Desentralisasi 1903. Pada saat ini pemerintah lokal otonom diselenggarakan oleh dewan
lokal/daerah (locale raaden). Dewan Daerah (Raad) membentuk Dewan Pemerintah Daerah
(College) untuk melaksanakan tugas pemerintahan sehari-hari. Pada tingkat provinsi, College
dipimpin oleh gubernur sebagai wakil pemerintah dan pada tingkat kabupaten/kotapraja dipimpin
pemerintahan daerah juga sama dengan zaman sebelum merdeka. Pemerintah Daerah
diselenggarakan oleh Raad atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Raad membentuk
College atau Dewan Pemerintah Daerah (DPD). DPD dipimpin oleh gubernur sebagai wakil
pemerintah untuk tingkat provinsi dan oleh bupati/walikotapraja sebagai wakil pemerintah untuk
tingkat kabupaten/kota.
Pada tahun 1949 NKRI berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Dalam sistem
RIS pemerintah daerah diatur oleh negara bagian. Akan tetapi, RIS tidak berumur panjang. Pada
17 Agustus 1950 RIS berubah lagi menjadi NKRI. Setelah menjadi NKRI lagi, pemerintah
daerah diatur lagi oleh pemerintah pusat. Pada 1957 dikeluarkan UU No. 1/1957 berdasarkan
UUD Sementara 1950. UU ini masih mengatur bahwa pemerintah daerah diselenggarakan oleh
DPRD (Raad). DPRD (Raad) membentuk Dewan Pemerintah Daerah/DPD (College) untuk
Pada 1959 UUS 1950 diganti dengan UUD 1945 lagi. Di bawah UUD 1945 hasil Dekrit
Presiden diundangkan UU No. 18/1965 dan UU No. 19/1965. Nah, mulai saat inilah pemerintah
daerah tidak diselenggarakan oleh Dewan Daerah (Raad atau Council) tapi oleh kepala daerah
(KD) dan DPRD. Model ini diikuti oleh semua undang-undang berikutnya: UU No. 5/1974, UU
diselenggarakan dengan model council - strong mayor. Council yang merupakan perwakilan dari
melalui pemilihan oleh anggota komunitas. Dalam model council - strong mayor, mayor dipilih
oleh anggota komunitas juga. Di sini mayor diberi wewenang penuh oleh council untuk
kedudukan mayor sangat kuat. Oleh karena itu disebut strong mayor. Kedua, diselenggarakan
dengan model council – weak mayor. Model ini mirip dengan model pertama yaitu pemerintah
lokal diselenggarakan oleh council dan mayor. Hanya di sini mayor tidak dipilih oleh anggota
komunitas tapi diangkat dari anggota council (councillor). Di sini mayor tidak mempunyai
kekuasaan penuh karena hanya sebagai simbol saja. Kegiatan utamanya hanya seremonial saja.
Oleh karena itu, model ini disebut council – weak mayor. Ketiga, diselenggarakan oleh council –
manager. Model ini dikenal dengan council-manager karena council mengangkat manajer
profesional berdasarkan kontrak untuk melaksanakan kebijakan yang dibuatnya. Jadi, pemerintah
lokal tidak mempunyai mayor. Keempat, diselenggarakan oleh Komisi. Komsi ini dipilih oleh
anggota komunitas. Jadi, seperti council. Hanya jumlahnya tidak banyak, yaitu 5 sampai 7
anggota saja. Komisi ini lalu membuat kebijakan kemudian dilaksanakan oleh mereka sendiri
dengan cara setiap anggota Komisi memegang sektor tertentu. Komisi bertanggung jawab
pemerintah lokal/daerah juga council, bukan mayor (KD). Hal ini terkait dengan konstruk
pemerintah daerah itu sendiri. Pemerintah daerah bukan pemerintah nasional dalam ukuran mini
Wakil-wakil dari rechtsgemeenschap ini duduk dalam council. Council ini bukan DPR dalam
ukuran mini tapi dewan yang dipercaya oleh rechtsgemeenschap untuk mengatur dan mengurus
Jadi, pada hampir semua negara, kecuali Indonesia peran council dan anggotanya
(councilors) sangat menonjol. Alfred de Gracia (dalam Sanit, 1985) menjelaskan bahwa pola
4) Sebagai partisan.
Tipe wali (trustee). Councilors cenderung bertindak bebas atas nama kepentingan mereka
sendiri. Oleh karena itu, pada tipe wali dalam proses memutuskan kebijaksanaan
kontinu kepada pihak yang diwakilinya. Dalam tipe ini, wakil bertindak sebagai penyalur dari
tuntutan atau kehendak pihak yang diwakili. Dengan kata lain, orientasi councilors ialah kepada
Tipe politico merupakan gabungan dari tipe wali dan tipe utusan. Orientasi councilors
disesuaikan kepada isu atau masalah yang dihadapi. Sekiranya isu tersebut langsung menyangkut
kepentingan pihak yang diwakili, maka councilors bertindak selaku utusan. Sebaliknya jika isu
langsung menyangkut kepentingan diri sendiri maka councilors bertindak sebagai wali.
Sedangkan pada tipe partisan, wakil cenderung berorientasi kepada organisasi politik yang
menggerakkan dukungannya.
Diskusikan!
1. Mana yang lebih memihak kepada kepentingan rakyat antara model council (DPRD)
sebagai penyelenggara pemerintahan daerah dengan model mayor (KD) dan council
2. Termasuk tipe manakah kinerja councilors (anggota DPRD) kita saat ini? Berikan alasan
ilmiah!
3. Melalui saluran apa rakyat yang diwakili bisa ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan
dipilih langsung oleh rakyat sebagaimana pengisian presiden. Padahal di AS dan negara
lain tidak semuanya dipilih langsung. Ada yang dipilih langsung, ada yang dipilih oleh
council (DPRD), dan ada yang tidak mempunyai KD. Untuk pemerintah lokal yang tidak
mempunyai KD, council (DPRD) mengangkat manajer profesional. Jadi, di negara kita
Indonesia menyamakan pemerintah daerah dengan negara bagian pada negara serikat.
daerah ke depan agar sesuai dengan konsep dan teori local government!
Selamat Berdiskusi!
Untuk memperluas wawasan Anda tentang pemerintahan daerah bacalah rujukan di bawah ini!
1. Nurcholis, Hanif (2007). Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta:
Gramedia W.
3. Norton, Alan. (1994). International handbook of local and regional government. UK:
Edward Elgar.
4. https://en.wikipedia.org/wiki/United_States_Senate
Jawaban
1.
Yang lebih memihak kepada kepentingan rakyat adalah model mayor (KD) dan council (DPRD)
2.
Kinerja councilors (anggota DPRD) kita saat ini termasuk ke dalam Tipe partisan karena
Berdasarkan teori Abcarian jika dikontekskan dengan fenomena hubungan antatra wakil rakyat
dengan partai politiknya di Indonesia, terlihat bahwa hubungannya adalah "partisan" karena
wakil rakyat bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari organisasi sosial politik yang
mengusungnya. Setelah wakil dipilih oleh pemilihnya maka lepaslah hubungannya dengan
pemilihnya. Mulailah hubungan terjalin dengan partai politik yang mencalonkannya dalam
pemilihan tersebut. Hubungan partisan tersebut akan menjadi belenggu bagi wakil rakyat yang
benar-benar ingin menyuarakan aspirasi rakyat yang diwakilinya manakalah hal itu
berseberangan dengan kebijakan partai politiknya. Dalam posisi yang demikian seolah terjadi
3.
Kekuatan hukum yang menjamin keterlibatan rakyat dalam pembuatan kebijakan publik adalah
perundang-undangan:
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui:
b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau
Perundang-undangan.
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-
Sebagaimana yang kami kutip dari Pengkajian Hukum tentang Partisipasi Masyarakat
Tim Pengkajian Hukum Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (hal. 76)
yang mengutip pendapat Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera dalam Jurnal Ilmu
Hukum Amanna Gappa yang berjudul Hubungan Kewenangan Pemerintah Daerah dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah, bahwa di antara model partisipasi yang dapat dilakukan dalam pembentukan
a. Mengikutsertakan anggota masyarakat yang dianggap ahli dan independen dalam team
b. Melakukan public hearing melalui seminar, lokakarya atau mengundang pihakpihak yang
warga.
lisan dan/atau tertulis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan melalui rapat dengar
pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi dan/atau seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
Memang benar bahwa aspirasi masyarakat dapat disampaikan melalui kegiatan sosialiasi
pembentukan perda. Perlu diketahui bahwa proses pembentukan Perda terbagi menjadi 4 (empat)
tidak disebutkan secara eksplisit bagaimana masyarakat dapat menyampaikan masukan. Tetapi
jika kita cermati lagi, aspirasi masyarakat dapat ditampung sejak tahap perencanaan dalam
4.
pemerintah daerah dengan negara bagian pada negara serikat. Pengisian KD (mayor) di
Indonesia baik di provinsi maupun di kabupaten/kota semuanya dipilih langsung oleh rakyat
negara dalam hal berbangsa dan bernegara, dan perwujudan kewajiban konstitusional dalam hal
kesepakatan bersama yang tertuang dalam konstitusi. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negeri
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22E ayat (1), (2), dan (5). Dapat dilihat bahwa Pemilihan
Umum kurang-lebihnya memenuhi amanat yang dirumuskan secara tegas dalam Pasal tersebut.
Hal ini memberikan suatu kejelasan perihal bagaimana demokrasi dalam Pemilihan Umum
berlangsung.
5.
Saran kepada DPR dan Pemerintah untuk memperbaiki sistem pemerintahan daerah ke
depan, yaitu:
menerus.
publik merupakan fungsi utama pemerintah yang akan diberikan kepada publik. Oleh
sebab itu penyelenggaraan pelayanan publik akan terwujud apabila prinsip dari Good
Governance diterapkan. Salah satu ciri dari tata kelola pemerintahan yang baik (Good
Governance) adalah pada kualitas pelayanan. Oleh sebab itu pemanfaatan perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bphn.go.id/data/documents/lap.akhir_pengkajian_hukum_prioritas_perundang-
undangan.pdf (Diakses 7 April 2021)