Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan

Dosen pengampu : Solehati Nofitasari, SH., MH

Disusun oleh :
Nur Diana (2103403031027)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia- Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan, dengan judul “PENGHAPUSAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA”.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masalah kekerasan (khususnya dalam rumah tangga) merupakan salah satu bentuk
kejahatan yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan, serta patut dikategorikan
sebagai jenis kejahatan melawan hukum kemanusiaan. Namun demikian, tidak semua
kejahatan megandung unsur-unsur kekerasan, dan tidak semua tindakan kekerasan dapat
dikatakan sebagai kompenen kejahatan.

Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Berbagi
pendapat, persepsi, dan definisi mengenai kekerasan dalam rumah tangga berkembang
dalam masyarakat. Pada umumnya orang berpendapat bahwa KDRT adalah urusan intern
keluarga dan rumah tangga. Berbagai kasus berakibat fatal dari kekerasan orang tua
terhadap anaknya, suami terhadap istrinya, majikan terhadap rumah tangga, terkuak dalam
surat kabar dan media massa.

Kekerasan dalam rumah tangga sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Namun, selama
ini selalu dirahasikan atau ditutup-tutupi oleh keluarga, maupun oleh korban sendiri atau
keluarga. Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga mengandung sesuatu yang spesifik
atau khusus. Kekhususan tersebut terletak pada hubungan antara pelaku dan korban, yaitu
hubungan kekeluargaan atau hubungan pekerjaan (majikan-pembantu rumah tangga).

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu permasalahan dalam keluarga. Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) bisa menimpa siapa saja termasuk, suami, istri, dan anak.
Dalam skripsi ini hanya akan membahas secara umum pengertian Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) yang dipersempit mengenai penganiayaan oleh suami terhadap istri. Hal ini
bisa dimengerti karena kebanyakan korban dalam Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
adalah istri.

Bila kita lihat lebih jauh banyak sekali keluarga yang tidak bahagia, rumah tangga yang
selalu ditiup oleh badai pertengkaran dan percekcokan. Dengan keadaan yang semacam ini
istri manapun tidak akan nyaman dalam menjalani kehidupannya.

3
Dalam Undang-undang RI No.23 Tahun 2004 mengenai Kekerasan dalam Rumah Tangga
(KDRT) yang kebanyakan adalah perempuan, harus mendapat perlindungan dari negara
dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan,
penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusian.

Pada umumnya masalah kekerasan dalam rumah tangga sangat erat kaitannya dengan
ketiadaan akses perempuan kepada sumber daya ekonomi (financial modal dan benda-benda
tidak bergerak seperti tanah, dan sumbersumber kesejahteraan lain), usia, pendidikan, agama
dan suku bangsa. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami perempuan juga
berlapis-lapis artinya bentuk kekerasan yang dialami perempuan bisa lebih dari satu bentuk
kekerasan baik secara fisik, psikologis, seksual dan ekonomi. Maka Kekerasan dalam Rumah
Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasaan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang seharusnya di lakukan pemerintah untuk dapat mengatasi agar tidak terjadi
kekerasan dalam rumah tangga?

1.3 Tujuan masalah

Untuk mengetahui tangung jawab pemerintah dan faktor apa saja yang menyebabkan
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran pemerintah untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga

Undang undang No. 23 Tahun 2004 merupakan kebijakan publik yang bertujuan
menghapus kekerasan dalam rumah tangga. Meski undang undang ini sarat dengan nilai nilai
yang dipengaruhi oleh pemahaman tentang hak asasi manusia dan kesetaraan gender, yang
intinya memberlakukan kesetaraan laki laki dan perempuan, namun dalam pemberlakuannya
di Indonesia masih belum mampu menekan tingkat kekerasan dalam rumah tangga dinegara
ini.

Disejumlah daerah yang nilai nilai budaya patriarkhi masih tinggi, tingkat kekerasan dalam
rumah tangga sangat memprihatinkan. Sehingga UU No. 23 Tahun 2004 kurang berjalan
efektif. Bahkan tidak jarang, dalam implementasi UUPKDRT, terdapat kontradiksi kebijakan
pejabat disejumlah daerah, sehingga usaha menanggulangi KDRT berjalan stagnan bahkan
mengalami kemunduran

Komisi nasional perempuan melaporkan terjadinya peningkatan jumlah kekerasan dalam


rumah tangga yang dialami perempuan. Pada Tahun 2003, terdapat 7.787 kasus; Tahun 2004
meningkat 56% menjadi 14.020 kasus; Tahun 2005 meningkat 69% menjadi 20.391 kasus.
Tercatat pada Tahun 2010 ada 105.103 kasus KDRT yang terjadi di 33 Provinsi. Pada Tahun
2012, kekerasan terhadap kaum perempuan meningkat menjadi 119.107 kasus.

Statistika ini dikumpulkan dari 395 organisasi yang menangani kasus KDRT, dan dari jumlah
tersebut, 95, 61% terjadi diranah personal. Bahkan data catatan akhir Tahun 2014 komisi
nasional anti kekerasan terhadap perempuan menyebutkan peningkatan sebanyak 20.000
kasus dibandingkan Tahun 2013. Dan catatan akhir Komnas Perempuan menunjukkan
sepanjang Tahun 2014 terdapat 293.220 kasus kekerasan terhadap perempuan . Sebanyak 68
persen dari kasus tersebut adalah kekerasan domestik dan rumah tangga (KDRT) dengan
masyoritas korban ibu rumah tangga dan pelajar. Bentuk bentuk kekerasan meliputi
penelantaran tanggung jawab, penganiayaan jasmani dan psikis, serta pernikahan paksa
ataupun pernikahan dini. Adapun data yang dihasilkan Komnas Perempuan sebagian besar

5
diperoleh dari data kasus/perkara yang ditangani oleh 359 pengadilan agama ditingkat
kabupaten/kota yang tersebar di 30 provinsi di Indonesia.

Sementara menurut data kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak


(KPPPA), pada Tahun 2009 kasus KDRT yang di catat KPPPA berdasar data kepolisian
sebanyak 148.586 kasus; Tahun 2010 berjumlah 105.103 kasus; memasuki Tahun 2011
berjumlah 119.107. terkait jumlah kasus KDRT yang terus meningkat dari Tahun ke Tahun,
sebenarnya masih banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga yang tidak terungkap. Hal ini
menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga seperti puncak “gunung es” karena
banyak kekerasan dalam rumah tangga yang “tersembunyi” dari publik.

Fakta ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga terus saja terjadi dan
meningkat dari Tahun ke Tahun, walau pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan publik
untuk menghapus kekerasan daam rumah tangga melakukan perlindungan terhadap
perempuan yang dianggap kelompok rentan.

Kebijakan tersebut diwujudkan dengan dibentuk dan diberlakukan undang undang Nomor. 23
Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (selanjutnya disebut
UUPKDRT). Dengan demikian telah terjadi ketidaksesuaian antara keinginan pemerintah
dengan kenyataan yang ada, sehingga menimbulkan pertanyaan , mengapa UUPKDRT tidak
berlaku efektif.

Adanya anggapan jika Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan permasalahan
di ranah internal sehingga tidak memerlukan campur tangan pihak lain, telah menempatkan
korban KDRT pada situasi yang sulit. Terlebih, ditambah adanya reaksi lingkungan yang
terkadang kurang mendukung dan cenderung menyalahkan korban. Oleh karena itu, melalui
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
terhadap Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak, Pemerintah Kota Salatiga berupaya
melakukan pencegahan terhadap berbagai persoalan yang rentan menyebabkan terjadinya
KDRT.

Selain melalui pembentukan payung hukum, upaya pencegahan KDRT oleh pemerintah juga
dilakukan dengan perumusan kebijakan, komunikasi, informasi, edukasi, sosialisasi serta
advokasi.

6
Lebih jauh, Titik menyampaikan bahwa, sebesar apapun upaya Pemerintah, tidak akan dapat
berjalan optimal jika tidak diimbangi oleh peran serta masyarakat dalam mencegah terjadinya
KDRT.

Yang terjadi selama ini, banyak yang mengartikan KDRT sebatas pada kekerasan fisik,
padahal lebih dari itu, termasuk kekerasan psikis, seksual hingga penelantaran. Dalam
Undang-Undang menegaskan, jika setiap orang yang mendengar, melihat atau mengetahui
terjadinya KDRT wajib melakukan upaya pencegahan sesuai dengan batas kemampuannya.

Pencegahan dimaksud diantaranya adalah mencegah berlangsungnya tindak pidana,


memberikan perlindungan kepada korban, memberikan pertolongan darurat, dan membantu
proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan. Selain itu, diharapkan pula
masyarakat dapat memberikan dukungan moral yang positif dan tidak menyalahkan. Sebab,
korban KDRT, terutama yang berulang pasti akan mengalami trauma, sehingga jangan
sampai membuat korban semakin tertekan.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT tidak berjalan


efektif karena dalam penerapannya masih banyak kasus yang tidak diselesaikan lewat jalur
hukum dan terhenti pada pihak kepolisian saja sehingga menghambat kinerja Undang-
Undang PKDRT tersebut namun Undang-Undang PKDRT telah memberikan perlindungan
bagi hak perempuan dari tindak pidana KDRT khususnya kekerasan fisik.

3.2 Saran

Dengan adanya Undang-Undang no. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga di harapkan lebih memposisikan diri sebagai pelindung korban dan hak-hak
korban lebih terpenuhi.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://stihzainulhasan.ac.id/jurnal-edisi-i-2016-3/

https://repository.unissula.ac.id/6647/4/BAB%20l

Anda mungkin juga menyukai