Anda di halaman 1dari 14

HUKUM PIDANA KASUS PEMERKOSAAN

PENYUSUN
POPY MAHARANI WAHYUDI (201103011238)
RAUDATUL JANNAH (201103011029)
RADEN MUHAMMAD GOZALI (201103010342)

DOSEN
NISA LESTARI

UNIVERSITAS IBN KHALDUN


BOGOR
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
2.1 Pengertian Hukum Pidana...............................................................................................
2.2 Pengertian Tindak Pidana Pemerkosaan..........................................................................
2.3 Dasar Hukum Tindak Pidana Pemerkosaan....................................................................
2.4 Unsur-Unsur Tindak Pidana Pemerkosaan......................................................................
2.5 Sanksi Bagi Pelaku Pemerkosaan....................................................................................
2.6 Kasus Pemerkosaan di Indonesia.....................................................................................
2.7 Analisis Contoh Kasus Pemerkosaan..............................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkosaan atau pemerkosaan punya arti yang luas. Namun, definisi perkosaan
dalam KUHP pasal 285 tergolong sempit. Perkosaan menurut undang-undang adalah
tindak persetubuhan berdasar ancaman atau kekerasan yang dilakukan pada
perempuan yang bukan istri sah.
Bentuk-bentuk pemerkosaan dapat dikelompokkan berdasarkan siapa yang
melakukan, siapa korbannya, dan tindakan spesifik apa yang terjadi dalam
pemerkosaan tersebut. Beberapa jenis pemerkosaan mungkin dianggap jauh lebih
parah daripada yang lain.
Perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual yang dapat
mengakibatkan cedera fisik serta trauma emosional dan psikologis. Setiap korban
bisa merespon peristiwa traumatis dengan caranya masing-masing. Maka dari itu,
dampak pemerkosaan bisa beragam pada masing-masing orang. Efek trauma bisa
bersifat ringan sampai serius dan fatal, serta terjadi dalam jangka pendek atau hingga
bertahun-tahun setelah mengalaminya.
Kasusnya pun variatif dan sangat kompleks, bahkan modusnya pun makin
canggih. Belum lagi tuntas membicarakan kasus kekerasan seksual pada anak yang
menjadi korban pedofil, justru sejumlah kasus pemerkosaan terhadap anak terus
terungkap. Kondisi ini pun semakin menguatkan asumsi bahwa Indonesia memang
benarbenar dalam kondisi darurat kekerasan seksual. Selain kekerasan seksual
terhadap anak, jumlah pemerkosaan di negeri ini juga tinggi. Berbagai dampak yang
akan ditimbulkan dari para korban kejahatan atau kekerasan seksual.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa motif tersangka menghabisi nyawa korban?


2. Bagaimana pelaku menghabisi nyawa korban?
3. Mengapa Pelaku di jerat pula hukuman mati?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

- Menambah pengetahuan betapa pentingnya menjaga diri


- Mengedukasi agar lebih paham bahwa kejahatan khususnya pemerkosaan saat
ini banyak di temukan di lingkungan sekitar
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUKUM PIDANA


Prof. Moeljanto
• Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yg berlaku di suatu
negara, yg mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :
1) menentukan perbuatan-perbuatan mana yg tidak boleh dilakukan, yg
dilarang, dg disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi
barangsiapa melanggar larangan tsb;  Criminal Act
2) menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yg telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yg telah diancamkan ;  Criminal Liability/ Criminal
Responsibility
1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum Pidana Materiil
3) menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tsb.  Criminal Procedure/ Hukum Acara Pidana.

Prof. Pompe
• Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang menentukan terhadap
perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah
macamnya pidana itu.

Prof. Simons
• Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-perintah dan larangan-larangan
yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa (pidana)
barangsiapa yang tidak mentaatinya, kesemuanya aturan-aturan yg menentukan
syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk
mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut.

Prof. Van Hamel


• Hukum Pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh
suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu
dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu
nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut.

2.2 PENGERTIAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN


Pemerkosaan berasal dari kata dasar “perkosa” yang berarti paksa, gagah, kuat,
perkasa. Memperkosa berarti menundukkan dengan kekerasan, memaksa, melanggar
dengan kekerasan. Sedangkan pemerkosaan diartikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia pemerkosaan memiliki unsur-unsur pria memaksa dengan kekerasan,
bersetubuh dengan seorang wanita. Jadi inti dari pemrkosaan adalah bersetubuh dan
disertai paksaan. Menurut KBBI, pengertian perkosaan diuraikan menjadi, Perkosa
yang memiliki arti gagah atau paksa sedangkan kekerasan memiliki arti perkasa.
Memperkosa merupakan menundukan dan sebagainya dengan kekerasan serta
melanggar (menyerang dan sebagainya ) dengan kekerasan. Sedangkan Perkosaan
merupakan perbuatan memperkosa, penggagahan atau paksaan disertai dengan
pelanggaran dengan kekerasan. Mengenai kekerasan dapat kita lihat pada Pasal 89
KUHP yang berbunyi “membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan
dengan menggunakankekerasan”.

2.3 DASAR HUKUM TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN


Pasal 285 KUHP hanya mengandung satu ayat dan mengatur tindak pidana
perkosaan secara umum. Disebutkan bahwa "barangsiapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling
lama 12 tahun". Dalam pasal 423 RUU KUHP tegas disebutkan bahwa batas.

2.4 UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN


minimal hukuman terhadap pelaku perkosaan adalah tiga tahun. Ini berbeda dengan
sistem yang dianut pasal 285 KUHP yang sekarang masih berlaku, yaitu minimal
satu hari. Ancaman hukuman maksimumnya tetap 12 tahun.
Unsur-unsur dari pasal 285 KUHPidana adalah : 1. Dengan kekerasan
atau dengan ancaman kekerasan; 2. Memaksa; 3. Seorang wanita; 4.
Wanita itu bukan isterinya/di luar perkawinan; 5. Bersetubuh/melakukan
persetubuhan dengan dirinya.

2.5 SANKSI BAGI PELAKU PEMERKOSAAN

Pemerkosaaan : Pasal 285

"Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun".
2.6 KASUS PEMERKOSAAN DI INDONESIA

Jakarta - Seorang karyawati berinisial HY (22) yang bekerja di PT DHI Blok D,


Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara menjadi korban
pemerkosaan pada Kamis (12/11) lalu.
Korban yang sempat melawan aksi bejat pelaku akhirnya tak berdaya dan menuruti
nafsu bejat pelaku yang tak lain adalah sopir angkot M25 Jurusan Grogol-Kota
dengan nomor polisi B-2997-PG.

Diketahui awalnya, HY seorang perempuan asal Cilacap sedang menunggu angkutan


umum di dekat tempatnya bekerja usai menjalankan shift kerjanya yang selesai pada
pukul 18.00 WIB.

Saat sedang menunggu angkot di Jalan Jembatan Tiga, Kelurahan Pejagalan,


Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara pada Pukul 19.30 WIB, melintaslah angkutan
umum M25 yang diketahui dikendarai Yogi (25), warga Jalan Kampung Renged,
RT04/RW02, Kelurahan Renged, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang.

"Di situlah awalnya korban ditawari oleh pelaku (Yogi) untuk diantarkan langsung
hingga ke rumahnya yang ada di wilayah Tangerang dengan alasan searah dengan
rumah pelaku," ujar Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Susetio Cahyadi,
Jumat (13/11) pagi kepada para jurnalis di Markas Polsek Metro Penjaringan.

Korban yang tidak memiliki prasangka buruk kemudian menaiki angkot pelaku dan
duduk di bangku depan atau tepat di samping pelaku yang menyetir kendaraan
tersebut.

"Pelaku kemudian membawa korban untuk diajak keliling wilayah Bandengan selama
kurang lebih tiga jam hinggga pukul 22.15 WIB, kemudian pelaku memberhentikan
kendaraannya di jalan layang Bandengan Selatan yang dikenal sepi pada jam
tersebut," lanjut Susetio didampingi Kapolsek Metro Penjaringan, AKBP Ruddi
Setiawan.

Diketahui saat berhenti Yogi mencoba merayu korban agar mau berhubungan intim
dengannya.

"Tetapi korban menolak dan berusaha mendorong pelaku yang berupaya memaksa
korban untuk bersetubuh dengannya, bahkan korban sempat melakukan perlawanan
dengan berupaya memecahkan kaca depan dengan lengan kanan dan kunci roda,"
tambah Susetio.
Pelaku yang sudah mengunci seluruh pintu dan menutup rapat seluruh bagian jendela,
kemudian memindah paksa korban dari bangku depan ke bangku penumpang bagian
belakang dan memaksa korban untuk melayani nafsu pelaku di lantai angkot tersebut.

Setelah memerkosa korban, pelaku berniat mengantarkan HY pulang ke rumahnya.


Korban menolak tawaran tersebut, lalu terjadi pertengkaran di antara mereka dan
korban sempat berteriak minta tolong. Teriakan korban inilah yang kemudian
memancing warga yang melintas dengan sepeda motor untuk berhenti karena
mendengar dan melihat korban lari dari angkot setelah berhasil membuka pintu
penumpang belakang.

Saksi HF dan SP yang berkendara dengan dua sepeda motor kemudian memberikan
pertolongan kepada korban untuk dibawa ke Pos Pol Jembatan Tiga, dan kemudian
dari tempat tersebut langsung diantarkan polisi ke Polsek Metro Penjaringan yang
jaraknya tidak jauh dari lokasi kejadian.

"Korban kemudian membuat laporan dan menyebutkan ciri-ciri angkot yang menjadi
tempat ia diperkosa, yakni nomor polisi, jurusan angkot, dan bagian lampu belakang
yang dimodifikasi," kata Susetio.

Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Atma Jaya untuk menjalani visum.

"Pelaku yang kabur dengan menggunakan angkot kemudian ditangkap oleh tim
Resmob Polsek Metro Penjaringan di tempat mangkal (pool) bayangan yang tidak
jauh dari lokasi Jalan Layang Bandengan Selatan setengah jam setelah korban datang
ke Polsek Metro Penjaringan untuk melapor," jelas Susetio.

Barang bukti yang diamankan kepolisian, yakni satu buah celana dalam perempuan
motif bunga berwarna putih dan pink, satu buah celana dalam laki-laki berwarna
merah, celana panjang denim berwarna biru, celana panjang wanita berwarna hitam,
dan satu unit kendaraan Kopamilet M25 jurusan Grogol-Kota dengan nomor polisi B-
2997-PG beserta kunci kontak kendaraan, serta satu buah kunci roda terbuat
dari stainless.

Atas perbuatannya, Yogi dijerat dengan Pasal 285 KUHP tentang pemerkosaan.
Pelaku diancam dengan hukuman penjara selama 12 tahun.
"Karena kondisi korban yang mengalami luka lebam karena dianiaya pelaku hingga
biru-biru dan korban mengalami trauma mendalam, maka kita akan menerapkan
pasal-pasal yang bisa kita terapkan terhadap pelaku untuk memperberat hukuman,"
tutup Susetio.

2.7 ANALISIS CONTOH KASUS PEMERKOSAAN

KESIMPULAN
Kasus pemerkosaan adalah tindakan kriminal yang perlu mendapat perhatian khusus.
Tindakan perkosaan merupakan tindakan yang sangat merugikan bagi kaum
perempuan karena merampas secara paksa sesuatu yang dianggap paling berharga
bagi kaum perempuan. Beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi menganggap
bahwa dengan pelaku sudah dihukum maka kasus dianggap sudah selesai, padahal
korban pemerkosaan sangatlah memerlukan penanganan trauma paska pemerkosaan.
Kampanye yang dibuat ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran bagi korban
dengan keterbukaan mereka akan membuat trauma yang dialaminya sedikit-sedikit
akan pulih. Dalam kasus ini pelaku dijerat pasal 285 KUHP tentang Pemer

DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/jenis-dan-dampak-pemerkosaan/

https://law.ui.ac.id/v3/bahaya-dampak-kejahatan-seksual/

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15843/7.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y#:~:text=Dari%20pengertian%20pengertian%20diatas
%20dapat,kekerasan%20ataupun%20ancaman%20kekerasan%20sehingga

Soetandyo Wignjosoebroto dalam Suparman Marzuki (et.al), 1997, Pelecehan Seksual, Yogyakarta,
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia,

http://repo.unsrat.ac.id/1431/1/SUATU_TINJAUAN_TERHADAP_TERHADAP_PERKOSAA
N_MENURUT_PASAL_285_KUHPIDANA.pdf

https://www.beritasatu.com/amp/megapolitan/321782/ini-kronologi-pemerkosaan-karyawati-
dalam-angkot

Anda mungkin juga menyukai