A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap keluarga ingin membangun keluarga bahagia dan
penuh rasa saling mencintai baik secara lahir maupun batin, dengan kata lain
rahmah. Pada kenyataannya bahwa tidak semua keluarga dapat berjalan mulus
rasa ketidaknyamanan, tertekan, atau kesedihan dan saling takut dan benci di
adalah anak-anaknya terlebih bagi masa depannya. Karena itulah perlu terus
1
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/penelitian/
KEKERASAN+DALAM+RUMAH+TANGGA(Final).pdf
1
2
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau
ancaman, kritik dan menjatuhkan yang terjadi terus menerus; dan mengendalikan
tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (a) Suami, isteri, dan anak (termasuk
anak angkat dan anak tiri); (b) Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga
2
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/penelitian/
KEKERASAN+DALAM+RUMAH+TANGGA(Final).pdf
3
tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau (c) Orang yang bekerja
membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerja
Rumah Tangga).3
yang terjadi di ranah personal. Kekerasan ini banyak terjadi dalam hubungan
relasi personal, dimana pelaku adalah orang yang dikenal baik dan dekat oleh
korban, misalnya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri, ayah
terhadap anak, paman terhadap keponakan, kakek terhadap cucu. Kekerasan ini
dapat juga muncul dalam hubungan pacaran, atau dialami oleh orang yang
bekerja membantu kerja-kerja rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga
tersebut. Selain itu, KDRT juga dimaknai sebagai kekerasan terhadap perempuan
meliputi: 4
3
Ibid
4
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/menemukenali-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
4
bentuk kekerasan baik kekerasan fisik, psikis, dan seksual yang terjadi yang
berakar pada perbedaan berbasis gender dan jenis kelamin yang sangat kuat di
dalam masyarakat.
meliputi kekerasan fisik (Pasal 6), kekerasan psikis (Pasal 7), kekerasan seksual
Sesuai dengan Pasal 10, UU PKDRT, maka korban KDRT memiliki hak
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan
undangan; dan
5
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/menemukenali-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
5
Pelaku dapat dikategorikan negara dan non negara. Pelaku yang non
negara bisa berposisi sebagai: suami, pasangan, ayah, ayah mertua, ayah tiri,
paman, anak laki-laki, atau pihak keluarga laki-laki lainnya. Sementara pelaku
yang berposisi sebagai aktor negara, selain berposisi secara personal, mereka
juga terikat dalam tugas-tugas yang seharusnya dijalankan sebagai aktor non
negara. Mereka bisa jadi memiliki posisi tertentu di tingkat negara dan
yang terjadi pada korban atau bahkan menghambat akses perempuan terhadap
layanan, bantuan, dan keadilan. Sebagai kekerasan berbasis gender, maka korban
VIII tentang Ketentuan Pidana pada Pasal 44-53 UU PKDRT, di mana sanksi
yang cukup meliputi kekerasan fisik yang tergolong berat, yang menyebabkan
seseorang jatuh sakit atau luka berat (maksimal 10 tahun) dan yang menyebabkan
psikis, dan seksual yang menyebabkan korban tidak sembuh, hilang ingatan, dan
(2) Kesulitan memahami makna penelantaran rumah tangga yang rancu antara
Hal inilah yang banyak jadi hambatan bagi Aparat Penegak Hukum; (3)
hukum pidana dan penerapannya dalam peradilan pidana menimbulkan efek yang
komitmen menjunjung tinggi hak azazi manusia serta jaminan semua warga
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan “segala warga negara besamaan
Undang Dasar 1945 dan Perundang-undangan, namun yang lebih utama dan
pungutan liar dan sebagainya. Kemudian dari pihak korban juga merasa di abaikan.9
Perjalanan sejarah berikutnya, yang tidak sedikit memakan waktu, diantaranya lahir
Trias Politica. Melalui kekuasaan yudikatif itulah proses peradilan dilakukan untuk
8
C Maya Indah, 2019, Perlindungan korban suatu perspektif Viktimologi dan Kriminologi, Jakarta
: Prenadamedia Grup, hlm 1.
9
Bambang waluyo, 2018, Viktomologi Perlindungan Korban dan Saksi, Jakarta : Sinar Grafik,.
Hlm 1
8
negara hukum, penyelesaian hak-hak korban juga melalui proses hukum. Ketika
korban langsung meminta atau mengambil (paksa) hak dari tersangka atau terdakwa
dapat disebut pemerasan, balas dendam atau sebagai main hakim sendiri (eigen
keadilan selama ini terabaikan. Apabila dikaji dari tujuan pemidanaan dalam hukum
offenders, readaptasi sosial, pemasyarakatan, dan lain-lain. Hal ini sebagai bentuk
ketidakadilan bagi korban, karena sebagai pihak yang dirugikan hanya difungsikan
sebagai sarana pembuktian, dan tidak jarang pula hak-hak asasi korban terabaikan.
Bekerjanya peradilan pidana baik dalam lembaga dan pranata hukumnya lebih
peradilan pidana.11
10
Ibid. hlm 2-3
11
Ibid, hlm 97
9
dan hakim dalam menangani suatu perkara pidana penuh dengan berbagai
konflik kepentingan. Kepentingan korban hanyalah salah satu dari kepentingan yang
lainnya, sehingga tidak memuat penegak hukum yang demokratis dan mewadahi
333/PID.SUS/2022/PN.SKY.
B. Permasalahan
tindak pidana kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga studi putusan no
333/pid.sus.2022.pn.sky ?
2. Apa yang menjadi faktor sehingga terjadi kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga?
1. Ruang Lingkup
12
Ibid, hlm. 109
10
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ini di capai dalam penelitian ini
adalah :
tindak pidana kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga studi putusan no
333/pid.sus.2022.pn.sky.
2. Apa yang menjadi faktor sehingga terjadi kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga.
D. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
manusia, baik prilaku verbal yang didapat melalui wawancara maupun prilaku
empiris juga digunakan untuk mengamati hasil dari prilaku manusia yang
B. Sumber Data
13
Mukti Fajar Nur Dewata & Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif
& Empiris, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm. 280.
11
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
maupun hasil perilaku manusia. Baik dalam bentuk prilaku verbal prilaku
atau catatan (arsip). Sedangkan, data sekunder merupakan bahan hukum yang
diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
C. Sifat Penelitian
diatas, maka pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan studi
a. Studi Lapangan
b. Studi kepustakaan
permasalahan;
diinterprestasikan;
penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis dan kualitatif
kesimpulan
E. Sistematika Penulisan
pembahasan dan untuk lebih mudah difahami. Sistematika penulisan skripsi ini
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Permasalahan
d. Metode Penelitian
e. Sistematika Penulisan
A. Pengetian Viktimologi
B. Tindak Pidana
a. Kesimpulan
b. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Bambang waluyo, 2018, Viktomologi Perlindungan Korban dan Saksi, Jakarta : Sinar
Grafika.
Mukti Fajar Nur Dewata & Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum
UUD 1945
KUHP
KUHAP
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/penelitian/
KEKERASAN+DALAM+RUMAH+TANGGA(Final).pdf
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/
menemukenali-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
16
Dosen Pembimbing:
Dr. Wandi Subroto, SH, MH.
M. Aprizal, SH, MH.
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen pembimbing,
Mengetahui,
ii
18
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... ii
B. Permasalahan ...................................................................................... 9
D. Metode Penelitian................................................................................ 10
E. Sistematika Penulisan.......................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
19
FAKULTAS HUKUM
NIM : 201321018
Judul Skripsi :