BAB I
Pendahuluan
makmur dan sejahtera yang menjadi hak setiap warga negara itu, maka setiap
warga negara dilindungi haknya berdasarkan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
kuat dalam melindungi hak asasi manusia pada bidang penghargaan atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak atau sesuai dengan martabat manusia.
peranan yang sangat stategis sebagai landasan dan strategi negara untuk
pidana, dimana kebijakan hukum pidana itu bagaimana hukum pidana yang
(Arief 1996) Salah satu contoh perbuatan yang dilarang oleh peraturan
ini sebagaimana yang dikenal sebagai pelacuran atau di masa sekarang lebih
disebut dengan pelacuran ini tetap menjadi permasalahan yang serius bagi
rakyat bangsa Indonesia sedari dahulu sebelum kriris ekonomi di alami oleh
atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut
pelacur, yang mana sekarang lebih dikenal dengan istilah pekerja seks
barang atau hadiah dan juga pemuasan hasrat batiniah jadi termasuk dalamnya
bukan hanya persetubuhan saja tetapi ada yang ingin dicapai atau dimiliki.
yang dikatakan oleh Dirdjosisworo terdapat tiga unsur yakni penyerahaan diri
pemerintah menyadarinya atau tidak padahal kegiatan ini dianggap tidak etis.
bahkan di seluruh dunia padahal kegiatan ini dianggap tidak etis. Merujuk
pada Konvensi PBB 1949 tentang perdagangan manusia, pelacuran dan atau
pelacuran, karena bukan hanya menyangkut persoalan tidak etis, tetapi juga
telah sangat menciderai jati diri bangsa yang tersohor luhur dan menjunjung
gangguan atau hambatan bahkan ancaman bagi ketahanan bangsa baik pada
seksual, yang menyimpang dari nilai sosial, agama, kesopanan dan moral
bangsa Indonesia. Dengan kata lain, juga mencederai atau melecehkan nilai-
pada sila pertama yakni Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana kegiatan
pelacuran merupakan suatu perbuatan yang sangat dilarang oleh Aturan atau
perzinahaan sangatlah dibenci oleh Tuhan, hal ini juga terkait dengan Sila
sebagai mahkluk paling dimuliakan dari segala ciptaan Tuhan Yang Maha
lain menjadi seorang pelacur karena banyak pelacur yang melacurkan diri
diperlakukan tidak manusiawi oleh mucikari atau germo atau orang yang
ekonomi. Mayoritas para pekerja seks komersil yang terjerumus dalam dunia
kebutuhan rohani atau dengan nama lain adanya suatu bentuk penawaran
kehidupan bermasyarakat karena tidak hanya dilarang oleh norma agama saja,
tetapi juga bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setiap hati nurani
pelacuran ini, yakni pelacur (prostitute), mucikari atau germo (pimp), dan
merusak generasi muda, jika tetap dibiarkan akan menimbulkan pro dan
ekonomi bagi para pelaku bisnis pelacuran (pelacur dan mucikari/germo) dan
kontra.
7
dari pelakunya, tetapi dari segi medis juga menimbulkan penyakit kulit dan
kelamin salah satunya adalah HIV- AIDS yang dapat menular kepada bayi
129.906 kasus, 79.671 akibat dari hubungan seksual baik lain maupun sesama
Sukamara 2019)
pelacuran tidak lagi hanya menempatkan orang dewasa sebagai salah satu
subjek komponen pelacur/PSK, ada suatu trend yang tabu terjadi dimana hal
operandi penipuan dalam hal ini ada kalanya kaum perempuan dan anak-anak
yang awalnya enggan menjadi pelacur karena diancam dan dipaksa akhirnya
atau pemuas hasrat nafsu sex dari seseorang atau kelompok tertentu yang
8
haruslah dapat ditelaah dari dua sisi, yakni faktor endogen dan eksogen.
Diantara endogen (dalam) dapat disebutkan hasrat sex yang besar, sifat malas
dan keinginan yang besar untuk hidup mewah, sedangkan faktor eksogen
(luar) yang utama adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi yang sulit
banyak tanpa harus bekerja keras. Namun, ada lagi faktor penyebab kegiatan
pelacuran yakni faktor kurangnya kasih sayang dari orangtua atau pengaruh
kegiatan pembelian atas jasa seks, sedangkan negara Itali mencapai 45%,
negara Spanyol 39% membeli seks, negara Jepang 37%, Cina 20% dari
populasi, Belanda sebanyak 21,6% dan Amerika Sekitar mecapai sekitar 15-
20% laki- laki membayar untuk jasa seks. Sedangkan Data Kementerian
Kesehatan jumlah warga negara Indonesia yang membeli seks berbayar pada
pelacuran dalam hal ini keterkaitan ketiga komponen yakni mucikari atau
germo, pekerja seks komersil dan pengguna pekerja seks komersil baik dalam
kesusilaan seperti pada pasal 281 sampai pasal 303, khususnya pasal 296 dan
10
pasal 506 tidak menjerat perbuatan pekerja seks komersial maupun pengguna,
diberatkan kepada mucikari, padahal dalam hal ini ada dua komponen
utama lainnya yang terkait yakni pekerja seks komersil dan termasuk di
menjadi polemik sebab pekerja seks komersil dan pengguna pekerja seks
berkembang dimasyrakat jika dapat diasumsikan pula pekerja seks komersil itu
sebagai korban, namun pada kenyataan dilapangan justru dijumpai banyak pekerja
atau germo atau pemilik tempat dimana pekerja seks komersil tersebut
pengguna jasa pekerja seks komersil maupun pekerja seks komersil itu
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda
Di KUHP Lama dijelaskan dalam Pasal 296 dan 506 bahwa perbuatan PSK
mucikari dan makelar atau calo dari perbuatan pelacuran, tidak diterapkan
pada wanita hidung belang dan lelaki yang berkunjung. Berlanjutan pada
KUHP Baru Tahun 2023 pada pasal 420 mirip maknanya dengan isi pada
pasal 296 KUHP Lama dan pasal 421 penekanan yang sama dengan makna
victim) bahwa pekerja seks komersil dan pengguna jasanya termasuk korban
tetapi juga sebagai pelaku dalam perbuatannya sehingga hukum Pidana positif
Indonesia saat ini masih belum memberikan kepastian hukum yang adil serta
Prinsip nullum delictum noela poena lege praevia yakni tiada pidana
yang melacurkan diri dengan atau tanpa mucikari bukan termasuk kejahatan
12
dari sudut pandang agama, adat istiadat, dan kesusilaan dalam masyarakat.
Hal yang sama berlaku dalam pengguna jasa, Pasal 284 KUHP mengatur
ketentuan lain untuk menjerat pengguna jasa pekerja seks komersil. Pasal ini
bahwa delik Pasal 284 KUHP ini merupakan delik aduan sepanjang tunduk
pada Pasal 27 BW yang menjelaskan bahwa dalam satu waktu, seorang pria
perempuan diizinkan memiliki satu pria sebagai suaminya. Jika tidak, maka
pasal ini tidak dapat digunakan untuk menjerat pengguna jasa pekerja seks
komersil dikarenakan hanya dapat berlaku pada salah satu pengguna jasa
pengguna jasa dan pekerja seks komersilnya belum terikat perkawinan maka
hanya mengatur tentang mucikari atau germo saja, hal inilah yang
pelacuran sebagai suatu perbuatan yang melanggar norma antara KUHP yang
Seks Komersil, Dan Pengguna Jasa Pekerja Seks Komersil) dalam kegiatan
Hal ini menjadi pengamatan yang menarik, karena dalam konteks peraturan
dalam undang-undang maka dalam aturan hukum di tingkat daerah dapat saja
policy) dengan menggunakan sarana hukum pidana (penal) dan oleh karena itu
hukum nasional yang sesuai dengan aspirasi dan tata nilai yang bersumber dari
bangsa Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan kehendak negara adil dan
pengguna jasa pekerja seks komersil dan pekerja seks komersil termasuk
dan terpadu baik hukum pidana, hukum perdata, maupun hukum administrasi,
substansinya saja, akan tetapi selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang ada.
melakukan reorientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai dengan nilai-
nilai sosio politik, sosio filosofik, dan sosio cultural masyarakat Indonesia
dengan menggunakan sarana hukum pidana (penal), dan oleh karena itu
menetapkan suatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana menjadi suatu
mendatang.
bahwa yang dilarang oleh aturan hukum adalah perbuatannya, dan yang
untuk mengadakan penelitian ini akan dituangkan dalam suatu karya tulis
Pidana Indonesia ”
a. Manfaat Teoritis
sehingga studi hukum tidak hanya dipahami dari sudut legalitas formal
yang lain.
b. Manfaat Praktis
dan pembahasan yang berkaitan dengan judul di atas telah diteliti oleh
Bentuk,
Tahun Dan Judul
No Rumusan Masalah Hasil Penelitian
Nama Penelitian
Peneliti
1 Disertasi, Bobot 1. Faktor gangguan Menelusuri bobot
Abd. Wahab Pengaruh kepribadian sangat pengaruh antara Faktor
Talib Faktor memberikan Kepribadian dan
(Program Kepribadian pengaruh terhadap Lingkungan sosial
Doktor UIN dan Lingkung perilaku Pelacuran, terhadap perilaku
Sunan Sosial terhadap Diperoleh hasil Pelacuran Pekerja Seks
Kalijaga Perilaku statistik bahwa Komersial, sebagai bahan
Yogyakarta), Pelacuran faktor kepribadian masukan dan solusi kritis
2007 (Study Tentang memberi pengaruh pada lembaga yang konsen
Pekerja Seks pada munculnya terhadap penanggulangan
Komersial di PSK antara lain, masalah PSK
Kota stresor kehidupan
Gorontalo yang berlangsung
suatu cepat, mendadak dan
Pendekatan sangat menonjol dan
Psikologi sering tidak bisa
Islam) dikendalikan, tidak
bisa diramalkan dan
tidak bida diinginkan
oleh individu
memaksa seorang
utnuk mencari jalan
pintas untuk keluar
dari masalah, serta
adanya stress dalam
perkawianan 2.
20
Faktor lingkungan
sosial yang
berpengaruh pada
munculnya PSK
antara lain faktor
pendidikan, status
pekerjaan stresor,
alasan, stres
perkawinan, masalah
keluarga
2 Disertasi, Penguatan 1. kebijakan (1) hal-hal yang menjadi
2016 Kebijakan kriminal yang penyebab kebijakan
Hervina Kriminal diterapkan belum kriminal yang diterapkan
Puspitosari Dalam Upaya mampu belum mampu
Penanggulanga menanggulangi menanggulangi cyber
n Cyber cyber prostitution prostitution belum ada
Prostitution 2. penguatan undang-undang yang
kebijakan melarang kerja seks.
kriminal yang Multitafsirnya makna
ideal dalam upaya “kesusilaan” dalam
menanggulangi ketentuan Undang-undang
cyber prostitution Nomor 11 Tahun 2008
di Indonesia tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
mengakibatkan lemahnya
implementasi peraturan.
Hambatan dari struktur
hukum antara lain masih
lemahnya sumber daya
manusia khususnya
penyidik yang memiliki
21
persamaan dan perbedaan yang jelas baik secara substansi maupun pokok
antara lain :
hukum umum atau teori khusus, konsep hukum, atas dasar hukum, peraturan
hukum, norma-norma serta hal lain yang akan digunakan sebagai dasar
whole”.(Van Hoecke 2011) Dalam konteks ini hanya fokus pada masalah
teori yang bisa dipakai sebagai landasan teoritis dengan mengkaji serta
penting di dalam suatu riset, karena manfaat teori hukum dalam penelitian
(Fajar and Achmad 2010) Suatu Undang-undang dapat ditelaah dari sudut
pandang normative, secara garis besar ilmu hukum bisa ditelaah dengan
demikian jelas agar dapat menelaah suatu masalah hukum secara mendalam
(Burhan 2004)
pidana dan teori pemidanaan. menggunakan teori-teori dari para sarjana dan
A. Teori Keadilan
Pada sub bab ini akan dibahas teori keadilan yang sekiranya
pada penelitian ini. Keadilan kata dasarnya “Adil” berasal dari bahasa
ketidak jujuran. jadi orang yang adil adalah orang sesuai dengan
26
keadaan bila setiap orang mempcroleh apa yang menjadi haknya, dan
jika suatu aturan diterapkan pada semua kasus di mana menurut isinya
suatu aturan diterapkan pada satu kasus tetapi tidak pada kasus lain
yang sama. Keadilan dalam arti legalitas adalah suatu kualitas yang
atau tidak adil berarti legal atau illegal, yaitu tindakan tersebut sesuai
atau tidak dengan norma hukum yang valid untuk menilai sebagai
itu, sesuatu hal yang pasti adil adalah bahwa prinsip keadilan
kondisi untuk apakah institusi (dalam hal ini negara) yang ada harus
bersifat adil. Itu berarti kewajiban yang dituntut pada institusi hanya
mengenai urgensi.
B. Teori Perundang-undangan
dengan ajaran Hans Kelsen mengenai Stufenbau des Rerht atau The
suatu susunan berjenjang dan setiap kaidah hukum yang lebih rendah
des Recht, harus dihubungkan dengan ajaran Kelsen yang lain yaitu
Reine Rechtslehre atau The pure theory of law (teori murni tentang
hukum) dan bahwa hukum itu tidak lain “command of the sovereign”
beragam dan menyebar. Norma dasar teratas adalah abstrak dan makin
ke bawah semakin konkret. Daram proses itu, apa yang semula berupa
29
dilakukan.
dalam hal ini norma yang lebih rendah (inferior) dapat dibentuk oleh
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norrna yang lebih tinggi
berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi
ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dari fiktif, yaitu Norma
Dasar (Grundrorm).
antara grundnorm yang ada pada tata hukum A tidak mesti sama
yang lebih tinggi sampai akhirnya pada suatu hypothese yang pertama.
Karena suatu norma hukum itu valid lantaran dibuat menurut caara
yang ditentukan oleh suatu norma hukum lainnya, dan norma hukum
pertama.
ditentukan oleh norma lain yang lebih tinggi lagi, dan bahwa regresys
asas tertentu, yaitu : Asas yang bersumber pada politik konstitusi dan
unsur harus dilihat dalam kaitannya dengan unsur lainnya dan dengan
keseluruhannya.
sistem adalah sebagai berikut: suatu sistem hukum itu dapat disebut
baru di masyarakat.
1. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel
terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa
seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan
dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap adanya
kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.
2. Kemanfaatan
Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak
hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi
masyarakat, jangan sampai timbul keresahan di dalam
masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum.
3. Keadilan
Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat
umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan.
Sebaliknya keadilan bersifat subyektif, individualistis, dan
tidak menyamaratakan.
37
Bagan 1.
Reorientasi bekerjanya Hukum dalam Masyarakat
Sanksi Sosial
STRUKTUR
KAIDAH SISTEM
HUKUM
NORMATIF HUKUM
TIMBUL
MODERNISAS
PERUBAHAN
KESENJANGAN I
TERJADI
EVOLUSI
PERUBAHAN
KESADARAN
HUKUM
FUNGSI HUKUM SEBAGAI SARANA
PENGENDALIAN SOSIAL DAN SARANA
KONTROL SOSIAL
DIBUTUHKAN HUKUM
FORMAL
IMPLEMENTASI
PENGARUH PENAFSIRAN
PENGATURAN
FAKTOR
METODE
PENAFSIRAN
38
budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living law) yang dianut
“To begin with, the legal sytem has the structure of a legal system
consist of elements of this kind: the number and size of courts;
their jurisdiction …Strukture also means how the legislature is
organized …what procedures the police department follow, and so
on. Strukture, in way, is a kind of crosss section of the legal system…
a kind ofustill photograph, with freezes the action.” (Lawrence M
Friedman, 2019)
(Sistem hukum pada awalnya memiliki struktur sistem hukum yang
terdiri dari unsur-unsur seperti: jumlah dan ukuran pengadilan;
yurisdiksi mereka …Struktur juga berarti bagaimana badan legislatif
diatur …prosedur apa yang diikuti oleh departemen kepolisian, dan
seterusnya. Struktur, dengan cara, adalah semacam penampang
sistem hukum ... semacam foto diam, dengan membekukan
tindakan).
yang berwenang mereka periksa), dan tata cara naik banding dari
badan legislativ ditata, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
system …the stress here is on living law, not just rules in law
adalah hukum yang hidup, bukan hanya aturan dalam buku hukum).
perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Jadi substansi
mean people’s attitudes toward law and legal system their beliefu…in
dari sistem hukum, budaya hukum. Yang kami maksud dengan ini
40
efektif.
yang dihasilkan atau dikerjakan oleh mesin itu dan “kultur hukum”
HUKUM
MENGHASIL DUA
PARADIGMA
Per UU-an
Pengkajian
Hukum
Pendidikan
Hukum
42
dan ide-ide moral yang sebagian besar kita pegang. Fungsi hukum
melindungi warga dari apa yang bisa menyerang atau melukai mereka,
warga , atau berusaha memperkuat pola tingkah laku tertentu, lebih dari
tepat tanpa adanya peran aktor lain yang dekat dengan masyarakat
kebijakan. Selain itu, kalangan swasta dan masyarakat sipil juga dapat
lepas dari perubahan wacana dalam proses kebijakan ini. Selama ini
tentang poltik hukum pidana acap kali dikenal dengan beragam istilah,
serta untuk suatu ketrampilan yang logis, yang mana para pakar serta
praktisi, para pakar kriminologi serta pakar hukum bisa bekerja sama
dan bukan sebagai pihak yang berselisih, namun sebagai team yang
46
antara lain :
dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa
tersebut dapat mencakup ruang lingkup yang cukup luas. Hal tersebut
undangan pidana yang baik agar sesuai dengan keadaan pada waktu
pula kebijakan dalam menangani dua maslah sentral diatas harus pula
“kebijakan kriminalisasi”.
dan oleh karena itu termasuk bagian dari “kebijakan hukum pidana”
E. Teori Pemidanaan
bahwa istilah hukuman berasal dari kata straf dan istilah dihukum
pidana untuk kata word gestraft. Hal ini disebabkan apabila kata straf
hasil atau akibat dari penerapan hukum tadi yang mempunyai arti lebih
luas, sebab dalam hal ini tercakup juga keputusan hakim dalam
keadilan.”
di kemudian hari.
Dakwaan 2011)
1. Teori Retributif
perbuatan jahat. Teori ini ada dua corak, yaitu corak subjektif
2012)
pertama.
perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup
dalam bidang moral, sudah jarang ditemukan lagi. Oleh karena itu,
2007)
59
sejak hari yang paling awal dalam kehidupan mereka dan pandangan-
ada suatu penyebab tunggal untuk suatu hal yang rumitnya seperti ide-
ide moral. Perintah ditanamkan secara langsung oleh para orang tua,
yang menjadi dasar bagi hukum) merupakan salah satu faktor prinsipil
Heryani 2012)
Alasan untuk itu sederhana saja, yaitu karena pikiran atau aliran
dewasa ini.
60
dengan urgensi dari penelitian tersebut maka dari itu teori ini dapat
1) Pelacuran
menjual jasa seksual disebut WTS, yang kini kerap disebut dengan
sesaat, yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja, untuk imbalan
pola organisasi impuls atau dorongan seks yang tidak wajar dan
afeksi sifatnya.
(1) bayaran,
(2) perselingkuhan,
(3) ketidak acuhan emosional, dan
(4) mata pencaharian.
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda
paling banyak lima belas ribu rupiah.” Bagian inti delik (delicts
ada yang perlu dicermati di sini adalah bahwa arti pelacuran adalah
diberi sebutan Wanita Tuna Susila (WTS). Ini artinya bahwa para
buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat,
Jika dilihat dari pandangan yang lebih luas, kita akan mengetahui
pelacuran, yaitu :
nikah.
66
bahwa:
berikut:(Kartono 2005)
dunia pelacuran dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan
2) Kriminalisasi
perbuatan yang semula bukan tindak pidana atau tidak diatur dalam
karena itu dapat dipidana oleh pemerintah dengan cara kerja atas
masyarakat.
Effendi dkk;
kriteria diantaranya :
atau tidak langsung dimana hukumnya belum ada atau tidak diatur
perbuatan tersebut.
(Koentjaraningrat n.d.)
dalam kejahatan.
dengan kata lain asas hukum adalah konsepsi dasar, norma etis, dan
a. Asas legalitas
b. Asas Subsidaritas
wibawa.
(Saleh 2008)
3) Tindak Pidana
pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan
diancam pidana. Asal saja dari pada itu diingat bahwa larangan itu
arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
kehidupan masyarakat.
yakni straf, baar, dan feit. Straf berarti hukuman (pidana), baar
adalah:
a. Peristiwa pidana
b. Perbuatan pidana
c. Pelanggaran pidana
d. Perbuatan yang dapat dihukum.(Masruchin 2001)
daerah.
82
terdiri atas tiga kata yaitu: straf, baar dan feit. Yang masing-masing
memiliki arti:
aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi siapa
ini sebagai aliran monistis tentang delik. Ahli hukum yang lain,
dipertanggung jawaban.
kehidupan masyarakat.
kejahatan.
dalam dua kelompok besar yaitu, dalam Buku Kedua dan Ketiga yang
(Saleh 1983)
undang.
perbuatan.
Pasif
kodifikasi tersebut.
Geprevisilierde Delicten).
yang berhak.
objektif
tindakannya.
orang
mengemukakan bahwa ;
b. Unsur Objektif
Unsur Objektif merupakan unsur dari luar diri
(Arief 2009)
hukum pidana yang selama ini diberbagai negara berasal dari hukum
asing dari zaman kolonial yang pada umumnya telah asing dan tidak
Indonesia.
95
1945.(MD 2014)
96
kejahatan);
hukum.
(Suartha 2015a)
98
5) Pertanggungjawaban Hukum
diatur oleh hukum dan/atau memiliki relevansi hukum. Dalam hal itu
Beban tanggung jawab dan tuntutan ganti rugi atau hak itu
ataupun pemerintah.
sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, baik peranan itu
2014)
100
hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal
yaitu: liability (the state of being liable) dan responsibility (the state
sendiri;
orang lain;
arti liabilty, sedangkan jika dilihat sebagai suatu konsep yang terkait
baur (interminglend).
104
dalam arti yang luas terdiri atas hukum pidana (substantif atau
sebagai berikut:
1) Hukuman Mati
yaitu:
3) Penghukuman Bersyarat
tertentu.
4) Denda
5) Hukuman Tambahan
sebagai berikut:
melakukannya).
dipisahkan.
en interessen).
Latar Belakang :
Filosofi : Pelacuran itu bentuk kegiatan penistaan terhadap amalan ide-ide Pancasila yang mana dilihat
dari sila pertama penistaan terhadap norma agama , sila kedua yang mana merendahkan derajat dan harkat
martabat manusia ( Wanita / perempuan ), sila lima yang mana mayoritas para pekerja seks komersial
terjerumus dikarenakan ekonomi sehingga, ini masih jelas belum adanya perwujudan dari sila kelima
( kemakmuran dan kesejahteraan ).
Sosiologi : Perbuatan pelacuran selama ini hanya memberikan saksi kepada mucikari saja padahal
stakeiholder adanya pelacur, mucikari dan penikmat jasanya.
Yuridis : Dasar hukum terkait pengaturan pelacuran sebagai tindak pidana hanya memberikan sanksi
kepada mucikari ( Pasal 296 KUHP ) dan penyedia fasilitas ( pemilik penginapan / hotel ) sebagaimana
yang tertuang dalam Pasal 506 KUHP.
Theory
Metode Penelitian
Pendekatan UU
Kesimpulan dan Rekomendasi
Yuridis Normatif Studi Dokumen
Pendekatan
Perbandingan
Kerangka Konseptual :
finding the law that governs an activity and materials that explain or
(interpretation).(Hockce 2000)
berdasarkan disiplin ilmiah dan cara kerja ilmu hukum yang menjadi
119
mengenai hal ini namun masih sering menjadi bahan perdebatan. Menurut
(Hutchinson 2006)
beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal itu dilakukan karena
memang belum atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang
2011)
penelitian ini.
dibahas dari sudut pandang cabang ilmu yang lain sehingga hasil
bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder serta bahan hukum tersier. Bahan hukum primer yaitu
Lembaga Negara.
studi pusataka, studi dokumen, dan studi catatan hukum. Pustaka yang
atau bab Pendahuluan. Didalam bab penulisan hukum ini terdiri dari empat
sebagai titik tolak penelitian ini.Agar penelitian ini mencapai sasaran yang
keadilan, teori sistem hukum dan teori kebijakan hukum pidana, materi-
penulis.
Dalam Bab III sesuai dengan rumusan masalah kedua, bab ini
moral (moral sense theory) sehingga nanti dapat menjadi pisau analisa yang
kesimpulan dan saran tindak lanjut yang akan menguraikan kesimpulan dari
BAB II
dengan kata asing pelacuran; berasal dari bahasa latin “prostituo”, yang kira-
“perzinahan”.(Soedjono 2010)
kesebadanan antara seorang yang telah berkeluarga (bisa suami, bisa isteri),
dengan orang lain yang bukan isteri atau suaminya, atau dengan kata lain
perzinahan sebagai perbuatan yang bisa dilakukan baik oleh wanita maupun
bahwa dalam pentas pelacuran, seorang pelacur bisa seorang wanita bisa pula
organisasi impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi, dalam
korban sekaligus sebagai pelaku atau dapat dikatakan sebagai kejahatan tanpa
tertentu.
pelacuran tetapi esensi hampir sama, namun berbeda dengan George Ryley
Memang selain pelacur wanita ada juga pelacur laki-laki yang disebut
gigolo, namun pelacur laki-laki tidak dibahas dalam tulisan ini, sependapat
Pengertian ini hampir sama dengan definisi yang dinyatakan oleh T.S.G Mulia
Pelacur dapat terjadi pada seorang wanita maupun pria berhubungan kelamin,
luar nikah. Namun apapun namanya pelacur dibenci tetapi disenangi bagi yang
rendahan (low class) ada pula pelacuran kelas tinggi (the highest class) yang
hanya melayani panggilan ke hotel-hotel atau yang sejenisnya, dalam hal ini
ada yang beroperasi sendiri maupun yang berada di dalam kekuasaan germo
dan ada pula yang dilokalisir. Pelacuran di Indonesia telah ada di tengah-
Indonesia merdeka sebagai akibat peperangan yang berlangsung lama dan juga
ratusan bahkan ribuan pelacur baik yang diatur oleh Pemerintah daerah
maupun yang setengah resmi dan liar yang banyak di jumpai di beberapa kota
tentang pelacuran.
UUD 1945. Menurut Departemen Sosial RI, pelacuran adalah Setiap hubungan
kelamin di luar perkawinan yang syah (sic) antara laki-laki dan wanita yang
keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang lain. Pelacuran merupakan sistem
pencaharian nafkah yang tidak halal, bertentangan dengan UUD 45, agama dan
yang berfungsi sebagai istri dan wanita yang berfungsi atau bertugas sebagai
service selama jangka waktu yang tidak terbatas, dan karena "dimiliki" secara
dimana sex service hanya bersifat temporer. Dalam hal ini Simone tidak
dari hubungan seks tanpa diskriminasi dari seorang wanita dengan pria siapa
saja.
1. Adanya unsur pembayaran jasa, apakah itu dalam bentuk uang, barang
atau keuntungan materi lainnya, semua itu bergantung pada struktur dan
sistem ekonomi.
2. Unsur diskriminasi atau pilihan lazimnya hubungan promiskuitas itu
tidak harus selamanya merupakan hubungan antara dua jenis seks yang
berlawanan.
3. Ada unsur eros ataupun unsur emosi yang melukiskan tingkat intimitas,
namun pada umumnya terdapat sikap emosi tanpa pilih kasih.
oleh wanita kepada banyak laki-laki (lebih dari satu) dengan imbalan
menjual diri kepada siapa saja atau banyak laki-laki yang membutuhkan
133
Ada yang berpendapat bahwa laki-laki dapat pula menjadi pelacur, atau
juga pendapat yang mengatakan hubungan seks yang tidak sewajarnya (homo
seks dan lesbian) merupakan bagian dari pelacuran. Jelasnya pelacuran itu
dapat saja dilakukan baik oleh kaum perempuan yang sering disebut sundal,
balon, lonte maupun oleh kaum laki-laki yang sering disebut gigolo, jadi ada
bila dilakukan dengan barter atau menukarkan seks dengan bayaran uang,
membatasi diri pada masalah pelacuran yang pelaku utamanya wanita dan
hubungan seks yang dilakukan oleh orang yang berlainan jenis. Selanjutnya
sebagai berikut :
pembayaran.
134
mendapatkan upah.
dengan perantara orang lain. Dalam prakteknya wanita pelacur yang secara
hotel perantaranya secara tidak langsung adalah pemilik hotel sendiri atau
sebutan Call girl yang beroperasi sesuai dengan perjanjian, ada juga yang
beroperasi di tempat mandi uap, panti pijat, cafe / karaoke dan tempat hiburan /
wisata lainnya setelah sepakat baru mencari kamar hotel. Cara mendapatkan
macam tipe pelacuran, yaitu pelacuran terbuka dan profesional dan ada pula
yang tertutup serta tarif yang dibayar kepada pelacur memberikan gambaran
tingkatan klasifikasi pelacur, apakah kelas tinggi atau pelacur kelas rendahan.
tegas mengenai penggolongan pelacur, namun menurut AS. Alam ada beberapa
Indonesia, para pelacur type ini termasuk kelas rendahan dan biasanya
135
seperti night club, panti pijat, bar, penginapan bahkan ada salon
cukup kuat tetapi karena ada keinginan untuk menambah harta sehingga
melacurkan diri. Pengguna jasa pun tidak sembarang yaitu orang yang
menjajakan dirinya di pinggir jalan serta liar, ada pelacur kelas tinggi yang
dalam hal ini ada yang beroperasi sendiri maupun yang berada dalam
melacurkan diri ini akarnya berpangkal pada seks itu sendiri. Dorongan seksual
dikatakan setua umur kehidupan itu sendiri. Pelacuran ini selalu ada pada
semua negara berbudaya sejak zaman purba sampai sekarang dan senantiasa
menjadi masalah sosial, menjadi objek urusan hukum dan tradisi. Dan seiring
banyak faktor penyebab atau yang memotifasi orang melacurkan diri, secara
sejak pernikahan menjadi suatu lembaga sudah mulai terjadi pelacuran, alasan
137
utamanya adalah alasan biologis. Namun banyak pula faktor lain yang
perkembangan yang tidak selalu seragam dalam kebudayaan, selain itu tekanan
pola reaksi yang menyimpang dari pola umum yang berlaku. Dalam hal ini
merupakan iklim yang baik untuk terjadinya moraliter yang rendah, orang yang
atau kebutuhan hidup, yang seharusnya dilakukan dengan cara terhomat lalu
sudah barang tentu peranan sosial sangat penting bagi tingkah lakunya. Para
dua indevidu atau lebih dimana kelakuan indevidu yang satu mempengaruhi
kelakuan individu yang lain. Dari teori ini dapat dikatakan bahwa pelacur
sebagian besar berasal dari pergaulan yang kurang baik. Faktor-Faktor Lain.
Disamping faktor-faktor tersebut diatas tentu masih ada faktor lain, seperti :
seks komersial. PSK bisa saja tidak tinggal bersama dengan muncikari
kepada pekerja seks komersial dari pengguna jasa yang berbuat kurang
penghubung kedua pihak ini dan akan mendapat komisi dari penerimaan
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau
diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun.” Dari situlah
Namun, dalam hal ini aparat penegak hukum selama ini hanya
uang dari yang telah memakai jasa mereka tersebut. Dalam literatur lain
usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri. Pelacuran selalu ada
sejak zaman purba sampai sekarang. Pada masa lalu pelacuran selalu
pada perbuatan dosa dan tingkah laku cabul yang tidak ada bedanya
dewa Isis, Moloch, Baal, Astrate, Mylitta, Bacchus dan dewa-dewa lain
khususnya pada dewa Bacchus yang terdiri atas upacara kebaktian penuh
Majapahit. Salah satu bukti yang menunjukkan hal ini adalah penuturan
berkembang di luar Jawa dan Sumatera. Hal ini bisa dilihat dari
pernyataan dua bekas tentara Jepang yang melaporkan bahwa pada tahun
dihuni oleh lebih dari 280 orang pelacur (111 orang dari Toraja, 67 orang
pelacur atau mucikari (mereka adalah suami yang menjual istri atau
barang mewah.
perempuan muda yang menjadi pelacur ketika lulus dari SD, dua
(Waraouw 2014)
utama penyebab seorang perempuan melacurkan diri. Hal ini tidak lepas
yang menjadi titik bagaimana bisa transaksi pelacuran ini bisa terjadi.
dari dua kata yaitu pengguna dan jasa. Pengguna adalah orang yang
a) Philip Kotler, jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang
bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa
yang menyewa.
Kaedah tersebut menjadi pedoman atau patokan bagi prilaku atau sikap tindak
yang dianggap pantas atau seharusnya. Prilaku atau sikap tindak tersebut
Soekanto 2015)
kaedah hukum itu sendiri yang berakibat banyak pihak dalam masyarakat
(isteri, anak dan lingkungan) menjadi gelisah dan resah. Masalah sosial di
(penyakit) sosial yang harus diberantas dari muka bumi, pada abad ke-19 dan
awal abad ke-20 para sosiolog mendefinisikan patologi sosial sebagai: “Semua
tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi
sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya
bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan, adalah masyarakat
Pelacuran merupakan salah satu bagian dari masalah sosial yang ada di
masyarakat.
daerah itu tidak sama peraturannya dan kebanyakan norma tersebut tidak
menghargai diri wanita, diri sendiri, penghinaan terhadap istri dan pria-pria
perkawinan.
yang dikutip oleh kartono kartini pada Surat Al-Isra ayat 32, menyebutkan:
dengan istilah WTS atau wanita tunasusila. Tunasusila atau tidak susila itu
bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual dan
Tunasusila itu juga bisa diartikan sebagai salah satu tingkah, tidak
pelacur itu adalah wanita yang tidak pantas kelakuannya dan bisa
mendatangkan mala/celaka dan penyakit, baik kepada orang lain yang bergaul
masa sangat tua usianya yang dijadikan suatu pekerjaan dimana pelacuran
sendiri telah ada setua umur kehidupan manusia itu sendiri. Yaitu berupa
tingkah laku lepas bebas tanpa kendali dan cabul, karena adanya pelampiasan
Pelacuran itu selalu ada pada semua negara berbudaya, sejak zaman purba
sampai sekarang. Dan senantiasa menjadi masalah sosial atau menjadi objek
150
kerajaan Jawa yang menggunakan wanita sebagai bagian dari komoditas sistem
tradisi dan kekuasaan raja. Kekuasaan raja sangat besar dan salah satunya dapat
dilihat dari banyaknya selir yang dimilikinya. Perempuan yang dikirim menjadi
selir raja berasal dari berbagai daerah yang hingga sekarang dikenal sebagai
yang dikenal masyarakat modern, pelacuran yang terjadi pada masa itu, secara
masalah sosial atau bukan. Ia memandang hal itu adalah suatu pekerjaan yang
bukan suatu masalah sosial, akan tetapi secara sosiologis justru yang menjadi
sebagai anak asuh, sepertinya bersaing dengan pondok pesantren atau ikut-ikut
pijat, dan lain-lain ikut pula menjadi keranjingan. Itu semua secara moral dapat
dinilai sebagai perbuatan yang tak bersusila, lebih-lebih jika perilaku itu tidak
lagi dianggap sebagai perbuatan rahasia, sehingga siapa saja boleh tahu,
bahkan sampai anak-anak di bawah umur pun banyak yang menjadi matang
sebelum waktunya. Untuk itu apapun alasan, pelacuran tetap banyak membawa
akibat buruk, apalagi sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan nilai-nilai
budaya dan moral; sehingga dengan demikian tanpa perasaan ragu saya
dapat digolongkan menjadi faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri
uang serta menjadi orang kaya tanpa harus bekerja keras. Faktor kurangnya
miskin. Mereka pun juga kebanyakan berasal dari orang tua yang berwatak
pada umum rendah dan cara orang tua mereka memberikan pembentukan
Faktor eksternal tersebut meliputi ekonomi yang lemah, keluarga yang tidak
penyebab pelacuran. Akibat daripada pelacuran dapat terjadi pada diri si pelaku
Akibat dari pelacuran bagi diri si pelaku (bukan hanya PSK saja tetapi juga si
tamu) pada umumnya berupa akibat biologis atau akibat terhadap tubuh para
Akibat biologis terebut antara lain penyakit kelamin dan kulit terutama
syphilis dan gonorrhoe (kencing nanah) yang disebabkan oleh penularan virus
menyebabkan AIDS atau pelemahan sistem imun tubuh, serta disfungsi seksual
153
pelacuran bagi diri si pelaku sendiri yang memiliki dampak biologis, akibat
sikap setia antara seorang suami dan istri dalam menjalankan rumah tangga
mereka. Rasa curiga dan saling tidak percaya pun muncul dalam rumah tangga
kalangan remaja. Disadari atau tidak, sikap tidak acuh dan cenderung
yang ada di sekitarnya, terlebih lagi masalah pelacuran yang melanggar kaidah
masalah pelacuran. Dr. A.S. Alam, dalam bukunya yang berjudul “Pelacuran
paling dekat dan sering terjadi di dalam masalah pelacuran. Pemerasan yang
terjadi di dalam pelacuran dapat dilakukan oleh PSK sendiri, mucikari dan
“penguasa” setempat. Pemerasan yang dilakukan oleh PSK berupa kerja sama
antara PSK dengan orang yang disebut oleh A.S. Alam sebagai “bandit”. Di
dengan seorang atau lebih PSK. Setelah tamu seorang PSK membuka
pakaiannya, tiba-tiba bandit itu akan muncul dan mengaku bahwa PSK yang
ada dalam kamar tersebut adalah istrinya (bisa pula suaminya jika PSK yang
lain kecuali menyerahkan sejumlah uang yang diminta oleh bandit tersebut.
Selain dari pihak PSK, pemerasan juga kerap dilakukan oleh mucikari terhadap
hasil pekerjaannya dalam jumlah tertentu. Tak hanya PSK dan tamunya saja
yang dapat menjadi korban pemerasan, mucikari juga dapat menjadi korban
“penguasa” setempat baik itu secara resmi (aparatur atau pejabat pemerintahan)
maupun yang tidak resmi (preman, pelaku pungutan liar, dsb). Pemerasan yang
sejumlah uang kepada mereka apabila tidak mau bisnis pelacuran yang mereka
kelola ditutup.
yang dialami oleh para pelaku maupun akibat sosiologis yang dirasakan oleh
mengurangi dan kalau bisa menghilangkan pelacuran itu sendiri. Solusi atas
pengendalian sosial atas masalah pelacuran perlu dilihat dari sudut pandangan
dan Romawi kuno, di kerajaan Tiongkok lama dan banyak lagi ditempat lain
berabad-abad silam. Sepanjang pantai gading (Ivory coast) dan beberapa suku
Indian Amerika, telah menjadi kebiasaan mereka untuk melacurkan isteri dan
prostitution) karena pemujaan terhadap para dewa, diantaranya suku Ewe, Tshi
dewa yang mereka sembah untuk itu mereka melakukan hubungan kelamin
156
dewa. Demikian pula hal di India pada abad ke 8 dan 9 penyanyi di biara sering
didunia seperti di Eropa daratan Jerman, Prancis, Inggris dan sebagainya juga
terjadi demikian tetapi perbuatan seperti itu tidak dianggap sebagai suatu
perbuatan tercela.
agama.
sejak bumi mulai ramai dihuni manusia, di Indonesia pelacuran sudah ada
Belanda dan Jepang menjajah Indonesia terutama untuk keperluan seks para
dibeberapa kecamatan.
masyarakat, seperti kelas tuan tanah dan kelas petani miskin. Dimana golongan
memelihara beberapa orang isteri dan selir, selir ini banyak diambil dari
keluarga dan rakyat kecil maka keadaan seperti inilah yang menyebabkan
baik yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir, yang terorganisir juga
terbagi dua resmi dan tidak resmi yang terorganisir resmi seperti komplek
pelacuran. Ada beberapa komplek pelacuran yang cukup terkenal dan besar
Bandung, Kampung Baru atau Teratai Putih Palembang, komplek Pulau Baai
night club, salon, mandi uap, panti pijat rumah kost-kostan dan sebagainya.
158
Kemudian yang tidak kalah banyaknya pelacur yang bersifat individu dan
dan universitas.
diatas ada lagi yang disebut dengan “Perek” (perempuan eksperimen) atau
Loose girl, yaitu rata-rata perempuan muda dan kebanyakan anak sekolah serta
sedikit yang putus sekolah sebagai dampak dari berita media apakah cetak atau
diam melakukan hubungan seks dengan laki-laki yang mereka senangi dan
umumnya teman sesama pergaulannya atau teman sekolah, masalah bayar atau
tidak bukan persoalan yang penting tujuan mereka adalah ingin coba-coba dan
parsial dan perempuan iseng ini juga sangat dominan menggunakan jasa hotel
ada selama manusia mendiami bumi yang fana ini. Lalu apa yang dimaksud
suatu perbuatan yang oleh masyarakat diberi pidana. Ditinjau lebih dalam
sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian
dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan
Undang tidak dapat dikenakan kepada perbuatan yang telah dilakukan sebelum
Hal ini dikenal dengan asas nullum delictum sine praevia lega poenali
(peristiwa pidana tidak akan ada, jika ketentuan pidana dalam undang-undang
tidak mengatur terlebih dahulu). Hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP
Pasal 1 ayat (1) KUHP menyebutkan: (Pasal 1 Ayat (1) Kitab Undang-
(KUHP) maka tidak ada satu pasal pun yang mengatur secara khusus, sehingga
secara kriminologis sulit untuk mengatakan bahwa pelacuran itu seebagai suatu
sampai Pasal 303 ) khususnya Pasal 296 dan Pasal 506 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) tidak ditunjukan pada pekerja seks komersil maupun
kepada pemilik lokasisasi yaitu para germo/mucikari dan para calo. Para germo
atau mucikari dan calo dapat dihukum pidana bila karena perbuatan mereka
sudah memenuhi unsur-unsur Pasal 296 yang berbunyi ;(Pasal 296 Kitab
Ini berarti bahwa pelacuran apakah dia laki-laki atau perempuan bukan seorang
penjahat dalam kualifikasi yuridis. akan tetapi hal ini bertentangan dengan
disebut dengan perbuatan jahat menurut norma-norma sosial yang masih hidup
maupun pihak pengguna atau penikmat jasa dari pekerja seks komersil.(Prof.
Menerapkan Pasal 296 KUHP saat ini tidak tepat, karena Pasal 296
hanya ditujukan kepada para germo atau mucikari saja, dengan tujuan untuk
kenyataa di masa sekarang ini bahwa para pekerja seks komersil bukan lagi
pemilik lokalisasi. Melihat Pasal 296, 297, 506 yang dapat dijumpai dalam
pekerja seks komersil, maupun tamu (pengguna jasa) yang mendatangi pekerja
seks komersil belum juga diatur secara tegas dalam KUHP. Menelisik lagi pada
unsur – unsur delik kesusilaan yang diatur dalam KUHP yang berlaku saat ini,
yakni Pasal 281 sampai Pasal 303, amat sulit diterapkan pada pekerja seks
komersil dan tamu (pengguna jasa ) yang datang mengunjunginya pekerja seks
komersil itu. bila hal tersebut akan dikenakan pada mereka, tentunya dalam
(obat mujarab) yang dapat digunakan oleh negara untuk mengikis habis
fenomena kejahatan.
hukum.
BNPT dan BNN untuk tindak pidana terorisme dan narkoba merupakan
saat ini, ketika RUU KUHP (akan) dibahas di DPR telah muncul
KUHP, perlu diberi jalan keluar yang bijaksana agar tidak menimbulkan
alasan.
kekuasaan lainnya.
166
berlaku di dalam komunitas itu tetapi diukur seberapa besar materi yang
terjadinya korupsi.
167
2010)
kebijakan yang akan diambil oleh institusi negara, juga diwarnai oleh
motivasi lain yang semakin kompleks dan tersamar. Pada awalnya sebab-
Orang yang memiliki kuasa politik akan memiliki kuasa ekonomi guna
168
menguasai sumber daya yang ada baik manusia maupun kekayaan alam.
sebagainya.(Kristian 2013)
sebagai;
sering kali menggabungkan foto dan teks tertulis. Novel dan cerita
gambar atau patung atau barang pada umumnya yang berisi atau
170
setiap hasil tulisan atau gambar yang ditulis atau digambar dengan
atas larangan itu. Saat sekarang tengah marak kejahatan jalanan seperti
kerja dan berusaha yang secara adil diberikan kepada semua warga
b. Faktor Hukum
dilindunginya.
lembaga hukum dan masih banyak lagi. Keadaan akan semakin rumit
atau kumulatif yang tidak diikuti pedoman pemidanaan yang jelas dan
kriminogen pula.
sarana terakhir (ultimum remidium), di mana sampai saat ini prinsip itu
mungkin.
hukum pidana semakin bertambah. Hal itu berarti bahwa cost of crime
akan semakin meningkat. Pada titik itu, perlu dilakukan evaluasi tentang
yaitu:
bahkan keutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk
mengulangi perbuatannya.
prinsip di atas.
pembatas dimaksud oleh Nigel Walker telah dirinci lebih lanjut oleh dua
itu prinsip-prinsip pembatas tidak diulangi lagi dalam buku ini. Akan
dapat dihindarkan (conditio sine qua non). Oleh karena itu kebijakan
prinsip proporsionalitas.
yang tidak mungkin dielakkan oleh karena itu kita tidak mungkin hidup
1968)
wajah ekstrem, yakni pada satu sisi sebagai penjamin utama (prime
yakni manusia yang baik dan berguna. (Mantan) narapidana yang pernah
tersesat harus diayomi agar memiliki ketahanan mental agar kelak ketika
manusia agar menjadi lebih baik dan dapat digunakan sebagai bagian dari
hukum.
melalui langkah penegakan hukum. Ketika itu berbagai faktor akan turut
Pelacuran
hukum yakni, kemanusiaan yang adil dan beradab maka dalam setiap
186
terhadap manusia.
Pelacuran sebagai salah satu bentuk seks bebas tanpa batas akan
hal ini terjadi karena pelacuran adalah salah satu bentuk perbudakan
manusia.
pelacuran merupakan suatu hal yang tidak patut, karena dapat merusak
sebagai suatu hal yang dilarang, karena dalam ajaran agama hindu
depresi, sakit kepala, sakit perut, dan gangguan makan. Kanker serviks
adalah penyakit umum yang akan diderita pekerja seks komersil. Dua
2004)
dari penyakit, orang tua baik salah satu atau keduanya wajib menjaga
dibeli.(Schulze 2014)
bagi Diri, maka perempuan adalah ancaman bagi laki-laki. Karena itu,
terhadap dirinya.
feminin, menurut Beauvoir dalam Tong ada tiga jenis perempuan yang
diambil.
BAB III
pengertian yang luas dan bisa digunakan dalam bidang yang luas juga,tidak
bersifat memaksa dan objektif, yaitu tanpa melihat siapa atau apa jabatan
193
bagi setiap orang yang berniat untuk melanggar hukum pidana. Muladi
dimana pidana pada hakekatnya mempunyai dua tujuan utama yakni untuk
ini dapat terdiri perbaikan kerugian yang dialami atau perbaikan hubungan
strafbaarfeit, terdiri atas tiga suku kata yaitu, straf yang diartikan sebagai
pidana dan hukum, baar diartikan sebagai dapat dan boleh, dan feit yang
yang berasal dari bahasa latin yaitu kata delictum. Dalam kepustakaan
mengenai definisi tindak pidana menurut para ahli hukum. Tindak Pidana
“Perilaku yang ada pada waktu tertentu dalam konteks suatu budaya
dianggap tidak dapat di tolerir dan harus diperbaiki dengan
mendayagunakan sarana-sarana yang disediakan oleh hukum”.
berikut:
Tindak Pidana dapat diartikan juga sebagai dasar yang pokok dalam
menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas
yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam
itu telah ada regulasi yang mengaturnya barulah bias dijatuhkan sanksi
mengatur delik susila masih sangat terbatas pada masalah pemerkosaan serta
KUHP hanya terbatas pada skandal seksual yang dilakukan oleh orang-
orang yang telah berkeluarga atau terkait dengan tali pernikahan, yang
dilakukan dengan orang lain yang bukan suami atau istrinya. skandal seks
2016)
orangorang yang bebas dari tali pernikahan tidak termasuk delik perzinahan.
Negara, maka peraturan dalam industri seks ini cenderung didasarkan pada
(yang berasal dari WVS Belanda itu) tidak dengan tegas melarang adanya
jalan raya. Sikap ini menunjukkan tidak adanya kekuatan hukum yang kuat
Indonesia, dimana regulasi yang tepat dalam sistem hukum nasional ini
Swedia dan benua Eropa pada abad kedelapan belas. Hal ini
hukum asing apapun. Hal ini juga menarik bahwa Kode Napoleon tidak
negara Eropa lainnya. Namun, baik Swedia, maupun negara Nordik lain
yang dibuat code civil jenis code civil atau BGB. Pemerintah Swedia
dan anak-anak, yang secara intrinsik tidak hanya berbahaya bagi individu
Swedia. yaitu kesetaraan gender secara penuh. Pada tahun 1999, Swedia
jasa seks yaitu dikenal dengan Sex Purchases Act. Menurut Undang-
199
hukum. Aturan ini kemudian pada tahun 2005, diatur dalam KUHP
oleh pengguna jasa, sehingga pihak yang menjadi pengguna atau pembeli
kerap dilakukan oleh para pria hidung belang. Jika melihat praktik
pelacuran sebagai aktivitas ekonomi, maka akan ada konsep supply dan
200
dalam pelacuran.
layanan seksual (PSK). Dalam sebagian besar kasus, setidaknya pihak ini
adalah pihak yang lebih lemah yang dieksploitasi oleh mereka yang
dilacurkan untuk keluar dari industri tanpa rasa takut atau risiko
hukuman.
praktik yang berbahaya ini. Akibatnya di Swedia saat ini, lebih dari 80%
karena itu Hukum Swedia, akan mengirimkan pesan yang jelas kepada
korban kejahatan. Ini tidak hanya mengubah status hukum mereka, tetapi
memiliki hak untuk mendapatkan bantuan agar dapat melarikan diri dari
pelacuran.
bersifat tegas dan berani dalam melarang suatu perbuatan yang jahat
kejahatan tersebut.
Karena suara rakyat merupakan suara tuhan. Dengan demikian, apa yang
sistem hukum sangat tergantung pada keterkaitan hal itu dengan nilai-
nilai moral.
keutamaan. Keutamaan yang dimaksud adalah agar setiap orang taat pada
keutamaan itu tidaklah buta, tetapi didasari dengan institusi tentang yang
masyarakat.(Santoso 2012)
hukum harus bermoral baik dari segi teori maupun praksis. Hukum tidak
akan berarti apabila tidak dilandasi oleh moral, tanpa adanya moral
hukum akan lumpuh. Maka hukum tanpa adanya moral akan terjadi
Hukum tanpa Negara maka yang akan terjadi adalah hanya angan-angan
karena itu, harus adanya konsep tentang Negara hukum. Salah satu ciri
budaya, dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
yang berlaku hanya bisa menjerat penjual jasa PSK atau bisa disebut
sebagai mucikari. Aturan atau ketentuan hukum diluar KUHP juga tidak
dapat para pelaku yang terlibat kegiatan pelacuran. Berbeda dengan Code
manusia dengan tujuan seksual. Hal ini merupakan bagian penting bagi
tidak tercapai selama kaum laki-laki masih dapat membeli, menjual, dan
yang dilacurkan, tetapi juga bagi masyarakat luas. Hal ini merupakan
ke-20 yang lalu. Secara resmi ia masih dikenal sebagai negara komunis,
sebagai negara komunis. Tiada definisi yang tepat yang dapat diberikan
tidak dikenal pasti. Salah satu sebab masalah ini ada adalah karena
para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah pemerintahan pusat yang
kapitalis dan karena itu tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan untuk
pelacuran dari daratan pada akhir 1950-an. Sifat luar biasa dari prestasi
rezim baru. Memang, RRC baru-baru ini buku putih pemerintah masih
Sifat luar biasa dari konon ini Pernyataan tersebut juga berarti
Nasional pada tanggal 6 Juli 1979, dan efektif sejak n.d.) Hanya dua
dengan tujuan mengambil keuntungan dari ini harus dihukum tidak lebih
karena itu, KUHP pertama RRC melarang semua upaya pihak ketiga
untuk mengambil untung dari pelacuran orang lain, tetapi tidak membuat
pelacuran antara pekerja seks dan pengguna jasa mereka. KUHP 1979
formal jatuh menjadi jelek, sebagai alat penindasan berbasis kelas, dan
digantikan oleh sistem sanksi administratif dan disiplin Partai. Sistem ini
“wanita yang menjual seks” ( maiyin funü ) dan “pria yang membeli jasa
reformasi melalui tenaga kerja untuk jangka waktu antara enam bulan
sampai dua bulan tahun, dan didenda hingga 5.000 yuan. Ini berarti
dan pembeli seks harus ditangani sesuai dengan Pasal 30 Peraturan 1986.
halnya tahun 1991 Putusan, Pasal 361 KUHP yang direvisi bertujuan
diri mereka.
budaya, dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
apabila kemudian dilegalkan. Hal ini berbeda dengan china, china juga
itu dilakukan secara sukarela atau tanpa adanya mucikari dan/atau germo
Pasal 362 maka tidaklah akan dikenakan sanksi pidana. Dengan kata lain,
Kesetaraan gender akan tetap tidak tercapai selama kaum laki-laki masih
jalan, yang lain telah menetapkan zona untuk pelacuran tersebut, dengan
tempat parkir untuk pekerja seks dan klien untuk bertemu, dan ruang
kesehatan dan keselamatan, dan jarum dan kondom baru. Pasal 273 f
seks sebagai pekerjaan harus diberikan hak yang sama dengan pekerja
undang yang baru akan dapat untuk melindungi pelacur dari eksploitasi
model. Ini menyatakan: 'Dalam hal ini, promosi minat ini akan terutama -
kondom. Sebagai akibat dari izin model ini, kotamadya karena itu tidak
mengambil alih. Pasal 149 dan 151a dari Municipality Act memberikan
lokal tempat-tempat seks dan oleh karena itu tidak ada untuk pelacuran
status quo. Dengan cara ini, industri pelacuran tidak bisa memperbarui.
Pada tahun 2006, studi evaluasi menyimpulkan bahwa ada ruang terbatas
keselamatan kerja dari para pekerja seks. Kota sekarang juga dapat
pelacuran adalah rumit. Hal ini tentu saja karena operator tidak mau
para pekerja seks tidak dipekerjakan, oleh karena itu mereka tidak berhak
kehilangan anonimitas dan takut stigmatisasi. Oleh karena itu, ini dapat
di satu pihak tangan dan polisi dan layanan penuntutan publik di sisilain.
bordil per 1 Oktober 2000. Artinya operasi pelacuran bisnis adalah legal,
Pada saat yang sama, yang baru Pasal 250a legislatif (yang
dan jasa lainnya, dan kegiatan tertentu yang ditujukan untuk pengambilan
telah dibuat baru-baru ini, yang dapat sekarang ditemukan sebagai Pasal
yang berusia 16 dan 17 tahun. Pasal ini menetapkan bahwa barang siapa
adalah Pasal 244, 245 dan 247 Sr (seks dengan remaja di bawah 16
tahun).
220
dengan Indonesia yang menganut sistem hukum Civil Law yang lebih
Labuan. Dan peraturan tersebut hanya berlaku bagi pemeluk agama islam
saja.
pidana syariah yang termuat dalam Pasal 21, 22, dan 23 ayat (1). Dalam
221
pasal tersebut mengatur setiap pihak yang terlibat dalam tindak pidana
prostitusi, baik para pelaku atau subyek prostitusi seperti PSK dan
dihukum dapat dikenakan denda tidak melebihi lima ribu ringgit atau
hukuman penjara untuk jangka waktu tidak lebih dari tiga tahun atau
hukuman cambuk tidak melebihi enam pukulan atau kombinasi apa pun
daripadanya.
yang terlibat dalam hubungan seks diluar pernikahan yang sah. Hal ini
Kelantan. Dalam peraturan ini tidak terdapat pasal yang mengatur tindak
germo saja padahal kompenen utama lainya ada pekerja seks komersil
Tenggara. Negara pulau yang hanya memiliki luas wilayah 697 km² ini
kriminial. Hal ini termasuk menjajakan diri di tempat umum, hidup dari
wanita dan perempuan yang datang dari Tiongkok dan Singapura pada
Malabar, Malay and Bugis Streets pada akhir 1890-an. Pada 1905
sebagaimana yang dimaksud pada pasal 372 Penal Code Singapore (Act
24) bahwa;
226
tahun (dengan kata lain, melakukan transaksi seks dengan orang tersebut)
dengan tujuh tahun atau denda atau keduanya, juga merupakan sebuah
tujuan untuk mendapatkan jasa layanan seks dari orang berusia dibawah
Singapura
yang ketat dan tegas sehingga kegiatan praktek pelacuran yang terjadi di
Ketegasan ini juga ditandai dengan adanya “Piagam Wanita” yang dibuat
yang berlaku hanya bisa menjerat penjual jasa PSK atau bisa disebut
sebagai mucikari. Aturan atau ketentuan hukum diluar KUHP juga tidak
sebagai berikut;
Tabel 1
termasuk pengguna
jasa tidak di
kenakan sanksi
hukum kecuali PSK
dibawah umur
3 Belanda KUHP Belanda Melarang perbuatan Sanksi pidana hanya
Tahun 2010 pelacuran dalam berlaku apabila itu
bentuk eksploitasi dilakukan oleh PSK
yang tidak
manusia
mendaftarkan diri
ke pemerintah atau
jika praktek
pelacuran itu terjadi
di lokalisasi khusus
yang dikontrol oleh
pemerintah
4 Malaysia KUHP Malaysia Tidak melegalkan Penjatuhan sanksi
dan Undang- perbuatan pidana keseluruhan
Undang Syariah pelacuran komponen subyek
hukum pelacuran
(Takzier) 2001
tanpa pengecualian
5 Singapura KUHP Singapura Melarang perbuatan Sanksi pidana hanya
pelacuran dalam berlaku apabila itu
bentuk eksploitasi dilakukan oleh PSK
manusia yang tidak
mendaftarkan diri
ke pemerintah atau
jika praktek
pelacuran itu terjadi
di lokalisasi khusus
yang dikontrol oleh
pemerintah
pelacuran ini dapat dilihat masih ada negara yang melarang atau tidak
hukum common law (anglo saxon) maupun civil law (eropa continental)
dari aspek filosofis, aspek sosiologis dan aspek psikologi maupun aspek
HAM serta aspek etika sebagai untuk mengisi kekosongan norma pada
Perbuatan Pelacuran
saat ini masih menggunakan atau mengadopsi aturan hukum turunan dari
296 dan Pasal 506. Yang mana Pasal 296 menyatakan Barang siapa
orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau
kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.
Selain itu pada Pasal 506 menyatakan bahwa Barang siapa menarik
tahun. Oleh karena itu aturan hukum yang ada diatas dirasa sudah tidak
pidana pelacuran yang lainnya seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) dan
Pidana yang baru Nomor. 1 Tahun 2023. Ketentuan hukum pada KUHP
yang baru tahun 2023 pada pasal 420 isi pasalnya sama dengan ketentuan
pasal 296 KUHP lama yang mana menerangkan pada penjatuhan sanksi
421 isinya sama menegaskan pasal 420 yang isinya hamper mirip dengan
pasal 506 KUHP lama dimana penjatuhan sanksi pidana pada seseorang
tahun sedangkan pada pasal 421 adanya penambahan 1/3 dari sanksi di
percabulan.
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
juta rupiah).
dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
bahwa seorang anak yang masih berusia dibawah umur sesuai yang
Perbuatan Asusila)
235
tentang Prostitusi)
ditempat-tempat umum)
tentang Prostitusi)
Lampung)
10. Provinsi Aceh (Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum
Jinayat)
Tabel 2
Provinsi/
No Kabupaten/ Peraturan Hukuman/Sanksi
Kota
1 Kabupaten Nomor 21 Tahun 2016 Kurungan paling
Sukoharjo tentang Penanggulangan lama 3 (tiga bulan
Prostitusi dan dan denda paling
Perbuatan Asusila banyak
tentang Penanggulangan Rp.50.000.000 (lima
Prostitusi dan Perbuatan puluh juta rupiah)
Asusila
2 Kabupaten Nomor 19 Tahun 1999 Kurungan selama-
Indramayu tentang prostitusi lamanya 6 ulan dan
denda sebanyak-
banyaknya
RP.5.000.000 (lima
36 juta rupiah)
3 Provinsi Nomor 18 Tahun 1954 Kurungan selama-
Daerah tentang Larangan lamanya satu bulan
Istimewa prostitu ditempat-tempat dan denda setinggi-
Yogyakarta umum tingginya seratus
rupiah
4 Kota Bandar Nomor 15 Tahun 2002 Kurungan paling
Lampung tentang Larangan lama 6 (enam) bulan
Perbuatan Prostitusi dan atau denda
Tuna Susila dalam sebanyak-
Wilayah Kota Bandar banyaknya
Lampung Rp.5.000.000 (lima
juta rupiah)
5 Provinsi Aceh Qanun Aceh Nomor 6 Uqbat Hudud
Tahun 2014 tentang cambuk 100
Hukum Jinayat (seratus) kali, Uqbat
Ta’zir denda paling
banyak 120 (seratus
dua puluh) gram
emas murni atau
Uqubat Ta’zir
237
penjara paling
banyak 100 (seratus)
bulan.
berbeda terutama pada provinsi Aceh. Oleh karena itu dalam hal ini
dengan jelas bahwa pelaku prostitusi meliputi penjual jasa seks dan
(tiga) bulan dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah)
pelanggaran.
Pasal 10, Ayat (1) dan (2) pada Ayat (1) dijelaskan bahwa
dilakukan kepada wanita tuna susila (WTS) atau pria tuna susila
Aturan tegas diperlukan untuk menindak para pengguna dan penyedia jasa
pelacuran.
ini pekerja seks komersil dan pengguna jasa pekerja seks komersil ini tidak
244
unsur kejahatan pada perbuatan pelacuran itu sendiri yang tidak dilakukan
diatur. Selain itu, sanksi pidana yang dijerat pada pasal dalam Undang-
seks komersil itu dalam kasus pelacuran tersebut diperdagangkan atau jika
korban yang dijadikan pekerja seks komersil adalah anak dibawah umur.
Hal ini sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya oleh penulis yang
tegas sehingga perlu dilakukan politik hukum pidana atau kebijakan hukum
dan pengguna jasa pelacuran adalah pelaku. Pekerja Seks Komersil dan
pengguna jasa pekerja seks komersil nya juga memiliki andil yang sama
korban (crime without victim). Hal ini tentu tidaklah tepat karena korban
utama adalah masyarakat. walaupun pada pelaku terkait konteks ini juga
pembuatan hukum baru dan dapat pula berupa penggantian hukum lama
bidang hukum pidana untuk mengatasi kasus pelacuran yang hingga saat ini
untuk mengatasi pelacuran secara garis besar terdiri dari legalisasi yakni
praktiknya pelacuran tidak pernah habis dan bahkan kian hari tumbuh subur.
hukum pidana.
undangan yang telah usang, tidak sesuai dan tidak mencerminkan hukum
harus diadakan pada hukum yang ada saat ini. Pembaharuan hukum dalam
sangat penting untuk dilakukan untuk menghasilkan hukum yang efektif dan
responsif. Saat ini KUHP dan Undang-undang diluar KUHP hanya dapat
pengguna dan untuk pekerjanya tidak dapat dipidana. Perda yang mengatur
tentang larangan praktek pelacuran juga tidak efektif, karena tidak semua
dalam bentuk lokalisasi atau tempat pelacuran legal. Lokalisasi ini bertujuan
norma agama, perdagangan orang khususnya wanita dan juga Pasal 296
Hal ini perlu ditindak dengan merumuskan aturan pidana tentang pelarangan
248
pelacuran.
kerangka politik hukum juga harus diterapkan sesuai dengan konstitusi dan
yang paling tinggi, yakni sebagai cita-cita serta pandangan hidup bangsa dan
ancaman pidana terhadap pekerja seks komersil dan pengguna jasa pekerja
pidana.
dan reformasi hukum pidana yang juga meliputi nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat yang sesuai dengan volk geist (jiwa bangsa) yang mencerminkan
Indonesia.
250
atau diskusi tekstual mengenai konsep RUU KUHP harus disertai dengan
tetap mengacu pada Pancasila. Pembaharuan hukum dalam hal ini untuk
hukum atau ide dasar. Hal ini menunjukkan bahwa, pembaharuan hukum
hukum dan budaya hukum. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa
terdapat 3 (tiga) masalah pokok dalam hukum pidana, yaitu tindak pidana,
kesalahan, dan pidana, jika dikaji ada 3 (tiga) masalah pokok inilah yang
Baru disusun dengan bertolak pada tiga materi atau substansi atau masalah
diketahui bahwa sistem hukum terdiri dari sub sistem-sub sistem hukum
252
hukum (legal structure) dan Budaya hukum (legal culture). Ketiga sub
pelacuran.
Rancangan KUHP karena KUHP yang berlaku saat ini adalah peninggalan
Kolonial Belanda yang tentu tidak sesuai dengan adat, budaya bangsa
Perda yang tidak efektif dan nantinya akan bertentangan dengan KUHP.
kriminalitas yang sangat sulit untuk ditangani dan jenis kriminalitas ini
manusiawi.(Pisani 2008)
253
ini, pekerja seks komersil tersebut terpaksa terjun ke dunia pelacuran karena
yang tidak mengharapkan imbalan materi. Dalam kondisi ini para pekerja
fenomena ini semakin banyak dijumpai. Materi dalam hal ini uang bukan
alasan yang selalu menjadi jawaban dalam situasi semacam ini. Selama ini
penyedia tempat dan atau mucikarinya saja sedangkan untuk pengguna dan
untuk pekerjanya tidak dapat itu ada perda yang mengatur tentang larangan
praktek pelacuran, tapi tidak semua daerah memiliki perda ini. Dan harus
dipertanyakan juga kefektifan dari perda ini, karena selama ini memang
sebagai (crime without victim) bahwa pekerja seks komersil dan pengguna
hukum pidana positif Indonesia saat ini masih belum memberikan kepastian
hukum yang adil serta pelakuan yang sama dihadapan hukum sebagaimana
Prinsip nullum delictum noela poena lege praevia yakni tiada pidana
dari sudut pandang agama, adat istiadat, dan kesusilaan dalam masyarakat.
perbuatan zina yang termuat dalam Pasal 284 KUHP, pasal ini merupakan
delik absolut yang artinya tidak dapat dituntut apabila tidak ada pengaduan
dari pihak suami dan istri yang dirugikan (yang dipermalukan). Pasal ini
juga hanya dapat berlaku pada salah satu pengguna jasa pelacuran atau
dan pekerja seks komersil belum terikat perkawinan maka tidak dapat
KUHP yang berlaku saat ini masih mempunyai kelemahan secara moral
dasar atau "the living law" masyarakat Indonesia. Untuk membentuk konsep
255
bernegara. Pasal 28I UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang
berhak untuk tidak perbudak yang merupakan hak asasi manusia tanpa
dikurang sedikitpun.
dapat menjerat semua pihak yang terlibat dalam pelacuran, salah satunya
seks komersil dan pengguna jasa pekerja seks komersil bertujuan untuk
Rahardjo, Hukum itu untuk manusia, bukan sebaliknya. Tindak pidana atau
perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi
pada KUHP Baru Tahun 2023 nantinya harus konsep pidana bersyarat
257
dalam artian pidana ini berlaku apabila kondisi keadaan terpaksa dimana
swedia dan RRC .Sehingga adapun rumusan norma yang ditawarkan oleh
penulis adalah:
dan melanggar norma saja, tetapi harus memperhatikan apa yang ingin
pengguna jasa pekerja seks komersil dan pekerja seks komersil harus
pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai
jasa pekerja seks komersil dan pekerja seks komersil bahwa pembelian dan
dan kesopanan dalam masyarakat, sehingga jika dia tetap melakukan maka
arti ada keterpaduan (integrasi) antara politik kriminal dan politik sosial
welfare).
kebijakan penal tidak akan efektif apabila tidak terjadi intergrasi dengan
upaya rehabilitasi sosial sebagai bagian dari kebijakan non penal. Dengan
kata lain kriminalisasi pelacuran hanya sebatas sebagai upaya balas dendam
260
atau pembalasan saja. Sama halnya ketika kebijakan non penal tidak akan
perbuatan pidana.
mengenginkan pekerjaan ini bisa saja kadang karena bujuk rayu seseorang,
berhutang dengan mucikari atau germo, bahkan dijebak atau ditipu sehingga
mereka tidak ada pilihan lain. Pidana kerja sosial merupakan jenis pidana
baru di Indonesia dan bertujuan untuk membina dan memberi efek jera bagi
pelaku dengan pola- pola dan konsep yang manusiawi dan bermanfaat bagi
Indonesia.
Sulastri, and Nurhaqim 2017) Selain itu Pekerja seks komersil juga
diberikan pembinaan berupa kerja sosial bahwa apa yang mereka lakukan
merupakan kesalahan baik dari segi hukum, moral dan agama yang tidak
boleh diulangi lagi. Dalam pembinaan itu juga pekerja seks komersil
261
mereka tidak kembali menjadi pekerja seks komersil. Karna apabila kita
saja, maka mereka akan kembali lagi menjadi pekerja seks komersil. Hal ini
ekonomi jika mereka tidak menjajakan diri, maka dari itu dibutuhkan solusi
bahkan korban dari para mucikari dan pelanggan yang memanfaatkan tubuh
mereka. Ide dari penulis terdapat pada perumusan norma terhadap pekerja
seks komersil pada point ketiga yaitu pekerja seks diberikan pembinaan
dalam bentuk kerja sosial sebagai upaya untuk mencegah kembali lagi
dijerat dengan pidana sehingga merasa jera dan tidak mengulanginya lagi.
komersil dan pekerja seks komersil dalam konteks perumusan norma hukum
262
setiap manusia.
263
BAB IV
4.1 Kesimpulan
proses hukum yang panjang, serta dampak negatif sanksi pidana yang
setiap manusia.
264
pidana bersyarat dalam artian pidana ini berlaku apabila kondisi keadaan
hukum terkait pelacuran di negara Swedia dan RRC. Maksud dari keadaan
terpaksa bagi Pekerja Seks Komersil (PSK) adalah perbuatan cabul dengan
ajakan, suruhan dan/atau tipu muslihat orang lain baik secara langsung
tempat umum dan menawarkan diri, mengajak orang lain baik secara
komersil.
265
4.2 Saran
keadaan terpaksa seperti diatur dalam regulasi negara Swedia dan RRC
pekerja seks komersil dan pengguna jasa seks komersial yang menjadikan
terkait pekerja seks komersil dan pengguna jasa seks komersial dapat
begitu pula bagi pengguna jasa seks komersial juga dapat dipidana. Hal ini