Nama Kelompok 5:
1. Nanda Maulana Reski 202001500686
2. Mustopa 2020015006654
3. Bagus Anugrah 202001500967
B.PENGERTIAN KDRT
KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga), khususnya penganiayaan terhadap isterimerupakan
salah satu penyebab kekacauan dalam masyarakat. Berbagai penelitian masyarakatmenunjukkan
bahwa penganiayaan istri tidak berhenti pada penderitaan seorang istri atauanaknya saja. Rentetan
penderitaan akan menular keluar lingkup rumah tangga dan selanjutnyamewarnai kehidupan
masyarakat kita.
Menurut Mansour Fakih ,Pengertian Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik
maupun integritas keutuhan mental psikologi seseorang. Kekerasan rumah tangga
terkhususnyaterhadap istri sering kita jumpai bahkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Dari
banyaknyakekerasan yang terjadi, hanya sedikit yang dapat diselesaikan secara adil. Hal ini karena
dalammasyarakat masih berkembang pandangan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tetap
menjadirahasia atau aib rumah tangga yang sangat tidak pantas jika diangkat dalam permukaan atau
tidak layak dikonsumsi oleh publik.
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (PKDRT), Pengertian KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara seksual, fisik, psikologi atau penelantaran rumah tangga termasuk juga hal-hal yang
mengakibatkan pada ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuanuntuk bertidak,
rasa tidak percaya atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
C. FAKTOR-FAKTOR KDRT
besar, faktor-faktor penyebab terjadinya KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) dapat
dirumuskan menjadi dua bagian, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Pada faktor eksternal erat
hubungannya dengan kekuasaan suami dan diskriminasi dikalangan masyarakat, diantaranya sebagai
berikut :
a. Budaya Patriarkhi
yang menempatkan posisi laki-laki lebih unggul daripada perempuan dan berlaku tanpa
adanya perubahan, seolah-olah itulah kodrati.
b. Interprestasi Agama
yang tidak sesuai dengan universal agama, misalnya nusyuz,yakni suami boleh memukul
istri dengan alasan mendidik atau istri tidak mau melayanikebutuhan seksual suami, suami
berhak memukul dan istri dilaknat malaikat.
c. Kekerasan
berlangsung justru bertumpang tindih dengan legitimasi dan menjadi bagian dari suatu
budaya, keluarga, negara dan praktik di masyarakat sehingga menjadi bagiankehidupan.
D. BENTUK-BENTUK KDRT
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga
dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
Kekerasan Fisik sebagaimana dimaksud Pasal 5a UU No. 23 Tahun 2004 adalah
perbuatanyang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
b. Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan,hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
c. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan
batinnya,memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak
memperhatikankepuasan pihak istri.
d. Kekerasan ekonomi
Kekerasan ekonomi sering kali menjadi pemicu terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan
uang istri.
I.KESIMPULAN
KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga), khususnya penganiayaan terhadap isteri
merupakan salah satu penyebab kekacauan dalam masyarakat. Berbagai penelitian
masyarakat menunjukkan bahwa penganiayaan istri tidak berhenti pada penderitaan seorang
istri atau anaknya saja. Rentetan penderitaan akan menular keluar lingkup rumahtangga dan
selanjutnya mewarnai kehidupan masyarakat kita. Secara Garis besar, faktor-faktor penyebab
terjadinya KDRT (Kekerasan dalamRumah Tangga) dapat dirumuskan menjadi dua bagian,
yakni faktor eksternal dan faktor internal.
Pada faktor eksternal erat hubungannya dengan kekuasaan suami dan diskriminasi di
kalangan masyarakat. Penegakan hukum merupakan pusat dari seluruh “aktivitas kehidupan”
hukum yangdimulai dari perencanaan hukum, pembentukan hukum, penegakan hukum dan
evaluasihukum. Penegakan hukum pada hakekatnya merupakan interaksi antara berbagai
perilaku manusia mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam bingkai aturan
yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, penegakan hukum tidak dapat semata-mata
dianggap sebagai proses menerapkan hukum sebagai mana pendapat kaum legalistic. Namun
proses penegakan hukum mempunyai dimensi yang lebih luas daripada pendapat tersebut,
karena dalam penegakan hukum akan melibatkan dimensi perilaku manusia. Dengan
pemahaman tersebut maka kita dapat mengetahui bahwa problem-problem hukum yang akan
selalu menonjol adalah problema “law in action” bukan pada “law in the books”
DAFTAR PUSTAKA
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang, Suryandaru utama.
Fakih, Mansour, 1998, Diskriminasi dan Beban Kerja Perempuan: Perspektif Gender,
Yogyakarta: CIDESINDO.
Hartono, C.F.G. Sunaryati, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional
,Bandung: Alumni.
Otje Salman, Anton F. Susanto, Beberapa Asoek Sosiologi Hukum, Bandung, Alumni.