Sipangkar)
Abstrak
Dibentuknya lembaga Dewan Perwakilan Daerah adalah bertujuan untuk mengimbangi Dewan Perwakilan Rakyat
dalam hal pelaksanaan fungsi legislasi dengan menerapkan sistem perwakilan dua kamar atau bikameral. Tetapi,
pada kenyataannya kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam bidang legislasi hanya sebagai co-legislator
bagi Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini dikarenakan rancangan undang-undang yang diajukan Dewan Perwakilan
Daerah dianggap sebagai inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat pada saat pembahasan. Hal ini menunjukkan bahwa
fungsi legislasi ini harus lebih dikuatkan agar dapat mengimbangi fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat. Hal
ini mendapat titik terang setelah keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012, di mana
rancangan undang-undang yang diajukan menjadi rancangan inisiatif Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Daerah diikutsertakan dalam penyusunan Program Legislasi Nasional. Untuk lebih menguatkan
fungsi legislasi Dewan Perwakilan Daerah, ke depannya Dewan Perwakilan Daerah harusnya diberikan juga
kewenangan dalam hal pembentukan undang-undang yang bersifat umum serta ikut dalam semua proses
pembentukan undang-undang mulai dari perencanaan sampai dengan pembahasan dan persetujuan bersama
suatu undang-undang.
Kata Kunci: Penguatan, Legislasi, Dewan Perwakilan Daerah
Abstract
The establishment of the Regional Representative Council is the institution aims to offset the parliament in terms of
the implementation of a legislative function by applying a two-room system or bicameral representative. However,
in reality, the authority of the Regional Representatives Council in the field of legislation only as co-legislator for the
House of Representatives. This is because the draft law proposed the Regional Representative Council is considered
as an initiative of the House of Representatives during the discussion. This shows that the function of this legislation
should be strengthened in order to compensate for the legislative function of the Parliament. It’s got a bright spot
after the discharge of the Constitutional Court Decision No. 92 / PUU-X / 2012, where the draft legislation introduced
into the draft initiative of the Regional Representative Council and the Regional Representative Council participate
in the preparation of the National Legislation Program. To further strengthen the legislative function of the Regional
Representatives Council, the future of the Regional Representatives Council should be given also the authority in
terms of the formation of the laws of a general nature and participate in all the process of the formation of laws from
the planning through to the discussion and approval along with a law.
Keyword: Strengthening, Legislation, Regional Representative Council
1 Siahaan, Pataniari, 2012. Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD 1945, Konstitusi Press, Jakarta, hlm.
320-321.
2 Ghaffar, Janedjri M., dkk, (Edt.), 2003. DPD dalam Sistem Ketatanegaraan RI, Sekretariat Jenderal MPR dan UNDP, Jakarta, hlm. 4.
235
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 235 - 240
3 Tutik,Titik Triwulan, 2011. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Kencana, Jakarta, hlm. 196.
4 Asshiddiqie, Jimly, 2012. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 125.
5 Siahaan, Pataniari, 2012. Politik Hukum Pembentukan.........., Op. Cit., hlm. 431-432.
236
Penguatan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Daerah ....(Lenny M.L. Sipangkar)
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang pendapat mini fraksi, pendapat mini Dewan
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perwakilan Daerah dan hasil pembicaraan tingkat
Peraturan Perundang-undangan disebutkan I, (ii) pernyataan persetujuan atau penolakan
bahwa pembentukan peraturan perundang- dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan
undangan adalah pembuatan peraturan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna dan
perundang-undangan yang mencakup tahapan (iii) penyampaian pendapat akhir Presiden yang
perencanaan, penyusunan, pembahasan, dilakukan oleh menteri yang ditugasi.
pengesahan atau penetapan dan pengundangan. Tahapan selanjutnya yaitu tahap pengesahan
Dari ketentuan tersebut disimpulkan bahwa rancangan undang-undang menjadi undang-
tahapan proses pembentukan undang-undang undang. Di mana rancangan undang-undang
melalui (i) perencanaan, (ii) penyusunan, (iii) yang sudah disetujui bersama antara Presiden
pembahasan, (iv) pengesahan atau penetapan dan Dewan Perwakilan Rakyat disampaikan
dan (v) pengundangan. oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada
Tahap perencanaan dilakukan dalam Presiden untuk disahkan menjadi undang-
program legislasi nasional di mana penyusunan undang. Tahapan terakhir adalah pengundangan,
program legislasi nasional dilaksanakan oleh dan pengundangan ini dilakukan oleh menteri
Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah. yang mempunyai tugas dibidang hukum.
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan, B.2. Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Daerah
di mana pada tahap ini adalah tahapan dalam Undang-Undang Dasar 1945
pengajuan rancangan undang-undang baik
Selain perubahan proses pembentukan
dari Dewan Perwakilan Rakya maupun dari
dan pengesahan undang-undang, ketentuan
Presiden. Dewan Perwakilan Daerah juga bisa
lain dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca
mengajukan rancangan bidang tertentu kepada
perubahan adalah adanya peran Dewan
Dewan Perwakilan Rakyat. Semua rancangan
Perwakilan Daerah dalam pembentukan
yang diajukan harus disertai dengan naskah
undang-undang. Dewan Perwakilan Daerah
akademis.
memiliki peran mengajukan, ikut membahas
Tahapan selanjutnya adalah pembahasan dan memberikan pertimbangan atas rancangan
rancangan undang-undang untuk disahkan undang-undang tertentu dalam lingkup
menjadi undang-undang. Dalam tahapan kewenangannya. 6
pembahasan, diikuti oleh Presiden dan Dewan Menurut Mahfud MD, kewenangan legislasi
Perwakilan Rakyat serta Dewan Perwakilan yang termuat dalam Pasal 22 ayat (1) dan (2)
Daerah khusus rancangan undang-undang Undang-Undang Dasar 1945, menjadikan Dewan
tertentu yang menjadi kewenangan Dewan Perwakilan Daerah tidak memiliki peran yang
Perwakilan Daerah. Tetapi, keberadaan berarti, sebab peran Dewan Perwakilan Daerah
Dewan Perwakilan Daerah hanya sampai pada sangat terbatas pada hal-hal berikut:7
pembicaraan tingat I, di mana pada tahap a. Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan
pembahasan ini ada 2 (dua) tingkat pembahasan rancangan undang-undang. Hal ini berarti
yaitu pembicaraan tingkat I dan Pembicaraan Dewan Perwakilan Daerah hanya boleh
Tingkat II. Pembicaraan tingkat I terdiri dari (i) mengajukan rancangan undang-undang
pengantar musyawarah, (ii) pembahasan daftar tanpa adanya kewenangan untuk turut serta
inventarisasi masalah dan (iii) penyampaian dalam menetapkan dan memutus;
pendapat mini. Dalam pembicaraan tingkat I ini b. Ikut membahas rancangan undang-undang.
pun, Dewan Perwakilan Daerah hanya terlibat Kewenangan ikut membahas rancangan
pada pengantar musyawarah dan penyampaian undang-undang ini terbatas pada rancangan
pendapat mini. Pembicaraan tingkat II terdiri undang-undang yang berkaitan dengan
dari (i) penyampaian laporan yang berisi proses, otonomi daerah;
6 Gaffar, Janedjri M., 2012. Demokrasi Konstitusional; Praktik Ketatanegaraan Indonesia setelah Perubahan UUD 1945, Konstitusi
Press, Jakarta, hlm. 157.
7 Mahfud MD, Moh., 2007. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, LP3ES, Jakarta, hlm. 68.
237
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 235 - 240
238
Penguatan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Daerah ....(Lenny M.L. Sipangkar)
undang juga berasal dari 3 (tiga) pintu yaitu Akan tetapi, untuk lebih meningkatkan
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Daerah,
Daerah dan Presiden. Di mana semula rancangan seyogianya proses persetujuan rancangan
undang-undang dari Dewan Perwakilan Daerah undang-undang melibatkan juga Dewan
dalam pembahasan dianggap sebagai rancangan Perwakilan Daerah bersama Dewan Perwakilan
inisiatif dari Dewan Perwakilan Rakyat. Rakyat serta Presiden. Atau untuk mencapai
Selanjutnya dalam tahap pembahasan, tujuan dari pembentukan Dewan Perwakilan
Dewan Perwakilan Daerah harus diikutsertakan Daerah sebagai lembaga penyeimbang Dewan
dalam dua proses pembicaraan yaitu Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat harusnya diikutsertakan dalam semua proses
II. Selain itu, pada saat pembicaraan tingkat I pembentukan undang-undang secara umum,
Dewan Perwakilan Daerah juga ikut membahas bukan hanya undang-undang yang berkaitan
daftar inventarisasi masalah yang semula hanya dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
dibahas oleh Presiden dan Dewan Perwakilan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
Rakyat. Dalam pembicaraan tingkat II, Dewan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
Perwakilan Daerah harus diikutsertakan alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta
kecuali dalam hal persetujuan atau penolakan yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
rancangan undang-undang menjadi domain pusat dan daerah saja.
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.
8 Yuda AR, Hanta, 2010. Presidensialisme Setengah Hati; Dari Dilema ke Kompromi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 291.
239
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 235 - 240
undang yang mencakup kewenangannya sesuai Mahfud MD, Moh., 2007, Perdebatan Hukum
dengan Pasal 22D Undang-Undang Dasar 1945. Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi,
LP3ES, Jakarta.
Siahaan, Pataniari, 2012. Politik Hukum
Pembentukan Undang-Undang Pasca
Amandemen UUD 1945, Konstitusi Press,
Daftar Pustaka
Jakarta.
Tutik, Titik Triwulan, 2011. Konstruksi Hukum
Asshiddiqie, Jimly, 2012. Hukum Acara Pengujian Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
Undang-Undang, Sinar Grafika, Jakarta. UUD 1945, Kencana, Jakarta.
Gaffar, Janedjri M., dkk (Edt.), 2003. DPD dalam Yuda AR, Hanta, 2010, Presidensialisme Setengah
Sistem Ketatanegaraan RI, Sekretariat Hati; Dari Dilema ke Kompromi, Gramedia
Jenderal MPR dan UNDP, Jakarta. Pustaka Utama, Jakarta.
240