Anda di halaman 1dari 9

PRAMAKALAH

Tema : Kesuksesan Pemilu 2019 Terhadap Peningkatan Kesejahteraan


Rakyat Indonesia

Topik : Konstitusi

Judul : Tinjauan Peran DPD dalam Proses Legislasi

Oleh Kelompok 4 :

1. Prayoga Surya Galuh (D14170117)

2. Aini Dwi Ramadani (D24180076)

3. Jasmine Alimah Savitri (D34180011)

4. Adelia Rizkita ( D34180047)

5. Rofi’ Nadiah Agustin ( E34180031)

6. Rini Prihatini ( E44180052)

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasti, M.Agr

Kelas : P07.2

Hari / Jam : Selasa / 10.00 – 11.40

Ruang : RK. CCR 2.12

PPKU

2019
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang menganut trias politika yang terdiri dari
lembaga Eksekutif, Legislatif,dan Yudikatif. Lembaga Legislatif adalah lembaga
yang berwenang untuk membuat perundang-undangan.

Lembaga Legislatif yang ada di Indonesia menganut sistem bicameral atau


sistem dua kamar yang terdiri dari DPR dan DPD. Sistem ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam menjalankan pemerintah. DPR merupakan cerminan dari
representasi politik, sedangkan DPD mencerminkan prinsip reoresentasi teritorial
atau regional.

Berdasarkan pasal 22 D ayat (1) UUD RI 1945, peran DPD adalah


(1)Mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berlaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah,. (2)Membahas RUU yang berkaian dengan otonomi
daerah. (3)Mengawasi pelaksanaan undang-undang.Berdasarkan pasal tersebut
tugas DPD sebagai kamar kedua hanya berwenang mengajukan,membahas,dan
pengawasan RUU. Pasal tersebut berimplikasi pada kecilnya kewenangan dan
peran DPD dalam proses legislatif (Charles 2011).

DPD hanya dapat mengajukan RUU kepada DPR dan ikut menbahas RUU.
Dengan demikian DPD tidak mempunyai hak inisiatif dan mandiri dalam
pembuatan UU, DPR lah yang memiliki kekuasaan membentuk UU. Dengan
terbatasnya kewenangan yang dimiliki DPD memberi peringatan bahwa
keberadaan DPD hanya sebagai pelengkap dalam lembaga perwakilan rakyat.

I. 2 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peran DPD dalam


proses legislasi beserta permasalahannya sehingga meningkatkan kepedulian
generasi muda terhadap bidang politik yang beperan penting dalam kemajuan
Indonesia.

I. 3 Permasalahan

Sistem bikameral yang dianut oleh bangsa Indonesia membagi lembaga


legislatif menjadi DPR dan DPD dimaksudkan untuk memeriksa setiap produk
legislagi diperiksa secara dua kali. Sistem ini membagi tugas DPR sebagai
perwakilan politik dan DPD sebagai perwakilan daerah atau regional. Akan
tetapi, untuk menjalankan tugasnya dalam mengambil kebijakan yang terkait
dengan daerah ada sebuah ganjalan yang membuat DPD tidak mempunyai fungsi
legislasi. Hal ini berdasarkan pasal 22 UUD 1945 yang menjelaskan bahwa DPD
hanya dapar mngajukan dan membahas RUU tentang otonomi daerah . Selain itu,
diperkuat dengan pasal 20 ayat 1 UUD 1945 yang mmengatakan bahwa
kekuasaan membentuk Undang-Undang berada di tangan DPR. DPD juga tidak
mempunyai fungsi anggaran, hal tersebut menyebabakan posisi DPD tidak
sebanding dengan DPR. Lebih dari itu, jumlah anggota DPD juga dibatasi, tiap
provinsi menyumbang jumah anggota yang sama. Hal ini, dikarenakan anggota
DPD tidak boleh melebihi sepertiga jumlah anggota DPR. Ketimpangan ini yang
menyebabkan seolah-olah tugas dan fungsi DPD menjadi dipersempit.

Adanya ketimpangan ini menyebabakan DPD mengajukan surat usul


amandemen bernonomor DPD/HM.310/295/2006 yang ditujukan kepada MPR
untuk memperjelas tugas dan fungsinya dakam menjalankan pemerintahan daerah.
Namun, Usul tersebut terganjal karena syarat untuk mengajukan amandemen
harus disetujui lebih tiga perempat dari anggota MPR, seperti yang tercantum
pada pasal 37 UUD 1945.Ketidakjelasan terhadap tugas dan fungsi DPD membuat
pakar hukum tata negara Refly Harun berpendapat “ Kalau DPD tidak bisa
diperkuat, lebih baik dibubarkan saja. Selama ini DPD hanya diposisikan seperti
asisten DPR. Padahal mestinya dia bisa membentuk mekanisme check and
balances dalam parlemen. Ini check and balnaces yang ada malah antara DPR
dan presiden”. Selain itu, usulan pembubaran DPD juga diajukan oleh partai PKB
dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) pada 6-7 Februari di Jakarta.
Permasalah DPD juga tidak hanya tentang ketidakjelasan fungsi, sisi internal DPD
juga mempunyai masalah. Hal ini dibuktikan kurang profesionalismenya anggota
DPD seperti berbuat onar ketika sidang dan juga adanya kesan bahwa DPD
banyak dikuasai oleh partai politik

I. 4 Pengertian

Sistem bikameral : Parlemen atau lembaga legislatif yang terdiri atas

dua kamar

Legislasi : Undang- undang ; hukum yang telah disahkan oleh

badan legislatif atau unsur ketahanan yang lainnya

Check and Balances : Sistem pengawasan dan keseimbangan : sistem

yang menjamin bahwa masing-masing kekuasaan

tidak melampaui batas kekuasaannya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DPD sebagai Lembaga Negara

Dalam menjalankan tugasnya DPD berperan sebagai lembaga negara


yang mewakili daerah provinsi dan termasuk bagian dari MPR. Hal ini
Berdasarkan pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “ Majelis
Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan undang-undang.” Berdasarkan pasal 248 UU Nomor
17 Tahun 2014 DPD mempunyai fungsi:
a. pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah kepada DPR;

b. ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan


otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;
c. pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; serta
d. pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

Proses pemilihan DPD dilakukan melalui pemilu yang diadakan ditiap


provinsi dengan anggota tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR.
Sebagaimana dalam ayat 1pasal 252 UU RI NO.12 tahun 2012 anggota DPD
terdiri dari empat orang disetiap provinsi.

Sebagai wakil daerah provinsi DPD harus memberikan pekerjan


terbaiknya dalam melayani masyarakat. Akan tetapi, pada faktanya tugas DPD
dalam mengajukan rancangan undang-undang mengalami kegagalan. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya perda yang dibatalkan oleh Kemendagri . Perda
yang dibatalkan adalah perda yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Selain itu, juga dianggap menghambat pertumbuhan
ekonomi daerah dan memperpanjang jalur birokrasi. Berdasarkan data
Kemendragi pada tahun 2016, ada 3.143 Perda yang dibatalkan termasuk
Permendagri. Diantara tiga puluh empat provinsi , DKI Jakarta adalah Provinsi
dengan Perda yang paling sedikit dibatalkan, yaitu hanya dua buah Perda. Perda
pertama adalah tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil, yang kedua adalah Perda tentang pendaftaran kependudukan dan
pencatatan sipil.
BAB III
PEMBAHASAN

DPD adalah lembaga yang penting dalam menjalankan fungsi pemerintahan.


Ketidak jelasan pada fungsi DPD perlu diperbaiki agar DPD dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Fungsi dari DPD dapat diperkuat dengan konstitusi
dengan adanya amandemen UUD 1945 tentang fungsi DPD. Fungsi DPD harus
diperjelas dengan menyamakan kedudukan legislagi antar DPR dan DPD

BAB IV

PENUTUP

IV. 1 Kesimpulan
Peran DPD dalam fungsi legislasi masih kurang maksimal. Adanya
ketimpangan fungsi DPD dengan DPR serta masalah internal di tubuh DPD
membuat DPD mepunyai citra yang buruk yang membuat adanya usulan agar
DPD dibubarkan. DPD adalah lembaga yang penting dalam pemerintahan
khususnya pemerintahan daerah. Oleh karena itu, fungsi kelembagaan DPD perlu
diperbaiki agar tercipta pemerintahan yang berjalan dengan lancar.

IV. 2 Saran

1. Pembentukan DPD diharapakan mampu memberikan perubahan terhadap


tatanan pemerintah khususnya pemerintahan daerah . Dengan sistem bikameral
semoga bisa tercapai double check dikalangan parlemen

2. DPD diharapkan mampu memaksimalkan dalam mengatasi masalah-masalah


yang berkaitan dengan daerah. Selain itu, diharapkan meciptakan check and point
dengan legislasi lain.

3. Peranan DPD sebenarnya dibutuhkan di daerah. Tetapi karena perannya kurang


maksimal, seakan DPD tidak dibutuhkan. Dengan adanya pemilu 2019 diharapkan
rakyat memilih calon anggota DPD yang berkompeten dibidangnya, sehingga
peran DPD dapat maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai