Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah

memberikan banyak nikmat dan senantiasa membeikan hidayah nya kepada

makhluk setiap ciptaan-Nya. Sehingga denga izinnya akhirnya penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh akan

kesempurnaan baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak, alhamdulillah skripsi ini terselesaikan sesuai

dengan target yang di harapkan.

Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, penulis sadar bahwa

skipsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak,

baik secara moril mapun materil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan

demi terselesaikan nya penulis skripsi ini. Maka penulis berterimakasih kepada :

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu serta memberi dukungan kepada penulis dalam membuat skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfat bagi kita semua dan mendapat imbalan yang

berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Yaa Rabbal Alamin.

Bandung, April 2022


Penulis

Shaqira Livia Resmanda


NPM 184301416
ABSTRAK

Perkawinan adalah hubungan permanen antara laki-laki dan perempuan yang


diakui sah oleh masyarakat yang bersangkutan yang berdasarkan atas peraturan
perkawinan yang berlaku. Bentuk perkawinan tergantung budaya setempat bisa
berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga.
Skripsi ini bertujan untuk menjelaskan mengenai dasar pertimbangan hakim
dalam memutus pekara cerai gugat karena kekerasan dalam rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara mempelajari dan meneliti bahan kepustakaan
bepa buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah
yang di bahas. Metode pengumpulan data yaitu studi pustaka ( library search ) .
studi pustaka ini menggunakan metoe teori-teori tentang konsep dan pemahaman
terkait dengan tema penelitian penulis yaitu kekerasan dalam rumh tangga
sebagai alasan melakukan cerai gugat. Adapun faktor penyebab gugat cerai
adallah faktor kekerasan dalam rumah tangga, dimana seorang istri tidak tahan
lagi akibat perbuatan kasar suami terhadap istrinya.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)

akhir-akhir ini muncul diberbagai daerah baik diperkotaan maupun di

pedesaan yang hari demi hari sering kitalihat diberita dari berbagai media

cetak ataupun elektronik, juga dalam diskusi-diskusi Lembaga Sosial

Masyarakat (LSM) Perlindungan Wanita dan Anak maupun kantor-kantor

Advokad/Lawyer. Dampak fisik dan psikisnya terhadap korban Kekerasan

Dalam Rumah Tangga mulai dibahas secara terbuka dan menjadi tema yang

populer dalam diskusidiskusi ilmiah, sosial dan keagamaan, terlebih sejak

Kekerasan Dalam Rumah Tangga itu sendiri membawa korban yang meliputi

bukan hanya kaum perempuan namun juga korban yang masih anak-anak.

Tidak cukup sampai disitukorban juga bisa dari pihak kaum laki-laki

itusendiri yang notabene sering dan lazim berpredikat sebagai pelaku

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Kekerasan dalam masyarakat

sesungguhnya berangkat dari semacam ideologi yang membenarkan praktik

penindasan yang dilakukan perorangan maupun kelompok terhadap pihak

yang lain. Penindasan timbul dari pandangan subordinalif (menyepelekan

"yang lain") yang didukung oleh dinamika perubahan sosial politik, ekonomi,

budaya, yang mengesahkan kekerasan sebagai sebuah mekanisme kontrol. 2

Perilaku merusak ini berpotensi kuat menggoyahkan sendi-sendikehidupan

1
2

rumah tangga dengan sederetan akibat di belakangnya, termasuk yangterburuk

seperti tercerai-berainya suatu rumah tangga.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah segala bentuk tindak kekerasan

yang dilakukan oleh salah satu anggota dalam rumah tangga misalnya suami

terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan

ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam

rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri

diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan

emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan

istri.1 Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tindak kekerasan

terhadap istri dalam rumah tangga dibedakan ke dalam 4 (empat) macam :

a. Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit

atau luka berat. Perilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini

antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut

(menjambak), menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai

dengan senjata dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak

seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.

b. Kekerasan psikologis/emosional yaitu perbuatan yang menyebabkan

penderitaan secara psikis yaitu tindakan pengendalian, manipulasi,

eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk

pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang

merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik,

seksual dan ekonomis.


3

c. Kekerasan seksual baik ringan maupun berat yang meliputi pemaksaan

hubungan seksual, pelecehan seksual, tindakan seksual dengan kekerasan

fisik, pelecehan seksual secara verbal dan non verbal.

d. Kekerasan ekonomi yaitu kekerasan yang mengakibatkan terlantarnya

anggota keluarga dengan cara melakukan upaya-upaya sengaja yang

menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau

tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya memaksa korban bekerja dengan cara

eksploitatif termasuk pelacuran, melarang korban bekerja tetapi

menelantarkannya dan mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa

persetujuan korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.

Hingga kini, kekerasan dalam rumah tangga masih sering terjadi.

Kekerasan tersebut dapat dialami oleh suami atau istri dengan berbagai

macam sebab yang menyertai. Adanya posisi dominan suami sebagai pencari

nafkah bagi istri dan anak-anaknya menyebabkan suami merasa memegang

kendali atas keadaan keluarganya. Tidak jarang stres di tempat kerja

menyebabkan suami melampiaskan amarah tersebut pada istri dan anak-anak

maupun anggota keluarga lain di rumah dengan melakukan kekerasa baik

fisik, psikis maupun verbal. Rumah tangga seharusnya menjadi tempat yang

aman bagi para anggotanya karena keluarga di bangun oleh suami-isteri atas

dasar ikatan lahir dan batin di antara keduanya. Akan tetapi, pada

kenyataannya justru banyak rumah tangga menjadi tempat penderitaan dan

penyiksaan karena terjadi tindakan kekerasan. Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), menurut Pasal 1 Undang-Undang


4

Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga, sebenarnya adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik, seksual. psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Pasal 34

ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan

" Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan

hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

Dalam Catatan Tahunan Komnas Perempuan yang salah satunya

dihimpun dari Pengadilan Agama, menunjukkan bahwa Pengadilan Agama

adalah pintu masuk pertama terkuaknya berbagai kekerasan dalam rumah

tangga yang sebelumnya tertutup rapat di dalam rumah tangga. Hal tersebut

dikarenakan Pengadilan Agama memiliki peranan strategis dalam menguak

peristiwa kekerasan yang terjadi.7 Sebagaimana yang dinyatakan A. Mukti

Arto, dalam jurnalnya tentang Het Beleid Van De Rechter8 dan Upaya

Penegakan UU PKDRT Oleh Hakim di Lingkungan Peradilan Agama,

mengatakan bahwa :

Pengadilan Agama sebagai salah satu institusi penegak hukum

mempunyai kewenangan untuk turut ambil bagian dalam penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga. Kewenangan Pengadilan Agama yang

dimaksud salah satunya adalah memberi perlindungan hukum dan keadilan

mengenai hak-hak isteri dan anak-anak korban KDRT. Perlindungan hukum


5

dan keadilan ini diberikan melalui putusan pengadilan setelah proses

pemeriksaan perkara selesai. Inilah yang menjadi kebutuhan primer

(daruriyat) korban KDRT yang menjadi kewenangan pokok Pengadilan

Agama. Di sinilah Hakim dituntut untuk memberi putusan yang sempurna,

yaitu putusan yang benar-benar dapat memberi perlindungan hukum,

memenuhi rasa keadilan, memulihkan hak-hak si korban, menghentikan

kedzaliman, dan dapat dieksekusi.9

Atas dasar inilah maka penulis tertarik untuk melakuan pengkajian lebih

dalam terhadap permasalahan perkara perceraian yang disebabkan oleh

kekerasan dalam rumah tangga yang akan ditelusuri dari Putusan Pengadilan

Agama Ciamis yang dikemas dalam judul skripsi ANALISIS PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA CIAMIS NOMOR : 1736/PDT.G/2019/PA.CMS

TERKAIT PERCERAIAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-

UNDANG NOMOR : 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis memfokuskan

penelitian ini pada kasus perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam

rumah tangga, dalam Putusan Hakim Pengadilan Agama Ciamis. Agar

penelitian ini menjadi sistematis, maka penulis merumuskan rumusan masalah

sebagai berikut :
6

1. Bagaimana pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Agama Ciamis dalam

Putusan Nomor : 1736/Pdt.G/2019/PA.Cms ?

2. Apa akibat hukum dari Putusan Nomor : 1736/Pdt.G/2019/Pa.Cms

terhadap para pihak ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dan menganalisis :

1. Agar dapat mengetahui bagaimana seharusnya pertimbangan Hakim

Pengadilan Agama Ciamis dalam memutuskan perkara perceraian

disebabkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

2. Agar dapat mengetahui akibat hukum dari perkara perceraian yang

disebabkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga terhadap para pihak.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu hukum dalam

memahami putusan Hakim pengadilan agama terhadap perkara perceraian

yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga di Pengadilan Agama

dan diharapkan memiliki kegunaan teoritis serta kegunaan berbentuk praktis.

1. Kegunaan teoritis penelitian ini adalah:

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai putusan

Hakim Pengadilan Agama terhadap perkara perceraian disebabkan

oleh Kekerasan Dalam Rumah Tangga.


7

b. Dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian hukum lebih lanjut, baik

untuk peneliti yang bersangkutan maupun oleh peneliti lain, sehingga

kegiatan penelitian dapat dilakukan secara berkesinambungan.

c. Sebagai bahan bacaan dan sumbangan pemikiran bagi kepustakaan

Sekolah Tinggi Hukum Bandung.

2. Kegunaan praktis penelitian ini adalah:

a. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada program studi

Hukum Perdata di Sekolah Tinggi Hukum Bandung.

b. Sebagai literatur sekaligus sumbangan pemikiran bagi kepustakaan

Sekolah Tinggi Hukum Bandung.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi para akademisi dan praktisi hukum

dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap korban

kekerasan dalam rumah tangga melalui putusan perkara perceraian di

pengadilan agama.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis yaitu kerangka acuan dimana terdapat identifikasi

terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti dan

memiliki abstraksi-abstraksi dari hasil pemikiran.13Kerangka teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori kekerasan dalam rumah

tangga, teori kausalitas.


8

Teori kekerasan dalam rumah tangga yaitu teori yang mengkaji

dan menganalisis tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga,

faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan akibat

perbuatan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban kekerasan dalam

rumah tangga.14 Dalam hal ini fokus dari teori ini antara lain: adanya

subjek dari kekerasan dalam rumah tangga yang meliputi pelaku dan

korban. Bahwasanya yang menjadi pelaku yaitu suami, sedangkan istri

sebagai korban. Terkait bentuk dari kekerasan dalam rumah tangga

dalam kasus ini. Sedangkan teori kausalitas merupakan teori yang

mengkaji dan menganalisis tentang hubungan sebab akibat dari perbuatan

pidana yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. 15 Dalam hal ini,

kasus yang terjadi dalam rumah tangga antara suami dan istri sebagai

mana yang telah dijelaskan dalam putusan yang penulis teliti yakni dalam

hal ini disebabkan oleh adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga

yang dilakukan suami terhadap istrinya, kemudian karena sebab itu lah

berakibat perceraian antar kedua belah pihak.

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep

khusus yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan

istilah yang akan diteliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah.16

Dalam pembahasan konseptual, akan diuraikan beberapa

konsep terkait terhadap beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam

penelitan, sehingga mempunyai batasan yang jelas dan tepat dalam


9

penggunaannya. Adapun pokok-pokok istilah tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Perceraian adalah putusnya suatu perkawinan yang sah antara suami-

istri di depan hakim pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang

ditentukan undang-undang.

b. Cerai Gugat adalah pengajuan perceraian yang dilakukan oleh pihak

istri melalui pengadilan

c. Kekerasan adalah tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang

terhadap orang lain yang menyebabkan adanya kerusakan secara fisik

maupun non fisik dalam lingkup keluarga.

F. Metode Penelitian

Pembahasan masalah yang ada dalam penyusunan skripsi ini,

diperlukan suatu penelitian untuk memperoleh data yang berhubungan dengan

masalah yang akan di teliti dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas

dan akurat. Terdapat beberapa metode yang penulis gunakan antara lain :

1. Jenis Penelitian

Dalam menghimpun bahan yang dijadikan skipsi dalam penelitian ini

penulis mengunakan jenis penelitian yuridis normatif (penelitian hukum

normatif), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan

pustaka atau data sekunder belaka. Sesuai dengan karakteristik kajian nya,

maka penelitian ini menggunakan metode library research (kajian

kepustakaan) dengan pendekatan kualitatif.


10

2. Sumber Data

Data Primer, yaitu sumber data yang dapa mendukung dan

mejelaskan data-data sekunder secara langsung. Yaitu Putusan Pengadilan

Agama Ciamis Nomor : 1436/Pt.G/2019/PA.Cms

Data Sekunder, yaitu semua yang berhubungan langsung dengan

objek penelitian. Dalam hal ini kitab-kitab, buku-buku, dokumen,

makalah, skripsi, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah yang akan

di teliti.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab dengan

sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Bab I, Pendahuluan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab II, Menjelaskan tentang tinjauan umum tentang perceraian, tinjauan

umum tentang kekerasan dalam rumah tangga, dan tinjauan umum tentang

gugatan peceraian.

3. Bab III, Menjelaskan tentang Kasus Posisi, Pertimbangan Hakim dan

Analisis Putusan Pengadilan Agama Ciamis dalam perkara perceraian

Nomor : 1736/Pdt.G/2019/PA.Cms
11

4. Bab IV, tentang pembahasan. Bab ini terdiri dari pembahasan terhadap

putusan Pengadilan Agama Ciamis dalam perkara perceraian yang

disebabkan oleh KDRT, dan analisis terhadap putusan tersebut.

5. Bab V, penutup yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran

Anda mungkin juga menyukai