PENDAHULUAN
atau moral dan melawan hukum. Perbuatan prostitusi merupakan salah satu
Masalah prostitusi adalah masalah yang rumit, oleh karena itu masalah
ini sangat butuh perhatian khusus oleh masyarakat. Prostitusi, bisnis yang
tidak dapat dipisahkan dari dunia gelap adalah salah satu perbuatan yang
pelaku dan pengguna jasa, tetapi juga berdampak pada masyarakat luas.
Agama sebagai salah satu pedoman dalam hidup sama sekali tidak dihiraukan
oleh mereka yang terlibat di dalam praktik prostitusi ini dan benar-benar
1
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Rajawali Pers, Jakarta, 1981, hlm. 200-201.
2
Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W.Jones, Pelacuran di Indonesia,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hlm. 3.
1
2
gejala sosial dari penyimpangan seksualitas yang normal dan juga agama.
Prostitusi selalu ada pada semua negara sejak zaman purba sampai sekarang
dan senantiasa menjadi obyek urusan hukum baik hukum positif maupun
dan tingkatnya.3
berbeda dengan sistem barat. Dalam hukum islam, setiap hubungan seksual
yang dilakukan diluar pernikahan itulah zina, baik yang dilakukan oleh orang
sampai saat ini sedang ramai diperbincangkan secara lokal. Praktik prostitusi
Prostitusi online dilakukan karena lebih mudah, praktis, dan lebih aman dari
razia petugas. Maka dari itu praktik prostitusi online saat ini sering terdengar
3
Kartini Kartono, Op. Cit. hlm. 241.
4
Djubaedah, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Ditinjau
Dari Hukum Islam, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010, hlm. 15.
3
profesi sebagai penyedia sarana dan mereka yang mempunyai profesi sebagai
pekerja seks komersial (PSK) serta mucikari atau pelindung PSK (Pasal 296
KUHP). Mereka yang menjual perempuan dan laki-laki dibawah umur untuk
dijadikan pelacur (Pasal 297 KUHP). Barang siapa menarik keuntungan dari
diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun (Pasal 506).
menyatakan
layanan seksual”.
diri sendiri dan orang lain tanpa menimbulkan efek negatif (tidak merugikan
dianggap oleh orang lain, bangsa dan dunia. Masyarakat yang berkepribadian
baik dan berakhlak mulia serta mampu mengharumkan nama baik keluarga,
terbatas pada sikap lahir namun juga sikap batin manusia, yang kemudian
No. 44 Tahun 2008, suatu perbuatan atau obyek dapat dipandang sebagai
kesusilaan. Norma kesusilaan ini ternyata menjadi batu uji bagi perbuatan
atau segala bentuk obyek yang dianggap memiliki unsur pornografi. Hanya
jelas dan tegas apakah yang disebut norma kesusilaan itu sendiri dan
kesusilaan ini begitu penting dan mendesak bagi siapa pun juga mengingat
5
akhir-akhir ini suatu batasan perbuatan itu melanggar norma kesusilaan atau
tidak bagi satu orang dengan orang lain ternyata tidak sama. Pembahasan
secara tepat akan memberikan satu dasar legalitas yang pasti tentang sejauh
dapat digunakan untuk menjerat pelaku (PSK atau pemakai jasa PSK).
Namun demikian, ada yang perlu dicermati di sini bahwa arti prostitusi
adalah pemanfaatan seseorang dalam aktifitas seks untuk suatu imbalan. Dari
uraian itu, maka prostitusi baik yang berbasis online maupun tidak,
tergantung dari kemauan orang lain, yang ingin menguasai perempuan itu
orang ketiga.
5
https://www.researchgate.net/publication/
292610641_Norma_Kesusilaan_sebagai_Batasan_Pornografi_menurut_UU_No_44_Tahun_2008 ,
diakes tanggal 6 Juli 2022
6
menjadi lebih kuat lagi apabila dilihat dari penempatan pasal-pasal tersebut
sanksi pidananya.6
Pancasila yang sangat menjunjung tinggi norma serta nilai adat istiadat. Maka
jika perbuatan prostitusi itu menjalar dan merugikan masyarakat dalam hal ini
negara baik secara materil atas perbuatan itu memberikan sanksi hukum,
tidak jelas.7
melalui media elektronik ini dapat menghancurkan masa depan bangsa seperti
adanya kasus yang ditemukan dengan pelaku penyedia jasa prostitusi melalui
6
Oksidelfa Yanto, “Prostitusi Sebagai Kejahatan Terhadap Eksploitasi Anak Yang
Bersifat Ilegal Dan Melawan Hak Asasi Manusia”, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pamulang,
2015, hlm. 14 https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/420/300
7
Topo Santoso, Seksualitas Dan Hukum Pidana, Ind-Hill-Co, Jakarta, 2007, hlm. 3.
7
sebagai rangkaian tindakan penyidik menurut dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti yang
dengannya alat bukti itu menerangkan tentang tindak pidana yang terjadi dan
undang.9
dengan ketentuan lain yang diatur secara khusus dalam Undang-Undang ITE.
8
Dheny Wahyudi, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan Cyber Crime Di
Indonesia,” Jurnal Ilmu Hukum, Vol 4 No. 1, 2013, hlm. 99,
https://media.neliti.com/media/publications/43295-ID-perlindungan-hukum-terhadap-korban-
kejahatan-cyber-crime-di-indonesia.pdf
9
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (Penyelidikan
dan Penuntutan), Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 109.
8
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
Dokumen Elektronik yang tidak relevan dalam Pasal 26, mengubah ketentuan
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang dilarang dalam Pasal 40,
Elektronik dalam Pasal 43, dan menambah penjelasan Pasal 27 ayat (1), ayat
(3), dan ayat (4) agar lebih harmonis dengan sistem hukum pidana materiil
Penegak hukum yang bertugas dalam tahap penyidikan ini terdiri dari
pejabat polisi Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu
ternyata ada kendala dalam proses penyidikan. Hal ini dapat dibuktikan dalam
10
Ibid, hlm. 120.
10
2 (dua) tahun belakangan ini saja, tindak pidana prostitusi melalui media
elektronik yang masuk ke Polda Jambi adalah sebagaimana terlihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel
Pengungkapan Tindak Pidana Prostitusi Melalui Media
Elektronik di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Kota Jambi Tahun
2021-2022
Tahun Jumlah Kasus Penyelesaian Kasus
2021 2 1
2022 3 2
Jumlah 5 3
media elektronik pada tahun 2021 terdapat 2 (dua) kasus dan terdapat 1 (satu)
tahun 2022 terdapat 3 (tiga) kasus dan yang terselesaikan hanya 2 (kasus)
Alat atau teknologi yang memadai. Dari tahun 2021 sampai 2022 terdapat
bebas dari hukum yang dijelaskan pada Pasal 109 Ayat (2) KUHAP.
alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP, terdakwa dinyatakan
nilai pembuktian.
B. Rumusan Masalah
elektronik?
12
a. Tujuan Penelitian
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi atau bahan
2. Manfaat Praktis
pemikiran penulis di bidang hukum bagi para ahli, praktisi hukum dan
D. Kerangka Konseptual
harus diketahui terlebih dahulu pengertian dari judul tersebut terutama kata-
kata yang masih kabur pengertiannya untuk mengetahui kata yang ada dalam
1. Penyidikan
"Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya."
yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan
jalan apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi
2. Tindak Pidana
sudah barang tentu tidak tepat, karena kelak akan kita ketahui bahwa yang
dapat dihukum itu sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan bukan
3. Prostitusi
sesaat, yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja. untuk imbalan berupa
penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk uang.
Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut
pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan
bahwa perilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi
melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini
terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa.
12
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2013, hlm. 181.
13
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010,
hlm. 159.
14
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelacuran , diakses tanggal 16 Februari 2022.
15
adalah peristiwa penyerahan tubuh oleh wanita kepada banyak lelaki dengan
4. Melalui
5. Media Elektronik
Media elektronik terdiri dari dua kata yaitu “media” dan “elektronik”
yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media berarti sarana atau alat
siaran radio, telepon, internet dan sebagainya yang terletak diantara kedua
media elektronik itu sendiri dengan munculnya radio, televisi dan internet.
15
Bagong Suyanto, Op. Cit, hlm. 159-160.
16
https://kbbi.lektur.id/melalui#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa
%20Indonesia,%2C%20percobaan%2C%20dan%20sebagainya) , diakses tanggal 16 Februari
2022
17
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Agung media Mulia, 2009, hlm. 400.
16
internet.18
E. Landasan Teoretis
Acara Pidana adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
untuk mencari tersangka yang diduga melakukan tindak pidana dan saksi-
pidana yan ditemukan dapat menjadi terang serta agar dapat ditemukan
pelakunya.
1. Teori Pembuktian
18
http://elib.unikom.ac.id/ruang-lingkup-dan-penyelenggaraan-pers-di-indonesia, diakses
tanggal 16 Februari 2022.
19
Mukhlis R, “Pergeseran Kedudukan dan Tugas Penyidik POLRI dengan Perkembangan
Delik-Delik di Luar KUHP”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol 3 No. 1, 2019, hlm. 57,
https://jih.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIH/article/view/1040/1033
17
satu cara membuktikan terdakwa bersalah atau tidak bersalah yakni dengan
Transaksi Elektronik, salah satu hal yang menjadi kendala dalam penanganan
praktik tindak pidana dunia maya ini adalah bahwa bukti-bukti berupa
evidence) lainnya yang belum dapat diterima sebagai alat bukti dalam hukum
Indonesia.
hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian, maka hakim wajib
yang hidup dalam masyarakat, dalam hal ini menyangkut hal-hal yang
tindak pidana dunia maya terhadap transaksi elektronik. Sehingga jelas bahwa
20
Haryadi, Dessy Rakhmawati, Nadia Febriani, “Penanganan Saksi Mahkota (Kroo
ngetuige) dalam Pembuktian di Persidangan Terhadap Tindak Pidana Narkotika,” PAMPAS:
Journal Of Criminal, Vol 1 No. 2, 2020, hlm. 46,
https://online-journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/9614/6398
18
artinya hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh para
pihak yang berperkara. Jadi hakim dalam mencari kebenaran formal cukup
reasonable doubt).22
hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang bertujuan agar supaya dapat
pembuktian bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah
21
Sahuri Lasmadi, “Pengaturan Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Dunia Maya”, Journal
Fakultas Hukum, 2014, hlm. 2, https://www.neliti.com/publications/43274/pengaturan-alat-bukti-
dalam-tindak-pidana-dunia-maya
22
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Rangkang Education, Yogyakarta
2013, hlm. 241.
19
kannya.23
menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah
hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi atau diskresi yang
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan, oleh karena merupakan esensi
dari penegakan hukum serta merupakan tolak ukur dari pada efektifitas
penegakan hukum.
pilihan pertama, tindakan upaya paksa yang telah diatur secara rinci pasal
demi pasal sampai pelimpahan berkas perkara beserta tersangka dan barang
Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Pilihan kedua, adalah
tindakan atas dasar pertimbangan atau keyakinan yang ditekankan pada moral
pribadinya dan kewajiban daripada hukum dan sesuai dengan tujuan bukum.
Indonesia.
penegakan sistem nilai (jiwa) yang ada di belakang norma secara menyeluruh.
apabila tidak dipantau dengan baik den dijadiken masukan dalam pembaruan
dan sikap lindak sebaga, rangkaian penjabaran milai tahap akhir, untik
F. Metode Penelitian
yang digunakan dalam penelitian skripsi ini, berikut penulis uraikan tentang
1. Lokasi penelitian
2. Tipe Penelitian
26
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum dan Kesadaran Hukum, Jakarta, Makalah Pada
Seminar Hukum Nasional ke-IV, 1979.
27
Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 141.
22
ada dalam praktik. Penelitian ini berarti mengetahui sejauh mana hukum
3. Spesifikasi Penelitian
yang berlaku atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.
a) Populasi
penyidik.
b) Sampel
28
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Penerbit Mandar Maju,
Bandung, 2008, hlm. 126.
23
a. Studi Lapangan
29
Ibid, hlm. 159.
24
b. Studi Kepustakaan
peraturan.
6. Sumber Data
dibahas.
terhadap sumber data primer dan data sekunder, yaitu berupa Kamus
7. Analisis Data
beragam, maka teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
menentukan hasilnya.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan Pada bab ini isinya atas latar belakang masalah,
Wilayah Hukum Polda Jambi, kendala dalam proses penyidikan tindak pidana
prostitusi melalui media elektronik di Wilayah Hukum Polda Jambi. Bab ini
jawaban tentang permasalahan yang diajukan dalam proposal skripsi ini serta