Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN

TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI

PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN


DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
Kelas: C

DOSEN PENGAMPU MATAKULIAH


1. Dr Herry Liyus, S.H., M.H
2. Andi Najemi, S.H., M.H
3. Yulia Monita, S.H., M.H

Oleh:
1. Sofia Kumala (B10020241)
2. Eka Endah Juniarti (B10020336)
3. Choniyya Fanya Aliya (B1A121392)
4. Ristiantika Prasetia (B1A121395)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

2.2 Perlindungan Hukum Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga

2.3 Lembaga Yang Memberikan memberikan penanganan dan

perlindungan hukum terhadap korban KDRT di Indonesia

2.4 Peranan korban kekerasan dalam rumah tangga dalam

perspektif viktimologi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT atau domestic violence merupakan
kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah personal. Tindak pidana Kekerasan
Dalam Rumah Tangga secara khusus telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga PKDRT Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga merupakan janji yang dibuat oleh negara untuk menghentikan
kekerasan dalam rumah tangga, menghukum mereka yang melakukannya, dan
melindungi mereka yang menjadi korbannya. Masalah kekerasan yang khususnya di
dalam rumah tangga harus diklasifikasikan sebagai bentuk kejahatan terhadap hukum
kemanusiaan karena menyinggung dan merendahkan martabat manusia. Namun,
tidak semua kejahatan memiliki unsur-unsur kekerasan, dan tidak semua orang bisa
berpendapat bahwa semua tindakan kekerasan adalah unsur kejahatan.
Rumah tangga dianggap sebagai tempat perlindungan dari berbagai ancaman
dan tindakan kekerasan yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Namun,
mengingat masih awal dalam proses, asumsi ini tidak dapat didukung sepenuhnya.
Kekerasan sering terjadi baik di dalam maupun di luar rumah, serta di dalam batas-
batas unit keluarga. Mereka yang mengalami kekerasan internal di rumah mereka
sendiri adalah mereka yang paling menderita.

1.2 Rumusan Masalah


Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi korban tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) ?
2. Lembaga mana yang memberikan penanganan dan perlindungan hukum
terhadap korban KDRT di Indonesia ?
3. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT)?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam


Rumah Tangga menyatakan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Menurut Herkutanto, Pengertian KDRT (Kekerasan Rumah Dalam Rumah
Tangga) adalah tindakan atau sikap yang dilakukan dengan tujuan tertentu sehingga
dapat merugikan perempuan, baik secara fisik maupun secara psikis. Sedangkan
menurut Mansour Fakih, Pengertian Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap
fisik maupun integritas keutuhan mental psikologi seseorang.
Kekerasan rumah tangga terkhususnya terhadap istri sering kita jumpai bahkan
dalam jumlah yang tidak sedikit. Dari banyaknya kekerasan yang terjadi, hanya
sedikit yang dapat diselesaikan secara adil. Hal ini karena dalam masyarakat masih
berkembang pandangan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tetap menjadi rahasia
atau aib rumah tangga yang sangat tidak pantas jika diangkat dalam permukaan atau
tidak layak dikonsumsi oleh publik.

2.2 Perlindungan Hukum Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam


Rumah Tangga
Kekerasan sering menjadi pelengkap kejahatan itu sendiri ketika dikaitkan dengan
kejahatan. Sebagai alat atau upaya aparat penegak hukum untuk digunakan sebagai
acuan tindakan bagi aparat penegak hukum bagi pelaku KDRT, pasal-pasal yang
berkaitan dengan ketentuan legislatif terhadap KDRT sudah dimungkinkan. Selain
penyediaan bantuan hukum oleh pemerintah, semakin banyak organisasi berbadan
hukum dan keterlibatan masyarakat dalam memberikan bantuan hukum kepada
korban mendorong masyarakat untuk melakukannya juga.
Sanksi pidana harus ditegakkan secara tegas sebagai bagian dari penegakan
hukum untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kasus kekerasan dalam rumah
tangga, yang merupakan tujuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Menurut Pasal 5 Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga meliputi
a) Kekerasan fisik
b) Kekerasan Psikis
c) Kekerasan Seksual
d) Penelantaran Rumah tangga
Perlunya diberikan perlindungan hukum pada korban kejahatan secara memadai
tidak saja merupakan isu nasional, tetapi juga internasional. Oleh karena itu, masalah
ini perlu memperoleh perhatian yang serius. Pentingnya perlindungan korban
kejahatan memperoleh perhatian yang serius.
Perlindungan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan saksi dan korban adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian
bantuan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang wajib dilaksanakan oleh
Lembaga Perlindungan saksi dan Korban LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan
ketentuan. Perlindungan ini diberikan dalam semua tahap proses peradilan pidana
dalam lingkup peradilan.
2.3 Lembaga Yang Memberikan Penanganan dan Perlindungan Hukum

Terhadap Korban KDRT di Indonesia.

Semua anggota rumah tangga mungkin terpengaruh oleh kekerasan dalam rumah
tangga, tetapi perempuan lebih sering terpengaruh. Dalam rangka menegakkan
keadilan bagi perempuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, LBH APIK menawarkan perlindungan
hukum bagi perempuan.
Lembaga terkait penanganan dan perlindungan hukum terhadap korban KDRT
selalu tidak lepas dari yang namanya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dan Menteri Hukum dan HAM, serta Komnas Perempuan Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan juga turut andil dalam perjuangan
penegakkan hak asasi manusia yang berfungsi untuk memberikan perlindungan dan
penanganan terhadap korban KDRT dengan menempatkan hak-hak asasi manusia
yang seharusnya dimiliki oleh semua manusia termasuk seorang perempuan.
Selain itu, terdapat pula lembaga atau organisasi sosial yang peduli terhadap
masalah KDRT yang tujuan dan fungsinya sesuai dengan apa yang menjadi nilai
dasar dalam Komnas Perempuan. International NGO Forum on Indonesia
Development INFID INFID merupakan suatu lembaga yang berdiri pada tahun 1985,
yang bertujuan untuk mewujudkan demokrasi, kesetaraan, keadilan sosial dan
perdamaian serta terjamin dan terpenuhinya Hak Asasi manusia di tingkat nasional
Indonesia dan di tingkat global sesuai dengan visi dan misi lembaga ini. INFID
mempunyai peran dan fungsi dalam hal memberikan perlindungan terhadap hak anak
dan perempuan, pusat bantuan untuk perempuan yang mengalami kekerasan, terapi
kelompok terhadap perempuan yang mengalami pelecehan seksual, hotline
counseling konseling via telepon khusus untuk perempuan, bantuan hukum untuk
perempuan, serta pendidikan dengan mendorong minat baca dan tulis.
2.4 Peranan korban kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif
viktimologi

Contoh kasus kekerasan dalam rumah tangga dalam perpsektif viktimologi.


Kekerasan dalam rumah tangga selama pandemi Covid-19 mengalami kenaikan kasus
secara signifikan. Kekerasan dalam rumah tangga perlu dilakukan sebuah
pemahaman atas peran masing-masing pihak khususnya peran korban untuk
memahami bagaimana sebuah kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi dari sisi
ilmu viktimologis. Contohnya peran korban dalam sebuah kekerasan dalam rumah
tangga yang terjadi di Kota Surakarta selama pandemi Covid-19.

Pembahasan terkait peran korban dalam sebuah rangkaian tindak kejahatan


kurang diperhatikan dikarenakan oleh hal-hal tertentu Rena Yulia, 201075. Hal
tersebut dikarenakan adanya pemahaman yang menganggap mengenai korban telah
mendapatkan penderitaan akibat tindak pidana yang dialaminya sehingga kajian
mengenai bagaimana seseorang dapat mengalami sebuah tindak pidana kurang
diperhatikan, sedangkan dalam sebuah tindak pidana yang terjadi terdapat hubungan
antara pelaku dan korban berupa aksi dan reaksi.

Peran korban yang dimaksud adalah bentuk dari sikap dan keadaan yang
dihadirkan dari diri korban yang dapat memicu timbulnya tindak pidana yang
mengakibatkan derita bagi korban sehingga sebuah kejahatan tidak dapat terjadi
apabila di dalamnya tidak terdapat pihak korban Rena Yulia, 201075, meskipun
dalam praktiknya kerap dijumpai adanya istilah victimless crime atau kejahatan tanpa
korban namun bentuk korban dalam kejahatan tanpa korban bersifat berbeda dari
kejahatan pada umumnya.
Peran korban menjadi sebuah perhatian penting dalam sebuah tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga karena lingkup dalam kekerasan dalam rumah tangga
adalah lingkup yang bersifat privat antara anggota dalam sebuah rumah tangga
sehingga terbentuk sebuah hubungan yang mendalam dan intim antara pelaku dan
korban.

Mandelsohn Rena Yulia, 201052 dalam menguraikan bentuk peran korban atas
tindak kejahatan yang dialaminya menyatakan bahwa korban memiliki derajat
kesalahan dalam sebuah tindak kejahatan berupa :

a. Yang sama sekali tidak memiliki kesalahan


b. Yang jadi korban karena kelalaiannya,
c. Yang memiliki kesalahan sama dengan pelaku kejahatan,
d. Yang lebih bersalah dari pelaku,
e. Yang satu-satunya memiliki kesalahan.

Yayasan Solidaritas Perempuan Untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia


SPEKHAM Surakarta dan Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Terpadu Perempuan dan
Anak UPT PTPAS Kota Surakarta dalam menyampaikan peran korban kekerasan
dalam rumah tangga yang terjadi di Kota Surakarta selama pandemi Covid-19
memiliki sedikit perbedaan dalam bentuk peran korban.

Yayasan Yayasan Solidaritas Perempuan Untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi


Manusia menyatakan bentuk peran korban kekerasan dalam rumah tangga adalah
bentuk pembiaran atas kekerasan yang dialaminya, pembiaran atas kekerasan yang
dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah korban menerima segala jenis kekerasan
yang dilakukan oleh pelaku baik berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, maupun
penelantaran dikarenakan sebuah pemikiran untuk mempertahankan keutuhan dalam
rumah tangga. Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Kota
Surakarta sebagai bagian Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pemberdayaan Masyarakat mengalami penurunan kasus laporan dan aduan kekerasan
dalam rumah tangga selama tahun 2020.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu tindak pidana yang sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut dikarenakan kekerasan dalam
rumah tangga sendiri memiliki unsur delik yang relatif mudah untuk terpenuhi serta
delik kekerasan dalam rumah tangga bersifat privat dalam lingkup rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah tindak pidana yang diatur dalam
UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberikan
perlindungan terhadap individu di dalam lingkup keluarga.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga dalam pengaturannya lebih memperhatikan perlindungan terhadap perempuan
dan anak karena dalam keadaan fisik maupun psikologis memiliki kedudukan yang
lebih lemah dari seorang laki-laki. Adapun berdasarkan praktik yang ditemui,
kekerasan dalam rumah tangga didominasi oleh korban perempuan dan korban anak
yang diakibatkan oleh beberapa aspek baik secara biologis, sosial, dan budaya. Pasal
1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga menjelaskan lingkup kekerasan dalam rumah tangga berupa setiap perbuatan
yang menimbulkan derita khususnya terhadap perempuan berupa kekerasan fisik,
psikis, dan seksual beserta ancaman-ancaman yang terjadi dalam lingkup rumah
tangga.
Secara khusus UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam
Rumah Tangga lebih memperhatikan mengenai perlindungan perempuan dalam
sebuah lingkup rumah tangga. Meskipun demikian subjek yang dilindungi dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
meliputi suami, istri, anak, serta seseorang yang berada dalam lingkup rumah tangga
seperti pembantu atau asisten rumah tangga.
Dalam rangka menegakkan keadilan bagi perempuan sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, LBH
APIK menawarkan perlindungan hukum bagi perempuan. Lembaga terkait
penanganan dan perlindungan hukum terhadap korban KDRT selalu tidak lepas dari
yang namanya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan
Menteri Hukum dan HAM, serta Komnas Perempuan Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan juga turut andil dalam perjuangan penegakkan hak
asasi manusia yang berfungsi untuk memberikan perlindungan dan penanganan
terhadap korban KDRT dengan menempatkan hak-hak asasi manusia yang
seharusnya dimiliki oleh semua manusia termasuk seorang perempuan.
DAFTAR PUSTAKA

Mandala, P. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Sebagai Implementasi Hak-Hak Korban. Analisis Hukum.

Pradinata, V. (2020). Perlindungan Hukum Bagi Korban Tindak Pidana Kekerasan

Dalam Rumah Tangga (KDRT). Khaira Ummah.

Sahara, S., Elisdawati, Y., & Auliaurrahman. Kajain Viktimologi Terhdapa

Kekerasan Dalam Keluarga di Aceh. Samudra Keadilan.

Shahrullah, R. S., & Melinda. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana

KDRT di Indonesia dan India.

Anda mungkin juga menyukai