DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................... 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan staats
fundamental norm atau dasar falsafah negara yang digunakan untuk
pembentukan hukum, penerapan hukum, dan pelaksanaannya yang tidak
dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila. Dalam sila pertama Pancasila,
ketuhanan menggambarkan norma agama dalam kehidupan bernegara.
Agama sebagai nilai dasar kehidupan berbangsa menjadikan
kehidupan bermasyarakat lebih beretika dan bermoral, sesuai dengan nilai-
nilai yang dilahirkan oleh agama dan dianut secara universal dalam
peraturan perundang-undangan. Demi mewujudkan dan memajukan
kehidupan yang bermoral, makmur dan sejahtera yang menjadi hak setiap
warga negara, sehingga dalam pelaksanaanya, setiap orang tanpa
memandang lapisan sosial masyarakat harus patuh dan taat pada peraturan
yang telah ditetapkan sebagai suatu norma hukum.
Negara dalam menjalankan fungsinya memiliki peran yang penting
dalam kesejahteraan masyarakatnya, hal ini dapat dilihat pada pasal 27 ayat
(2) UUD yang mengamanatkan bahwa
“setiap orang berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusian.”
Hak atas pekerjaan bagi setiap orang terkandung dalam Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (HAM) diakui sebagai hak yang utama dalam hukum
HAM Internasional dan Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya sebagai
hak atas pekerjaan menekankan pengembangan ekonomi, sosial dan
budaya.
Pelacuran adalah sebuah aktivitas yang terdapat ketentuan yang dapat
diidentifikasi yakni pertukaran antara uang dengan seks. Pelacuran
bertentangan dengan definisi sosiologi dari kejahatan (Sociological
Definition of Crimse), karena dikategorikan sebagai perbuatan jahat yang
1
2
dengan 1,8 juta infeksi baru di tahun yang sama. Berdasarkan Laporan
Perkembangan HIV/AIDS dan Infeksi Seksual Menular.
perbuatannya sehingga hukum Pidana positif Indonesia saat ini masih belum
memberikan kepastian hukum yang adil serta pelakuan yang sama
dihadapan hukum sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28D.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis dapat
menyusun rumusan masalah yang nantinya akan dikaji secara lebih
mendalam dalam bab pembahasan. Adapun rumusan masalah dalam
penulisan hukum ini adalah:
1. Bagaimana sudut pandang ideologi pancasila tentang tindak pidana
prostitusi ?
2. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengantisipasi tindak pidana
prostitusi ?
6
HASIL PENELITIAN
7
8
1. Mucikari
Mucikari atau dalam kamus besar bahasa Indonesia merujuk kepada
kata Muncikari adalah induk semang bagi perempuan lacur atau
germo. Namun pemahaman masyarakat secara luas adalah orang
yang berperan sebagai pengasuh, perantara, dan "pemilik" pekerja
seks komersial (PSK). Dalam kebanyakan bisnis seks, khususnya
yang bersifat massal, pekerja seks biasanya tidak berhubungan
11
Negara hukum atau biasa yang disebut dengan istilah rechtsstaat atau
the rule of law merupakan negara yang dalam menjalankan suatu tindakan,
semua berdasarkan pada aturan atau sesuai dengan hukum yang berlaku.
Jika ada seseorang yang melakukan tindakan melanggar aturan, maka ia
berhak untuk mendapatkan suatu hukuman karena dianggap melanggar
hukum. Ciri-ciri negara hukum, yaitu :
A. Kesimpulan
Prostitusi merupakan aktivitas relasi seksual dengan pasangan di
luar ikatan perkawinan dalam motif transaksi berupa uang atau materi
lainnya dan pelampiasan nafsu seksual. Bisnis prostitusi yang berakar dalam
kehidupan manusia, menjadikan tubuh dan seksualitas manusia sebagai
komoditas atau barang yang dapat ditawar dan diperdagangkan oleh pihak-
pihak tertentu.
Prostitusi telah merenggut tubuh dan seksualitas sebagai anugerah
atau pemberian yang istimewa dari Tuhan Yang Maha Esa bagi manusia,
demi mencapai tujuan yang diinginkan oleh pihak-pihak tertentu.
Perempuan dalam bisnis prostitusi mengorbankan kesucian tubuh dan
seksualitasnya untuk dinikmati oleh orang-orang yang ingin melampiaskan
nafsu seksualnya. Perihal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
imbalan berupa uang atau materi lainnya. Uang dan materi lainnya telah
menjadikan perempuan dalam prostitusi tidak menghargai martabat
kewanitaannya sebagai subjek yang melahirkan generasi manusia di dunia.
Di satu sisi, keterlibatan kaum laki-laki dalam dunia prostitusi hanya sebatas
pelampiasan nafsu seksual yang tidak terkontrol secara baik. Laki-laki yang
melakukan relasi seksual dalam dunia prostitusi, telah menjadikan tubuh
perempuan sebagai objek yang dapat ditawar dan dipakai untuk
melampiaskan nafsu seksualnya.
Keberadaan laki-laki dalam dunia prostitusi telah meruntuhkan
martabatnya sebagai subjek yang seharusnya mencintai, menjaga dan
melindungi kaum perempuan, sebab kaum perempuan adalah manusia yang
tercipta dari rusuk laki-laki. Keduanya (laki-laki dan perempuan) saling
mengobjekkan dalam aktivitas relasi seksual sebab memiliki tujuan yang
24
25
B. Saran
1. Peraturan perundang-undangan yang ada harus lebih ditegakkan, agar
tidak terjadi tindak kejahatan di masyarakat.
2. Pihak kepolisian harus lebih tegas agar tidak banyak korban dari
Prostitusi ini.
26