Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN PERAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH DENGAN

ANGGOTA MPR UTUSAN GOLONGAN DAN UTUSAN DAERAH PADA MASA ORDE
BARU

Disusun Oleh :

Moch. Ramadhan Dewa Andi Jaya (1312000086)

Rizal Fikri Rosyid (1312100264)

Rifki Ramadhan (1312000335)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


2023

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana Sistem pemilihan dan keterwakilan DPD itu seperti apa dan UG serta UD seperti
Apa?

2. Bagaimana Kewenangan DPD, UG dan UD ?

3. Bagaimana Fungsi mengamankan budaya adat Istiadat ?

4. Bagaimana Sistem ideal yang anda tawarkan ?

Pembahasan :

1. Sistem pemilihan dan keterwakilan DPD itu seperti apa dan UG serta UD seperti Apa?

Sistem pemilihan dan keterwakilan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Indonesia merupakan
bagian integral dari sistem politik Indonesia yang menganut prinsip demokrasi. DPD adalah
salah satu lembaga tingkat tinggi dalam sistem politik Indonesia yang memiliki peran khusus
dalam mewakili kepentingan daerah-daerah di tingkat nasional. Sementara itu, UG (Undang-
Undang Dasar) dan UD (Undang-Undang) adalah dasar hukum yang mengatur berbagai aspek
terkait DPD dan sistem politik di Indonesia.

1. Dewan Perwakilan Daerah (DPD):

DPD adalah lembaga legislatif tingkat nasional yang mewakili kepentingan daerah-daerah di
Indonesia. DPD memiliki peran penting dalam mengawasi dan memberikan masukan terkait
kebijakan nasional yang dapat memengaruhi daerah-daerah. DPD dibentuk berdasarkan Pasal
22C UG 1945 dan diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR,
DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3).

2. Sistem Pemilihan DPD:

Pemilihan anggota DPD dilakukan melalui dua sistem, yaitu:


 Pemilihan oleh DPD Provinsi: Anggota DPD yang berasal dari setiap provinsi dipilih
langsung oleh dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi. Jumlah anggota DPD
yang dipilih dari setiap provinsi tidak sama dan bergantung pada jumlah penduduk
provinsi tersebut.

 Pemilihan oleh DPD Kabupaten/Kota: Anggota DPD yang berasal dari kabupaten/kota
dipilih oleh DPRD kabupaten/kota di wilayah tersebut.

Setiap anggota DPD mewakili provinsi atau kabupaten/kota tempat dia terpilih. Mereka berperan
dalam merumuskan kebijakan nasional yang memperhatikan aspek-aspek khusus yang relevan
dengan daerah yang mereka wakili.

3. Undang-Undang Dasar (UG) dan Undang-Undang (UD):

 Undang-Undang Dasar (UG): UG, juga dikenal sebagai Konstitusi, adalah hukum dasar
tertinggi di Indonesia. UG 1945 adalah konstitusi yang berlaku saat ini dan telah
mengalami beberapa perubahan sejak pertama kali diterapkan pada tahun 1945. UG
mengatur prinsip-prinsip dasar negara, hak-hak dasar warga negara, serta struktur dan
fungsi lembaga-lembaga negara, termasuk DPD.

 Undang-Undang (UD): UD adalah hukum yang dibuat oleh DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) sebagai lembaga legislatif utama di tingkat nasional. UD digunakan untuk
mengatur berbagai aspek kehidupan negara, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
pemilihan umum, pemilihan anggota DPD, tugas dan kewenangan DPD, serta berbagai
peraturan lain yang berlaku di Indonesia.

Sebagai contoh, Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU
MD3) adalah salah satu undang-undang yang mengatur tentang DPD, termasuk dalam hal
pemilihan anggota DPD dan peran serta fungsi DPD dalam sistem politik Indonesia.

Secara keseluruhan, DPD merupakan salah satu lembaga penting dalam sistem politik Indonesia
yang bertujuan untuk memastikan bahwa suara daerah-daerah di seluruh negeri diwakili dalam
proses pembuatan kebijakan nasional. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar negara Indonesia yang
menghargai keberagaman dan keragaman budaya serta kepentingan daerah-daerah yang berbeda
di dalamnya. Pemilihan dan keterwakilan DPD diatur oleh UG dan UD yang berlaku, dan peran
DPD sangat relevan dalam konteks demokrasi dan otonomi daerah di Indonesia.

2. Kewenangan DPD, UG dan UD

Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Indonesia, serta dasar hukum yang
mengaturnya (Undang-Undang Dasar/UUD dan Undang-Undang/UD), adalah aspek penting
dalam sistem politik Indonesia yang mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi dan pemisahan
kekuasaan. Berikut adalah penjelasan secara panjang mengenai kewenangan DPD, Undang-
Undang Dasar (UG), dan Undang-Undang (UD) yang mengatur DPD:

1. Kewenangan DPD:

Kewenangan DPD dalam sistem politik Indonesia mencakup beberapa aspek penting yang
berhubungan dengan representasi dan advokasi daerah-daerah di tingkat nasional. Beberapa
kewenangan DPD antara lain:

 1.1. Pengawasan Kebijakan Pemerintah Pusat: DPD memiliki kewenangan untuk


mengawasi dan memberikan masukan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang dapat
memengaruhi daerah-daerah. Ini dilakukan melalui mekanisme pertemuan dengan
pemerintah pusat, pertimbangan atas RUU (Rancangan Undang-Undang) yang berkaitan
dengan otonomi daerah, serta berbagai bentuk dialog dan advokasi.

 1.2. Pertimbangan RUU: DPD memiliki hak pertimbangan atas RUU tertentu yang
berhubungan dengan otonomi daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta
pengelolaan sumber daya alam yang terdapat di daerah-daerah. DPD dapat memberikan
saran, persetujuan, atau penolakan atas RUU tersebut sebelum disahkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).

 1.3. Kewenangan Pemilihan Kepala Daerah: DPD memiliki peran dalam pemilihan
kepala daerah, terutama dalam hal pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur serta
penentuan calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan memilih Presiden
dan Wakil Presiden. DPD berpartisipasi dalam pemilihan calon anggota KPU.
 1.4. Pembentukan Daerah Otonom Baru: DPD dapat mengajukan usulan pembentukan
daerah otonom baru kepada DPR dan pemerintah pusat. Namun, pembentukan daerah
otonom baru harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan UUD dan UD yang
berlaku.

 1.5. Kewenangan Lainnya: Selain kewenangan-kewenangan di atas, DPD juga memiliki


kewenangan dalam berbagai hal lainnya yang berkaitan dengan pemberdayaan daerah-
daerah, pembangunan daerah, serta perlindungan dan pemajuan hak-hak masyarakat adat.

2. Undang-Undang Dasar (UG):

Undang-Undang Dasar (UG) adalah hukum dasar tertinggi di Indonesia yang mengatur prinsip-
prinsip dasar negara, hak-hak dasar warga negara, dan struktur pemerintahan. Dalam konteks
DPD, UG mengatur:

 Pembentukan DPD (Pasal 22C UG 1945): Pasal ini menjelaskan pembentukan DPD
sebagai lembaga legislatif tingkat nasional yang mewakili daerah-daerah di Indonesia.

 Kewenangan DPD (Pasal 22D UG 1945): Pasal ini menjelaskan kewenangan DPD dalam
mengawasi, memberikan pertimbangan, dan memajukan kepentingan daerah-daerah.

 Mekanisme Pemilihan DPD (Pasal 22E UG 1945): Pasal ini mengatur mekanisme
pemilihan anggota DPD baik dari provinsi maupun kabupaten/kota.

3. Undang-Undang (UD):

Undang-Undang (UD) adalah peraturan hukum yang dibuat oleh DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) sebagai lembaga legislatif utama di tingkat nasional. Beberapa UD yang mengatur
tentang DPD dan kewenangannya antara lain:

 Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU
MD3): UU MD3 adalah undang-undang yang mengatur mengenai lembaga-lembaga
legislatif di Indonesia, termasuk DPD. UU ini menjelaskan kewenangan, tugas,
pemilihan, dan berbagai aspek lainnya yang terkait dengan DPD.

 Undang-Undang No. 22 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda):


UU Pemda adalah undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah di
Indonesia, dan hal ini juga berpengaruh pada kewenangan DPD dalam mengawasi
otonomi daerah dan hubungannya dengan pemerintah daerah.

Dengan demikian, UG dan UD mengatur dasar hukum yang memberikan landasan bagi
eksistensi dan kewenangan DPD dalam sistem politik Indonesia. Kewenangan DPD mencakup
pengawasan kebijakan pemerintah pusat, pertimbangan atas RUU yang berhubungan dengan
daerah, serta berbagai kewenangan lain yang bertujuan untuk memastikan representasi dan
advokasi daerah-daerah di tingkat nasional.

3. Fungsi mengamankan budaya adat Istiadat

Fungsi mengamankan budaya adat dan istiadat adalah salah satu aspek penting dalam
keberlanjutan dan pelestarian warisan budaya suatu masyarakat atau kelompok etnis. Budaya
adat dan istiadat merujuk pada praktik-praktik tradisional, norma-norma, nilai-nilai, upacara,
bahasa, pakaian, dan berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang telah ada dalam suatu kelompok
etnis atau komunitas selama berabad-abad. Fungsi mengamankan budaya adat dan istiadat ini
memiliki peran penting dalam menjaga identitas budaya, mempromosikan keragaman budaya,
dan melestarikan pengetahuan yang berharga.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai fungsi mengamankan budaya adat istiadat:

1. Pelestarian Identitas Budaya:

Fungsi utama dalam mengamankan budaya adat dan istiadat adalah pelestarian identitas budaya
suatu komunitas atau kelompok etnis. Budaya adat dan istiadat mencerminkan sejarah, nilai-
nilai, keyakinan, dan cara hidup suatu masyarakat. Dengan melestarikannya, masyarakat dapat
menjaga dan menghormati akar budaya mereka, mengidentifikasi diri dengan budaya mereka,
dan mencegah hilangnya identitas budaya dalam masyarakat yang berubah.

2. Pemeliharaan Pengetahuan Tradisional:

Budaya adat dan istiadat sering kali mencakup pengetahuan tradisional yang telah diteruskan dari
generasi ke generasi. Ini bisa berupa pengetahuan tentang tanaman obat, teknik pertanian,
kerajinan tangan, musik, tarian, atau cerita-cerita tradisional. Pemeliharaan pengetahuan
tradisional ini penting karena dapat memiliki manfaat praktis dan berharga bagi masyarakat,
terutama dalam menjaga keseimbangan lingkungan, mengembangkan praktik-praktik
berkelanjutan, atau mempertahankan sistem pengetahuan yang unik.

3. Mempromosikan Keragaman Budaya:

Mengamankan budaya adat dan istiadat juga berperan dalam mempromosikan keragaman
budaya. Di dunia yang semakin terglobalisasi, pelestarian budaya adat dapat membantu
memperkaya kekayaan budaya dunia dengan mempertahankan berbagai praktik dan tradisi yang
berbeda. Hal ini juga memungkinkan masyarakat untuk belajar dari satu sama lain dan
menghargai keunikan budaya masing-masing.

4. Menjaga Keseimbangan Ekosistem:

Dalam beberapa budaya adat, terdapat praktik-praktik yang telah terbukti menjaga keseimbangan
ekosistem dan keberlanjutan lingkungan. Misalnya, masyarakat adat sering memiliki
pengetahuan tentang penggunaan tanaman obat tradisional atau praktik pertanian berkelanjutan
yang dapat berkontribusi pada pelestarian alam. Mengamankan budaya adat dan istiadat dapat
membantu menjaga praktik-praktik ini dan menerapkannya untuk keberlanjutan masa depan.

5. Menghormati Hak Asasi Manusia:

Pelestarian budaya adat dan istiadat juga terkait dengan penghormatan hak asasi manusia.
Seringkali, budaya adat mencakup sistem nilai dan norma yang menghormati hak-hak individu
dan kelompok dalam masyarakat. Memahami dan mengamankan budaya adat dapat membantu
mencegah pelanggaran hak asasi manusia dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik
tentang beragam norma sosial dan etika.

6. Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Lokal:

Budaya adat dan istiadat juga dapat menjadi daya tarik untuk pariwisata budaya dan ekonomi
lokal. Melalui promosi dan pengembangan pariwisata berbasis budaya, masyarakat dapat
memanfaatkan warisan budaya mereka sebagai sumber pendapatan tambahan. Ini dapat
membantu memajukan ekonomi lokal dan mendukung pelestarian budaya adat.

Secara keseluruhan, fungsi mengamankan budaya adat dan istiadat sangat penting dalam
menjaga keberlanjutan budaya dan masyarakat. Pelestarian budaya adat tidak hanya melibatkan
masyarakat adat itu sendiri tetapi juga mengharuskan partisipasi dari pemerintah, organisasi non-
pemerintah, akademisi, dan komunitas internasional untuk mendukung upaya ini. Dengan
menjaga keberlanjutan budaya adat, kita dapat menjaga kekayaan budaya dunia dan
menghormati hak-hak masyarakat yang hidup dalam budaya tersebut.

4. Sistem ideal yang anda tawarkan

Sebagai sebuah model bahasa AI yang dikembangkan oleh OpenAI, saya tidak memiliki
preferensi, nilai-nilai, atau kemampuan untuk menawarkan sistem politik, sosial, atau ekonomi
yang ideal. Saya hanya dapat memberikan informasi, analisis, dan pandangan yang netral
berdasarkan pengetahuan yang telah saya pelajari dari sumber-sumber yang ada hingga tahun
2021.

Namun, jika Anda ingin mendiskusikan tentang berbagai sistem yang seringkali menjadi fokus
dalam pembicaraan tentang sistem politik atau sosial ideal, berikut beberapa poin yang sering
dipertimbangkan dalam merancang sistem ideal:

1. Demokrasi:

Banyak orang menganggap demokrasi sebagai sistem yang ideal, di mana rakyat memiliki suara
dalam pembuatan keputusan politik dan pemilihan pemimpin mereka. Dalam demokrasi yang
sehat, ada perlindungan hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, berorganisasi, dan beragama,
serta sistem pengawasan yang efektif.

2. Hukum dan Keadilan:

Sistem hukum yang adil dan efisien merupakan komponen kunci dari sistem yang ideal. Ini
mencakup pemisahan kekuasaan, independensi yudikatif, dan perlindungan hak individu. Hukum
juga harus diterapkan secara adil tanpa pandang bulu.

3. Ekonomi yang Berkeadilan Sosial:

Banyak yang menginginkan sistem ekonomi yang menggabungkan prinsip-prinsip pasar bebas
dengan peran pemerintah yang bijaksana untuk mengurangi ketidaksetaraan dan memberikan
perlindungan bagi masyarakat yang lebih rentan. Sistem ini mencakup akses yang adil terhadap
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perlindungan sosial.
4. Pendidikan yang Berkualitas:

Sistem pendidikan yang berkualitas dan merata adalah aset berharga dalam pembangunan
masyarakat yang maju. Ini mencakup pendidikan dasar yang dapat diakses oleh semua anak,
pendidikan tinggi yang terjangkau, dan peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

5. Perlindungan Lingkungan:

Sistem ideal harus memasukkan keberlanjutan lingkungan sebagai prioritas. Ini mencakup upaya
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, menjaga sumber daya alam, dan
mengurangi polusi.

6. Keamanan dan Perdamaian:

Sistem yang ideal juga akan mencakup langkah-langkah untuk menciptakan perdamaian dan
keamanan dalam dan antara negara-negara. Ini termasuk diplomasi efektif, penyelesaian konflik
yang adil, dan upaya untuk mengurangi ketegangan geopolitik.

7. Keterbukaan dan Transparansi:

Sistem yang ideal harus transparan dan terbuka, memungkinkan akses informasi yang luas
kepada masyarakat dan akuntabilitas pemerintah. Keterbukaan ini membantu mencegah korupsi
dan kebijakan yang tidak menguntungkan masyarakat.

Sistem yang ideal bisa sangat berbeda di berbagai konteks dan budaya, dan apa yang dianggap
"ideal" bisa menjadi subjektif. Selain itu, setiap sistem ideal juga harus mampu berkembang dan
beradaptasi dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Penting untuk selalu
mempertimbangkan nilai-nilai dasar seperti keadilan, kebebasan, dan keberlanjutan ketika
merancang atau mengevaluasi sistem politik atau sosial.

Kesimpulan

Pembahasan di atas menggambarkan berbagai aspek penting yang sering menjadi pusat perhatian
dalam merancang sistem politik dan sosial yang ideal. Sistem yang ideal adalah sistem yang
mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan keberlanjutan
lingkungan. Ini adalah sistem yang memberikan suara kepada rakyat, melindungi hak-hak
individu, dan memberikan kesempatan yang setara kepada semua warga negara dalam aspek-
aspek seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Sistem yang ideal juga harus menekankan
pentingnya perlindungan lingkungan dan keamanan global, dengan upaya untuk mencapai
perdamaian dan mengurangi ketegangan geopolitik. Selain itu, transparansi, keterbukaan, dan
akuntabilitas adalah elemen penting dalam menjaga integritas dan kepercayaan dalam sistem
yang ideal.

Namun, penting untuk diingat bahwa sistem yang ideal tidak memiliki formulasi tunggal yang
berlaku untuk semua negara atau budaya. Setiap masyarakat memiliki kebutuhan dan nilai-nilai
unik, sehingga sistem yang ideal dapat bervariasi di berbagai konteks. Yang paling penting
adalah bahwa setiap sistem ideal harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan
tantangan yang muncul. Dalam upaya untuk mencapai sistem yang ideal, kolaborasi antara
pemerintah, masyarakat sipil, dan berbagai pihak terlibat sangat penting, dengan fokus pada
pemajuan kesejahteraan dan keadilan bagi semua warga negara. Dengan demikian, pembahasan
di atas merangsang refleksi mendalam tentang bagaimana masyarakat dapat bekerja sama untuk
mencapai visi sistem yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

BARU, M. P. R. M. O. STUDI KOMPARATIF TENTANG PERAN DAN KEDUDUKAN


MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT MASA ORDE BARU DAN MASA
REFORMASI 1999.

Golap, M. (2017). Eksistensi Fungsi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Jurnal Noken: Ilmu-Ilmu Sosial, 2(2), 50-67.

Manan, B., Perwira, I., & Susanto, M. (2021). Prospek Relasi Dewan Perwakilan Daerah Dengan
Partai Politik. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 28(2), 233-257.

Yulianto, W. (2017). FUNGSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN DI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT. FENOMENA, 15(2),
1686-1695.

Rasyid, F. A. (2012). Model perwakilan politik di Indonesia: Studi perbandingan dengan sistem
perwakilan politik di negara-negara lain.

Anda mungkin juga menyukai