Anda di halaman 1dari 19

1

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK


PIDANA KEKERASAN FISIK DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA
STUDI PUTUSAN NO 333/PID.SUS/2022/PN.SKY

A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap keluarga ingin membangun keluarga bahagia dan

penuh rasa saling mencintai baik secara lahir maupun batin, dengan kata lain

bahwa setiap keluarga sungguh menghendaki dapat membangun keluarga

harmoni dan bahagia yang sering disebut keluarga sakinah, mawaddah wa

rahmah. Pada kenyataannya bahwa tidak semua keluarga dapat berjalan mulus

dalam mengarungi hidupnya, karena dalam keluarga tidak sepenuhnya dapat

dirasakan kebahagiaan dan saling mencintai dan menyayangi, melainkan terdapat

rasa ketidaknyamanan, tertekan, atau kesedihan dan saling takut dan benci di

antara sesamanya. Hal ini diindikasikan dengan masih dijumpainya pada

sejumlah rumah tangga yang bermasalah, bahkan terjadi berbagai ragam

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).1

KDRT dengan alasan apapun dari waktu ke waktu akan berdampak

terhadap keutuhan keluarga, yang pada akhirnya bisa membuat keluarga

berantakan. Jika kondisinya demikian, yang paling banyak mengalami kerugian

adalah anak-anaknya terlebih bagi masa depannya. Karena itulah perlu terus

diupayakan mencari jalan terbaik untuk menyelamatkan institusi keluarga dengan

1
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/penelitian/
KEKERASAN+DALAM+RUMAH+TANGGA(Final).pdf

1
2

tetap memberikan perhatian yang memadai untuk penyelamatan terutama

anggota keluarga, dan umumnya masyarakat sekitarnya.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai

tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau

pasangan. KDRT dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, di antaranya:

Kekerasan fisik, penggunaan kekuatan fisik; kekerasan seksual, setiap aktivitas

seksual yang dipaksakan; kekerasan emosional, tindakan yang mencakup

ancaman, kritik dan menjatuhkan yang terjadi terus menerus; dan mengendalikan

untuk memperoleh uang dan menggunakannya.2

Berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) pada pasal 1 butir 1

menyebutkan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah “setiap perbuatan

terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan

atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah

tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau

perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”.

Demikian juga pada pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa lingkup rumah

tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (a) Suami, isteri, dan anak (termasuk

anak angkat dan anak tiri); (b) Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga

dengan orang sebagaimana dimaksud dalam huruf a karena hubungan darah,

2
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/penelitian/
KEKERASAN+DALAM+RUMAH+TANGGA(Final).pdf
3

perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah

tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau (c) Orang yang bekerja

membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerja

Rumah Tangga).3

KDRT atau domestic violence merupakan kekerasan berbasis gender

yang terjadi di ranah personal. Kekerasan ini banyak terjadi dalam hubungan

relasi personal, dimana pelaku adalah orang yang dikenal baik dan dekat oleh

korban, misalnya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri, ayah

terhadap anak, paman terhadap keponakan, kakek terhadap cucu. Kekerasan ini

dapat juga muncul dalam hubungan pacaran, atau dialami oleh orang yang

bekerja membantu kerja-kerja rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga

tersebut. Selain itu, KDRT juga dimaknai sebagai kekerasan terhadap perempuan

oleh anggota keluarga yang memiliki hubungan darah.

Tujuan dari adanya UU PKDRT, sebagaimana disebut dalam Pasal 4,

meliputi: 4

1) mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga;

2) melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga;

3) menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga;

4) memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.

3
Ibid
4
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/menemukenali-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
4

Komite Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap

Perempuan (General Recommendation No. 19 (1992) CEDAW Committee)

menjelaskan bahwa kekerasan berbasis gender yang dimaksud adalah berbagai

bentuk kekerasan baik kekerasan fisik, psikis, dan seksual yang terjadi yang

berakar pada perbedaan berbasis gender dan jenis kelamin yang sangat kuat di

dalam masyarakat.

Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan yang tertuang di UU PKDRT adalah

meliputi kekerasan fisik (Pasal 6), kekerasan psikis (Pasal 7), kekerasan seksual

(Pasal 8), dan penelantaran rumah tangga (Pasal 9).

Sesuai dengan Pasal 10, UU PKDRT, maka korban KDRT memiliki hak

sebagai korban, diantaranya:5

1. perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,

advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan

penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;

2. pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;

3. penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;

4. pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap

tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

5. pelayanan bimbingan rohani.

5
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/menemukenali-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
5

Pelaku dapat dikategorikan negara dan non negara. Pelaku yang non

negara bisa berposisi sebagai: suami, pasangan, ayah, ayah mertua, ayah tiri,

paman, anak laki-laki, atau pihak keluarga laki-laki lainnya. Sementara pelaku

yang berposisi sebagai aktor negara, selain berposisi secara personal, mereka

juga terikat dalam tugas-tugas yang seharusnya dijalankan sebagai aktor non

negara. Mereka bisa jadi memiliki posisi tertentu di tingkat negara dan

menggunakan kekuasaannya untuk mengabaikan atau membiarkan kasus KDRT

yang terjadi pada korban atau bahkan menghambat akses perempuan terhadap

layanan, bantuan, dan keadilan. Sebagai kekerasan berbasis gender, maka korban

dominannya adalah perempuan, walaupun dimungkinkan adanya perempuan

yang melakukan KDRT.

Pengaturan sanksi di dalam Undang-Undang ini terdapat di dalam Bab

VIII tentang Ketentuan Pidana pada Pasal 44-53 UU PKDRT, di mana sanksi

yang cukup meliputi kekerasan fisik yang tergolong berat, yang menyebabkan

seseorang jatuh sakit atau luka berat (maksimal 10 tahun) dan yang menyebabkan

korban meninggal dunia (maksimal 15 tahun), dan termasuk kekerasan fisik,

psikis, dan seksual yang menyebabkan korban tidak sembuh, hilang ingatan, dan

gugur atau matinya janin dalam kandungan (20 tahun). 6

Berdasarkan hasil pemantauan Komnas Perempuan pada tahun 2014

menemukan hambatan dalam implementasi UU PKDRT adalah: (1) Filosofi dan

tujuan UU PKDRT tidak dipahami secara komprehensif sehingga UU PKDRT


6
Ibid
6

diimplementasikan, namun mengabaikan perlindungan bagi perempuan korban;

(2) Kesulitan memahami makna penelantaran rumah tangga yang rancu antara

penelantaran sebagai bahasa hukum yang telah didefinisikan dalam pasal

penelantaran rumah tangga dengan bahasa sehari-hari memaknai penelantaran.

Hal inilah yang banyak jadi hambatan bagi Aparat Penegak Hukum; (3)

Perlindungan sementara dan penetapan perlindungan yang belum mampu

dilaksanakan karena kurangnya kebijakan operasional; (4) Hukuman tambahan

pelaku berupa penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah

pengawasan lembaga tertentu tidak dijatuhkan, karena belum adanya kejelasan

lembaga yang mempunyai mandat melakukan konseling.

Pada praktiknya juga terjadi kriminalisasi terhadap korban (kekerasan

terhadap istri). Data pengaduan Komnas Perempuan menunjukkan bahwa 60

persen korban kekerasan dalam rumah tangga mengalami kriminalisasi, 10

persen diantaranya dikriminalkan melalui Undang-Undang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 7

Tulisan ini mencoba untuk mengekplorasi bekerjanya peradilan pidana

dalam mewujudkan perlindungan terhadap korban. Hal ini mencakup berbagai

persoalan untuk menjawab benarkah hukum pidana melaksanakan janji-janji

hukum dengan memberikan perlindungan bagi korban, dan benarkah bekerjanya

hukum pidana dan penerapannya dalam peradilan pidana menimbulkan efek yang

dikehendaki berupa perlindungan bagi korban.


7
Ibid
7

Hal penting dalam negara hukum adalah adanya penghargaan dan

komitmen menjunjung tinggi hak azazi manusia serta jaminan semua warga

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum (equality before the law).

Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan “segala warga negara besamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah dan wajib menjunjung hukum

dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

Prinsip demikian idealnya bukan hanya sekedar tertuang di dalam Undang-

Undang Dasar 1945 dan Perundang-undangan, namun yang lebih utama dan

terutama adalh dalam pelaksanaan atau implementasinya.8

Peraktik penegakan hukum sering kali diwarnai degan hal-hal yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut. Misal penganiayaan terhadap

tersangka untuk mengejar pengakuan, intimidasi, rekayasa perkara, pemerasan,

pungutan liar dan sebagainya. Kemudian dari pihak korban juga merasa di abaikan.9

Berpijak pada sejarah tersebut, dengan berjalannya waktu, paham itu

ditinggalkan. Selanjutnya rajalah yang mengambil peran mewakili negara. Bahkan

raja pula yang merangkap menjadi hakim dan menjatuhkan hukuman/pidana.

Perjalanan sejarah berikutnya, yang tidak sedikit memakan waktu, diantaranya lahir

Trias Politica. Melalui kekuasaan yudikatif itulah proses peradilan dilakukan untuk

menciptakan keadilan, kebenaran, dan kepastian hukum.

8
C Maya Indah, 2019, Perlindungan korban suatu perspektif Viktimologi dan Kriminologi, Jakarta
: Prenadamedia Grup, hlm 1.
9
Bambang waluyo, 2018, Viktomologi Perlindungan Korban dan Saksi, Jakarta : Sinar Grafik,.
Hlm 1
8

Terlihat bahwa korban (victim) kejahatan/tindak pidana tidak dapat

langsung mengambil haknya, tanpa melalui proses hukum. Inilah konsekuensi

negara hukum, penyelesaian hak-hak korban juga melalui proses hukum. Ketika

korban langsung meminta atau mengambil (paksa) hak dari tersangka atau terdakwa

dapat disebut pemerasan, balas dendam atau sebagai main hakim sendiri (eigen

riechting). Pada awal proses pidana tertentu yang bersangkutan

mengajukan/membuat laporan atau pengaduan. Pelaku tindak pidana selanjutnya

diproses melalui penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan, putusan dan

pelaksanaan putusan pengadilan. 10

Kedudukan korban dalam peradilan pidana sebagai pihak pencari

keadilan selama ini terabaikan. Apabila dikaji dari tujuan pemidanaan dalam hukum

pidana positif, pelaku kejahatan mendapat perhatian seperti rehabilitasi, treatmen of

offenders, readaptasi sosial, pemasyarakatan, dan lain-lain. Hal ini sebagai bentuk

ketidakadilan bagi korban, karena sebagai pihak yang dirugikan hanya difungsikan

sebagai sarana pembuktian, dan tidak jarang pula hak-hak asasi korban terabaikan.

Bekerjanya peradilan pidana baik dalam lembaga dan pranata hukumnya lebih

diorientasikan pada pelaku kejahatan (offender oriented). Eksistensi korban tersub-

ordinasikan dan tereleminasi sebagai risk secondary victimizations dalam bekerjanya

peradilan pidana.11

10
Ibid. hlm 2-3
11
Ibid, hlm 97
9

Bekerjanya penegak hukum dalam peradilan pidana, yakni polisi, jaksa,

dan hakim dalam menangani suatu perkara pidana penuh dengan berbagai

kepentingan yang sering kali dalam pemenuhan kepentingan tersebut menimbulkan

konflik kepentingan. Kepentingan korban hanyalah salah satu dari kepentingan yang

dipertimbangkan, yang mungkin akan berhadapan dengan kepentingan status quo

lainnya, sehingga tidak memuat penegak hukum yang demokratis dan mewadahi

untuk mencari keadilan dan hak asasi manusia.12

Dengan alasan yang penulis kemukakan di atas, maka dalam penyusunan

dan penulisan skripsi ini penulis memilih judul PERTIMBANGAN HAKIM

DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA KEKERASAN

FISIK DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA STUDI PUTUSAN NO

333/PID.SUS/2022/PN.SKY.

B. Permasalahan

1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

tindak pidana kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga studi putusan no

333/pid.sus.2022.pn.sky ?

2. Apa yang menjadi faktor sehingga terjadi kekerasan fisik dalam lingkup

rumah tangga?

C. Ruang Lingkup dana Tujuan Penelitian

1. Ruang Lingkup

12
Ibid, hlm. 109
10

Ruang lingkup penelitian ini adalah dasar pertimbangan hakim dalam

memutuskan perkara tindak pidana kekerasan fisik dalam lingkup rumah

tangga studi putusan no 333/pid.sus.2022.pn.sky.

2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ini di capai dalam penelitian ini

adalah :

1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

tindak pidana kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga studi putusan no

333/pid.sus.2022.pn.sky.

2. Apa yang menjadi faktor sehingga terjadi kekerasan fisik dalam lingkup

rumah tangga.

D. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris (sosiologis), yaitu

penelitian yang menggunakan fakta–fakta empiris yang diambil dari prilaku

manusia, baik prilaku verbal yang didapat melalui wawancara maupun prilaku

nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Sealin itu, penelitian

empiris juga digunakan untuk mengamati hasil dari prilaku manusia yang

berupa peninggalan fisik maupun arsip.13

B. Sumber Data
13
Mukti Fajar Nur Dewata & Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif
& Empiris, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm. 280.
11

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan bahan penelitian yang berupa fakta–fakta empiris sebagai prilaku

maupun hasil perilaku manusia. Baik dalam bentuk prilaku verbal prilaku

nyata, maupun perilaku yang terdokumentasi dalam berbagai hasil perilaku

atau catatan (arsip). Sedangkan, data sekunder merupakan bahan hukum yang

diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan non – hukum.

C. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum dalam penelitian ini bersifat deskriptif

Normatif, yang mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data

sekunder seperti peraturan perundang – undangan, keputusan pengadilan, teori

hukum dan pendapat para sarjana.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dengan mengacu kepada metode penelitian sebagaimana diuraikan

diatas, maka pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan studi

lapangan dan studi pustaka.

a. Studi Lapangan

Penelitian lapangan ini diperlukan untuk menunjang dan

melengkapi data sekunder yang diperoleh melalui penelitian untuk

mencari dan mendapatkan data-data dengan cara melakukan tanya

jawab dengan pihak yang berwenang.


12

b. Studi kepustakaan

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

penelaahan berbagai literatur (kepustakaan), yaitu data sekunder

yang relevan dengan penelitian/kajian yang dilakukan. Telaah data

sekunder dijadikan sebagai telaah awal, dari seluruh

kegiatan penelitian yang dilakukan. Telaah sekunder akan

mencakup berbagai buku teks, jurnal, makalah-makalah

ilmiah, dan kepustakaan lain yang relevan. Penelaahan literatur

atau dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara meneliti dan

menganalisis dokumen, arsip, catatan, transkrip dan lain-


lain.

E. Teknik Pengolahan data

Dalam pengolahan data untuk skripsi ini dilakukan penulis

deangan cara melakukan langah – langkah anatar lain :

a. Pemeriksaan data (editing), yaitu data diperoleh diperiksa apakah masih

terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sudah sesuai dengan

permasalahan;

b. Penandaan data (coding), yaitu memberi catatan atau data yang

menyatakan jenis sumber data (buku, literatur, dan perundang-undangan)

c. Rekontruksi data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara

taratur, berurutan, logis, sehingga mudah difahami dan


13

diinterprestasikan;

d. Sistematisasi data (sistemating), yaitu melakukan penyusunan dan

penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis dan kualitatif

sehingga memudahkan pembahasan untuk selanjutnta sapat ditarik suatu

kesimpulan

E. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara sistematika dengan dasar untuk mempermudah

pembahasan dan untuk lebih mudah difahami. Sistematika penulisan skripsi ini

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan di bahas tentang :

a. Latar belakang

b. Permasalahan

c. Ruang lingkup dan Tujuan Penelitian

d. Metode Penelitian

e. Sistematika Penulisan

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas tentang :

A. Pengetian Viktimologi

B. Tindak Pidana

C. Perbuatan Kekerasan Dalam Rumah Tangga


14

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang

a. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan


perkara tindak pidana kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
studi putusan no 333/pid.sus.2022.pn.sky
b. Apa yang menjadi faktor sehingga terjadi kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga
BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisikan :

a. Kesimpulan

b. Saran
15

DAFTAR PUSTAKA

Bambang waluyo, 2018, Viktomologi Perlindungan Korban dan Saksi, Jakarta : Sinar

Grafika.

C Maya Indah, 2019, Perlindungan korban suatu perspektif Viktimologi dan

Kriminologi, Jakarta : Prenadamedia Grup.

Mukti Fajar Nur Dewata & Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum

Normatif & Empiris, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

UUD 1945

KUHP

KUHAP

UU no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

UU no 31 tahun 2014 tentang perubahan atas UU no 13 tahun 2006 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban

Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (UU PKDRT)

https://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/penelitian/

KEKERASAN+DALAM+RUMAH+TANGGA(Final).pdf

https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/

menemukenali-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
16

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK


PIDANA KEKERASAN FISIK DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA
STUDI PUTUSAN NO 333/PID.SUS/2022/PN.SKY

PROPOSAL RENCANA PENELITIAN


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H.)
Pada
Program Studi Ilmu Hukum
FAKULTAS HUKUM
Oleh:
Riading Helan
NIM : 201321018

Dosen Pembimbing:
Dr. Wandi Subroto, SH, MH.
M. Aprizal, SH, MH.

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
INSTITUT RAHMANIYAH SEKAYU
SEKAYU
2024
17

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : PERTIMBANGAN HAKIM DALAM


MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA
KEKERASAN FISIK DALAM LINGKUP RUMAH
TANGGA STUDI PUTUSAN NO
333/PID.SUS/2022/PN.SKY
Nama Mahasiswa : Riading Helan
NIM : 201321018
Program Studi : S1 Ilmu Hukum

Menyetujui,
Dosen pembimbing,

Dr. Wandi Subroto, S.H.,M.H. M. Aprizal, S.H.,M.H.


Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Mengetahui,

Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Hukum,

Muhammad Rhogust, S.H.,M.H Dr. H. Syaparuddin, S.H., M.H.


NIDN. 0213087803 NIDN. 0212026901

ii
18

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Permasalahan ...................................................................................... 9

C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian................................................. 9

D. Metode Penelitian................................................................................ 10

E. Sistematika Penulisan.......................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
19

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

INSTITUT RAHMANIYAH SEKAYU

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Riading Helan

NIM : 201321018

Dosen Pembimbing 1 : Dr. Wandi Subroto, S.H., M.H.

Dosen Pembimbing 2 : M. Aprizal, S.H., M.H.

Judul Skripsi :

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK


PIDANA KEKERASAN FISIK DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA
STUDI PUTUSAN NO 333/PID.SUS/2022/PN.SKY

Tanggal Dosen Dosen


No. URAIAN / SARAN PERBAIKAN
Bimbingan PB 1 PB 2
1

Sekayu, ............................... 2024

Ketua Program Studi, Dosen Pembimbing I,

Muhammad Rhogust, S.H., M.H. Dr. Wandi Subroto, SH, MH.

NIDN. 0213087803 NIDN. 0222067701

Anda mungkin juga menyukai