KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN
DISUSUN OLEH:
FARHANI YULIANA 02180200082
SESHARIA YENITA EKAPUTRI 021802000096
YUSUF HABIBI 02180200095
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini, merupakan suatu hal yang menarik
karena banyak diperbincangkan oleh kalangan praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), akademisi dan masyarakat luas. Hal itu dilatar belakangi adanya tuntutan
peren perempuan yang semakin komplek seiring dengan perkembangan jaman yang
cendrung lebih memperhatikan Hak-Hak Asasi Manusia (HAM) tanpa melihat atau
membedakan jenis kelamin. Kekerasan terhadap perempuan merupakan timdakan
pelanggaran HAM yang paling kejam yang dialami perempuan. Oleh karenanya tidak
salah apabila tindak kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan kemanusiaan.
Serangkaian data yang dikeluarkan UNIFEM (dana PBB untuk perempuan) tentang
kekerasan menunjukan bahwa di Turki jumlah perempuan yang mengalami kekerasan
oleh pasangannya mencapai 57,9 % pada tahun 1998.di India, jumlahnya mencapai
49% pada tahun 1999, di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 22,1 %.
a) Viena Declaration.
2
Negara Indonesia juga telah mengeluarkan berbagai peraturan hukum untuk
melindungi korban dan mencegah terjadinya KDRT, seperti (1) Undang-
UndangDasar1945Pasal28G; (2) Undang-undang No. 9 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia; (3) Undang-undang No. 7 tahun 1984 tentang Pengesah-an Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita; (4) Undang-
undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan; (5) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana; (6) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; dan (7) Undang-
undangNo.23tahun2004tentangPenghapusan KDRT .
Hal tersebut dapat diketahui dari pemberitaan di mass media baik media cetak maupun
media elektronik.Mengingat luasnya kontek kekerasan terhadap perempuan, namun
dalam tulisan ini dibatasi hanya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga
dalam kedudukannya sebagai istri.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala
bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan
dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan
terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus ; bahwa
korban kekerasan dalam rumahtangga, yang kebanyakan adalah perempuan, harus
mendapat perlindungandari negara dan / atau masyarakat agar terhindar dan terbebas
dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang
merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan; Dalam kenyataannya kasus
4
kekerasan dalam rumah tangga banya kterjadi, sedangkan sistem hukum di Indonesia
belum menjamin perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga;
Kekerasan pada perempuan di Indonesia sendiri telah di antisipasi dengan Undang-
UndangNo.23Tahun2004tentangKekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
5
a) Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
b) perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup formal
dan informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.
5) Aspek Hukum:
a) Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan
maupun dalam praktek penegakan hukum;
b) Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya
kebutuhan perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku;
c) Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum,
d) Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada perempuan dan
anak perempuan korban kekerasan.
6) Aspek Politik:
a) Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan
keputusan di bidang politik, hukum, kesehatan, maupun media.
b) Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan
yang berdampak serius bagi negara,
c) Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,
d) Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik.
D. Dampak Kekerasan
Pada Korban:
a) Kesehatan Fisik : memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah tulang dan luka
dalam), gangguan kesehatan yang khronis, gangguan pencernaan, perilaku seksual
beresiko, gangguan makan, kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/ melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah, terinfeksi penyakit menular seksual, HIV/AIDS
b) Kesehatan Mental: depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku obsesif kompulsif,
disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma
c) Produktivitas kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit
berkonsentrasi, berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan medis, atau
memenuhi panggilan polisi/meng-hadiri sidang.
d) Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku, kematian karena aborsi/kegugur-
an/AIDS
Pada Anak:
6
a) Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah,
b) Terhambatnya kemampuan untuk menjalin hubungan yang dekat dan positif dengan
orang lain,
c) Kecenderungan lari dari rumah, adanya keinginan bunuh diri
d) Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung menjadi korban kekerasan yang
serupa di masa remaja/dewasanya
a) Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut serta dalam
kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan dan menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat.
b) Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun pengadilan, serta biaya
untuk perawatan kesehatan bagi korban
c) Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan konflik
• Penganiayaan
7
h) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
i) Rencana Aksi Nasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAN
PKTP)
j) Keppres tentang Pengarusutamaan Jender
k) Keppres tentang RAN anti Perdagangan Perempuan
l) Keppres tentang RAN anti Eksploitasi Pekerja Anak
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bahwa Kekerasan terhadap perempuan tindakan kekerasan
berbasis gender yang mengakibatkan, atau mungkin mengakibatkan, bahaya seksual
dan mental fisik atau penderitaan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti itu,
pemaksaan atau perampasan sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau
dalam kehidupan pribadi. Yang meliputi kekerasan pasangan intim, Kekerasan
seksual, Pemerkosaan, kekerasan pasangan intim,
Kekerasan fisik, kekerasan seksual yang menimbulkan risiko pada perempuan antara
lain penyakit HIV dan penyakit kelamin lainya, BBLR, Abortus, Penggunaan alkohol
dan obat terlarang, stres sampai bunuh diri karena hal tersebut perlu adanya
pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan masyarakat, sekolah dan
pasangan masing-masing.
B. Saran
Menurut saya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia harus di tindak lanjuti harus
kita perhatikan jangan di abaikan,jangan rendahkan perempuan di Indonesia,hidup
perempuan Indonesia