Anda di halaman 1dari 13

Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.

Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat

diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan, jika kita bicara

mengenai masyarakat, maka kita tidak dapat lepas dari yang namanya keluarga,

dikarnakan komponen dari masyarakat adalah keluarga.

Keluarga adalah sekumpulan orang yang terikat dalam sebuah hubungan yang

dimana ada kepala keluarga dan anggota keluarga, keluarga dapat diartikan

sebagai unit terkecil dari masyarakat. Seperti yang kita ketahui bersama,

masyarakat itu terdiri dari beberapa atau puluhan keluarga.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga tentunya tidak semudah dan semulus

yang dibayangkan, pasti banyak lika-liku masalah yang harus dihadapi oleh

keluarga tersebut. Di sini pengertian dan rasa kebersamaan kekeluargaan sangat

dibutuhkan agar pada nantinya semua dapat dihadapi dan sesuai dengan harapan

dari masing-masing anggota keluarga tersebut. Namun di sisi lain ada keluarga

yang merasa frustasi dan kurang bijak dalam sikap sehingga masalah tersebut

menjadi hal yang sangat besar yang kemudian berujung pada tindak kekerasan

dalam rumah tangga yang dilakukan pada anggota keluarga tersebut.


Untuk mencegah, melindungi korban dan menindak pelaku kekerasan dalam

rumah tangga, negara dan masyarakat wajib melakukan pencegahan,

perlindungan dan penindakan pelaku sesuai dengan filsafat Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Terlepas dari penyebab dan upaya penanggulangan KDRT. Terjadinya

peningkatan kekerasan dalam rumah tangga adalah faktor ekonomi dan

perselingkuhan.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah persoalan yang rumit untuk diselesaikan.

penyebabnya antara lain:

Pertama, faktor ekonomi. Dalam situasi pandemi corona Indonesia di hadapkan

dengan banyak masalah terkait aspek ekonomi.mi di Indonesia pada tahun 2020

diperkirakan tumbuh negatif, angka pengangguran dan kemiskinan meningkat.

Ketika pendapatan rumah tangga berkurang, ketegangan dalam rumah tangga

akan meingkat. Tuntutan isteri yang selalu meminta lebih kepada suami,

sedangakn suami tidak mampu memenuhinya. Kalau suami merasa kesal di

perlakukan demikian maka timbullah cekcok dan biasanya berujung pada

kekerasan fisik.

Kedua, faktor perselingkuhan. Perselingkuhan terjadi karena Merasa kurang

diperhatikan atau dicintai oleh pasangan. Kehilangan rasa kasih sayang terhadap
satu sama lain. Menurunnya komunikasi yang penting dalam hubungan sumai

istri.

Ketiga, masyarakat yang menganut patriaki. Patriaki mengandung relasi gender

yang timpang antara laki-laki dan perempuan. Peluang kekerasan terhadap

perempuan terjadi karena nilai budaya dan tafsir agama yang kemudian

dibakukan melalui hukum negara mendoktrin perempuan (istri) menjadi

subordinat dihadapan laki-laki. Mereka harus tunduk dan patuh melayani suami

dalam rumah tangga.Kondisi inilah yang menyebabkan suami seolah mempunyai

“kekuasaan” untuk melakukan kekerasan terhadap pasangannya terutama ketika

istri dianggap tidak patuh.

Hal ini dapat terjadi karena kondisi sosial budaya kita yang menempatkan sosok

wanita (perempuan) sebagai pihak yang lemah dan penurut, dalam kehidupan

rumah tangga, unsur "bekti" (setia) kepada suami diinterpretasikan secara utuh,

tanpa kemampuan untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan

perubahan masyarakat. Di samping itu ada kemungkinan bahwa wanita yang

menjadi korban penganiayaan suami, menganggap bahwa masalah tersebut

persoalan yang serius. Terlebih lagi masih kurangnya perhatian masyarakat

terhadap kasus yang timbul di lingkungan rumah tangga.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang No. 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga “setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan, atau


penderitaan secara fisik, seksual psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga,

termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemasaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumahtangga”.

Dalam pasal diatas dapat diartikan secara umum mengenai Undang-Undang No.

23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

dijelaskan bahwa keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman,

tentram, dan damai merupakan dambaan setiap orang dan rumah tangga. Dalam

rumah tangga ada kekurangan dan kelebihan yang dapat terganggu jika kualitas

dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol, akhirnya dapat terjadi ketidakadilan

terhadap orang yang berada dalam lingkup rumah tangga tersebut.

Kekerasan dalam keluarga akan membawa dampak negatif pada anak bahkan

keluarga itu sendiri, seperti contohnya istri menuntut cerai karena tidak

tercapainya tujuan tersebut. Perbedaan pertentangan dan kekecewaan baik dalam

segi materi, mental maupun seksual. Ketidaksesuaian yang di timbulkan ini

memberi kesempatan bagi terbentuknya hubungan baru yang dapat kita sebut

adanya hubungan ketiga/perselingkuhan. Hal semacam ini cendrung akan

dirasakan oleh istri, kerena istri merupakan penampung emosi dari suami.

Kekerasan dalam rumah tangga khususnya penganiayaan terhadap istri oleh suami

menunjukkan sifat kejahatan yang sering sekali terjadi di dalam rumah tangga

baik itu yang sudah di laporkan mau pun tidak. Dapat kita artikan bahwa

kekerasan dalam rumah tangga dapat dikategorikan sebagai kejahatan


kemanusiaan dan harus mendapatkan perhatian khusus karena kejahatan ini sudah

menimpa banyak korban baik itu kekerasan fisik, seksual, psikis maupun

ekonomi, sehingga perlunya pengawasan dan penegakann tegas terhadap pelaku

KDRT.

Kekerasan yang terjadi di masyarakat bukan merupakan hal yang tabu lagi, baik

laki-laki maupun perempuan, dari anak-anak sampai dewasa. Kekerasan bisa

terjadi di lingkungan rumah tangga maupun di luar rumah tangga.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di rumuskan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa faktor yang menyebabkan KDRT?

2. Apa hambatan dan solusi agar tidak menyebabkan kekerasan di dalam rumah

tangga?

3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap pelaku

kekerasan dalam rumah tangga?


C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian yang hendak

dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana factor, hambatan dan solusi

yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan

sanksi terhadap pelaku tindak pidana Kekerasan dalam rumah tangga yang di

lakukan oleh suami.

D. Manfaat Peneitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu

pengetahuan dibidang ilmu hukum pidana terkhusus yang menyangkut

mengenai factor, hambatan dan solusi perlindungan hukum terhadap korban

kekerasan dalam rumah tangga.

2. Manfaat Praktis
Hasil penulisan ini dapat memberi manfaat dalam mengembangkan wawasan

penulis khususnya berkaitan dengan pertanggung jawaban pidana Kekerasan

Dalam Rumah Tangga (KDRT).

E. Terminologi

Dalam terminologi penulisan penelitian ini, menerangkan pengertian

pengertian dari :

1. Pemidanaan

Pemidanaan didalam hukum Indonesia merupakan suatu cara atau proses

untuk menjatuhkan sangsi atau hukuman untuk seseorang yang telah

melakukan tindak pidana ataupun pelanggaran.

Pemidanaan adalah kata lain dari sebuah penghukuman. Menurut Prof

Sudarto, bahwa penghukuman berasal dari kata dasar “ hukum”, sehingga

dapat diartikan sebagai “menetapkan hukum” atau “ memutuskan tentang

hukumanya”. Dalam artian disini menetapkan hukum tidak hanya untuk

sebuah peristiwa hukum pidana tetapi bisa juga hukum perdata.

Pemidanaan adalah suatu tindakan terhadap seorang pelaku kejahatan, dimana

pemidanaan ditujukan bukan karena seseorang telah berbuat jahat tetapi agar

pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain takut melakukan

kejahatan serupa.
2. Tindak pidana KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia

dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang

harus dihapus, sebagai yang tercantum dalam UUD 1945 amandemen IV

Pasal 28 huruf G ayat (1) yang menyatakan,”Setiap orang berhak atas

perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda

yang di bawah kekuasaan serta berhak atas dasar rasa aman dan perlindungan

dari ancaman ketakutan untuk berbuat dan atau tidak berbuat sesuatu yang

merupakan hak asasi.”

Penerapan sanksi pada tindak pidana KDRT masih sering terjadi dualisme

dalam penetapan ketentuan pemidanaan. Dengan berlakunya UU NO.23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

ketentuan hukum mana yang menjadi dasar bagi aparat penegak hukum dalam

menjatuhkan sanksi, apakah menggunakan UU NO.23 Tahun 2004 atau

mengacu pada ketentuan hukum lainnya.

3. Suami

Suami merupakan kepala rumah tangga yang memiliki hak dan tanggung

jawab besar terhadap istri dan anak-anaknya. Suami juga memiliki kewajiban

terhadap keluarganya baik dalam memberikan nafkah, pendidikan, sandang

dan pangan.
F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah Langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka

untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada

data yang telah didapatkan tersebut. Untuk mencapai sasaran yang tepat bagi

penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Metode pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris atau

yuridis sosiologis. yaitu dengan mendahulukan meneliti data primer

terlibih dahulu dan diteruskan meneliti data sekunder dan menyesuaikan

dengan yang terjadi dilapangan1 data sekunder disni akan didapatkan

melalui penelitian lapangan dengan melakukan wawancara, dan data

primer disini adalah landasan teoritis berupa ketentuan ketentuan formal

seperti perundang undangan atau tulisan dan pendapat para ahli.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi dalam penelitian ini menggunakan deskripfit analisis dengan

melakukan deskripsi terhadap data data yang lengkap dan detail dari hasil

penelitian. Karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

selengkap mungkin bagaimana pemidanaan terhadap tindak pidana

1
kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami. Selain itu juga

untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan sanksi

terhadap pelaku tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti didalam penelitian ini diambil

dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang pertama kali dikumpulkan oleh peneliti

melalui upaya pengambilan data dilapangan langsung. Karena hal inilah

data primer disebut sebagai data pertama atau data mentah.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan obyek penelitian dalam

bentuk laporan, skripsi, tesis disertai dengan peraturan perundang

undangan lainnya.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini menggunakan tiga pengumpulan data,

yaitu:

a. Studi Lapangan (Field research)


Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan penelitian langsung pada tempat/objek penelitian, yaitu di

Pengadilan Negeri Semarang.

b. Studi Kepustakaan (Library Research)

Dilakukan deengan mengumpulkan informasi yang besumber dari

buku, jurnal, artikel dan undang undang yang akan digunakan, mencatat

pasal demi pasal yang dibutuhkan, serta menganalisis pasal yang terfapat

dalam undang-undang tersebut.

c. Studi Dokumen (dokumen research)

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian meliputi : buku-buku yang relevan,peraturan-peraturan,

laporan kegiatan, foto-foto yang relevan dengan penelitian. Metode ini

digunakan untuk memperoleh data yang berupa dokumen/ catatan yang

ada di Pengadilan Negeri Semarang.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan penulis sebagai studi kasus penelitian

yaitu di Pengadian Negeri Semarang.

6. Metode Analisis Data

Peneliti lebih condong untuk menganalisis data menggunakan metode

kualitatif, dengan cara menguraikan data dalam bentuk kalimat yang


teratur, runtun, logis, dan tidak tumpang tindih agar lebih efektif sehingga

memudahkan pemahaman dan interpretasi data.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah bagian dari penulisan ini yang di

dalamnya terdiri dari sub bab yang mengandung permasalahan yang

digunakan untuk mencapai tujuan dari penulisan ini. Guna untuk

mempermudah dalam menyelesaikan masalah maka penulis membuat dan

membaginya kedalam beberapa Bab yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

BAB I ini dipaparkan dengan gambaran umum dari

penulis hukum yang terdiri dari: Latar belakang masalah,

Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian,

Terminologi, Metode penelitian, Sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II, berkaitan dengan judul dalam skripsi ini

adalah tentang Tinjauan Yuridis pemidanaan terhadap

tindak pidanqa Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang

dilakukan oleh suami.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


BAB III, hasil penelitian dan pembahasan mengenai

tinjauan hukum, bentuk pidana hukum yang akan

didapatkan oleh pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

BAB IV: PENUTUP

BAB IV, merupakan penutup yang berisi kesimpulan

yang merupakan jawaban dari rumusan masalah setelah

dibahas dan saran rekomendasi penulis dari hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai