Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK

2020/2021
MATA UJIAN: PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
PERAN DPD DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG
UNDANGAN

Nama Lengkap : Bernardy satria yustisi utama


NRP : 120117115
KP : B

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
JUNI 2021
Abstrak

Lembaga Dewan Perwakilan Daerah adalah lembaga tinggi negara yangberwenang dalam
menjalankan fungsi legislasi dan juga melakukanpengawasan dan penggangaran dalam
suatu pemasukan dan pengganggarandana.

Sedangkan dalam DPD setiap anggota merupakan perwakilan dari setiapprovinsi yang
dipilih melalui pemilihan umum dan fungsi dari setiap perwakilandaerah dijalan oleh setiap
fraksi urusan daerah.

Maka setiap perwakilan menjadi penyeimbang dalam mendirikan sistemparlemen di negara


Indonesia, sekaligus menjadi forum yang menengahi setiapaspirasi masyarakat dan juga
berbagai kepentingan lain

Pendahuluan

Dalam menjalankan fungsi legislasi terdapat dua badan yang menjalankan kewenangan
tersebut, yaitu DPD dan DPR. Kedua perwakilan rakyat ini menjadiharapan pemerintah
karena memiliki potensi yang dapat menciptakan suatukerjasama antara kepentingan nasional
dan kepentingan politik masyarakatIndonesia dan juga kepentingan daerah sesuai dalam
perumusan kebijakannasional.

Eksistensi DPD terdapat dalam Pasal 22C UUD 1945 dalam perubahan ketigadan memiliki
suatu peran dengan pemerintah daera, dijelaskan dalam Pasal 18 Ayat (1) Perubahan Ketiga
UUD 1945, bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagai atas daerah daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan
daerah”. Sedangkan di Indonesia terdapat 34 Provinsi yang memiliki perbedaan SDM dan
SDA, dalam hal pendanaan yang cukup signifikan maka terselenggaranya otonomi daerah
memiliki kesamaan. Dengan keadaan inilah setiap anggota DPD harus memiliki kemampuan
dalam menyalurkan aspirasi disesuaikan dengan kepentingan provinsi.

Dewan Perwakilan Daerah juga berfungsi menjalankan integrasi bangsa dengan cara
meningkatkan derajat kebersatuan dalam negara Indonesia. Segala persoalan yang memiliki
relevansi dengan wilayah tugas DPD disejajarkan dengan persoalan nasional. Maka eksistensi
anggota DPD yang berada dalam anggota parlemen pusat, menjadi perhatian khusus melalui
para wakilnya di DPD dan digagas sebagai agenda nasional berbasis kepentingan daerah.
Karena DPD memiliki peran penting dalam suatu pemerintahan maka hal inilah yang
memungkinkan DPD memiliki peran dalam pembentukan peraturan perundang undangan.
Hal ini dkarenakan adanya pasca putusan MK tentang pelaksanaan ".

Sedangkan di Indonesia terdapat 34 Provinsi yang memiliki perbedaan SDM danSDA, dalam
hal pendanaan yang cukup signifikan maka terselenggaranyaotonomi daerah memiliki
kesamaan.

Dengan keadaan inilah setiap anggota DPD harus memiliki kemampuan dalam menyalurkan
aspirasi disesuaikan dengan kepentingan provinsi.

Dewan Perwakilan Daerah juga berfungsi menjalankan integrasi bangsa d


engancara meningkatkan derajat kebersatuan dalam negara Indonesia.

Segala persoalan yang memiliki relevansi dengan wilayah tugas DPD


disejajarkan dengan persoalan nasional.

Maka eksistensi anggota DPD yang berada dalam anggota parlemen pusat
, menjadi perhatian khusus melalui para wakilnya di DPD dan digagas seb
agaiagenda nasional berbasis kepentingan daerah.

Karena DPD memiliki peran penting dalam suatu pemerintahan maka hal i
nilahyang memungkinkan DPD memiliki peran dalam pembentukan peratu
ranperundang undangan.

Hal ini dkarenakan adanya pasca putusan MK tentang pelaksanaan fungsil


egislasi.
Putusan ini mendorong DPD dalam melakukan penegasan dan konstitutio
nalitasberserta fungsi dan wewenangnya.

Pembahasan

Peran DPD tidak lain dan tidak bukan ialah tentang kedudukan dalam melaksanakan fungsi
legislasi yang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Sesuai dengan sistem
parlemen dua kamar (bicameral) melalui pengujian UU MD 3 dan UUP 3 terhadap terhadap
UUD 1945 dan MK menyimpulkan lima pokok persolalan konstitusional DPD. Pertama,
tentang kewenangan yang mengusulkan RUU yang diatur dalam pasal 22D ayat (1) UUD
1945, yang menurut DPD, RUU yang berasal dari Presiden dan DPR atas dasar tersebut DPD
berhak dalam mengusulkan RUU terentu dengan menyusun prolegnas dan membahas RUU
tersebut sejak awal hingga akhir tahapan. Tetapi terdapat eksepsi yaitu DPD tidak memberi
persetujuan atau pengesahan RUU menjadi UU. Karena adanya konsekuensi dari putusan ini
adalah terciptanya model legislasi tripartite (DPR, DPD, Presiden) khusus untuk RUU
tertentu tersebut yaitu RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta pengabungan daerah selain itu mengenai
hubungan pusat dan daerah. Kemudian adanya putusan MK yang ditekankan oleh Yenny AS
adalah suatu konsekuensi atas kedudukan dan peran DPD yaitu RUU dari DPD memiliki
kesetaraan dengan RUU dari Presiden dan DPR. Dengan pengajuan usul RUU menurut MK
adalah:

a. Kedudukan DPD sama dengan DPR dan presiden dalam pengajuan RUU
b. DPD mengusulkan sesuai dengan wewenangnya
c. DPD dapat mengajukan RUU diluaur Prolegnas
d. Usul RUU DPD tidak menjadi RUU DPR

Maka keputusan yang dibuat oleh Mahkamah Konstitusi pada UU MD3 dapatmengubah
suatu struktur ketatanegaraan dan terdapat penekanan terhadapfungsi legislasi harus
dilihat secara utuh yaitu dimulai dari proses pengajuansampai menyetujui sebuah
rancangan undang-undang menjadi undang-undang
Memungkinkan terjadinya ketimpangan fungsi legislasi karena adanyapenegasan Pasal
20 ayat UUD 1945 bahwa kekuasaan membentuk undang-undang berada di tangan DPR.
Tambah lagi, Pasa1 20A ayat UUD 1945 secaraeksplisit hanya menyebut DPR sebagai
pemilik kekuasaan legislasi.

.Akan tetapi lahir Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah namun
kewenangan tentang DPD tetap seperti semula

Kesimpulan

Dengan adanya putusan MK secara langsung membentuk undang-undang di Indonesia dapat


mengalami perubahan yang semula hanya Presiden dan DPR, setelah perubahan maka
Presiden, DPR, dan DPD berwenang menjadi pembentuk undang-undang.

Kemudian kedudukan DPD dalam pelaksanaan fungsi legislasi pasca putusan MK


menjadikan setara dalam hal fungsi, dan kewenangannya dengan DPR sehingga diharapkan
sistem yang dibangun tiga kamar.

Siapa pembentuk undang-undang di Indonesia menurut UUD 1945 pasca putusan Mahkamah
Konstitusi jelas sudah terjawab oleh UUD Tahun 1945 pasca amandemen.

Artinya eksistensi DPD harus setara dengan DPR dalam hal program legislasi di Indonesia.

Kemudian kedudukan dalam DPD melaksanakan fungsi legislasi pasca putusan Mahkamah
Konstitusi juga sudah terjawab oleh putusan Mahkamah Konstitusi bahwa kehadiran DPD
menjadi pengimbang legislasi di Indonesia bahkan jangan lagi Presiden dan DPR sebagai
pendulum pembentuk undang-undang namun institusi DPD harus mendapatkan perhatian
bahkan Kementerian juga harus menstarakan kedudukan DPD dengan DPR dalam rapat-rapat
mitra kerja.

Anda mungkin juga menyukai