BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terbaru.
berupa baik informasi yang positif maupun negatif dapat diakses dengan
dengan norma agama, norma kesusilaan, norma hukum dan budaya yang
beban yang berat bagi masyarakat, saat ini sangat mudah bagi masyarakat
2
dan pelecehan seksual yang pada awalnya sangat tidak populer, saat ini
yang tidak sesuai dengan norma agama, norma hukum, atau norma susila
laku seksual adalah, segala perilaku yang didasari oleh dorongan seks.
Menurut Kartono ada dua jenis perilaku seks, yaitu perilaku yang
porno dan lain-lain, serta perilaku seksual yang dilakukan dengan orang
tidak dapat diterima oleh masyarakat dan tidak sesuai dengan tata cara,
heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau dengan partner yang
bahan tesis karena kasus kekerasan seksual menjadi trend baru berita
melalui media massa sangat kuat, pressure media terhadap kinerja Polri
sebagai penyidik sangat besar serta banyak sorotan dari lembaga dan
1
Kartini Kartono. Patologi Sosial 2. Jakarta: Radja Grafindo Persada. 1998. Hal. 22.
2
Kartini Kartono. Ibid. Hal 35.
4
bahkan negara.
dan orang lain yang bertentangan dengan kepentingan hak asasi pihak
3
Upaya Hukum Yang Dilakukan Korban Dikaji Dari Perspektif Sistem Peradilan Pidana.
http://pnkepanjen.go.id. Diakses tanggal 13 November 2015. Pukul 12.47 wib.
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
kejahatan seksual.
D. Manfaat Penelitian
penelitian yaitu:
seksual.
kekerasan seksual.
E. Orisinalitas Penelitian
4
Program Doktor Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
2005
8
rendah.
5
Program Magister Ilmu Hukum. Universitas Diponegoro. Semarang. 2008.
9
F. Kerangka Teori
dan kejiwaan dari diri seorang individu merupakan salah satu syarat
eksternal.
perbedaan standar atau ukuran tentang nilai dan norma yang berlaku di
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat dan tidak sesuai dengan tata
umum. 6
6
Kartini Kartono. Ibid. Hal. 23.
11
tahun dan 60% terjadi dengan anak-anak lain sedangkan 22% kekerasan
anak dikaitkan dengan umur korban, 28% dialami oleh perempuan, dan
9% adalah laki-laki. Rata-rata umur korban adalah 9.8 tahun untuk anak
perempuan dan 10.3 tahun untuk anak laki-laki. 24% pelaku kekerasan
seksual anak adalah dilakukan oleh orang asing, sedangkan 76% pelaku
kekerasan seksual anak adalah orang yang sudah dikenal oleh korban. 8
laki dan ditujukan kepada perempuan dalam bidang seksual yang tidak
7
Poerwandari, E. K. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Universitas Indonesia.
1998.
8
Robert Osadan.“The Importance of Knowing Child Sexual Abuse Symptoms in the Elementary
Teacher’s Work”. International Journal of Humanities and Social Science” Vol. 5, No. 7 (1), July
2015.
9
Sisca, H., & Moningka, C., Resiliensi perempuan dewasa muda yang pernah mengalami
kekerasan seksual di masa kanak-kanak. Jurnal Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur & Sipil) Vol : 3 Oktober 2009.
10
Mboiek, P. B., Pelecehan seksual suatu bahasan psikologis paedagogis, makalah dalam
Seminar Sexual Harassment, Surakarta 24 Juli 1992 (Surakarta: kerjasama Pusat Studi Wanita
Universitas Negeri Surakarta dan United States Information Service). 1992.
11
Stanko, E. A., Reading Danger: Sexual Harassment, Anticipation and Self-Protection, dalam
Marianne Hester (ed.) Women Violence and Male Power: Feminist Activism, Research and
Practice. 1996. (Buckingham: Open University Press). 1996.
12
aspek legal, tetapi juga sosial dan kultural. Bersamaan dengan berbagai
yang sementara diyakini sebagai kodrat Tuhan dan tidak dapat dirubah,
12
Suhandjati, S., Kekerasan terhadap istri. Yogyakarta: Gama Media. 2004.
13
Tower, C., Understanding Child Abuse and Neglect (5thed). Boston: Allyn & Bacon, A Pearson
Education Company. 2002.
13
Negara, dalam hal ini polisi dan jaksa, memiliki peran yang dominan dan
dengan negara (dalam hal ini polisi dan jaksa) di lain pihak. Keadaan
14
Sarlito W. Sarwono., Psikologi Remaja, 2003, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
14
tersebut menjadi conditio sine qua non bagi nasib korban kejahatan,
pidana.
tidak langsung (indirect) yang tidak menimbulkan akibat hukum. Hal ini
(direct) yang murni sebagai hubungan hukum antara dua subjek hukum
dengan polisi dan jaksa yang menjadi salah satu penyebab korban
15
Robert Reiff. The Invisible Victim, New York: Basic Books Inc. Publishers. 1979. Hal. 76 dalam
Mudzakkir. Kedudukan Korban Tindak Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia
Berdasarkan KUHP Dan RUU KUHP . Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14, No.1, Maret 2011. Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hal. 29
16
Hubungan antara penjual jasa hukum dengan pengguna jasa hukum. Terdakwa dapat memilih
ahli hukum yang baik sebagai penasehat hukumnya yang benar-benar dapat memperjuangkan
kepentingankepentingannya dan ia sewaktu-waktu dapat mencabut kuasanya bila penasehat
hukum tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan memuaskan. Sebaliknya korban tidak bisa
memperlakukan polisi seperti halnya terdakwa terhadap penasehat hukumnya. Hubungan antara
korban kejahatan dengan polisi dan jaksa adalah hubungan yang bersifat unik dan simbolik, karena
korban tidak memiliki hak terhadap polisi dan jaksa seperti halnya terdakwa dengan penasehat
hukumnya. Mudzakkir, Ibid. Hal. 30.
17
Maksudnya korban kejahatan akan mengalami viktimisasi akibat adanya reaksi formal maupun
informal yang tidak respek terhadap kepentingan korban. Masalah ini dibahas di dalam William F.
McDonald., Criminal Justice and The Victim. London: Sage Publications. 1976. Mudzakkir, Ibid.
Hal. 31.
15
pertama oleh pelaku kejahatan dan kedua oleh sistem peradilan pidana itu
sendiri.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Metode Penelitian
16
anak yang sedang diproses hukum atau yang telah selesai diproses oleh
3. Lokasi Penelitian
kejahatan, hal ini sangat menarik dikaji karena wilayah Daerah Istimewa
dan mewakili semua adat istiadat dari seluruh Nusantara, Polri sebagai
4. Sumber Data
bahan sekunder dan bahan tertier, bahan primer merupakan bahan yang
teks, kamus-kamus hukum dan jurnal-jurnal hukum dalam hal ini adalah
a. Wawancara
b. Studi Kepustakaan
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif. Dalam hal ini terdapat tiga komponen analisis yaitu
Reduksi dan sajian data disusun pada waktu penulis sudah mendapatkan
narasi yang disusun secara logis. Pada waktu pengumpulan data sudah
didasarkan pada semua yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data.
I. Objek Penelitian
Sleman (3) Polres Bantul (4) Polres Gunung Kidul (5) Polres Kulon
memiliki pola kejahatan dan pola pelaku serta korban. Hasil analisa akan
yang dilakukan sebagai salah satu cara menguji validitas data, yaitu
derajat kesesuaian dan ketepatan antara data yang terjadi pada objek
18
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitataif. R&D. Alfabeta: Bandung. 2012. Hal.
117.
21
K. Sistematika Penulisan
mengenai uraian yang dikemukakan dalam tiap bab. Pada Bab I berisi
Bab III ini akan dibahas tentang hasil penelitian, hasil pemeriksaan, hasil
Saran yang merupakan akhir dari penulisan tesis yang berisikan simpulan