Anda di halaman 1dari 14

JAWABAN UJIAN TUGAS SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK

2021/2022
MATA UJIAN: SELEKTA HUKUM PIDANA

Nama Lengkap: Bernardy Satria Yustisi Utama

NRP: 120117115

KP:A

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Proses Jasa
Pendidikan ini dengan sebaik mungkin.

Dalam penulisan makalah ini, Saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan
teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para
penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... i

DAFT AR ISI. ................................................................................. Ii

BAB I PENDAHULUAN. ....................................................... 1

1. Latar Belakang da. Rumusan Masalah ....................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................... 5

B Penegakan Hukum Lingkungan.................................................................... 14

BAB III PENUTUP........................................................................... 18

1. Kesimpulan. ............................................................................... 18
2. Saran. ......................................................................................... 19

DAFT AR PUST AKA ........................................................................ 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Diketahui Pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016, YK, FW dan TW


sambil membawa balok kayu mendatangi dan mengeroyok SK1
(Perempuan) dan SK3 (Laki-laki) yang sedang berpacaran. SK1 dan
SK3 dipukuli secara berulang-ulang menggunakan balok kayu
tersebut sampai tergeletak. Kemudian TW melihat ada barang-barang
milik SK1 dan SK3 yaitu satu unit handphone merk EV**COSS, dan
satu unit sepeda motor merk H*NDA dan, kemudian memutuskan
untuk mengambil dan membawanya pergi. FW dan YK tetap tinggal
bersama SK1 dan SK3. SK3 kemudian sedikit tersadar dan
memutuskan untuk lari meninggalkan SK1 bersama FW dan YK.
Setelah SK1 sendirian FW dan YK menyuruh SK untuk membuka baju,
celana dan celana dalam hingga telanjang. FW kemudian menidurkan
SK1 di atas tanah dan memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat
kelamin SK1, dan setelah itu berganti giliran dengan YK (sampai
sperma keluar).
B. PermasalahanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat bentuk Kejahatan terhadap Nyawa dan Harta


Kekayaan dalam kasus tersebut? Sebutkan bentuk perbuatan,
ketentuan hukum pidana yang mengatur dan uraikan unsur-unsur
perbuatan dalam ketentuan hukum pidana yang dimaksud dikaitkan
dengan perbuatan pelaku dalam kasus
2. Apakah terdapat bentuk Kejahatan terhadap Kesusilaan dalam Kasus
tersebut? Sebutkan bentuk perbuatan, ketentuan hukum pidana apa
yang mengatur, uraikan unsur-unsur perbuatan dalam ketentuan
hukum pidana serta kaitkan dengan perbuatan pelaku dalam kasus
3. Apakah terdapat perbarengan perbuatan dalam kasus tersebut?
Sebutkan bentuk konkursus yang terjadi, dasar hukum dan uraikan
berdasarkan teori hukum konkursus yang anda pilih.
Rumusan Masalah

Di ketahui bahawa adanya tindakan pengeroyokan oleh YK, FW dan TW


terhadap korban SK1 (Perempuan) dan SK3 (Laki-laki) Tindak pidana
pengeroyokan terdapat dalam pasal 170 KUHP yang terletak dalam Buku II
(Kejahatan), Bab V (Kejahatan terhadap Ketertiban Umum), yang menentukan
bahwa :

(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama


menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, di ancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan.

(2) Yang bersalah diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan


sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang
digunakan mengakibatkan luka-luka;
2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat;
3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.

(3) Pasal 89 tidak diterapkan.

Dalam kententuan kentuan KUHP (Kitap Undang Undang Hukum Pidana ) ini
termasuk kejahatan terhadap Nyawa karena dalam pasal ini tedapat perbuatan
yang “terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan
terhadap orang . dalam pasal ini juga terdapat pemberatan pidana karena
perbuatan nya yang menghasilkan atau pun berakibat berupa luka-luka, luka berat
dan kematian (maut). Jadi dalam hal ini bisa di jadikan pengacaman terhadam
nyawa jadi ini merupakan kejahatan terhadap nyawa karena mengancam nyawa
dari korban

Dalam kronologi kejadian di atas terdapat kejahatan terhadap harta kekayaan di


karenakan terdapat nya pencurian menggunakan kekerasan Kemudian dalam
kasus ini terdapat juga kejahatan yaitu pencurian satu unit handphone merk
EV**COSS, dan satu unit sepeda motor merk H*NDA yang mejadikan
kejahatan harta kekayaan yaitu kejahatan terhdap harta yang merugikan
terkait harta benda

Unsur-unsurTindakPidanaPencurianDenganKekerasan

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan berkaitan unsur obyektif (perbuatan


mengambil, obyeknya suatu benda dan unsur keadaan yang menyertai atau
melekat pada benda, yaitu benda tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang
lain)

1. Unsur Obyektif
Unsur obyektif berupa perbuatan mengambil (wegnemen).

Dengan adanya unsur perbuatan larangan yang menunjukkan pencurian


merupakan tindak pidana formal. Mengambil merupakan suatu tingkah laku
positif atau perbuatan materiil yang dilakukan dengan disengaja pada umumnya
dengan gerakan otot tangan yang diarahkan kepada suatu benda, mengangkatnya
lalu membawa dan memindahkannya ke tempat lain atau ke dalam kekuasaannya
(kepemilikannya).

Dengan demikian, mengambil dapat dirumuskan sebagai perbuatan terhadap


benda dengan membawa benda tersebut ke dalam kekuasaannya secara nyata dan
mutlak. inilah yang merupakan Hal/ syarat untuk selesainya perbuatan mengambil
sekaligus syarat menjadi selesainya tindak pidana pencurian secara sempurna.

Pasal 365 KUHP:


(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian
yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk
tetap menguasai barang yang dicuri.
(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah
rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan
umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;
2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu;
3. jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak
atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah
palsu atau pakaian jabatan palsu;
4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam no. 1 dan 3.
Dalam kasus ini juga berkaitan dengan unsur kejahatan terhadap kesusilan di
karenakan terjadinya pemerkosaan dimana saat SK1 (Perempuan) di setubuhi
oleh FW dan YK

Salah satu delik dalam lingkungan delik susila ini, yaitu delik/tindak pidana
perkosaan (verkrachting) yang dirumuskan dalam Pasal 285 KUHP.

Tindak pidana perkosaan yang ancaman pidana maksimumnya 12 (dua belas)


tahun penjara ini memiliki unsur- unsur :

1. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan;


2. Memaksa
3. Seorang wanita;
4. Bersetubuh dengan dia;
5. Di luar perkawinan.

Sekalipun unsur-unsur tindak pidana perkosaan ini kelihatannya sudah sangat


cukup jelas dan tidak ada lagi perbedaan pendapat antara orang yang satu dengan
orang lainnya dalam hal ini unsur dalam pasal tindak pidana perkosaan, tetapi
tindak pidana ini merupakan salah satu tindak pidana yang cukup sulit
pembuktiannya. Kesulitannya, yaitu pembuktian mengenai unsur penggunaan
kekerasan atau ancaman kekerasan. Apalagi delik perkosaan adalah delik aduan

Perbarengan tindak pidana (concursus) ialah terjadinya dua atau lebih tindak
pidana oleh satu orang di mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum
dijatuhi pidana, atau antara pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya
belum dibatasi oleh suatu putusan hakim jadi bila ada pertanyaan apakah terdapat
perbarengan pada kasus di atas jawaban nya adalah ada
Dalam hukum pidana, tindak pidana perbarengan atau Concursus terdiri dari tiga
hal, yaitu perbarengan aturan (concursus idealis), perbarengan perbuatan
(concursus realis), dan perbuatan berlanjut (concursus handelings). Ketiga bentuk
perbarengan tersebut bertujuan untuk mempermudah penjatuhan dan
penghitungan sanksi pidana atas beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh satu

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 63 berbunyi :

1. Jika satu perbuatan termasuk dalam lebih dari satu norma pidana, yang
dipakai hanya salah satu dari norma pidana itu, jika hukumannya
berlainan,

yang dipakai adalah norma pidana yang diancam pidananya yang terberat.

2. Jika bagi suatu perbuatan yang termasuk dalam norma pidana umum, ada
suatu norma pidana khusus, norma pidana khusus ini saja yang harus
dipakai.

Uraian pasal di atas menunjukkan bahwa apabila tingkah laku seseorang


dapat diatur oleh lebih dari satu pasal dalam hukum pidana, maka akan
digunakan sistem pemidanaan yang disebut sistem penyerapan.(absorbsi )

Dalam kasus di atas termasuk perbarengan perbuatan (concursus realis) karena


terpenuhinya unsur dengan arti sesungguh nya dari melakukan beberapahal dan
sekaligus karen terdapat 3 kejahatan yang di lakukan di kasus di atas baik
kejahatan terhadap nyawa(pengeroyokan ),jahatan terhadap harta
kekayaan(pencurian dengan kekerasan) dan kejahatan terhadap kesusilaan
(pemerkosaan)

Sifat-sifat dari concursus realis yaitu terdapat :

1) Seseorang pembuat

2) Serentetan tindak pidana yang dilakukan olehnya


3) Tindak pidana itu tidak perlu sejenis atau berhubungan satu sama yang
lain

4) Diantara tindak pidana itu tidak terdapat keputusan hakim.

Pasal 65 KUHP berbunyi sebagai berikut:

(1)Dalam gabungan dari beberapa perbuatan, yang masing-masing harus


dipandang sebagai perbuatan tersendiri-sendiri dan yang masing-masing menjadi
kejahatan yang terancam dengan hukuman utama yang sejenis, maka satu
hukuman saja dijatuhkan.

(2)Maksimum hukuman ini ialah jumlah hukuman yang tertinggi, ditentukan


untuk perbuatan itu, akan tetapi tidak boleh lebih dari hukuman maksimum yang
paling berat ditambah dengan sepertiga.

Sebagaimana ditentukan dalam pasal 65 KUHP di atas membahas tentang


gabungan kejahatan yang hukumannya sejenis.

Pasal 65 ayat (1) di atas dapat disimpulkan yaitu Apabila terdapat seseorang yang
melakukan beberapa kejahatan, akan dijatuhi satu hukuman saja apabila hukuman
yang diancamkan adalah sejenis hukuman. Sedangkan Pasal 63 ayat (2)
menyimpulkan hukumannya tidak boleh lebih dari maksimum bagi kejahatan
yang terberat ditambah dengan sepertiganya

Pasal 66 KUHP berbunyi sebagai berikut:


Dalam gabungan dari beberapa perbuatan, yang masing- masing harus dipandang
sebagai perbuatan tersendiri-sendiri dan yang masing- masing menjadi kejahatan
yang terancam dengan hukuman utama yang tidak sejenis, maka tiap-tiap
hukuman itu dijatuhkan, akan tetapi jumlah hukumannya tidak boleh melebihi

hukuman yang terberat sekali ditambah dengan sepertiga.18

Sebagaimana ditentukan dalam pasal 65 KUHP di atas membahas tentang


gabungan kejahatan yang hukumannya tidak sejenis. Maka semua jenis ancaman
pidana untuk tiap-tiap kejahatan dijatuhkan, tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi
maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga

Pasal 67 KUHP berbunyi sebagai berikut:

Jika dijatuhkan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, maka beserta
itu tidak boleh dijatuhkan hukuman lain dari pada mencabut hak yang tertentu,
merampas barang yang telah disita, dan pengumuman keputusan hakim.

Pasal 70 KUHP berbunyi sebagai berikut:

(1) Jika secara yang dimaksud dalam Pasal 65 dan 66 ada gabungan antara
pelanggaran dengan kejahatan, atau antara pelanggaran dengan pelanggaran maka
dijatuhkan hukuman bagi tiap-tiap pelanggaran itu dengan tidak dikurangi.

(2)Untuk pelanggaran, maka jumlah hukuman kurungan, termasuk juga hukuman


kurungan pengganti, tidak boleh lebih dari satu tahun empat bulan hukuman

kurungan pengganti, tidak boleh lebih dari delapan bulan.21

Pasal 70 KUHP memuat tentang gabungan kejahatan dengan pelanggaran atau


pelanggaran dengan pelanggaran. Maka dalam hal ini setiap kejahatan harus
dijatuhi hukuman tersendiri begitu juga dengan pelanggaran harus dijatuhkan
hukuman sendiri -sendiri. Apabila terdapat hukuman kurungan maka hal ini tidak
lebih dari satu tahun empat bulan sedang apabila mengenai hukuman kurungan
pengganti denda tidak boleh lebih dari delapan bulan

Maka dari itu menurut kronologi yang terbentuk maka pasti adanya pemberengan
yang di sertai pemberatan dengan mengambil hukuman yang terberat di tambah
1/3

Dari kasusi ini hukuman pidana yang terberat adalah pemerkosaan yaitu di ancam
maksimum nya adalah 12 tahun dengan pemberatan di tambahkan 1/3 dari 12
tahun yaitu menjadi 16 tahun

DAFTAR PUSTAKA

buku

Teguh Prasetyo, 2012, Hukum Pidana, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

E.Y Kanter & S.R Sianturi, 2002, Asas-Asas hukum Pidana Di Indonesia dan
Penerapannya, Jakarta: Storia Grafika

web

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c0492ada18fc/daluwarsa-
tindak-pidana-perkosaan-dan-penganiayaan/

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/17309

http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/2912

Anda mungkin juga menyukai