Anda di halaman 1dari 15

Volume 8. Nomor 1.

Januari 2013

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI


dan DPD RI Pasca Amandemen UUD 1945
Adika Akbarrudin

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi DPR dan DPD dalam sistem
Diterima Oktober 2012 ketatanegaraan RI terkait dengan fungsi legislasi pasca amandemen UUD 1945.
Disetujui November 2012 Selanjutnya, dianalisis juga pola hubungan kerja DPR dan DPD terkait dengan
Dipublikasikan Januari 2013 fungsi legislasi, dan kendala yang dihadapi DPR dan DPD dalam bidang legislasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa eksistensi DPR dan DPD terkait dengan
Keywords:
fungsi legislasi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi filosofis dan yuridis. DPR dan
Functions Legislation;
DPD dari sisi filosofis merupakan penjelmaan dari keterwakilan seluruh rakyat
Parliament; atau keterwakilan daerah seluruh Indonesia ditingkat pusat, dari sisi yuridis DPR
The Council. dan DPD merupakan lembaga negara yang diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 22D
UUD 1945. Pola hubungan kerja antara DPR dan DPD terkait dengan fungsi legislasi
adalah pola hubungan kerja yang bersifat fungsional. Kendala yang dihadapi oleh
DPR dan DPD terkait dengan fungsi legislasi yaitu Kendala yang bersifat institusional
dan konstitusional. Kendala yang bersifat institusional yaitu kendala yang muncul
dari dalam tubuh lembaga tersebut diantara yaitu sistem administrasi sidang, hasil
legislasi, anggaran, dan supporting system yang kurang maksimal, sedangkan kendala
yang bersifat konstitusional adalah dari segi pengaturannya kendala ini sering
dihadapi oleh DPD diantaranya yaitu mengenai pengaturan yang ada sekarang ini
yaitu dalam Pasal 22D Ayat (1) dan (2), serta pengaturan dalam Undang-Undang
No. 27 Tahun 2009 Tentang MD3 yang cenderung melemahkan fungsi legislasi DPD.

Abstract
The aim of this study are to analyze the DPR and DPD in the legislative function
after the 1945 amendment. Furthemore, it is also will be analyzed the House and
the pattern of employment-related DPD legislative function, and constraints faced
by the DPR and DPD in the field of legislation. The results showed that the existence
of the DPR and DPD related to the legislative function can be viewed from two
sides of the philosophical side, and juridically. DPR and DPD is the embodiment
of the philosophical side of the representation of all the people of Indonesia or the
representation of the entire national level, of the DPR and DPD legally a state institution
provided for in Article 20 and Article 22D of the 1945 Constitution. The pattern of
the working relationship between Parliament and the Council related to the legislative
function is the pattern that is both functional working relationships. Constraints faced
by the DPR and DPD legislative function that is associated with the constraint that is
institutional and constitutional. Institutional constraints are the constraints that arise
from within the institution between the system of court administration, the legislation,
budgets, and supporting system is less than the maximum, while the constitutional
constraint is in terms of setting these constraints often faced by DPD among which the
regulation present this is in Article 22D paragraph (1) and (2), as well as the settings
in the Act No. 27 Year 2009 on the MD3 is likely to weaken the legislative function
of the DPD

Alamat korespondensi: © 2013 Universitas Negeri Semarang


Kampus Sekaran, Gedung C-4, Gunungpati Semarang ISSN 1907-8919
Jawa Tengah, Indonesia, 50229
E-mail: Adika_akbarrudin@yahoo.com

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

1. Pendahuluan aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD


merupakan upaya menampung prinsip
Pasca amandemen UUD 1945 perwakilan daerah dan untuk melaksanakan
terjadi perubahan ekstrim terhadap fungsi prinsip cheks and balances antar lembaga
legislasi DPR. Jika sebelum amandemen perwakilan.
UUD 1945, DPR berdasarkan rumusan Sistem perwakilan yang dianut
Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (1) hanya Indonesia merupakan sistem yang khas karena
mempunyai fungsi legislasi yang lemah dalam dibentuk sebagai perwujudan kebutuhan,
proses pembentukan UU. Namun, pasca kepentingan, serta tantangan bangsa dan
amandemen pertama UUD 1945, rumusan negara Indonesia. Hidayat Nur Wahid
yang terdapat dalam Pasal 5 Ayat (1) dan (2007:7), mengatakan bahwa ketentuan
Pasal 20 Ayat (1) mengalami perubahan yang UUD 1945 yang mengatur keberadaan DPD
sangat signifikan sehingga berimplikasi pada dalam struktur ketatanegaraan Indonesia
menempatkan DPR sebagai lembaga utama itu antara lain dimaksudkan untuk: (1)
pemegang kekuasaan pembuatan Undang- Memperkuat ikatan daerah-daerah dalam
undang. Selain kedua pasal tersebut, dominasi wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
DPR dalam proses legislasi diperkuat dengan dan memperteguh persatuan kebangsaan
Pasal 20 Ayat (5) UUD 1945. seluruh daerah; (2) Meningkatkan agregasi,
Kewenangan DPR terkait dengan fungsi akomodasi, aspirasi dan kepentingan daerah-
legislasi tercantum dalam Pasal 20 Ayat (1) daerah dalam perumusan kebijakan nasional
sampai dengan Ayat (3) UUD 1945 yaitu: berkaitan dengan negara dan daerah;
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang (3) Mendorong percepatan demokrasi,
kekuasaan membentuk undang-undang; (2) pembangunan dan kemajuan daerah secara
Setiap rancangan undang-undang dibahas serasi dan seimbang. Dengan demikian,
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden keberadaan daerah sebagaimana dimaksud
untuk mendapat persetujuan bersama; (3) dalam Pasal 18 Ayat (1) UUD 1945 dan
Jika rancangan undang-undang itu tidak prinsip otonomi daerah sebagaimana
mendapat persetujuan bersama, rancangan dimaksud dalam Pasal 18 Ayat (5) UUD 1945
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi berjalan sesuai dengan keberagaman daerah
dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka kemajuan bangsa dan negara.
masa itu. Pada Pasal 20A DPR memiliki Dewan Perwakilan Daerah
fungsi yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan memiliki fungsi yang terbatas di bidang
pengawasan. Fungsi legislasi mempertegas legislasi, anggaran, pengawasan, dan
kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif pertimbangan. Fungsi legislasi DPD terdapat
yang menjalankan kekuasaan membentuk dalam Pasal 22D Ayat (1) dan (2) UUD 1945
undang-undang. Penegasan fungsi DPR yaitu: (1) Dewan Perwakilan Daerah dapat
dalam UUD 1945 itu akan sangat mendukung mengajukan kepada Dewan Perwakilan
pelaksanaan tugas DPR sehingga DPR Rakyat rancangan undang-undang yang
makin berfungsi sesuai dengan harapan dan berkaitan dengan otonomi daerah,
tuntutan rakyat. hubungan pusat dan daerah, pembentukan
Perubahan UUD 1945 melahirkan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
sebuah lembaga baru dalam struktur pengelolaan sumber daya alam dan sumner
ketatanegaraan Indonesia, yakni Dewan daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
Perwakilan Daerah (DPD) Dengan kehadiran dengan perimbangan keuangan pusat dan
DPD dalam sistem perwakilan Indonesia, daerah; (2) Dewan Perwakilan Daerah
DPR didukung dan diperkuat oleh DPD. ikut membahas rancangan undang-undang
DPR merupakan lembaga perwakilan yang berkaitan dengan otonomi daerah;
berdasarkan aspirasi dan paham politik hubungan pusat dan daerah; pembentukan,
rakyat sebagai pemegang kedaulatan, pemekaran dan penggabungan daerah,
sedangkan DPD merupakan lembaga pengelolaan sumber daya alam dan sumber
perwakilan penyalur keanekaragaman daya ekonomi lainnya, serta perimbangan

53

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

keuangan pusat dan daerah; serta pelaksanaan fungsi Legislasi?.


memberikan pertimbangan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat atas rancangan undang- 2. Metode Penelitian
undang anggaran pendapatan dan belanja
Negara dan rancangan undang-undang yang Penelitian ini adalah penelitian
berkaitan dengan pajak, pendidikan dan kualitatif dengan menggunakan metode
agama. pendekatan penelitian hukm yuridis
Fungsi legislasi Dewan Perwakilan normatif atau penelitian hukum kepustakaan
Daerah sangat lemah dibandingkan dengan (library research), sifat dari penelitian ini
Dewan Perwakilan Rakyat. DPD hanya adalah deskriptif-analisis dimana penelitian
diberikan kewenangan dalam bidang ini hanya memberikan gambaran obyek
legislasi terkait dengan hal-hal tertentu yang menjadi pokok permasalahan saja
(bersifat kedaerahan), itupun hanya sebatas (Soemitro, 1988:116) Sehingga penelitian
bisa mengajukan dan ikut membahas ini diharapkan mampu memberi gambaran
namun tidak ikut pada saat pengambilan secara rinci, sistematis dan menyeluruh serta
keputusan akhir dalam pembicaraan tingkat berdasarkan data atau fakta-fakta yang telah
II. Penyusuan Program Legislasi Daerah tanpa ada mengenai segala hal yang berkaitan
melibatkan DPD adalah suata hal yang ironis, dengan Eksistensi Dewan Perwakilan Rakyat
dimana kehadiran DPD tidak lain adalah dan Dewan Perwakilan Daerah terkait
untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dengan fungsi legislasi pasca amandemen
daerah. UUD 1945. Jenis data yang digunakan dalam
Posisi DPD dalam proses legislasi RUU penelitian ini adalah data sekunder, dimana
oleh DPR, hanyalah sebatas berpartisipasi data sekunder tersebut dapat digolongkan
dalam tahapan pengajuan RUU dan menjadi bahan hukum primer, bahan
memberikan masukan kepada DPR, itupun hukum sekunder, dan bahan hukum tersier,
jikalau diminta oleh DPR. Artinya, tidak ada metode pengumpulan data yang digunakan
unsur imperatif (keharusan) dalam partisipasi dalam penelitian ini adalah dengan cara
atau pemberian masukan dan pengajuan studi kepustaan, dokumentasi bahan-bahan
sebuah RUU oleh DPD kepada DPR. Lebih hukum, dan wawancara. Metode analisis data
jauh, setiap rancangan yang diajukan oleh yang digunakan dalam penelitian ini adalah
DPR, Presiden, dan DPD terlebih dahulu metode analisa kualitatif, yaitu data yang
harus dimasukkan dalam program negislasi telah diperoleh, kemudian disusun secara
Nasional. Sebab pembentukan program sistemetis untuk selanjutnya dianalisa secara
legislasi nasional merupakan perintah Pasal kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah
16 Undang-Undang No.12 Tahun 2011 yang akan dibahas (Soemitro, 1988:116)
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Jadi setelah data sudah terkumpul cukup
undangan, dimana perencanaan penyusunan diadakan penyajian data yang susunannya
undang-undang dilakukan dalam suatu dibuat secara sistematik sehingga kesimpulan
program legislasi nasional. akhir dapat dilakukan berdasarkan data
Dari uraian di atas maka muncul tersebut.
permasalahan sebagai berikut : (1)
Bagaimanakah eksistensi Dewan Perwakilan 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
dalam sistem ketatanegaraan Republik a. Eksistensi DPRD dan DPD
Indonesia terkait dengan fungsi legislasi pasca Eksistensi DPR dan DPD di bidang
amandemen UUD 1945?; (2) Bagaimanakah legislasi dalam sistem ketatanegaraan
pola hubungan kerja antara Dewan Republik Indonesia dapat dilihat dari dua
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan sisi yaitu dari sisi filosofis dan dari sisi yuridis.
Daerah di bidang legislasi?; (3) Apakah yang DPR dan DPD dari sisi filosifis merupakan
menjadi kendala Dewan Perwakilan Rakyat penjelmaan dari keterwakilan seluruh
dan Dewan Perwakilan Daerah dalam rakyat Indonesia dan keterwakilan seluruh

54
Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

masayarakat daerah di Indonesia, baik karena undang-undang berada pada Presiden. Hal
pengangkatan, penunjukan atau melalui ini dapat dilihat pada Pasal 5 Ayat (1), seperti
pemilihan umum, mengakibatkan timbulnya yang dijelaskan sebagai berikut: “ Presiden
hubungan antara wakil dengan yang diwakili. memegang kekuasaan membentuk undang-
Berdasarkan teori mandat Representatif, wakil undang dengan persetujuan DPR”. Tetapi
dianggap bergabung dalam suatu lembaga dalam pasal 21 Ayat (1) UUD 1945 (sebelum
perwakilan (Parlement) Rakyat memilih amademen), juga dijelaskan sebagai berikut
dan memberikan mandat kepada lembaga : “Anggota-anggota DPR berhak mengajukan
perwakilan, sehingga sebagai individu tidak rancangan undang-undang”. Dari ketentuan
ada hubungan dengan pemilihnya, apalagi dua pasal ini, jelas terlihat bahwa kekuasaan
pertanggung jawaban, lembaga perwakilan membentuk undang-undang jelas pada
ini bertanggung jawab kepada yang diwakili Presiden, DPR hanya pada batas memberikan
(Bintan, 1987:82). persetujuan. Namun, anggota DPR dapat
DPR dan DPD adalah lembaga mengajukan undang-undang pada Presiden.
parlemen yang mempunyai fungsi UUD Negara RI Tahun 1945 pasca
perwakilan (representatif) dimana para wakil amandemen menyebutkan bahwa kekuasaan
atau para anggota DPR dan DPD diberikan membentuk undang-undang sudah berada
mandat oleh rakyat dengan dipilih secara ditangan DPR. Presiden diberikan hak
langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab mengajukan rancangan undang-undang
langsung kepada rakyat atau daerah. DPR kepada DPR. Pengaturan semacam ini
dipilih seluruhnya melalui pemilihan umum dapat dilhat dalam Pasal 20 Ayat (1)
melalui partai politik yaitu berdasarkan seperti ditegfaskan seagai berikut : “ DPR
sistem perwakilan perorangan (people memegang kekuasaan membentuk undang-
representative) Sedangkan Keterwakilan undang “. Sedangkan pasal 5 Ayat (1) juga
anggota DPD, adalah berasal dari calon- dijelaskan “Presiden berhak mengajukan
calon perorangan dari setiap daerah provinsi rancangan undangundang kepada DPR”.
yang dipilih secara langsung oleh rakyat di Berdasarkan pada ketentuan Pasal ini, jelas
daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tergambar bahwa telah terjadi pergeseran
para anggota DPD fokus untuk menyuarakan kekuasaan membentuk undang-undang yang
kepentingan-kepentingan daerahnya, yaitu semula berada ditangan Presiden beralih
seluruh aspek yang terkait dengan daerah yang kepada DPR. Dengan demikian amademen
diwakilinya. Secara konseptual keterwakilan UUD Negara RI Tahun 1945 telah terjadi
dari anggota DPD adalah merupakan agen pergeseran kekuasaan membentuk undang-
dan penyambung lidah konstituennsya undang dari Presiden kepada DPR.
yang ada di daerah dalam tingkat nasional, Perubahan ini berakibat terhadap
Dengan demikian sistem perwakilan DPD penguatan dominasi DPR dalam proses
adalah bersifat regional representative. legislasi setelah amademen UUD Negara
Eksistensi DPR dan DPD di bidang RI Tahun 1945, seperti ditegaskan Pasal
legislasi dalam sistem ketatanegaraan 20 Ayat (1) Namun disisi lain, kekuasaan
Republik Indonesia dari sisi yuridis dapat Presiden dalam pembentukan undang-
kita lihat dalam pengaturan UUD 1945. undang dibatasi. Presiden hanya diberikan
Seiring dengan perjalanan perubahan UUD hak untuk mengajukan rancangan undang-
1945 eksistensi DPR semakin kuat dalam undang kepada DPR (Pasal 5 Ayat (1))
sistem katatanegaraan Republik Indonesia Disamping itu penguatan kekuasaan DPR
dan dalam bidang legislasi, ini dapat dilihat dalam pembentukan undang-undang, juga
dari perubahan Pasal dalam UUD 1945 terlihat dengan adanya pasal tersendiri
yang mengatur tentang ketentuan Dewan mengenai fungsi DPR dalam UUD 1945
Perwakilan Rakyat. Pasca Amandemen.
Pengaturan dalam UUD Negara RI Pasca reformasi lahirlah lembaga
tahun 1945 (sebelum amademen) memang baru yang bernama Dewan Perwakilan
menegaskan bahwa kekuasaan membentuk Daerah, dengan lahirnya Dewan Perwakilan

55

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

Daerah, maka terjadi perubahan dalam dilakukan secara adendum (Ridwan, 2009:4-
konstitusi Republik Indonesia yaitu 5)
dengan amandemen UUD 1945. Dalam Perubahan secara adendum adalah
Pasal 22 setelah amandemen pengaturan perubahan-perubahan yang dilakukan
kedudukan, fungsi, tugas dan kewenangan melalui penyisiran tiap pasal yang apabila
Dewan Perwakilan Daerah mulai muncul terdapat ketentuan yang harus dirubah
yaitu dalam Pasal 22D UUD 1945 dimana atau diganti, maka perubahannya dijadikan
Dewan Perwakilan Daerah mempunyai lampiran atas UUD yang asli. Dengan cara
fungsi, tugas dan kewenangan dalam bidang perubahan seperti itu, maka UUD 1945
legislasi, namun fungsi legislasi dari Dewan tidak dapat dirubah secara leluasa, termasuk
Perwakilan Daerah sangatlah terbatas hanya perubahan untuk memperkuat fungsi legislasi
yang berkaitan dengan daerah. Dewan Perwakilan Daerah. Sebaliknya,
Kewenangan DPD yang sangat terbatas fungsi legislasi DPR diperkuat, yakni sebagai
di bidang legislasi, dapat dikatakan DPD pemegang kekuasaan membentuk undang-
hanya sebagai formalitas konstitusional undang (Pasal 20 Ayat (1) UUD 1945)
belaka. Jika menurut Bpk Andre Staf ahli Sementara itu, Ignatius Bambang Rudi
Bpk I Wayan Sudhirta mengatakan bahwa Anto menyatakan: “Berdasarkan Keputusan
: “Perbedaan fungsi dalam bidang legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
DPR dan DPD disebabkan karena semua No. 02B/DPR RI/II/2010-2011 Tentang
itu bermula ketika ketidakjelasan sikap dari Program Legislasi Nasional Rancangan
para anggota Majelis Permusyawaratan Undang-Undang Prioritas Tahun 2011,
Rakyat ketika mengamandemen UUD Dewan Perwakilan Rakyat merencanakan
1945, ketidak jelasan sistem keparlemenan 96 Rancangan Undang-Undang yang
yang dibilang unikameral bukan, bikameral menjadi prioritas pada tahun 2011. Dari 96
bukan, trikameral juga bukan. Imbasnya dari rancangan undang-undang tersebut terdiri
semua itu adalah akhirnya bermuara ketika dari 70 rancangan undang-undang prioritas,
pembahasan kewenangan Dewan Perwakilan 5 rancangan undang-undang kumulatif
Daerah dalam bidang legislasi, disatu sisi ada terbuka dan 21 rancangan undang-undang
bandul legislasi yang tadinya berada di tangan yang diluncurkan pembahasannya dari
pemerintah saat itu menjadi berpindah ke prolegnas prioritas tahun 2010 ke tahun
tangan parlemen. Jadi sederhananya dapat 2011. Dari ke 96 rancangan undang-undang
dikatakan ada oligarki dari partai politik tersebut hanya 24 rancangan undang-undang
yang membahas kewenangan dari Dewan yang sudah menjadi undang-undang, hal
Perwakilan Daerah dalam bidang legislasi, tersebut sungguh mengecewakan karena
jadi Dewan Perwakilan Daerah memang dari 96 rancangan undang-undang tersebut
didesain untuk tidak seimbang dengan kurang dari 30% yang sudah menjadi
Dewan Perwakilan Rakyat” undang-undang. Pada tahun 2012 ini
Sebab lain yang membuat pengaturan berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Rakyat Republik Indonesia No. 08/DPR RI/
Perwakilan Daerah dalam bidang legislasi II/2011-2012 Tentang Program Legislasi
menjadi berbeda adalah adanya kompromi Nasional Rancangan Undang-Undang
yang melatarbelakangi pelaksanaan Prioritas Tahun 2012 menetapkan total 69
perubahan UUD 1945, khususnya dalam rancangan undang-undang. Dimana 69
merumuskan peran Dewan Perwakilan rancangan undang-undang tersebut terdiri
Daerah. Terdapat dua arus saling berhadap dari 64 rancangan undang-undang prioritas
ketika itu, pertama, arus yang menghendaki dan 5 rancangan undang-undang kumulatif
perubahan UUD 1945. Kedua, arus yang terbuka”.
menghendaki agar UUD 1945 sebagaimana Berdasarkan hasil kinerja DPR pada
adanya. Perjuangan dari kedua arus tersebut tahun 2011 ternyata dari 96 RUU yang
menghasilkan kompromi berupa kesepakatan direncanakan hanya 24 RUU yang telah
dasar, antara lain perubahan UUD 1945 menjadi undang-undang, jika kita lihat

56
Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

dari hasil kinerja yang seperti itu eksistensi perwakilan daerah menghasilkan wakil-wakil
DPR sebagai lembaga legislatif sangatlah daerah (regonal/teritorial representration),
memperihatinkan, dimana dari 96 RUU dan perwakilan golongan menghasilkan
kurang dari 50% yang berhasil menjadi wakil-wakil golongan fungsional (functional
undang-undang. Hasil yang dicapai masih representation) Dalam hal negara yang
jauh dari apa yang diharapkan, masih terdapat bersangkutan menganut salah satu dari
kekurangan dalam hal kualitas undang- ketiganya, maka pelembagaanya tercermin
undang dan produktifitas menghasilkan dalam struktur parlemen satu kamar. Artinya,
undang-undang, hal ini harus menjadi fokus struktur lembaga perwakilan rakyat yang
para wakil-wakil rakyat yang ada dalam dipraktekkan oleh negara itu adalah parlemen
Dewan Perwakilan Rakyat. satu kamar (unicameral parliament) Jika
Eksistensi Dewan Perwakilan Daerah sistem yang dianut itu mencakup dua fungsi,
juga dapat dilihat dari kinerja dari Dewan maka kedua fungsi tersebut dilembagakan
Perwakilan Daerah pada tahun 2004-2009 dalam struktur parlemen dua kamar
(Kartasasmita, 2009:80-81): ”.... 167 (bicameral parliament) Dan jika sistem yang
buah keputusan DPD, 84 buah pandangan dianut itu mencakup tiga fungsi, maka ketiga
dan pendapat Dewan Perwakilan Daerah fungsi tersebut dilembagakan dalam struktur
atas usul RUU tertentu yang berasal dari parlemen tiga kamar (tricameral parliament)
pemerintah atau Dewan Perwakilan Rakyat, Pilihan sistem perwakilan itu selalu
6 buah pertimbangan Dewan Perwakilan tercermin dalam struktur kelembagaan
Daerah atas RUU pendidikan dan agama parlemen yang dianut dalam suatu negara.
yang berasal dari pemerintah atau Dewan Pada umumnya di setiap negara, dianut
Perwakilan Rakyat, 41 buah hasil pengawasan salah satu atau paling banyak dua dari ketiga
Dewan Perwakilan Daerah terhadap RUU sistem tersebut secara bersamaan. Dalam hal
yang berasal dari pemerintah atau Dewan suatu negara menganut salah satu dari ketiga
Perwakilan Rakyat, dan 25 buah pertimbangan sistem perwakilan, maka pelembagaannya
Dewan Perwakilan Rakyatterhadap RUU tercermin dalam struktur parlemen satu
yang berasal dari pemerintah atau Dewan kamar (unicameral parliament) Sedangkan
Perwakilan Rakyat terkait dengan anggaran”. apabila sistem yang dianut itu mencakup dua
Berdasarkan hasil kinerja DPD diatas, maka fungsi, maka kedua fungsi itu dilembagakan
dapat dikatakan bahwa eksistensi DPD dalam struktur parlemen dua kamar
dengan segala keterbatasannya sangatlah (bicameral parliament).
baik, dimana dengan keterbatasan tersebut Karakter perwakilan yang di pakai
DPD masih sangat produktif dengan apa dalam UUD 1945 adalah perwakilan politik
yang dicapai. (Dewan Perwakilan Rakyat) dan perwakilan
teritorial/daerah (Dewan Perwakilan Daerah)
b. Sistem Dua Kamar (Bicameralism) Dewan Perwakilan Rakyat menjalankan
Ala Indonesia fungsinya sebagai perwakilan politik sekaligus
Penggunaan sistem parlemen di setiap sebagai wakil rakyat. Dalam menjalankan
negara dipengaruhi oleh karakter perwakilan tugas dan fungsinya Dewan Perwakilan Rakyat
yang digunakan di suatu negara, berikut mempunyai porsi yang tepat dalam UUD
adalah karakter perwakilan Menurut Jimly 1945 yaitu selayaknya lembaga perwakilan
Assiddiqie, ada tiga karakter perwakilan yang pada umumnya Dewan Perwakilan Rakyat
dapat secara penuh mewujudkan rakyat, yaitu: mempunyai 3 fungsi, dalam Pasal 20A Ayat
(1) Perwkilan Politik (Political Representation); (1) “Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai
(2) Perwakilan Daerah (regional/teritorial 3 fungsi yaitu Fungsi Legislasi, Fungsi
Representation); (3) Perwakilan Golongan Pengawasan, dan Fungsi Anggaran”. Sama
(functional Representation) (Assiddiqie, halnya dengan Dewan Perwakilan Rakyat,
2006:40-42). Dewan Perwakilan Daerah juga mempunyai
Perwakilan Politik menghasilkan fungsi yang sama dengan Dewan Perwakilan
wakil-wakil politik (political representation), Daerah yaitu Legislasi, Pengawasan dan

57

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

Anggaran. Namun selama ini Dewan House of Commons di Inggris, yaitu sama-
Perwakilan Daerah terkesan menjadi sub sama merupakan wakil-wakil partai politik
dari Dewan Perwakilan Rakyat saja. Fungsi yang dipilih melalui pemilihan umum, tetapi
legislasi terbatas pada kata dapat mengajukan berbeda dengan The House of Lords di Inggris,
rancangan undang-undang kepada Dewan Senate Amerika Serikat beranggotakan wakil-
Perwakilan Rakyat dan dapat ikut membahas wakil rakyat di Negar bagian yang juga dipilih
rancangan undang-undang yang berkaitan melalui pemilihan umum setempat. Calon
dengan penyelenggaraan pemerintahan anggota Senate tidak diharuskan berasal
daerah, serta melakukan pengawasan dari partai politik tertentu, meskipun dapat
terhadap penyelenggaraan pemerintahan saja para calon anggota senat itu berasal
daerah. dari orang-orang partai politik (Assiddiqie,
Secara teori memang dapat dikatakan 2006:41-42).
bahwa Indonesia memang menganut sistem Jika memang Indonesia menganut
parlemen dua kamar (bicameral parliament), sistem bikameral secara murni, seharusnya
dimana Indonesia menganut dua dari tiga kedudukan antara Dewan Perwakilan Rakyat
karakter perwakilan yaitu perwakilan politik dan Dewan Perwakilan Daerah adalah
(political representation) atau yang kita seimbang/setara dalam menjalankan fungsi
sebut sebagai Dewan Perwakilan Rakyat legislasi, Pengawasan dan Anggaran. Jika kita
dan perwakilan teritorial/daerah (teritorial/ melihat pengaturan dan fakta yang ada selama
regional representation) atau yang disebut ini memang terjadi ketidak seimbangan
sebagai Dewan Perwakilan Daerah. Namun antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
terlepas dari itu semua fungsi, tugas dan Perwakilan Daerah, Kedudukan Dewan
kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Perwakilan Daerah terkesan lemah dalam
ternyata sangatlah lemah, padahal dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
penggunaan sistem parlemen dua kamar perwakilan.
secara murni keduanya harus memiliki
kedudukan yang seimbang untuk tercapainya c. Pola Hubungan Kerja DPR-DPD
system cheks and balance. Berdasarkan hal diatas terkait dengan
Kita dapat melihat sistem parlemen yang kategori sistem bicameral yang kuat (Strong
ada di Inggris dan Amerika Serikat sebagai bicameralism) dan sistem bikameral yang
contoh, di Kerajaan Inggris memiliki parlemen lemah (Soft Bicameralism) Di Indonesia jika
dua kamar, yaitu House of Lords dan House of dilihat berdasarkan pengaturan dan fakta
Commons. The House of Lords beranggotakan yang ada Dewan Perwakilan Rakyat lebih
tokoh-tokoh yang mempunyai ciri sebagai cenderung mempunyai kewenangan yang
kelompok fungsional, sedangkan The besar dalam bidang legislasi, pengawasan
House of Commons beranggotakan mereka dan anggaran, sedangkan Dewan Perwakilan
yang berasal dari partai politik yang dipilih Daerah lebih cenderung mempunyai
melalui pemilihan umum, sehingga disebut kewenangan yang lemah dalam bidang
sebagai political representatives. Dengan legislasi, pengawasan dan anggaran. Sebagai
perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ingris bukti pengaturan Pasal 20 UUD 1945
menganut sistem perwakilan fungsionmal menyebutkan bahwa Dewan Perwakilan
dan perwakilan politik yang masing- Rakyat sebagai pemegang kekuasaan dalam
masing tercermin di lembaga parlemen membuat undang, sedangkan Dewan
bikameralnya, yaitu House of Lords dan Perwakilan Daerah hanya diberikan Hak
House of Commons. Berbeda dengan Inggris, untuk mengajukan undang-undang tertentu
Amerika Serikat juga memiliki parlemen yang berkaitan dengan otonomi daerah
dua kamar (bicameral parliament), yaitu The sesuai dengan Pasal 22D Ayat (1) UUD 1945.
Senate,dan The House of representative yang Jadi dapat disimpulakan kategori
secara bersama-sama disebut sebagai The sistem perwakilan di Indonesia saat ini
Congress of the United States of America. The adalah sistem bikameral yang lemah ini
House of Representative mirip dengan The dapat dilihat dari Kuatnya Dewan Perwakilan

58
Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

Rakyat dalam menjalankan tugas, fungsi dan berasal dari Presiden. 2. Pembahasan daftar
kewenangannya sebagai lembaga perwakilan Inventarisasi Masalah. Pembahasan daftar
dan Lemahnya Dewan Perwakilan inventarisasi masalah dilakuan oleh Presiden
Daerah dalam menjalankan tugas, fungsi, (apabila rancangan undang-undang berasal
dan kewenangannya sebagai lembagai dari DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat
perwakilan. (apabila rancangan undang-undang berasal
Pola hubungan kerja Dewan dari DPR) 3. Penyampaian pendapat mini.
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Penyampaian pendapat mini disampaikan
Daerah dalam bidang legislasi adalah pola pada akhir pembicaraan tingkat I oleh
hubungan yang bersifat fungsional. Dimana Fraksi, Dewan Perwakilan Daerah (apabila
kedua lembaga tersebut memiliki tugas, rancangan undang-undang berkaitan dengan
fungsi dan kewenangan yang sama yaitu kewenangan Dewan Perwakilan Daerah) dan
dalam bidang legislasi. Pola hubungan kerja Presiden.
dalam bidang legislasi tersebut terdapat pada Dalam hal DPD tidak memberikan
tahap pengajuan rancangan undang-undang, pandangan, dan/atau pendapat mini,
pembahasan sampai dengan pengundangan Pembicaraan Tingkat I tetap dilaksanakan.
rancangan undang-undang sampai menjadi Dalam Pembicaraan Tingkat I dapat dundang
sebuah undang-undang. pimpinan lembaga negara atau lembaga lain
Pola hubungan kerja antara DPR dan apabila materi ran cangan undang-undang
DPD terkait dengan fungsi legislasi pada saat berkaitan dengan lembaga negara atau
pembahasan rancangan undang-undang lembaga lain.
berasal dari DPR, DPD atau Presiden yang Pembicaraan Tingkat II merupakan
dilakukan melalui dua tingkat pembicaraan pengambilan keputusan dalam rapat
yaitu: a. Pembicaraan Tingakat I dalam rapat paripurna dengan kegiatan : (1) Penyampaian
komisi, rapat gabunga komisi, rapat Badan laporan yang berisi proses pendapat mini
Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil
panitia khusus; b. Pembicaraan Tingkat II Pembicaraan Tingkat I; (2) Pernyataan
dalam rapat paripurna (Febrian, 2009:19- persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap
20). fraksi dan anggota secara lisan yang diminta
Pembicaraan tingkat I dilakukan oleh pimpinan rapat paripurna; (c) Pendapat
dengan kegiatan sebagai berikut : 1. akhir Presiden yang disampaikan oleh
Pengantar musyawarah. Dewan Perwakilan menteri yang mewakilinya.
Rakyat memberikan penjelasan dan Presiden Dalam hal persetujuan tersebut tidak
menyampaikan pandangan apabila rancangan dapat dicapai secara musayawarah untuk
undang-undang berasal dari DPR, Dewan mufakat, maka pengambilan keputusan
Perwakilan Rakyat memberikan penjelasan dilakukan berdasarkan suara terbanyak
serta Presiden dan DPD menyampaikan (voting) Apabila rancangan undang-undang
pandangan apabilan rancangan undang- tersebut tidak mendapatkan persetujuan
undang yang berkaitan dengan kewenangan bersama antara DPR dan Presiden, rancangan
DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal undang-undang tersebut tidak boleh
71 huruf e Undang-Undang No. 27 Tahun diajukan lagi dalam persidangan DPR masa
2009 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD itu. Pasal 147 Undang-Undang No. 27 Tahun
berasal dari DPR, Presiden memberikan 2009 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
penjelasan dan fraksi memberikan menegaskan bahwa jika rancangan undang-
pandangan apabila rancangan undang- undang usulan DPD diterima atau disetujui
undang berasal dari presiden, Presiden DPR selanjutnya rancangan undang-undang
memberikan penjelasan serta fraksi dan tersebut menjadi rancangan undang-undang
DPD menyampaikan pandangan berkaitan dari DPR. Dalam hal pembahasan rancangan
dengan kewenangan DPD dalam Pasal 71 undang-undang peran serta DPD sangat
huruf e Undang-Undang No. 27 Tahun kurang karena DPD hanya dimintai pendapat
2009 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD saja lain halnya dengan DPR yang dominan

59

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

dalam segala hal mulai dari pengajuan antar cabang adalah seimbang “balances”.
sampai dengan keputusan apakah undang- Jadi dapat diartikan Cheks and Balances
undang tersebut disetujui atau tidak. Jika System adalah merupakan bagian yang
rancangan undang-undang usul dari DPD penting dalam suatu negara yang demokratis
ditolak oleh DPR, maka rancangan undang- dan merupakan konsep yang penting dalam
undang tersebut menjadi kandas. Dengan hubungan saling mengendalikan antara
demikian, kepentingan dan aspirasi daerah berbagai cabang penyelenggaraan negara.
yang diatur oleh rancangan undang-undang Menurut Dahlan Thaib, Cheks and
usul dari DPD tersebut menjadi diabaikan Balances akan tercermin dalam lembaga-
dalam legislasi, sehingga kepentingan daerah lembaga negara yang sederajat dan saling
menjadi tersisihkan dalam proses politik. mengimbangi, yang didasarkan atas dasar
Jadi keputusan akhir yang menentukan nasib pemisahan kekuasaan yang bersifat horizontal
rancangan undang-undang yang diajukan (Thaib, 1993:20) Selanjutnya menurut
oleh DPD yang sekaligus menentukan Bagir Manan bahwa pengakuan kekuasaan
kepentingan-kepentingan darah yang hendak yang diberikan kepada badan negara oleh
diatur dalam rancangan undang-undang pembuat konstitusi dan Undang-undang
tersebut ada ditangan Dewan Perwakilan dipandang sebagai balances, sedangkan
Rakyat. pertanggungjawaban penerima kekuasaan
kepada pemberi kekuasaan sebagai cheks
d. System Cheks and Balances (Manan, 1995:3).
Lembaga Perwakilan Pentingnya sistem cheks and balances
Perwujudan cheks and balances dalam antara lembaga perwakilan, agar terjadi
sistem ketatanegaraan suatu negara tidak suatu kontrol dalam menjalankan pelaksaan
hanya terjadi antar cabang-cabang kekuasaan tugas, fungsi dan kewenangannya. Di
yang ada (eksecutif, legislatif, yudikatif), tetapi Indonesia pasca amandemen UUD 1945,
juga terdapat dalam lembaga perwakilan dengan model sistem perwakilan yang dapat
itu sendiri. Dalam negara yang menganut dikatakan sebagai model perwakilan dua
sistem bicameral, maka pengawasan dan kamar, maka sistem cheks and balances
perimbangan harus terjadi antara kedua wajib hukumnya untuk diterapkan dalam
kamar dalam lembaga perwakilan tersebut. hubungan antar lembaga, baik antara Dewan
Sebelum kita membahas lebih jauh lagi, Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
maka perlu kita ketahui apa yang dimaksud Daerah atau lembaga yang lain. Secara khusus
dengan system cheks and balances. Menurut antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
black law dictionary mengartikan cheks Perwakilan Daerah dalam menjalankan salah
and balances : “The teory of govermental satu fungsi utama sebagai lembaga perwakilan
power and function whereby each branch yaitu dalam bidang legislasi, sistem cheks and
of goverment has the ability to counter the balances sangat diperlukan.
action of any other branch can control the Sistem cheks and balances antar
entire goverment. For the example, the lembaga perwakilan di Indonesia dalam
executive branch can cheks the legislature by kenyataannya masih belum diterapkan, dari
exercising its veto power, but the legislature hasil wawancara dengan Andre staf ahli I
can, by asufficient majority over any veto” Wayan Sudhirta, mengatakan bahwa “selama
(Garner, 2004:253). ini sistem cheks and balances antar lembaga
Dari rumusan diatas, maka doktrin perwakilan tidak ada, bagaimana mau
cheks and balances dimaksudkan, bahwa melakukan cheks and balances sementara
setiap cabang kekuasaan pemerintah akan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
membatasi kekuasaan cabang yang lainnya. saja sudah tidak seimbang dengan Dewan
Tidak ada satu cabang kekuasaan yang lebih Perwakilan Rakyat”, senada dengan apa yang
berkuasa dibandingkan yang lain. Setiap dikatakan oleh Andre, Ignatius Bambang
cabang melakukan “cheks” terhadap cabang Rudi Anto pada saat ditanya bagaimanakah
kekuasaan yang lain, dan bahwa kekuasaan sistem cheks and balances antara Dewan

60
Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan. Berdasarkan konstitusi Amerika Serikat


Mereka mengatakan “selama ini tidak ada itu “International Encyclopedia of Goverment and
cheks and balances antara Dewan Perwakilan politics”. Menguraikan tentang keterkaitan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah yang hak veto dengan cheks and balances sebagai
ada adalah cheks and balances antara exekutif berikut : “Veto is one of essential balances
dan legislatif”. that maintain the system separation of power
Upaya untuk mewujudkan sistem in the United State. This incoplete cheks on
cheks and balances antar lembaga parlemen legislative power has served to prevent most
di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan congressional encroachment on the executive,
setelah reformasi pada tahun 1998 dan although its negative nature has prevented
dilakukannya amandemen terhadap UUD president from dicating the contents of the
1945, gagasan untuk memasukkan cheks and law congres........ The first purpose of the
balances antar lembaga eksekutif, legislatif veto for the framers of the constitution was to
dan yudikatif kembali disuarakan (Mafud give president a tool to defend their office and
MD, 2007:66) Dari hal tersebut sebenarnya themselves from encroachment on their power
dapat kita ketahui bahwa setelah amandemen by the legislature. Congres has made many
UUD 1945 telah lahir lembaga baru yaitu attemps to limit presidential power, especially
Dewan Perwakilan Daerah, dengan adanya in the areas of appointment, budgeting and
Dewan Perwakilan Daerah inilah sebenarnya military powers. The veto power has been
diharapkan mampu menciptakan sistem used, succesfully on the whole, to prevent
cheks and balances dalam lembaga encroachment on the executive office..........
perwakilan terutama dalam bidang legislasi, Every bill passed by congres must be presented
karena setiap cabang kekuasaan dapat on the president before it can become a law,
mengawasi dan mengimbangi setiap cabang as stated in article1 section 7, clause 2 of the
kekuasaan lainnya, maka inti dari cheks and constitution” (Laksono, 2007:155-156).
balances tersebut adalah tidak ada lembaga Di Amerika serikat cheks and balances
negara yang berkuasa. tidak hanya terjadi antar lembaga (executif,
Menurut Miriam Budiardjo (2004:153- legislatif, yudikatif), namun terjadi juga
154) Checks and balances ini yang dalam lembaga perwakilan. Dalam lembaga
mengakibatkan satu cabang kekuasaan dalam perwakilan di Amerika Serikat bekrjanya cheks
batas-batas tertentu dapat turut campur and balances terlihat dari proses bagaimana
dalam tindakan cabang kekuasaan lain, tidak undang-undang itu dibuat. Masing-masing
dimaksud untuk memperbesar efisiensi kerja kamar, baik house of Represenatatives maupun
(seperti yang dilihat di Inggris dalam fungsi senate dapat mengajukan rancangan undang-
dari kekuasaan eksekutif dan legislatif), tetapi undang dan memveto undang-undang
untuk membatasi kekuasaan dari setiap tersebut. rancangan undang-undang tersebut
cabang kekuasaan secara efektif. kemudian diserahkan kepada eksekutif,
Sistem cheks and balances ini dimana jika Presiden memutuskan bahwa
mengakibatkan setiap kekuasaan dapat rancangan undang-undang tersebut baik bagi
diatur, dibatasi dan dikontrol dengan sebaik- negara, maka presiden akan menandatangani
baiknya, sehingga penyalahgunaan tugas, undang-undang tersebutdan rancangan
fungsi, dan kewenangan lembaga perwakilan undang-undang tersebut menjadi undang-
dapat dicegah dan ditanggulangi dengan undang. Jika presiden tidak percaya bahwa
sebaik-baiknya. cheks and balances antar rancangan undang-undang tersebut akan
lembagar perwakilan memungkinkan adanya baik bagi negara, maka presiden tidak
saling kontrol antar lembaga perwakilan yang akan menandatangani inilah yang disebut
ada yaitu antara Dewan Perwakilan Rakyat sebagai “veto”. Konstitusi juga menentukan
dan Dewan Perwakilan Daerah dan dalam bahwa cabang kekuasaan legislatif juga
sistem cheks and balances menghindarkan dapat kesempatan untuk mengesampingkan
terjadinya over lapping antar kewenangan veto tersebut.jika setelah dipertimbangkan
yang ada. kembali, dua pertiga anggota kamar

61

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

itu setuju untuk meloloskan rancangan legislasi pada masa kerja 2004-2009 adalah
undang-undang tersebut, Rancangan itu sebagai berikut (Laksono, 2009) : 1. DPR
akan disampaikan bersama-sama dengan periode ini berada dalam kondisi transisi
keberatan-keberatannya, ke kamar lainnya, sistem ketatanegaraan, di mana lembaga-
yang juga akan mempertimbangkan kembali, lembaga baru yang diamanatkan oleh
dan bila mana disetujui oleh dua pertiga perubahan UUD 1945, seperti DPD, baru
anggota kamar ini, maka rancangan undang- terbentuk. Dengan demikian hubungan tata
undang tersebut akan menjadi undang- kerja antar kedua lem­baga tersebut, masih
undang. Oleh karena itu, dalam lembaga dalam tahap mencari bentuk yang ideal’ 2.
perwakilan Amerika Serikat yang memakai Di dalam satu Tahun Sidang, Dewan harus
sistem baikameral yang kuat, dimana model membagi diri dengan pelaksanaan fungsi
dua kamar mempunyai kedudukan yang yang lain, yaitu fungsi pengawasan dan fungsi
sama (Nurmawati, 2009:61). anggaran. Pada tahun pertama yang sekaligus
Berbeda halnya dengan apa yang ada di merupakan masa peralihan antara Presiden
Indonesia, walaupun konstitusi di Indonesia lama dan Presiden baru, permasalahan
dalam lembaga perwakilan memakai sistem perubahan anggaran negara cukup menyita
dua kamar, namun diantara kedua kamar banyak energi dan perhatian para anggota
tersebut terjadi perbedaan dalam bidang dewan; 3. Masalah anggaran seringkali
legislasi. Dari segi pengaturannya sudah menjadi hambatan. Proses pembentukan
terlihat jelas dimana dalam Pasal 20 Ayat sebuah undang-undang harus dipahami
(1), (2), dan (3) UUD 1945 menyebutkan sebagai satu kesatuan kegiatan yang diawali
bahwa “kekuasaan membentuk undang- dari sebuah penelitian atau pengkajian.
undang ada di tangan Dewan Perwakilan Pembentukan undang-undang tidak
Rakyat, selanjutnya pembahasan rancangan dapat diartikan hanya pada saat pembahasan
undang-undang tersebut dilakukan oleh RUU di DPR. Dengan demikian, secara
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden sistematis nantinya diharapkan ketika sebuah
untuk mendapat persetujuan, jika RUU telah disiapkan draft dan naskah
tidak mendapatkan persetujuan, maka akademisnya maka, RUU tersebut sudah dapat
rancangan undang-undang tersebut tidak segera dibahas. Walaupun, setelah melalui
boleh diajukan lagi dalam persidangan perjuangan untuk meyakinkan Pemerintah,
Dewan Perwakilan Rakyat pada masa itu”. pada tahun-tahun terakhir anggaran untuk
Sedangkan dalam Pasal 22D UUD 1945 pembahasan RUU ditingkatkan; 4. Supporting
Ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa System yang diharapkan dapat meningkatkan
Dewan Perwakilan Daerah hanya berhak kinerja dewan di bidang legislasi, sampai saat
mengajukan dan ikut membahas rancangan ini belum tertata dengan baik. Menjelang
undang-undang tertentu yang berkaitan akhir masa bakti, yang pada tahun 2008 ini,
dengan otonomi daerah, hubungan pusat DPR memperkuat sistem pendukung dengan
dan daerah, pembentulkan, pemekaran serta merekrut 750 (tujuh ratus lima puluh tenaga
penggabungan daerah, pengelolaan sumber ahli) untuk memperkuat fraksi dan alat-alat
daya alam dan sumber daya ekonomi kelengkapan Dewan dan masing-masing
lainnya, serta yang berkaitan dengan Anggota Dewan. Formulasi penguatan unit
perimbangan keuangan pusat dan daerah. pendukung ini diharapkan terakomodasi
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa Dewan dalam re­visi Undang-Undang tentang Susunan
Perwakilan Daerah mempunyai kedudukan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPD antara
yang lemah dalam bidang legislasi, sehingga lain adanya pemikiran untuk membentuk
tidak terjadi sistem cheks and balances dalam lembaga khusus pendukung keahlian DPR RI
lembaga perwakilan di Indonesia. yang terpisah dari Sekretariat Jenderal DPR
RI. Dengan demikian, Sekretariat Jenderal
d. Kendala-kendala yang Dihadapi akan menfokuskan diri pada dukungan teknis
DPR-DPD dan administratif.
Kendala yang dihadapi DPR bidang Sedangkan menurut Ignatius Bambang

62
Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

Rudi Anto dapat dikatakan bahwa: bidang legislasi, kemudian membentuk


“permasalahan utama dalam menjalankan legislasi center, kemudian membentuk
fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat lembaga-lembaga khusus yang mendukung
adalah Sumber Daya Manusia dari para keahlian Dewan Perwakilan Rakyat yang
anggota Dewan itu sendiri, dapat kita terpisah dari Sekretariat Jenderal Dewan
ketahui bahwa tidak semua anggota DPR Perwakilan Rakyat.
adalah orang-orang yang ahli dalam bidang Dari sisi prosedur pembuatan undang-
legislasi atau seorang legaldrafter, kemudian undang (legislasi), dari sisi prosedur ini
masalah yang muncul lagi adalah pada saat dapat dilakukan perbaikan dengan cara
rapat pembahasan RUU para anggota DPR yaitu membuat instrumen perencanaan
sering kali mangkir/tidak masuk/tidak ikut undang-undang yang tepat sasaran, dalam
dalam rapat, sehingga rapat sering ditunda pembuatan kebijakan mengharuskan
dan hal ini yang menjadi penghambat adanya naskah akademik sebagai dasar
dalam proses legislasi, waktu jadi semakin bagi penyusunan rancangan undang-
panjang dan lama dalam pembahasan RUU undang untuk menghasilkan produk legislasi
dan sangat berpengaruh dalam prolegnas yang berkualitas, memperbaiki sistem
tahunan DPR, jadi hal nilah sebenarnya pendistribusian beban kerja pembahasan
yang menjadi kendala utama dalam bidang undang-undang, merampingkan komposisi
legislasi sehingga DPR seringkali tidak dapat angota pansus atau alat kelengkapan yang
memenuhi target prolegnas tahunan”. membahas sebuah undang-undang agar tidak
Jadi dapat disimpukan bahwa masalah terjadi banyak perdebatan dan pengambilan
atau kendala yang dihadapi oleh Dewan keputusan akhir semakin rumit, perbaikan
Perwakilan Rakyat dalam bidang legislasi mekanisme dan waktu bicara saat rapat agar
adalah permasalahan dalam institusi, tidak berlarut-larut dan membutuhkan waktu
prosedur legislasi, sumber daya manusia, yang panjang, perbaikan dalam administrasi
Anggaran, dan produk hukum (undang- jadwal pembuatan undang-undang, rapat
undang) Untuk mengatasi permasalahan yang panitia kerja yang terbuka, memperbaiki
ada Dewan Perwakilan Rakyat diperlukan penyerapan aspirasi masyarakat hal ini
perubahan dalam institusi Dewan Perwakilan bertujuan untuk menampung aspirasi dan
Rakyat tersebut. keinginan dari masyarakat, dan yang terakhir
Dari sisi Institusi Dewan Perwakilan adalah memperbaiki penyebaran informasi
Rakyat, dapat dilakukan upaya perbaikan dengan tujuan agar masyarakat mengetahui
dalam bidang kerjasama antar institusi dokumen pembahasan rancangan undang-
yang mempunyai fungsi yang sama dengan undang dan mengetahui mana rancangan
Dewan Perwakilan Rakyat yaitu Dewan undang-undang yang sudang menjadi
Perwakilan Daerah. Kita ketahui bersama undang-undang.
bahwa selama ini Dewan Perwakilan Rakyat Dari sisi sumber daya manusia Dewan
terkesan bekerja sendiri dalam bidang Perwakilan Rakyat, Kita ketahui bersam
legislasi padahal kita ketahui bersama bahwa bahwa para wakil rakyat adalah dipilih oleh
dalam perubahan UUD 1945 ada lembaga rakyat secara langsung dan tentunya bukan
baru yang tugas dan fungsinya sama dengan orang-orang yang jago dalam hal legislasi,
Dewan Perwakilan Rakyat yaitu Dewan bahkan dapat dikatan bahwa mereka
Perwakilan Daerah dalam bidang legislasi, jadi adalah orang-orang politik. Dalam rangka
diperlukan perbaikan dalam hubungan kerja untuk memperbaiki sumber daya manusia
antara kedua lembaga tersebut. Kemudian Dewan Perwakilan Rakyat dapat dilakukan
mengenai supporting system yang ada dalam dengan beberapa cara diantaranya adalah
lembaga Dewan Perwakilan Rakyat sangat menjembatani antara wakil rakyat dengan
dibutuhkan guna meningkatkan kinerja konstituennya dan partai politik juga
Dewan Perwakilan Rakyat dalam bidang seharusnya melakukan berbagai program
legislasi. Supporting system yang dimaksud peningkatan kapasitas agar kemampuan
adalah merekrut tenaga-tenaga ahli dalam metode dan etikapolitik wakil rakyat bisa

63

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

terpupuk. Dalam bidang legislasi perbaikan dan Presiden untuk mendapat persetujan
yang dapat dilakuan untuk memperbaiki bersama, dan jika tidak mendapatkan
sumber daya manusia Dewan Perwakilan persetujuan bersama, rancangan undang-
Rakyat adalah dengan cara membuat seminar- undang tersebut secara otomatis batal dan
seminar tentang legislasi, memberikan buku- tidak boleh diajukan lagi dalam sidang masa
buku mengenai legislasi kemudian melakukan itu. Dewan Perwakilan Daerah dalam Pasal
studi banding ke negara lain dalam hal 22D Ayat (1) dan (2) UUD 1945 hanya bisa
kaitannya dengan legislasi, membentuk mengajukan dan membahas undang-undang
unit kerja yang mendukung kinerja Dewan yang berkaitan dengan otonomi daerah,
Perwaklan Rakyat dalam bidang legislasi. hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
Dari sisi Anggaran, dapat dilakukan pemekaran, dan penggabingan daerah,
perbaikan dengan cara yaitu meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam dan ekonomi
anggaran dalam pembahasan undang- lainnya, dan perimbangan keuangan pusat
undang. Hal ini bertujuan agar tidak ada dan daerah.
hambatan dalam rangkaian prosedur atau Desain konstitusi yang seperti yang ada
tahapan pembuatan undang-undang, kita dalam UUD 1945 Dewan Perwakilan Daerah
ketahui bahwa tahapan pembuatan undang- sangatlah terbatas dalam bidang legislasi,
undang sangatlah panjang dan membutuhkan selain dalam konstitusi kendala yang dihadapi
anggaran yang tidak sedikit pula. Dewan Perwakilan Daerah juga merambah
Dari sisi produk hukum (undang- dalam Undang-Undang No. 27 Tahun 2009
undang), dapat dilakukan perbaikan Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dimana
daintaranya yaitu meningkatakan sosialisasi pembuatan aturan tersebut berdasarkan atas
tentang mekanisme dan proses penyususnan apa yang ada dalam UUD 1945. kendala-
undang-undang kepada masyarakat dan kendala yang dihadapi Dewan Perwakilan
membuka peluang partisipasi publik Daerah dalam menjalankan wewenang,
secara luas dalam proses penyusunan tugas dan fungsinya berdasarkan Undang-
undang-undang agar kualitas undang- Undang No. 27 Tahun 2009 Tentang MPR,
undang yang dihasilkan menjadi baik dan DPR, DPD, dan DPRD serta peraturan tata
memberi manfaat langsung bagi kehidupan tertib Dewan Perwakilan Daerah (Ilham
masyarakat, kemudian perlu dilakukan dan Prihatmadja, 2008:71): 1. Kewenangan
perumusan format (mekanisme, bentuk, dan Dewan Perwakilan Daerah di bidang legislasi
tata cara) penyerapan dan penyaluran aspirasi jelas sangat terbatas karena DPD dapat
masyarakat dan meningkatkan kualitas dan mengusulkan dan membahas Rancangan
professionalisme staf pendukung, serta Undang-Undang dibidang tertentu, namun
pencanangan tahun legislasi oleh Dewan tidak ikut dalam pengambilan putusan akhir;
Perwakilan Rakyat. Hal tersebut bertujuan 2. Walaupun DPD mempunyai tugas, fungsi
untuk menyelesaikan target rancangan dan kewenangan pengawasan, namun DPD
undang-undang yang telah ditetapkan dalam hanya sebatas memberikan masukan kepada
program legislasi nasional. DPR sebagai bahan pertimbangan; 3. Tidak
Lain halnya dengan DPR yang ada kentuan yang mengtur tentang hak DPD
bermasalah dengan institusinya, DPD untuk meminta keterangan dari pejabat
justru menganggap pengaturan dalam Negara, pemerintah, dan lainnya seperti yang
konstitusilah yang menjadi kendala DPD dimiliki oleh DPR; 4. Tidak ada pengaturan
dalam menjalankan tugas, fungsi, dan mengenai hubungan dari kewenangan DPD
kewenangannya dalam bidang legislasi. Hal dalam kaitanya dengan pemerintah daerah,
ini ditunjukkan dalam Pasal 20 (1) sampai padahal DPD berkewajiban menyerap,
Ayat (3) UUD 1945 bahwa Dewan Perwakilan menghimpun, menampung, dan menindak
Rakyat memegang kekuasaan dalam lanjuti aspirasi masyarakat dan daerah.
membuat undang-undang, kemudian dalam Senada dengan hal diatas, Andre
hal pembahasan rancangan undang-undang berpendapat bahwa kendala yang dihadapi
dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Daerah dalam bidang

64
Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

legislasi adalah lebih kepada aturan yang meletakkan kedudukan DPD seimbang
hukumnya, terutama dalam pengaturan dengan DPR dan Presiden dalam hal
undang-undang MD3 (Undang-Undang pembuatan undang-undang (legislasi).
No.27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD) Masih banyak kekurangan dalam 4. Simpulan
undang-undang tersebut terutama hal-hal
yang berkaitan dengan fungsi legislasi Dewan Eksistensi DPR dan DPD dalam
Perwakilan Daerah. Sebagai contoh Pasal 147 sistem ketatanegaraan Republik Indonesia
Ayat (3) undang-undang MD3 menyebutkan terkait dengan fumgsi legislasi dapat dilihat
bahwa “dalam hal rapat paripurna dari dua sisi yaitu sisi filosofis dan dari sisi
memutuskan memberi persetujuan terhadap yuridis, serta dapat dilihat dari hasil kinerja
rancangan undang-undang yang berasal dari DPR dan DPD selama ini. Pola hubungan
DPD sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) kerja antara DPR dan DPD belum berjalan
haruf a, rancangan undang-undang tersebut dengan baik. Sistem cheks and balances antar
menjadi rancangan undang-undang usul dari lembaga perwakilan dalam bidang legislasi
DPR”. ternyata selama ini tidak berjalan, padahal
Hal tersebut membuktikan bahwa dengan adanya lembaga baru yaitu Dewan
setiap rancangan undang-undang DPD yang Perwakilan Daerah diharapkan sistem cheks
disetujui oleh DPR akan berubah menjadi and balances antar lembaga perwakilan (DPR
rancangan undang-undang dari DPR, hal dan DPD) mampu berjalan dengan baik.
tersebut disebut Bpk Andre “rancangan DPR dan DPD seringkali menemui kendala
undang-undang yang sudah berganti baju. atau permasalahan dalam menjalankan
Kemudian, keterbatasan Dewan Perwakilan tugas, fungsi, dan kewenangannya. Kendala
Daerah dalam tingkat pembicaraan, dimana atau Permasalahan yang dihadapi oleh
dalam pembicaraan pembahasan RUU keduanya sangat berbeda, dimana DPR
dilakukan melalui dua tingkat pembicaraan menghadapi kendala yang berkaitan dengan
yaitu Pembicaraan tingkat I dan Pembicaraan institusi, sementara kendala atau masalah
tingkat II. Dalam hal pembicaraan tingkat yang dihadapi DPD lebih kompleks yaitu
I terdiri dari pengantar musyawarah, kendala atau masalah yang berkaitan dengan
pembahasan daftar inventerisasi masalah konstitusi dan institusi.
(DIM), dan penyampaian pendapat
mini (fraksi, DPD, dan Presiden) Dalam Daftar Pustaka
hal pembicaraan tingkat I DPD hanya
dilibatkan dalam pengantar musyawarah dan Assidiqie, J. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata
penyampaian pendapat mini, padahal ruh Negara Jilid II, Jakarta: Sekretariat Jendral dan
dari pembahasan undang-undang ada pada Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.
saat pembahasan daftar inventarisasi masalah Bintan, R.S. 1987 Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan
(DIM). Umum Di Indonesia, Jakarta: Gaya Media
Kendala yang dihadapi oleh DPD dapat Pratama.
diatasi dengan beberapa cara yaitu perlu Budiardjo, M. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta :
adanya kesepakatan pengertian pembentuk Gramedia.
undang-undang dan lembaga-lembaga terkait Bentham, J. 1996. An Introduction to The Principles of
dalam menerapkan ketentuan dalam Pasal Morals and Legislation. Burns, J.H. And Heart,
22D Ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 20 Ayat H.L.A (ed) Clarendon Press. Oxford.
(2) UUD 1945 dalam melaksanakan proses Febrian. 2009. Buku Panduan Tentang Proses Legislasi
legislasi yang melibatkan DPD. Kemudian (DPR) Jakarta : Sekretariat Jendral DPR RI dan
harus membuat aturan bersama antara United Nations Development Programme
DPR dan DPD untuk mengatur hubungan (UNDP).
antar kamar dalam lembaga perwakilan Gunawan, M. 2009. Buku Pintar Calon Anggota Dan
di Indonesia, atau dengan jalan lain harus Anggota DPR, DPRD dan DPD. Jakarta: Visi
mengadakan emandemen ke V UUD 1945 Media

65

Pandecta. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013

Ilham, Putri Noor dan Prihatmadja, Deny. 2008. Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Penelitian
Kedudukan DPD dalam Sistem Ketatanegaraan Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi
Indinesia. Jakarta : FHUI Rohidi. Jakarta: UI Press.
Kartasasmita, G. 2009. Dewan Perwakilan Daerah dalam Moleong, J.L. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
perspektif ketatanegaraan Indonesia. Http:// Bandung: PT Remaja Rosdakarya
www.setneg.go.id/index2.php?option=com_ Pusat Pengkajian Konstitusi Hukum Universitas
content&do_pdf. 15-11-2011, 16:23 WIB. Brawijaya kerjasama dengan DPD RI
Komisi Hukum Nasional, 2002. Ringkasan Eksekutif dan Unversitas Brawijaya, 2009 tentang
Penelitian Program legislasi. http://www. Konstruksi Perwakilan Daerah dalam sistem
komisihukum.go.id/files/penelitian/c.3.pdf 29- ketatanegaraan Republik Indonesia, diunduh
12 2011, 09:44 WIB. pada halaman senatorindonesia.org/..../.... 07-
Laksono, F. & Subarjo. 2006. Kontroversi Undang- 11-2011, 22:09 WIB.
Undang Tanpa Pengesahan Presiden. Yogyakarta. Ridwan. Buku Panduan tentang Proses Legislasi (DPD),
UII Press. United Nations Development Programme
Laksono, HR.A. 2009. Dewan Perwakilan Rakyat (UNDP).
Indonesia Pasca Perubahan Undang-Undang Thaib, D. 1993. Implementasi Sistem Ketatanegaraan
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Jurnal Menurut UUD 1945. Yogyakarta: Liberty.
Konstitusi, kajian.mpr.go.id/ system /module / Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
berita /..../1252506306_47-66.pdf 15-11- (amandemen I-IV)
2011, 16:25 WIB Undang-undang No. 27 Tahun 2009 tentang Susunan
Mahfud MD, 2007. Perdebatan Hukum Tata Negara Dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD
Pasca Amandemen Konstitusi. Jakarta: LP3ES Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Manan, B. 2003. DPR,DPD dan MPR dalam UUD Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
1945 Baru, Yogyakarta: FH UII Press, Cetakan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat dan Tata Tertib
Pertama. Dewan Perwakilan Daerah


66

Anda mungkin juga menyukai