Anda di halaman 1dari 10

KASUS KRIMINOLOGI PEMERKOSAAN TERHADAP 2 ANAK

PEREMPUAN DI KOTA BAU-BAU BERHUBUNGAN DENGAN TEORI


KONTROL SOSIAL

YUDHA H1A121430
KELAS A
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2023
A.PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara hukum seperti yang tertuang dalam pasal 1 ayat 3 undang-
undang dasar 1945 yang berbunyi negara Indonesia dan negara hukum. Negara hukum
mensyaratkan bahwa setiap tindakan dari negara haruslah bertujuan untuk menegakkan kepastian
hukum dilakukan secara setara menjadi unsur yang menjunjung tinggi setiap hak asasi manusia.
widyono Projo dikoro mengemukakan bahwa kesusilaan atau zedenlijkheid merupakan adat
kebiasaan yang baik mengenai kelamin seseorang. jadi, kejahatan terhadap kesusilaan dapat
diartikan sebagai kejahatan yang melanggar adat kebiasaan yang baik mengenai kelamin
seseorang. kejahatan terhadap kesusilaan di dalam buku 2 bab 14 KUHP diatur mulai dari pasal
281 sampai dengan pasal 299 kemudian terkait dengan tindak pidana permerkosaan diatur dalam
pasal 285 KUHP. Bentuk kejahatan dalam hukum pidana sebagai tindak pidana merupakan suatu
perbuatan yang dilarang oleh peraturan hukum dan pertanggungjawaban pidana menuju pada
orang yang melanggar dan dapat dijatuhi pidana. 1
Kejahatan kekerasan seksual memang bukan merupakan hal yang baru lagi bagi telinga
masyarakat terlebih pada saat ini kekerasan seksual tidak hanya ditujukan kepada orang dewasa
saja tetapi juga pada anak-anak. 2
Pandangan aktivis pembela hak-hak perempuan pelanggaran dan pelecehan hak-hak asasi
perempuan seperti permerkosaan, yang sebenarnya lebih disebabkan oleh perilaku dan corak
pandang masyarakat yang menempatkan perempuan hanya sebatas sebagai objek dan bukan
sebagai subjek yang sederajat dibandingkan berlaku terhadap kaum laki-laki. 3
akar
permerkosaan ditempatkan sebagai contoh perbuatan kriminalitas yang melanggar HAM
perempuan karena lebih memosisikan keunggulan diskriminasi gender, yang mengakibatkan
perempuan sebatas diperlakukan sebagai objek pemuasan kepentingan biologis kaum laki-laki.
laki-laki merasa lebih unggul dan berkuasa dibandingkan perempuan titik perasaan seperti ini
kemudian mendorongnya untuk melakukan eksperimen terhadap perbuatan-perbuatan tidak
terpuji seperti kekerasan seksual.
Adapun teori penyebab kejahatan dari perspektif sosiologis dilihat dari teori kontrol
sosial:

1
Chandra, 2013
2
Huda dan kuswardhani, 2020
3
Chaerunnisa, 2019
Teori kontrol sosial untuk menganalisis kasus pemerkosaan 2 anak perempuan berusia 9
tahun dan 4 tahun yang merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta
mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan norma
dan nilai yang berlaku. Dengan adanya kontrol sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan
anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang atau membangkang teori kontrol sosial ada
sehingga pidana perkosaan menjelaskan bahwa tindak pidana pemerkosaan terjadi karena
lemahnya inhibisi moral dan sosial pelaku, lemahnya reaksi masyarakat atas keterjelaan
pelanggaran kesusilaan pada umumnya khususnya atas suatu tindakan perkosaan dan sikap serta
boleh (permissivenness atitude) yang sedang menggejala di kalangan masyarakat dan aparat
pemerintahan maupun aparat penegak hukum yang bertanggung jawab yang disebabkan oleh
pengaruh globalisasi teknologi informasi dan komunikasi.
Kontrol sosial ini sangat dibutuhkan dalam membantu remaja untuk mencari identitas
dirinya4 peran kontrol sosial ini di baik pemerintah setempat masyarakat selain masyarakat
sekitar dari remaja, guru yang menjadi pengajar remaja, juga peran kontrol sosial yang diberikan
oleh orang tua. Jika kemudian kita melihat realitas kembali bahwa masyarakat sekarang
bukanlah masyarakat yang efektif untuk melakukan kontrol sosial dari seluruh kenakalan-
kenakalan remaja. Justru dari masyarakatlah muncul titik-titik untuk melakukan lebih jauh
kenakalan remaja.
akhir-akhir ini sering terjadi suatu tindak pidana mengenai keras seksual terhadap anak
dan yang paling parah tindak pidana kekerasan seksual yang sekarang ini tidak hanya dilakukan
oleh orang dewasa tetapi juga dilakukan oleh anak. anak di bawah umur yang dimaksud di sini
adalah anak yang belum berusia 18 tahun atau yang berusia di bawah 18 tahun menurut undang-
undang perlindungan anak. fenomena tindak pidana ini terus meningkat dengan berbagai modus
operandi. Dengan terdapatnya perkara perkosaan terhadap anak di bawah umur yang dilakukan,
hal tersebut termasuk dalam kejahatan kesusilaan yang sangat mencemaskan dan memunculkan
pengaruh psikologis terhadap korbannya yang juga di bawah umur, maka penanganan tindak
pidana ini harus ditangani secara serius. Analisa dilatarbelakangi dari sebuah kasus pemerkosaan
seorang bocah perempuan berusia 9 dan 4 tahun di kota bau-bau oleh saudara laki-laki pada
pertengahan maret tahun 2023 lalu. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui apa yang

4
Karuniasari, Ruhaena, & Ariyanto, 2017
menyebabkan terjadinya pemerkosaan dalam perspektif kriminologi berdasarkan teori-teori
kriminologi.
Dengan peran anak yang penting ini, hak anak telah secara tegas dinyatakan dalam
konstitusi bahwa negara menjamin setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 5Dalam hal kasus
ini, kejahatan terjadi karena kekosongan kontrol atau pengendalian sosial yang diberikan
lingkungan sosial pelaku maupun korban. Kurangnya pengawasan orang tua dan faktor
masyarakat juga menjadi penyebab terjadinya pemerkosaan. sehingga menyebabkan
ketidaktaatan atau tidak patuh pada aturan-aturan masyarakat titik penyimpangan tingkah laku
tersebut diakibatkan oleh tidak adanya keterikatan atau kurangnya keterikatan moral pelaku
terhadap masyarakat sosial.

B.RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang sudah disebutkan diatas, adapun rumusan masalah yang akan
dibahas dalam persoalan ini adalah : Bagaimana hubungan teori Kontrol Sosial dengan Kasus
Pemerkosaan di atas?

C.PEMBAHASAN
Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sesuatu
yang memiliki sifat keras, paksaan, atau perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
lain.6 Kekerasan seksual adalah tindakan penyerangan yang bersifat seksual yang ditujukan
kepada perempuan, baik bersifat fisik maupun non fisik dan tanpa memedulikan ada atau
tidaknya hubungan personal antara pelaku dengan korban. Kekerasan diartikan sebagai:
a. Perihal yang bersifat berciri keras
b. Perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau
barang
c. Paksaan

5
Pasal 28B ayat (2) Udang-udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
6
Ayu Intan Novelianna. (at.al). 2021. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dari Eksploitasi Seksual. Jurnal Ilmu
Hukum. Vol. 1 .No.1. Fakultas Hukum Universitas Pattimura. Hal.14.
Dalam hal pengertian perkosaan, pendapat para ahli dalam mendefinisikan tentang
perkosaan berbeda-beda seperti yang dikemukakan oleh Soetandyo Wignjosoebroto, “perkosaan
adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang laki-laki terhadap seorang
perempuan dengan cara menurut moral dan aturan hukum yang berlaku melanggar”.7
Jenis-jenis tindak pidana kekerasan seksual lainnya juga telah diatur Pasal 4 ayat (2)
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022, yaitu meliputi:
a. Pemerkosaan
b. Perbuatan cabul
c. Persetubuhan terhadap anak, perbuatan cabul terhadap anak, dan/atau eksploitasi
seksual terhadap anak
d. Perbuatan melanggar kesusilaan yang bertentangan dengan kehendak korban
e. Pornografi yang melibatkan anak atau pornografi yang secara eksplisit memuat
kekerasan dan eksploitasi seksual
f. Pemaksaan pelacuran
g. Tindak pidana perdagangan orang yang ditujukan untuk eksploitasi seksual
h. Kekerasan seksual dalam lingkup rumah tangga
i. Tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya merupakan tindak pidana
kekerasan seksual dan
j. Tindak pidana lain yang dinyatakan secara tegas sebagai tindak pidana kekerasan
seksual sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangan-undangan.8
Kriminologi atau ilmu kejahatan sebagai disiplin ilmu sosial atau non normatif disiplin
yang mempelajari kejahatan dari segi sosial. kriminologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari
manusia dalam pertentangannya dengan norma-norma sosial tertentu, sehingga kriminologi juga
disebut sebagai sosiologi penjahat. Beberapa ahli hukum pidana juga
Mengemukakan pengertian kriminologi menurut pendapat masing-masing. Menurut
Wood, kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang didapat berdasarkan teori atau
pengalaman yang memiliki keterkaitan dengan perbuatan jahat juga penjahat termasuk di
dalamnya reaksi masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat. 9 Kriminologi
7
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, perlindungan terhadap kekerasan seksual: advokasi atas hak asasi
perempuan, refika Aditama, Jakarta, 2001 hlm; 40
8
Ibid, Hal.4
9
Dalam Anggareny Haryani Putri dan Ika Dewi Sartika Salmina. 2020. Kriminologi. Yogyakarta. Penerbit Deepublish.
Hal. 3.
mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial sehingga sebagai perilaku kejahatan tidak
terlepas dalam interaksi sosial, artinya kejahatan menarik perhatian karena pengaruh perbuatan
tersebut yang dirasakan dalam hubungan antar manusia. Kriminologi lebih mengutamakan
tindakan preventif oleh karena itu selalu mencari sebab-sebab timbulnya suatu kejahatan baik di
bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum serta faktor alamiah seseorang, dengan demikian dapat
memberikan break through yang tepat serta hasil yang memuaskan.
Teori yang prakarsai oleh sosiolog Amerika E.A. Ross ini pada hakekatnya menekankan
pada alasan bahwa tidak semua orang melakukan kejahatan. Teori ini berpendapat bahwa setiap
orang memiliki keyakinan serta pilihannya sendiri untuk menaati atau bahkan melanggar sebuah
hukum yang berlaku.10 Secara ruang lingkup yang besar terdapay beberapa faktor untuk dapat
mengontrol kelompok-kelompok masyarakat diantaranya kelompok-kelompok yang memiliki
kekuatan dalam masyarakat, sistem hukum, dan juga budaya sosial ekonomi yang telah
berkembang pada ruang lingkup masyarakat. Sedangkan dalam ruang lingkup kecil, teori ini
menekankan terkait adanya hubungan antara individu serta lingkungan sekitarnya dapat
mengarah dan/atau mendorong timbulnya kejahatan.
Hubungan teori kontrol sosial dengan kasus pemerkosaan. dalam sebuah kasus, 2 bocah
perempuan berusia 9 dan 4 tahun di kota bau-bau diperkosa oleh saudara laki-lakinya sendiri
pada pertengahan bulan maret lalu. adapun kronologi kasus pemerkosaan terhadap 2 bocah
perempuan di kota bau-bau tersebut yaitu, kejadian itu bermula ketika 2 korban berusa 4 tahun
dan 9 tahun diajak seorang pria dewasa bermain pergi padahal anak itu sedang bermain di kios
tetangganya,kejadiannya di saah satu perumahan di kota bau-bau. Pria itu tidak sendirian,
ditemani beberapa laki-laki dewasa lainnya. Mereka membawa korban ke dalam salah satu
bangunan tak berpenghuni–tepat di depan rumah korban. Di dalam rumah, korban mengaku
lengan kanannya disuntik, lalu wajahnya ditampar-tampar. Korban mengaku, mulutnya dibekap
kain agar tidak berteriak. Ibu korban, Sa (39), mengatakan, hari itu dia sedang mencari nafkah
bersama anak laki-laki tertuanya, Al (19) yang saat ini sudah dijadikan polisi sebagai tersangka.
Dia berjualan sayur di Pasar Wameo sampai sore hari. Di sanalah para pelaku menyetubuhi
korban. Korban digilir 5 pelaku secara bergantian, setelah itu para pelaku meninggalkan korban
begitu saja. Tidak terima dengan perbuatan para pelaku, ibu korban kemudian membuat laporan

10
Nvidia Febiola Estiyantara. (at.al). Op.cit. hal.6.
ke polres kota bau-bau . Setelah serangkaian penyelidikan berhasil diringkus tanpa perlawanan
oleh para pelaku setelah mendapat kabar teman yang telah tertangkap.11
Kasus pemerkosaan seperti yang terjadi di atas masuk ke dalam kategori objek
kriminologi dengan tiga unsurnya adalah:
1. Kejahatan, yaitu perbuatan yang disebut sebagai kejahatan. kriteria suatu perbuatan
dinamakan kejahatan tentunya dipelajari dari peraturan perundang-undangan pidana.
2. Penjahat, yaitu orang yang melakukan kejahatan. Kejahatan yang dilakukan semua perbuatan
yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan seksual sekaligus mengganggu kehormatan
kesusilaan. Studi terhadap pelaku atau penjahat ini terutama dilakukan oleh aliran
kriminologi positif dengan tujuan untuk mencari sebab-sebab orang melakukan Kejahatan.
3. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan penjahat (pelaku). Reaksi yang timbul akibat
kejahatan ini akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat dengan sebagian atau seluruh
persepsi yang dapat diberikan oleh masyarakat untuk kejahatan pencabulan.
Dalam teori ini menyebutkan bahwasanya pelanggaran disebabkan seseorang tidak dapat
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka pada teori ini menyebutkan
pelanggaran norma dianggap telah ada dalam kelompok kebudayaan masyarakat. Teori kontrol
sosial memfokuskan diri pada teknik-teknik dan strategi-strategi yang mengatur tingkah laku
manusia dan membawanya pada penyesuaian atau ketaatan kepada peraturan-peraturan
masyarakat.12 Pengaruh film terhadap timbulnya kriminalitas hampir sama dengan pengaruh
bacaan, hanya bedanya terletak pada khayalan si pembaca atau penonton. Bacaan dapat
menimbulkan khayalan secara tidak langsung tentang kejadian yang dibacanya, sedangkan
penonton dapat langsung menganalogikan dirinya pada film yang sedang ditontonnya. Dapat
dikatakan bahwa film tidak kalah besar pengaruhnya terhadap timbulnya kriminalitas dari pada
bacaan. Dari sekian banyak faktor, faktor inilah yang paling utama sehingga terjadi delik
perkosaan.
Versi teori kontrol sosial yang paling handal dan sangat popular telah dikemukakan oleh
Travis Hirschi (1969). Hirschi menjelaskan bahwa keterkaitan sosial meliputi empat unsur, yaitu
attachment, involvement, commitment dan belief. Attachment diartikan sebagai keterikatan
seseorang pada orang lain atau lembaga yang dapat menghambat atau mencegah seseorang untuk

11
https://bau-bau.suara.com/read/2023/03/02/164141/dua bocah-9-tahun dan 4 tahun-di-bau-bau-diperkosa-
lima pemuda-
12
Santoso Topi dan Eva A.Z. Kriminologi, Jakarta : Rajawali Pers, 2002 Hal: 87
melakukan bunuh diri. Involvement diartikan sebagai frekuensi kegiatan seseorang yang akan
memperkecil kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Commitment
diartikan bahwa sebagai suatu investasi ketika seseorang memasuki suatu sistem dalam
masyarakat. Belief diartikan sebagai sebuah unsur yang mewujudkan pengakuan seseorang akan
adanya norma-norma yang baik dan adil dalam masyarakat atau dalam bentuk kepercayaan.13
Kontrol sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial
serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan
nilai yang berlaku. Dengan adanya kontrol sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan
anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang atau membangkang. Teori kontrol sosial atas
tindak pidana pemerkosaan menjelaskan bahwa tindak pidana pemerkosaan terjadi karena
lemahnya inisibi moral dan sosial pelaku, lemahnya reaksi masyarakat atas ketercelaan
pelanggaran kesusilaan pada umumnya khususnya atas suatu tindakan perkosaan dan sikap serta
boleh yang sedang menggejala di kalangan masyarakat dan aparat pemerintah yang
bertanggungjawab yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi, teknologi informasi dan
komunikasi. Penjelasan dalam teori ini menyatakan bahwa individu dalam masyarakat
mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya, yaitu menjadi baik atau menjadi jahat.
Perilaku baik maupun perilaku jahatnya seseorang sepenuhnya tergantung pada masyarakat dan
lingkungannya baik, sebaliknya akan menjadi jahat apabila masyarakat dan lingkungannya
jahat.14
Kontrol sosial ini sangat dibutuhkan dalam membantu remaja untuk mencari identitas
dirinya. Peran kontrol sosial ini di baik pemerintah setempat, masyarakat, selain masyarakat
sekitar dari remaja, guru yang menjadi pengajar remaja, juga peran kontrol sosial yang diberikan
oleh orang tua. Jika kemudian kita melihat realita kembali bahwa masyarakat sekarang bukanlah
masyarakat yang efektif untuk melakukan kontrol sosial dari seluruh kenakalan-kenakalan
remaja. Justru dari masyarakatlah muncul titik-titik untuk melakukan lebih jauh kenakalan
remaja. Terjadinya suatu kejahatan sangatlah berhubungan dengan kemiskinan, pendidikan,
pengangguran dan faktor-faktor sosial lainnya pada negara berkembang, dimana pelanggaran
norma dilatarbelakangi oleh hal-hal tersebut. Pernyataan bahwa faktor-faktor ekonomi banyak
mempengaruhi terjadinya suatu kejahatan didukung oleh penelitian clinard di Uganda
menyebutkan bahwa kejahatan terhadap harta benda akan terlihat naik dengan sangat pada
13
Dr. Gede Made Swardhana, SH., M.H. Kriminologi dan Viktimologi. Hal. 107
14
Dr. Sahat Marulu T. Situmeang, S.H., M.H. Buku Ajar Kriminologi. Hal 59
negara-negara berkembang, kenaikan ini akan mengikuti pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi, hal ini disebabkan adanya “Increasing demand for prestige articles for conficous
consumfion.”15
Dalam hal kasus ini, kejahatan terjadi karena kekosongan kontrol atau pengendalian
sosial yang diberikan lingkungan sosial pelaku maupun korban. Kurangnya pengawasan orang
tua dan faktor masyarakat juga menjadi penyebab terjadinya pemerkosaan. Sehingga
menyebabkan ketidaktaatan atau tidak patuh pada aturan-aturan masyarakat. Penyimpangan
tingkah laku tersebut diakibatkan oleh tidak adanya keterikatan atau kurangnya keterikatan
(moral) pelaku terhadap masyarakat sosial.16

D.KESIMPULAN
Pemerkosaan diartikan sebagai proses cara perbuatan memperkosa dengan kekerasan.
Kriminologi mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial sehingga perilaku kejahatan tidak
terlepas dalam interaksi sosial, artinya kejahatan menarik perhatian karena pengaruh perbuatan
tersebut yang dirasakan dalam hubungan antar manusia.
Teori kontrol sosial atas tindak pidana perkosaan menjelaskan bahwa tindak pidana
perkosaan terjadi karena lemahnya inisibi moral dan sosial pelaku, lemahnya reaksi masyarakat
atas ketercelaan pelanggaran kesusilaan pada umumnya khususnya atas suatu tindakan
pemerkosaan dan sikap serta boleh yang sedang menggejala di kalangan masyarakat dan aparat
pemerintah yang bertanggungjawab yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi, teknologi
informasi dan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

KemenPPPA Minta Polisi Usut Tuntas Kasus Kekerasan ...


Santoso Topo dan Eva A.Z. Kriminologi. Jakarta ; Rajawali Pers, 2002.
Romli Atmasasmita. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Cetakan Ketiga.
Ninik Widiyanti dan Yullus Waskita, Op. Cit.
Dr, Gde Made Swardhana, S.H., M.H., kriminologi dan viktimologi.
Dr. Sahat Maruli T. Situmeang, S.H., M.H. Buku Ajar Kriminologi.
15
Ninik Widiyanti dan Yullys Waskita, Op. Cit. Hal 62
16
Wahid, Abdul dan Muhammad Irfan. 2001. Perlindungan Terhadap Kekerasan Seksual: Advokasi Atas Hak Asasi
Perempuan. Jakarta: Refika Aditama.
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, perlindungan terhadap kekerasan seksual: advokasi atas hak
asasi perempuan, refika Aditama, Jakarta, 2001
Karuniasari, Ruhaena, & Ariyanto, 2017
Chandra, 2013
Huda dan kuswardhani, 2020
Chaerunnisa, 2019

Anda mungkin juga menyukai