerapan tenaga kerja, 89% di antaranya
ada di sektor mikro, dan berkontribusi 60% terhadap produk domestik bruto.
Kontribusi UMKM yang besar terhadap perekonomian dan maraknya pendirian
usaha baru akan menjadi sia-sia jika hal tersebut tidak memiliki going concern
3

yang baik. Faktanya, angka kegagalan startup di seluruh dunia bisa mencapai 90%
(Nurhidayati, Sugiyah, Syahyuni & Wianti, 2021)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha
yang memerlukan keterampilan dalam melakukan pekerjaaan, selain itu modal
kerjanya juga relatif kecil, akan tetapi tanpa adanya keinginan yang kuat untuk
melakukan usaha tentunya tidak akan mungkin bisa meraih kesuksesan, seorang
pelaku usaha harus berpikir secara kreatif dan inovatif untuk mensukseskan
kegiatan usahanya terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana
pasar terus tumbuh dan bergerak sangat dinamis. Pelaku usaha tanpa memiliki
pemikiran yang kreatif dan inovatif maka, pelaku usaha tersebut akan dipastikan
menjadi pengusaha yang memiliki masa depan suram atau kegagalan dimasa yang
akan datang. Pada dasarnya setiap usaha melakukan persaingan agar usahanya
tetap dapat lebih unggul daripada usaha pesaingnya dan agar usaha tersebut dapat
bertahan dalam pasar dengan meningkatkan daya saing produknya, karena bila
pemilik usaha enggan meningkatkan daya saing produknya, maka usahanya dapat
tergeser dengan usaha pesaingnya yang memiliki kualitas produk yang lebih baik.
Keunggulan komparatif dapat dilakukan pada tingkat perusahaan dan pada tingkat
nasional. Ada empat hal dalam membangun keunggulan dari suatu Negara, yaitu
kondisi seperti tenaga terampil dan sarana prasarana, kondisi permintaan dan
tuntutan mutu dalam negeri untuk hasil industri tertentu, eksistensi industri terkait
dan pendukung yang berdaya saing, serta strategi, struktur dan persaingan antar
peusahaan. Inovasi merupakan pijakan bagi UMKM untuk mencapai tingkat daya
saing yang kompetitif, terlebih lagi bagi UMKM yang bergerak di industri kreatif.
Daya saing UMKM tercermin dalam daya saing produk dan daya saing organisasi.
Indikator-indikator utama daya saing produk adalah nilai atau harga produk dan
kepuasan konsumen, sedangkan indikator-indikator utama daya saing organisasi
adalah profit dan sumber daya manusia (SDM). Inovasi yang tinggi baik itu
inovasi proses maupun inovasi produk akan meningkatkan kemampuan UMKM
akan menciptakan produk yang lebih berkualitas. Kualitas produk yang tinggi
akan meningkatkan keunggulan bersaing dalam UKM yang pada akhirnya
berdampak pada kinerja UMKM itu sendiri. Suatu industri dikatakan berdaya
saing (kompetitif) jika memiliki tingkat produktivitas faktor keseluruhan (total
4

factor productivity) sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing asingnya
(foreign competitors). Inovasi tetap jadi tuntutan dan sangat penting dengan
berbagai inovasi, baik mulai dari produk maupun dari prosesnya dan bisa di lihat
seberapa besar kontribusi upaya inovasi itu pada revenue dan prosesnya, terutama
inovasi itu harus di arahkan pada aspek UMKM itu sendiri, namun harus di siasati
juga dengan biaya yang rendah, sehingga inovasi harus di fokuskan pada efisiensi
dan deferesiensi produk, termasuk pula di dalamnya menyangkut kelayakan dan
kualitas yang lebih baik (Elfahmi & Jatmika, 2019).
Pemerintah daerah telah sering melakukan upaya pengembangan agar
dapat memberdayakan UMKM melalui bimbingan, pendampingan, pemberian
fasilitas, dan bantuan untuk menumbuhkan kemampuan daya saing. Mengingat
keberadaan UMKM maka UMKM sangat perlu untuk diberdayakan oleh
pemerintah karena keberadaan UMKM dapat mengatasi masalah ekonomi dan
sosial masyarakat khusunya dalam mengatasi pengangguran serta pengentasan
kemiskinan. Perkembangan UMKM terbukti merupakan penggerak utama sektor
riil yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sidoarjo
menyebutkan ada 206.745 wirausahawan di Kabupaten Sidoarjo. Jumlah tersebut
merupakan 9 persen dari jumlah penduduk kabupaten Sidoarjo
(radarsurabaya.jawapos.com, 2017). Di kabupaten Sidoarjo, jumlah pelaku
UMKM terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 naik menjadi
207.184. Dan, di tahun 2019 sudah mencapai 207.664 pelaku UMKM. Di masa
pandemi Covid-19 ini, pelaku UMKM sangat berharap adanya perhatian dari
pemerintah agar mereka bisa tetap bertahan dan berkembang sehingga ikut
menopang pertumbuhan ekonomi di Sidoarjo (sidoarjonews.id, 2020). Sehingga,
untuk merespon kondisi tersebut pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UMKM
kabupaten Sidoarjo melakukan implementasi program 20.000 UMKM naik kelas.
Program UMKM naik kelas adalah program bagi UMKM agar usahaya semakin
berkembang, produktivitas bertambah dan daya saing meningkat, sehingga semua
usaha mikro bisa naik kelas menjadi usaha kecil, usaha kecil menjadi usaha
menengah, usaha menengah bisa menjadi besar. Beberapa indikator UMKM naik
kelas diantaranya, usahanya menjadi formal, total penjualan dan aset meningkat
5

(Elfahmi & Jatmika, 2019). Pada kabupaten Sidoarjo, terdapat total 50 UKM Naik
Kelas yang siap ekspor ke luar negeri itu, 20 di antaranya sudah lolos proses
perizinan. Sedangkan sisanya, sebanyak 30 peserta UKM Naik Kelas masih dalam
proses (suarasurabaya.net, 2021).
Implementasi program 20.000 UMKM naik kelas sesuai dengan visi
pemerintah kabupaten Sidoarjo, yaitu mewujudkan masyarakat Sidoarjo yang
mandiri dan sejahtera. Pentingnya UMKM sebagai sumber pertumbuhan
kesempatan kerja, maka UMKM diharapkan dapat terus berperan secara optimal
dalam menanggulangi pengangguran. Peran UMKM dari perspektif kesempatan
kerja, sumber pendapatan, pengurangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi
perdesaan juga sangat penting. Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Sidoarjo
memiliki tugas untuk merumuskan berbagai kebijakan bidang koperasi dan usaha
mikro, melaksanakan kebijakan bidang koperasi dan usaha mikro, melaksanakan
evaluasi dan pelaporan bidang koperasi dan usaha mikro, serta melaksanakan
administrasi dinas koperasi dan usaha mikro (diskopda.sidoarjokab.go.id,
2021). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada akhirnya penulis ingin
melakukan penelitian untuk mengetahui proses pelaksanaan program 20.000
UMKM naik kelas tersebut dengan judul ”Implementasi Program 20.000 UMKM
Naik Kelas Di Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kabupaten Sidoarjo”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka masalah pada penelitian
ini setelah dirumuskan adalah “Bagaimana proses implementasi program 20.000
UMKM naik kelas di Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro kabupaten Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk menjawab rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari
pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi program
20.000 UMKM naik kelas di Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro kabupaten
Sidoarjo.
6

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari pelaksanaan penelitian memiliki manfaat, sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan mengenai penerapan program 20.000 UMKM
naik kelas yang dilakukan Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro kabupaten
Sidoarjo.
2. Menambah informasi mengenai fungsi dan manfaat dari implementasi
program 20.000 UMKM naik kelas yang dilakukan Dinas Koperasi Dan
Usaha Mikro kabupaten Sidoarjo.
3. Memberikan informasi bagi UMKM terkait pelaksanaan program 20.000
UMKM naik kelas yang dilakukan Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro
kabupaten Sidoarjo.
7

DAFTAR PUSTAKA

Elfahmi, S.H., & Jatmika, D. 2019. Pengaruh Inovasi Terhadap Ukm Naik Kelas
Melalui Daya Saing Produk (Studi UKM Kuliner Rahajeng Catering Pati
Dan Indoburger Rembang). Media Mahardhika Vol. 17 No. 3, Hal. 481-
487.

Nurhidayati., Sugiyah., Syahyuni, D., & Wianti, W. 2021. Merubah Tantangan


Sebagai Peluang di Masa Pandemi Bagi Komunitas UMKM Naik Kelas
Kota Bekasi. Jurnal Abdimas Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 1, hal. 6-11.

https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2017/10/28/22947/9-persen-penduduk-
sidoarjo-berwirausaha (Diakses 27 April 2021)

https://sidoarjonews.id/gus-muhdlor-subandi-launching-17-program-sidoarjo-
mas-salah-satunya-umkm-akan-dibawa-naik-kelas/ (Diakses 27 April
2021)

https://www.suarasurabaya.net/ekonomibisnis/2021/50-peserta-ukm-naik-kelas-
sidoarjo-siap-ekspor/ (Diakses 27 April 2021)

https://diskopda.sidoarjokab.go.id/?page=tupoksi (Diakses 27 April 2021)

Sijabat, R. 2020. Umkm Naik Kelas: Mengonstruksi Sebuah Desain Faktor


Determinant Berluaran Perkembangan Usaha (Studi Pada Umkm Di Kota
Semarang). Jurnal Bisnis STRATEGI, Vol. 29, No. 1, hal. 1-13.

Sutandi., Vikaliana, R., Hidayat, Y.R., & Evitha, Y. 2020. Strategi Peningkatan
Kinerja UMKM melalui “UMKM Naik Kelas” Pada UMKM di
Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat Vol. 2, No. 2, hal. 159-163.

Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah.

Anda mungkin juga menyukai