Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUKUM KONSTITUSI
DPD Dalam Struktur Parlemen Indonesia

Disusun oleh,
Adrian Wilyan Gustav A.111.21.0078
Himawan Adi A.111.21.0071
Eka Ages y A.111.21.0120
Yusuf Muhammad A.111.21.0136

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas Hukum Konstitusi.
Kami disini merasa bersyukur karena telah menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum Konstitusi yang
berjudul ‘’Analisis Sistem DPD (Dewan Perwakilan Daerah) di Indonesia’’, sebagai tugas mata
kuliah Hukum Konstitusi. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
proses pembuatan makalah ini dan saya juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
oleh karena itu kami membutuhkan kritik serta saran guna memperbaiki karya-karya saya pada kesempatan
yang lain.
Demikian makalah yang kami buat semoga menjadi referensi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah salah satu lembaga legislatif di Indonesia yang berfungsi
mewakili kepentingan daerah-daerah dalam proses perumusan kebijakan nasional. Latar belakang analisis
sistem DPD di Indonesia melibatkan pemahaman tentang sejarah pembentukan lembaga tersebut, peran dan
fungsi DPD, serta evaluasi terhadap kinerja dan efektivitasnya.DPD dibentuk sebagai hasil dari amandemen
konstitusi Indonesia pada tahun 2001, yang menggantikan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai
lembaga perwakilan tertinggi.
DPD merupakan cerminan lembaga negara yang diparadigmakan sebagai bagian dari lembaga legislatif.
Landasan konstitusional kewenangan terbatas, berimplikasi negatif terhadap kedudukan DPD dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Pengebirian kewenangan melalui produk legislasi (undang-undang), praktik
ketatanegaraan menggambarkan sifatnya yang auxiliary, bahkan wacana pembubaran semakin
meruntuhkan mahkota kelembagaan DPD, realitas kelembagaan DPD seharusnya mampu dijadikan
momentum untuk menguatkan DPD dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Tujuan pembentukan DPD adalah untuk memberikan wadah bagi perwakilan daerah dalam proses
perumusan undang-undang dan kebijakan nasional. DPD pertama kali dilantik pada tahun 2004.Analisis
sistem DPD di Indonesia memerlukan penilaian terhadap peran, kewenangan, dan efektivitas lembaga ini
dalam mewakili kepentingan daerah dan menyumbangkan suara daerah dalam pembuatan kebijakan
nasional. Evaluasi dan perbaikan terus-menerus dapat dilakukan untuk memastikan DPD berfungsi secara
efektif sebagai lembaga perwakilan daerah di Indonesia.
Marwah Dewan Perwakilan Daerah dalam struktur parlemen dengan kondisi apapun, bahkan jika suatu
norma undang-undang terkait DPD dibentuk dengan menggunakan posisi alamiah hukum (nalar filsafati
hukum) tanpa diganggu oleh kepentingan politik manapun tetap saja akan menghasilkan kualitas
kewenangan yang lemah. Kemudian sinergitas DPD dalam sistem ketatanegaraan Indonesia ke depan perlu
diperkuat melalui purifikasi struktur parlemen yang mencerminkan strong bicameralism. Bangunan Strong
Bicameralism diharapkan mampu meningkatkan peran DPD sebagai salah satu penopang utama dalam
mewujudkan cita negara dalam bidang otonomi daerah dan negara kesatuan.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana awal mula terbentuknya DPD di Indonesia?


2. Apa Fungsi, Tugas dan Wewenang DPD?
3. Bagaimana evaluasi kinerja DPD sejak pembentukannya?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Awal Terbentuknya DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) adalah lembaga negara di Indonesia yang mewakili kepentingan
daerah dan berfungsi sebagai lembaga legislatif tingkat nasional. DPD terbentuk sebagai bagian dari
reformasi politik yang diimplementasikan setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998. Pada era
Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, sistem legislatif Indonesia didominasi oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) yang hanya terdiri dari satu kamar. DPR tersebut terdiri dari anggota yang dipilih
melalui pemilihan umum, tetapi sistem perwakilan tersebut dinilai kurang memadai untuk mewakili
kepentingan daerah. Pada tahun 1998, terjadi reformasi politik di Indonesia setelah jatuhnya rezim Orde
Baru. Reformasi tersebut bertujuan untuk memperkuat demokrasi, memperluas partisipasi politik, dan
meningkatkan representasi daerah dalam proses pengambilan keputusan politik.
Salah satu langkah penting dalam reformasi politik adalah amandemen Konstitusi 1945. Melalui
amandemen ini, dibentuklah DPD sebagai lembaga perwakilan daerah yang berfungsi untuk mewakili
kepentingan daerah di tingkat nasional.Dalam rangka mengatur secara rinci tentang DPD, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini
menjadi dasar hukum yang mengatur pembentukan, struktur, dan tugas DPD.Pemilihan DPD pertama
diadakan pada tahun 2004 secara serentak dengan pemilihan umum legislatif dan presiden. Dalam
pemilihan tersebut, anggota DPD dipilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat di setiap provinsi di
Indonesia.
Sejak pembentukannya, DPD telah berperan dalam mengadvokasi kepentingan daerah,
mempengaruhi pembuatan kebijakan nasional, serta menjembatani komunikasi antara pemerintah pusat dan
daerah. Meskipun DPD memiliki keterbatasan kekuasaan legislatif dibandingkan dengan DPR, lembaga ini
tetap menjadi wadah penting bagi perwakilan daerah dalam sistem politik Indonesia.
2.2 Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

A. Fungsi Dewan Perwakilan Daerah


Dalam UU No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pasal 248 :
1. Pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
kepada DPR;
2. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;
3. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
4. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

B. Tugas Dewan Perwakilan Rakyat


Dalam UU No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pasal 249 :
1. mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
kepada DPR;
2. ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
3. menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan
undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
4. memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama;
5. dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
6. menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan
agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
7. menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai
bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan APBN;
8. memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK;
9. menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

B. Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat


Dalam UU No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pasal 250 :
(1) DPD menyusun anggaran yang dituangkan dalam program dan kegiatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) DPD dapat menyusun standar biaya khusus dan mengajukannya kepada
Pemerintah untuk dibahas bersama.
(3) Pengelolaan anggaran DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal DPD di bawah pengawasan Panitia Urusan
Rumah Tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) DPD menetapkan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran DPD dalam
peraturan DPD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) DPD melaporkan pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) kepada publik dalam laporan kinerja tahunan.
2.3 Bagaimana Evaluasi Kinerja DPD sejak Pembentukannya
Perubahan yang dilakukan terhadap UUD 1945 salah satunya ialah dibentuknya lembaga baru yang
bernama DPD. Raison d’etre dari keberadaan DPD, untuk mengakomodasikan semangat checks and
balances tidak hanya antara pusat dan daerah, tetapi juga di dalam parlemen itu sendiri. Akan tetapi, tidak
adanya posisi equal melainkan inequality (ketidaksetaraan) antara hubungan kerjasamanya dengan DPR.
Tampak terlihat dari hasil Perubahan Ketiga UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2001 yang
mengadopsikan gagasan parlemen bikameral yang bersifat soft Kedua kamar dewan perwakilan tersebut
tidak dilengkapi dengan kewenangan yang sama kuat, yang lebih kuat tetap DPR, sedangkan kewenangan
DPD hanya bersifat terbatas. Hal itu terjadi karena proyek amandemen ini ditangani kalangan MPR, dan
karena semua anggota DPR yang juga sekaligus sebagai anggota MPR yang ikut merumuskan UUD 1945
mengenai fungsi dan kewenangan DPD, maka DPR dengan kewenangan yang ada lebih cenderung
merumuskan lebih besar kewenangannya, melebihi kewenangan yang dimiliki DPD.
Sebenarnya, penataan kedudukan, fungsi, dan peran DPD sebagaimana ditegaskan dalam UUD
1945 dimaksudkan untuk memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah. Akan tetapi melihat realitasnya,
diperlukan kembali penataan sistem ketatanegaraan melalui penyempurnaan konstitusi, inilah yang
diperjuangkan oleh DPD dan berbagai kalangan yang mendukung terhadap penguatan kewenangan DPD.
Perjuangan Eksistensi DPD telah diperkuat oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012
atau Nomor 79/PUU-XII/2014, hal mana kewenangan legislasi DPD kembali dipulihkan sesuai dengan
mandat UUD 1945.
Dalam proses legislasi DPD berwenang menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas),
mengajukan rancangan undang-undang dan ikut serta dalam proses pembahasan rancangan undang-undang
secara tripartit bersama DPD dan pemerintah. Meski demikian, tetap saja dalam prakteknya, sebenarnya
kedudukan DPD masih lemah dibandingkan DPR dalam menjalankan fungsi legislasi karena memang
secara konstitusional Pasal 20 UUD 1945 telah membatasi kewenangan DPD. Melihat lemahnya kedudukan
DPD dalam fungsi legislasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peran DPD hanya bersifat penunjang
atau auxiliary terhadap fungsi DPD di bidang legislasi karena perannya lebih kurang hanya sebagai
colegislator, ini disebabkan dalam area hal mana DPD dapat memberikan pertimbangan (advice) pun juga
dibatasi, (I Wayan Sudirta, 2017: 70-71).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah salah satu lembaga legislatif di Indonesia yang berfungsi
mewakili kepentingan daerah-daerah dalam proses perumusan kebijakan nasional. Latar belakang analisis
sistem DPD di Indonesia melibatkan pemahaman tentang sejarah pembentukan lembaga tersebut, peran dan
fungsi DPD, serta evaluasi terhadap kinerja dan efektivitasnya.DPD dibentuk sebagai hasil dari amandemen
konstitusi Indonesia pada tahun 2001, yang menggantikan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai
lembaga perwakilan tertinggi.
Selama ini, fungsi dan relasi legislasi DPD dianggap seperti dibonsai oleh DPR saat sebuah rancangan
undang-undang masuk proses pembahasan. Meski kenyataan itu tidak dapat dinafikan, tetapi DPD
sesungguhnya masih bisa memaksimalkan peran dan fungsinya seandainya bisa menggerakkan partisipasi
publik secara efektif pada tingkat nasional maupun daerah. DPD ternyata juga melupakan peran yang
semestinya DPD lakukan dengan melibatkan publik, memperoleh simpatik publik, malah yang terjadi tiga
periode terakhir DPD acap terjerembab oleh konflik kepentingan dari berbagai pimpinan dan anggotanya,
inilah tantangan terhadap eksistensi DPD yang perlu dilakukan ke depan. Para anggota DPD dipilih secara
langsung oleh rakyat daerah, meski dalam perkembangannya calon anggota legislatif (Caleg) DPD tidak
lagi ‘perseorangan‘ murni. Legitimasi yang sangat kuat tersebut merupakan modal penting yang dimiliki
anggota DPD untuk mengerakkan publik dan memperoleh dukungan dari mereka. Berbeda dengan anggota
DPR, anggota DPD lebih otonom dan independen dalam memperjuangkan kemajuan pembangunan di
daerah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_17.pdf
http://polpum.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2021/07/UU-Nomor-2-Tahun-2018.pdf
https://journal.bawaslu.go.id/index.php/JBDKI/article/download/302/226/1715
https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/download/1423/316/1590

Anda mungkin juga menyukai