PROPOSAL
Oleh :
D1C018023
JURUSAN JURNALISTIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
JURNALISME INVESTIGASI
Oleh :
D1C018023
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh
(2022) yang berjudul "Jurnalisme Investigasi dalam Film Dokumenter The End
Game". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang melemahnya KPK yang
dikemas menjadi film dokumenter tersebut menjadi hal yang menarik untuk
diteliti terkait implementasi junalisme investigasi dalam film tersebut Jenis
penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu penelitian
yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam. Data yang diperoleh akan
berbentuk kata-kata tertulis atau narasi, catatan lapangan, naskah wawancara,
foto dan video. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu: (1) mengetahui Watchdoc
dalam film tersebut adalah untuk memberi paham pada publik bahwa di KPK
terjadi upaya-upaya untuk menyingkirkan sejumlah pegawai, termasuk yang
menjadi narasumber dalam film tersebut (2)menelusuri berbagai konflik internal
yang terjadi di instansi di Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) . Penelitian kedua
dilakukan Andrawira Diwiyoga (2019) yang berjudul "Jurnalisme Investigasi
Dalam Film Drama (Analisis Wacana pada Film Spotlight karya Tom McCarthy)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai wacana jurnalisme
investigasi dalam scene-scene atau adegan-adegan dalam sebuah film. Metode
penelitian adalah pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk
mengetahui peristiwa yang terjadi atau dialami oleh subjek penelitian seperti
persepsi, tindakan, motivasi, perilaku dan lainnya, secara holistik, dan dengan
penjelasan dalam bentuk bahasa dan kata-kata, dalam sebuah konteks tertentu
yang natural dan dengan menggunakan macam-macam metode natural. Adapun
hasil dari penelitian (1) mengetahui tentang metode dimensi kognisi sosial yaitu
tentang isi pemikiran sutradara film, wacana diyakini memiliki pengaruh dalam
memperlihatkan beberapa maksud, opini, dan sebuah ideologi di mana pembuat
atau sutradara film akan mengutamakannya. (2) Dalam proses scene, struktur
wacana menunjukan beberapa maksud, opini, dan ideologi sehingga untuk
mengungkap bagaimana maksud tersembunyi dari sebuah teks tersebut
diterapkanlah analisis kognisi dan konteks sosial. Penelitian berikutnya dilakukan
oleh Siti Sarifah yang berjudul "Jurnalisme Investigasi Telivisi di Kompas TV
Jakarta (Studi Analisis Isi Kuantitatif dalam Naskah Berita Berkas Kompas) ".
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Berdasarkan uraian tersebut, tujuan
penelitian ini adalah tentang apa saja dan seperti apakah isi materi investigasi di
“Berkas Kompas” Jakarta periode November 2017-November 2018. Jenis
penelitian ini menggunakan metode analisis, lebih sesuai untuk digunakan sebagai
pendekatan karena lebih menyangkut pada wacana isi. Analisis isi, menurut
Narendra (2008), merupakan sebuah alat riset yang digunakan untuk
menyimpulkan kata atau konsep yang tampak di dalam teks atau rangkaian teks.
Adapun hasil dari penelitian ini yaitu: (1) Penyajian berita dalam acara “Berkas
Kompas” di Kompas TV Jakarta dilihat dari sisi teknis berdasarkan dimensi
liputan investigasi mayoritas berita dari hukum karena unsur utama liputan
investigasi adalah ketidakberesan, pelanggaran atau penyelewengan yang
menyangkut kepentingan umum, yang akhirnya merugikan masyarakat, topik
liputan investigasi mayoritas dari Pileg dan Pilpres karena “Berkas Kompas”
pada periode November 2017-November 2018 untuk mempersiapkan Pileg dan
Pilpres
. (2) Tujuan “Berkas Kompas” ini adalah memberikan sudut pandang dari
kacamata jurnalis dengan mengeksplor fenomena-fenomena sosial masyarakat
yang terjadi di Indonesia serta kemasan program yang memberikan renungan
kepada pemerintah dengan mengupas permasalahan dengan lebih mendalam,
mayoritas ada penyebutan sumber data penunjang yang melengkapi data primer.
Dari tiga penelitian tersebut, penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda
dengan penelitian sebelumnya. Karena penelitian yang akan peneliti lakukan lebih
berfokus kepada sesuatu peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tentang
bagaimana prostitusi bisa beroperasi di lingkungan masyarakat dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan penelitian ini menjadi
menarik untuk diteliti karena nantinya hasil dari penelitian ini dapat menunjukkan
tentang semua informasi mengenai prostitusi di daerah kota Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan
2.1 JURNALISTIK
2.1.1 Pengertian Jurnalistik
Pengertian dari kata Jurnalistik atau di dalam bahasa Inggris journalisme
berasal dari kata Prancis yaitu Journa yang memiliki arti surat kabar
(Adinegoro,1954). Diurna adalah definisi pertama dari pengertian Journa yang
memiliki arti catatan harian, tiap hari dan harian (muis,1999).
Seseorang yang memiliki tugas dalam mengumpulkan data, mengelola
dan menyiarkan ‘catatan-catatan harian’ dalam bahasa (latin) disebut Diurnarii,
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Journalist, dan setelah perkembangan
zaman di sebut dengan berita. Sedangkan dalam bahasa suku kata terbagi menjadi
dua istilah yaitu, Jurnal dan Istik. Jurnal memili arti harian, tiap hari dan catatan
harian ,dan Istik memilik makna kata seni yang berarti ilmu pengetahuan tentang
keindahan. Dan demikian, secara makna . Jurnalistik adalah sebuah karya seni
yang mencatat tentang kejadian sehari-hari. Sebuah karya seni memiliki
pengertian bahwa keindahan yang bisa menarik publik (pemirsa, pembaca dan
pendengar), sehingga dapat diperuntukkan untuk keperluan hidup. Pengertian
yang lebih luas, tentang jurnalistik adalah seni dan kecakapan dalam mencari,
mengumpulkan, mengelola, menyusun dan menyajikan berita dengan secara
indah, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan perihal informasi kepada
masyarakat, dan sehingga terjadi hubungan timbal balik yang dapat
mempengaruhi perubahan sifat, sikap ,opini dan pendapat dari khalayak, sesuai
dengan tujuan para jurnalis dan media massa.
Pengetahuan tentang Ilmu Jurnalistik berkembang seiring dengan
kemajuan zaman, sejumlah pakar, praktisi dan teoritis komunikasi dan jurnalistik
berusaha dalam mendefinisikan Ilmu Jurnalistik dari beberapasegala sudut
pandang masing-masing, hampir memiliki pengartian dan makna yang hampir
sama. Sehingga untuk dapat memperoleh arti yang dapat lebih memiliki
pengertian jelas dan komprehensif mengenai Ilmu Jurnalistik, ada beberapa
sampel definisi Ilmu Jurnalistik dari sejumlah pakar yang penulis ambil untuk
menafsirkan perihal Ilmu tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “salah Satu Karya Seni yang
bersifat kejuruan yang bersangkutan tentang sebuah perihal pemberitaan dan
persurat kabaran," Pendefinisian oleh Ensiklopedi Indonesia," Sebuah Teknik
yang mengelola tentang berita sejak awal mendapatkan bahan dan sampai kepada
tahap untuk menyebarluaskannya kepada masyarakat . Pada awalnya jurnalistik
hanya dapat mengelola perihal yang sifatnya informatif saja.
Menurut penulis buku ‘Dinamika Komunikasi’ (1986) Onong Uchjana
Effendy dan Tjun Surjaman,"Sesuatu yang memilik pengertian seni atau sebuah
keterampilan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, serta
menyajikan perihal tentang berita dan tentang suatu peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari secara indah, dalam rangka untuk dapat memenuhi segala
kebutuhan hati nurani khalayaknya,"
Kustadi Suhandang, "Kepandaian karang-mengarang yang pokoknya
untuk memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar
kabar seluas-luasnya,"
Sastrawan pelopor Jurnalistik Indonesia Adinegoro, "Tindakan dan
Kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan
menyebarkan berita melalui media secara berkala kepada khalayak dengan luas
dan dengan secepat- cepatnya,"
Menurut para praktisi dan teoretisi ilmu komunikasi dan ilmu jurnalistik
mengartikan bahwa jurnalistik adalah suatu kegiatan mengumpulkan, mengolah
dan serta menyebarkan pemberitaan kepada khalayak dengan luas dan secara
cepat untuk semua masyarakat. Faktor tersebut yang menjadikan jurnalistik
sebagai suatu proses pengelolaan perihal kejadian yang terjadi sehari-hari yang
dapat menarik minat masyarakat. Sesuatu yang diliput dan disebarluaskan adalah
sesuatu kejadian dan peristiwa yang aktual dan bahkan pendapat seseorang(opini)
yang dapat menarik perhatian khalayak. Perihal sesuatu berita yang dapat menarik
perhatian masyarakat adalah materi utama para jurnalis untuk dijadikan berita dan
disebarkan secara luas kepada masyarakat dan khalayak dengan sangat cepat
2.2 JURNALISME
2.2.1. Pengertian Jurnalisme
Persamaan makna kata jurnalistik dan jurnalisme di kalangan para pakar
masih jadi perdebatan, para ahli masih mendiskusikan tentang kesamaan arti dari
kedua kata tersebut ,hal tersebut masih menjadikan semua orang sering bingung
untuk menyebut dan membedakan antara jurnalis dengan jurnalisme.
Pendefinisian tentang Jurnalisme menurut Webster Dictionary.’Jurnalisme adalah
suatu kegiatan mengumpulkan berita atau memproduksi sebuah surat kabar’. Dari
pemaknaan tersebut, jurnalisme adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seorang wartawan, di sisi lain jurnalistik merupakan kata sifat (ajektif) dari
jurnalisme.
Pada dasarnya, jurnalistik adalah sifat dari suatu kegiatan jurnalisme.
Dengan kata lain, jurnalistik merupakan kata sifat dan jurnalisme merupakan kata
benda. Jurnalisme adalah suatu hal yang merupakan aliran, paham, desain, teknik
dan gaya pelaporan peristiwa, pemikiran, ide atau opini melalui media massa.
Jurnalisme juga memiliki bidang disiplin dan menerapkan kode etik jurnalistik
dalam mengumpulkan, memastikan, melaporkan dan menganalisis informasi yang
dapat dikumpulkan mengenai tragedi yang sedang terjadi sekarang.
2.3 JURNALISME INVESTIGASI
2.3.1 Pengertian Jurnalisme Investigasi
Pengertian investigasi pertama kali muncul pada tahun 1890. Nellie Bly
adalah wartawan pertama yang menerapkan proses investigasi ketika ia bekerja
sebagai reporter di Pintsburgh Dispatch. Bly menerapkan gaya jurnalistik yang
berbasis investigasi , tentang bagaimana kehidupan masyarakat kasta kelas bawah
dalam kehidupan sehari-hari . Bekerja di sebuah pabrik di Pittsburg adalah cara
Bly dalam mendalami kasus dan menyelidiki kehidupan para buruh yang berada
di bawah umur, yang bekerja dalam kondisi Tidak layak(Septiawan
Santana,2002).
Chris White dari The Partliament Magazine di Brussels, berpendapat
bahwa hal yang dituju dalam pekerjaan journalisme investigasi yaitu yang
pertama , bertujuan untuk mengungkapkan dan mendapatkan sebuah kisah yang
kompleks. Dan, kedua, memberikan dan menjaga masyarakat untuk memiliki
kecakapan informasi dan mengetahui keberadaan bahaya di kehidupan mereka
(Septiawan Santana. 2003). Menurut Septian Santana mengungkapkan bahwa
kegiatan jurnalisme investigasi adalah peluang yang mencakup bidang
penyelidikan . Penyelidikan yang bertujuan kepada penelusuran dan penemuan
sesuatu yang dianggap tertutup. Perkerjaan liputan berfokus pada arah kegiatan,
bagaimana para pencari informasi mendapatkan informan yang dapat
memberikaninformasi yang di dibutuhkan, bagaimana dan dimanah informasi
dapat di evaluasi . Penyelidikan bisa di kategorikan dalam situasi yang berbahaya
dikarenakan usaha membuka sesuatu yang sengaja ditutup-tutupi (Septiawan
Santana ,2003).
Goenawan Mohamad, adalah salah satu wartawan senior di Indonesia, di
kutip oleh Septiawan Santana, yang menyatakan bahwa ia melihat upaya
jurnalisme investigasi yang bergerak mengikuti naluri Panca indra ,untuk dapat
membuka beberapa upaya pihak yang berusaha menutup-nutupi suatu perkara,
perkerjaan menjadi satu fokus yaitu untuk menelusuri berbagai dokumen, yang
memilik keterkaitan dengan perkara tersebut, dan mencoba untuk
mengevaluasi ,menemukan berbagai kejanggalan dari suatu peristiwa (Septiawan
Santana, 2003) dan dari hal tersebut, perkerjaan jurnalisme investigasi terkait
dengan mencari informasi yang tersembunyi untuk dapat di laporkan kepada
masyarakat. Peliputan menjadi kegiatan pengujian dari berbagai dokumen dan
rekaman yang diperoleh, informasi dari informan, sebuah tekad dan perluasan
riset. Jurnalisme investigasi sering memberitakan penyimpangan yang dilakukan
para pekerja publik dan aktivitasnya.
Dandhy Dwi Laksono (2010) berpendapat, Jurnalisme investigasi adalah
usaha untuk mengungkap sebuah perkara kejahatan yang menyangkut
kepentingan publik secara jelas dan tuntas, dan disertai dengan pengungkapan
seseorang atau pun kelompok yang terlibat dalam perkara tersebut dengan di sertai
oleh barang bukti, sehingga masyarakat memahami kompleksitas suatu perkara
tersebut.
Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (2003) adalah sebuah
buku yang ditulis oleh Deddy Iskandar Muda, Deddy mengatakan bahwa
jurnalistik investigasi adalah berita yang bersifat eksklusif. Data yang diperoleh
tidak mudah untuk di dapatkan, harus melalui suatu proses penyelidikan. Karena
melalui proses penyelidikan, tentunya untuk membutuhkan waktu yang cukup
lama atau dalam kurun waktu yang sangat lama dan membutuhkan tenaga yang
banyak, dikarenakan melalui proses yang sangat kompleks, berita jurnalisme
investigasi menjadi lebih menarik dari berita lainya.
2.3.2 Unsur-Unsur Jurnalisme Investigasi
Septiawan Santana dalam karya buku yang ia tulis mengutip dari Steve
Weinberg (1996) tentang unsur-unsur jurnalisme investigasi, yaitu:
a. Subjek Investigasi
Jurnalisme Investigasi di dalam proses yang diperlukan pengenalan
terhadap subjek-subjek liputan. Perlu perencanaan sebelum
melakukan investigasi , wartawan investigator harus mengukur
ketepatan dalam subjek investigasinya. Proses investigasi bisa
bermula dari informan atau sumber yang telah lama dihubungi, atau
asing, tidak dikenal
b. Hipotesis Riset
Investigatif memiliki fokus perkerjaan di bagian penelusuran
permasalahan yang akan diungkap, berdasar pada hipotesis wartawan.
Wawancara yang dilakukan secara intens dan membutuhkan waktu
yang cukup panjang serta dilakukan di berbagai tempat, riset yang di
perlukan harus berupa rancangan yang cukup cermat, sehingga dapat
membuktikan hipotesa. Bahkan, di dalam proses investigasi
dipadukan dengan bidang lain selain kewartawanan
c. Sumber Sekunder
Informasi yang telah di peroleh dipubliskan dan disiarkan adalah
informasi yang telah menjawab pertanyaan- pertanyaan mendasar.
Informasi tersebut dikatakan sebagai materi keterangan dari sumber
sekunder, dalam jurnalisme investigasi, jika keterangan tersebut telah
layak diperiksa, maka dapat dijadikan sebagai petunjuk, dari berbagai
petunjuk tersebut, dibagi menjadi beberapa tahap, dengan melakukan
proses penyelidikan dan penelusuran dengan menggunakan petunjuk
tersebut sebagai landasan dasar bagi proses penyelidikan tersebut.
d. Narasumber
Narasumber (human source) adalah orang-orang yang memberikan
informasi dan tidak memiliki risiko ketika memberikan keterangan
dan memiliki waktu reflektif, dan serta memungkinkan menyimpan
dokumen-dokumen yang diperlukan. Keterangan dari narasumber
dapat memiliki nilai yang sangat penting karena merupakan sebuah
informasi yang sangat berguna bagi proses penyelidikan. Pemaknaan
dari narasumber terhadap berbagai dokumen dalam kedudukan
sebagai orang dalam dan punya keahlian yang berkaitan dengan isu
yang diinvestigasi.
e. Pikiran dokumentatif
Informasi dari sumber sekunder sering dijadikan sebagai petunjuk
untuk melakukan proses pencarian dokumen-dokumen utama
(primary documents). Akan tetapi, data dari berbagai dokumen
tersebut dapat berubah, hal ini dikarenakan ada beberapa oknum-
oknum tertentu yang dengan sengaja di rubah data dari dokumen
tersebut, dikarenakan hal itu seorang wartawan investigasi harus
memiliki pemikiran dokumentatif, yaitu. Berpikir berdasarkan
berbagai catatan-catatan dokumentatif yang telah di peroleh.
f. Teknik Riset
Teknik riset adalah usaha untuk mencari keterkaitan dari latar
belakang paralel (parallel background) dengan latar belakang tidak
langsung (indirect parallel) yang sengaja ditutup demikian rapat, di
tempat tidak terduga. Teknik penelitian wartawan ,yang harus terbiasa
dengan sikap skeptis terhadap yang terjadi di sekitarnya , merujuk
kepada sesuatu pemikiran akan latar belakang dari informasi dari
sesuatu yang tampak
g. Berpikir Wisdom
Unsur yang memiliki keterkaitan dengan logika, yang dijadikan
sebuah alasan dasar bagaimana pengumpulan informasi serta teknik
penyusunan dan penulisan dilakukan wartawan
h. Mengorganisir Informasi dan Menulis-ulang
Data yang telah terkumpul dari sumber sekunder, dokumen utama,
dan narasumber, sering kali terlalu banyak dan luas. Dikarenakan hal
tersebut, dilakukan langkah pengevaluasian dengan secara berkala,
membuat sebuah pilihan untuk di jadikan sebagai pendahuluan
mengenai bahan/keterangan/informasi yang paling valuable.
Sedangkan menurut Dandhy Dwi Laksono di dalam bukunya Jurnalisme
Investigasi (2010) ,jurnalisme investigasi terdiri dari 5 unsur, yaitu:
a. Menuntaskan sebuah kejahatan terhadap kepentingan publik, atau
tindakan yang dapat merugikan orang lain
b. Dari kasus yang diungkap cenderung memiliki skala dan terjadi
secara luas dan sistematis (ada kaitan atau benang merah
c. Dapat menjawab semua pertanyaan penting yang bermunculan dan
menjawab persoalan secara baik
d. Memberitahukan orang-orang yang terlibat secara lugas, serta
didukung dengan bukti-bukti yang kuat.
e. Masyarakat dapat bisa memahami Kompleksitas dari permasalahan
yang di laporkan dan dapat membuat keputusan atau perubahan
berdasarkan laporan itu
2.3.3 Karakteristik Reportase Investigasi
Farid Gaban berpandangan bahwa esensi sebuah liputan investigasi
bukanlah soal besar-kecilnya suatu isu, persoalan hidup sehari-hari pun bisa
menjadi tema liputan investigasi yang dahsyat. Tidak harus berakhir dengan
kejatuhan seorang presiden seperti Richard Nixon setelah The Washington Post
mengungkap skandal Watergate di Amerika Serikat, era 1970-an. Menurut Farid,
kini zaman sudah menuntut wartawan tidak hanya terpaku pada investigasi yang
menyangkut pejabat atau politisi, tetapi juga berkaitan dengan relasi konsumen-
produsen atau kejahatan korporasi. Karena itu, kini persoalannya bukan lagi
apakah isunya harus nasional, menyangkut Istana Negara, Bank Sentral, tetapi
bisa juga kantor polsek, pasar tradisional, bahkan tempat ibadah. Hampir setiap
karya jurnalis Indonesia yang diberi label investigasi selalu menimbulkan
perdebatan tentang layak tidaknya predikat itu disandang. Hanya sedikit yang
diakui sebagai karya investigasi. Padahal, jurnalis tersebut atau medianya merasa
sudah jungkir balik mengerjakannya. Seperti laporan Bondan Winarno tentang
skandal Busang setebal 270 halaman, biasanya langsung disebut sebagai produk
atau karya jurnalistik investigatif.
Tentu saja laporan yang panjang belum tentu laporan investigasi.
Sebaliknya, laporan-laporan pendek atau tayangan lima menit di televisi bisa
merupakan laporan investigasi, bisa juga bukan. Hal itu dikarenakan, produk atau
karya investigasi yang dihasilkan oleh seorang jurnalis pasti menggunakan teknik
investigasi dalam proses peliputannya, sedangkan teknik investigasi yang
dilakukan seorang wartawan belum tentu menghasilkan produk atau karya
jurnalisme investigasi. Banyak jurnalis Indonesia berpendapat bahwa status
investigasi bukan ditentukan oleh panjang pendeknya laporan, atau apakah dia
menggunakan teknik menyamar dalam liputannya, melainkan apakah laporan itu
mengungkap kasus kejahatan terhadap kepentingan publik, apakah laporan itu
tuntas menjawab semua hal tanpa menyisakan sedikit pun pertanyaan, (karena
kejahatan tersebut biasanya dilakukan secara sistematis), apakah laporan itu sudah
mendudukkan aktor-aktor yang terlibat disertai buktinya (karena sistematis, maka
dalam kejahatan itu biasanya ada pembagian peran, aktor pengecoh, dan kambing
hitam atau korban), serta apakah pembaca/ pendengar/ penonton sudah paham
dengan kompleksitas masalah yang dilaporkan.
Robert Greenen dari Newsday (Amerika) menegaskan adanya elemen
“disembunyikan” dan “orisinal” dalam sebuah laporan investigasi. Menurut
Greene, topik seputar kejahatan publik saja tidak cukup layak disebut investigasi,
tapi haruslah yang orisinal, dan bukan menindaklanjuti investigasi pihak lain,
seperti polisi atau jaksa. Itulah jurnalisme investigasi. Peraih Pulitzer pada 1970
dan 1974 ini juga menegaskan pentingnya elemen “dirahasiakan oleh mereka
yang terlibat”. Jadi bila ada kejahatan yang sengaja ditutup-tutupi, maka itulah
pintu masuk untuk jurnalisme investigasi.
2.3.4 Perbedaan Investigative Reporting dengan In-Depth
Reporting Di Indonesia banyak orang tak bisa membedakan mana sebuah
tulisan in-depth reporting (laporan mendalam) dan mana sebuah investigation
reporting (laporan investigasi). Misalnya pengungkapan skandal korupsi
Pertamina oleh harian Indonesia Raya pada awal 1970-an yang oleh kalangan
jurnalis biasanya langsung disebut sebagai model awal praktik peliputan
investigasi di Indonesia. Posisi sebuah laporan investigasi memang demikian
tingginya dalam jurnalisme. Baik dari sisi kesulitan, dampak maupun perlakuan
yang diberikan kepadanya. Perlakuan istimewa terhadap pekerjaan investigasi
secara jelas bisa dilihat dari kode etik sejumlah organisasi profesi wartawan,
termasuk Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang melarang wartawan untuk
menyogok narasumber demi mendapatkan berita, kecuali untuk kepentingan
investigasi. Kalangan wartawan sendiri menilai pekerjaan investigasi adalah induk
dari semua bentuk jurnalisme (investigative reporting is the mother’son
journalism). In-depth reporting atau laporan mendalam biasanya juga disajikan
panjang lebar. Tetapi, dia hanya berhenti pada pemetaan masalah. Laporan
investigasi lebih maju dengan mencari di mana letak kesalahannya, apakah terjadi
secara sistematis, dan siapa saja yang terlibat dan bertanggung jawab. Karena
jurnalisme investigasi adalah produk jurnalistik yang mengungkap cerita dibalik
sebuah berita. Bila dibedakan antara laporan biasa (regular news), laporan
mendalam (in-depth reporting), dan laporan investigasi (investigative reporting).
Tabel 1.1 : Perbedaan Regular News, In-depth dan Investigative
METODE PENELITIAN
1 Masyarakat
2 Pelaku Prostitusi
3 Pelaku
Prostitusi/Muncikari
5 Pihak Berwajib
Kepolisian/Satpol pp
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan peneliti memperhatikan keadaan
yang menjadi lokasi penelitian peneliti dengan menggunakan Indra mata sebagai
alat bantu utamanya dan Panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, dan
mulut (Anggito, 2018: 18). Dalam proses pengamatan ini peneliti mengumpulkan
data dengan observasi jenis yang terstruktur, yaitu pengamatan dilakukan
menggunakan pedoman observasi. Peneliti mengembangkan pengamatannya
berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Observasi berlangsung
kurang lebih sekitar 1 bulan. Pada saat di lapangan peneliti melakukan observasi
pertama yaitu tentang isu-isu prostitusi yang berada di Kota Manna. Adapun hasil
yang peneliti dapatkan dari observasi kegiatan atau pun hal yang berkaitan dengan
prositusi. Hasil dari pengamatan atau observasi peneliti merupakan pelengkap
data yang menjadi fokus masalah peneliti, yaitu bagaimana dan mengapa prositusi
bisa beroperasi di daerah Kota Manna
2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan suatu teknik mendekati informan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan cara tanya jawab berdasarkan
tujuan penelitian. Dengan melakukan wawancara dapat menangkap aksi reaksi
orang dalam bentukekspresi sewaktu tanya jawab berlangsung (Silalahi, 2010 :
312). Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik terstruktur. Selanjutnya juga dilakukan wawancara mendalam terhadap
informan yang telah peneliti tentukan. Peneliti dalam Proses wawancara akan
menggunakan metode penyamaran, dikarenakan informasi dan data yang peneliti
butuhkan adalah sesuatu yang rahasia, diawali dengan membuat satu penyamaran
sebagai klien atau pengguna jasa. wawancara dilakukan dengan menemui
informan yang telah mendapati kesepakatan untuk bertemu dan melakukan proses
wawancara namun dengan cara seperti melakukan sebuah obrolan, intens namun
hati-hati agar mendapatkan informasi yang berguna untuk penelitian
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis baik sumber data sekunder di mana sumber data tersebut tidak dibatasi
menurut Menurut Anggito (2018: 115). Dalam penelitian yang peneliti lakukan
mengenai bagaimana prostitusi bisa beropersi, dengan mengumpulkan
dokumentasi berupa foto atau gambar yang berhubungan dengan penelitian
peneliti. Adapun gambar yang peneliti jadikan dokumentasi dalam dokumentasi
adalah foto tentang sebuah lokasi yang memiliki kerterkaitan dengan hal
prostitusi, bukti bill pembayaran dan screenshoot chat antara pengguna dan
penyedia jasa , foto tersebut bertujuan untuk menjadi bukti dan menjadi tahap
lanjutan untuk proses invetigasi. Peneliti juga melakukan dokumentasi pada
beberapa yang dipublikasikan oleh informan peneliti sebagai salah satu bukti
observasi yang peneliti lakukan beserta beberapa foto wawancara bersama
informan peneliti.
4. Investigasi
Tiga teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan akan di balut dengan
metode investigasi. Penyamaran, adalah metode yang akan digunakan dalam ke-
tiga metode pengumpulan data, karena sebuah informasi yang peneliti butuh kan
bersifat rahasia, tentunya bukan hal mudah untuk mendapatkan informasi tersebut
dari informan jika melakukan wawancara dengan cara metode dasar. Peneliti akan
menggunakan metode:
Penyamaran Melebur (immerse)
Teknik ini akan peneliti gunakan untuk menyamar sebagai pengguna
jasa atau pembeli layanan prositusi untuk mendapatkan sejumlah
informasi dan jaringan prositusi . Bila ditimbang skala risiko,
barangkali teknik inilah yang paling tinggi risikonya, tapi juga
menjanjikan hasil yang paling maksimal karena reporter berada di
“episentrum” peristiwa atau objek liputannya. Agar peneliti
mendapatkan sebuah informasi yang berharga
People Trail
People Trai yakni menelusuri keberadaan seseorang atau narasumber.
Baik mereka yang diduga terlibat, maupun mereka yang mengetahui
seluk-beluk masalah tersebut. Metode ini kerap kali digunakan dalam
tahap mencari kesaksian, metode ini akan membantu seorang jurnalis
memetakan dengan baik, siapa menjalankan peran apa, dan siapa yang
memiliki versi lain atas semua keterangan yang ada. Ide dasar dari
metode people trail dalam investigasi adalah:
1. Untuk mengetahui para aktor dalam sebuah kasus dan memilah-milah
perannya.
2. Mencari keterkaitan antara satu kejadian dan kejadian lain, melalui
benang merah orang.
3. Menentukan sumber-sumber penting lain yang bisa membantu jurnalis
memecahkan kasus tersebut
Memulai people trail bisa dari memetakan siapa saja yang diuntungkan
atau siapa saja yang dirugikan dalam sebuah kasus tertentu. Lalu setelah
orang per orang dipetakan, seorang jurnalis bisa menggunakan analisis
unit sosial atau struktur sosial untuk membantu memperoleh gambaran
yang lebih jelas. Seorang jurnalis investigasi dalam hal ini bisa
mengembangkan pendekatan sendiri, karena pada dasarnya kerja-kerja
investigasi adalah seni, bukan ilmu eksakta yang penuh teori.
Dalam metode investigasi penentuan informan adalah hal yang sangat penting.
Dikarenakan, mendapatkan data tidak dilakukan secara acak melainkan
berdasarkan tujuan yang disesuaikan dengan sasaran penelitian dengan
menggunakan teknik purposive sampling atau bertujuan. Pemilihan siapa subjek
yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
peneliti, oleh karena itu orang-orang terpilih harus sesuai dengan dengan ciri-ciri
khusus yang dimiliki oleh sampel itu. Mereka dipilih karena dipercayai mewakili
satu dari yang lainnya. Peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian atas
karakteristik yang akan dijadikan informan (Silalahi, 2010: 272). Adapun
informan dalam penelitian yang akan peneliti kaji terdiri dari informan kunci dan
informan tambahan. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Pekerja seks
Komersial (PSK). Muncikari orang yang memiliki komunikasi atau sebagai
perantara antara pembeli dan Pekerja Seks Komersial dan orang-orang yang
menggunakan jasa pekerja seks komersial dan instansi keamanan di daerah kota
Manna.
Penelusuran akan dilakukan untuk menentukan beberapa lokasi yang di duga
adalah tempat prostitusi atau tempat pekerja seks komersial melakukan kegiatan
yang bersifat penyimpan/prostitusi, dan observasi terkait perihal penentuan
langkah selanjutnya untuk mendapatkan informasi .
4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi dilakukan peneliti dengan terus berada di lapangan. Dari permulaan
pengumpulan data, mencari data dan mendapati data di lapangan. Selain itu,
verifikasi juga diperkuat dengan teori yang peneliti gunakan selama berada di
lapangan yaitu teori Cris White. Berbendapat bahwa Jurnalisme Investigasi adalah
yakni mengungkap dan mendapatkan sebuah kisah berita yang bagus. Serta,
menjaga masyarakat untuk memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya
bahaya di tengah kehidupan mereka. Satana (2004 : 99). Menjelaskan bahwa
wartawan investigasi mencoba mendapatkan kebenaran yang tidak jelas, samar
atau tidak pasti. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa jurnalistik investigasi
berfokus pada upaya untuk mengungkap kebenaran, fakta, dan kejelasan
informasi. Dari verifikasi data yang dilakukan maka kesimpulan dapat disajikan
dalam bentuk deskriptif di mana peneliti kemudian mencoba menarik kesimpulan
dari hasil temuan di lapangan sekira data yang peneliti butuhkah telah lengkap.
Kesimpulan-kesimpulan tersebut dilakukan dengan cara : (1) memikir ulang
selama penulisan, (2) tinjauan ulang catatan lapangan, (3) upaya-upaya luas untuk
menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain hingga
tercapailah suatu pemaparan dan penegasan kesimpulan berupa adanya kasus
Prostitusi yang beroperasi di kota Manna Bengkulu Selatan.
DAFTAR PUSTAKA