Anda di halaman 1dari 4

UTS KESEHATAN IBU DAN ANAK

RESUME

NAMA FARHANI YULIANA


NPM 02180200082
JUR. S1 KESEHATAN MASYARAKAT
MATA KULIAH KESEHATAN IBU DAN ANAK

Judul STUDI PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA LANSIA


DAN GANGGUAN YANG MENYERTAINYA
Tahun 2020
Penulis Mika Mediawati, Arika Indah Setyarini
Vol. VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2020: 57 - 63

Pendahuluan Menopause merupakan suatu fase berhentinya siklus menstruasi atau


haid pada wanita karena pengaruh usia dan perubahan hormone yakni
penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
oleh ovarium. Wanita mengalami menopause biasanya pada saat usia
50an tahun atau kurang.
Penurunan hormon estrogen mengakibatkan siklus menstruasi menjadi
tidak teratur, hal ini juga bisa dijadikan suatu petunjuk terjadinya
menopause. Menopause didefinisikan sebagai haid terakhir, terjadinya
menopause berkaitan denagn menarche atau pertama haid, makin
dini menarche terjadi maka makin lambat atau lama menopause timbul
(Mulyani, 2014).
Metode Tahap I:
Pengabmas tahap I dilaksanakan di tempat PMB Kurniawati selaku
Bidan Desa Bandar Lor. Pengabmas dilaksanakan pada hari Jumat,
tanggal 26 Juli 2019 pukul 08.00 s.d selesai. Pengabmas dihadiri oleh
ibu premenopause maupun menopause beserta kader di wilayah
Bandar Lor sebanyak 37 peserta. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu
penyuluhan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
 Sebelum penyuluhan dimulai peserta melakukan pretest,
setelah itu, dilakukan apersepsi tentang menopause kepada
peserta, dilanjutkan
Tahap II:
Pengabmas Tahap II dilaksanakan di tempat PMB Kurniawati selaku
Bidan Desa Bandar Lor. Pengabmas dilaksanakan pada hari Jumat,
tanggal 9 Agustus 2019 pukul 08.00 s.d selesai. Peserta yang diundang
dalam Pengabmas Tahap I diundang kembali pada Pengabmas Tahap
II. Pada Pengabmas Tahap II ini dihadiri oleh seluruh undangan, yaitu
sebanyak 43 peserta. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu Senam
Bersama dan Pemeriksaan kesehatan gratis, dengan dengan rincian
kegiatan sebagai berikut:
 Mengadakan senam bersama, setelah kegiatan selesai
dilakukan posttest untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat
memahami apa saja yang sudah dijelaskan pada Pengabmas
Tahap I.
 Pemeriksaan kesehatan yang diberikan meliputi kolesterol, gula
darah, dan asam urat. Kemudian menjelaskan terkait hasil
pemeriksaan termasuk menjelaskan gizi seimbang pada
menopause. memberikan materi penyuluhan seputar
menopause, mulai dari pengertian menopause, gejala
menopause, cara untuk mengurangi gejala menopause.Setelah
materi selesai peserta diberikan Buku untuk dapat dibaca di
rumah.
Hasil Penelitian Hasil Pretest dan Posttest menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan peserta tentang menopause yang dapat dilihat dari adanya
peningkatan jumlah jawaban benar pada Posttest dibandingkan Pretest.
Selain itu, hasil pemeriksaan didapatkan dari total 36 peserta, terdapat
26 peserta dengan kadar kolesterol tidak normal, 7 peserta dengan
kadar gula darah tidak normal, dan 15 peserta dengan kadar asam urat
tidak normal. Motivasi dan informasi yang benar terkait kesehatan
reproduksi Lansia sangat dibutuhkan, tidak hanya sekali kegiatan saja,
namun harus berulang dan berkesinambungan.
Kesimpulan Kegiatan Pengabmas Tahap I dan II dihadiri oleh hampir seluruh
undangan yaitu Pengabmas tahap I dihadiri sebanyak 37 peserta dan
Pengabmas Tahap II dihadiri oleh seluruh undangan yaitu 43 peserta.
Terdapat peningkatan pengetahuan peserta setelah pemberian materi
tentang menopause

Judul EDUKASI KESEHATAN TENTANG RESIKO ANEMIA TERHADAP


KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI DI GOR CANDRABAGA
KOTA BEKASI TAHUN 2019
Tahun 2020
Penulis Hainun Nisa, SST., M. Kes, Linda K Telaumbanua, SST.,M.Keb Nurmah, SST., M.
Kes Puri Kresna Wati, SST., M. KM , Evi Nur Akhiriyanti, SST., MN.Mid, Rupdi,
SST., M.Kes
Vol. Vol. 2 No. 02 (2020): Oktober 2020

Pendahuluan Sesuai dengan program Sustained Development Goals (SDG) ke-2 dan
ke-3 untuk mengurangi semua bentuk kekurangan gizi dan memastikan
kehidupan yang sehat untuk semua usia tahun 2030. Salah satu
permasalahan gizi di Indonesia adalah anemia, dimana
anemia adalah jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut
oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologi
tubuh. Berdasarkan data Riskesdas 2013 proporsi anemia
pada perempuan (23,9%) lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki
(18,4%). Proporsi anemia pada kelompok umur 15-24 tahun sebesar
18,4% tahun 2013.
Berdasarkan data Riskesdas 2018 proporsi anemia pada
perempuan(27,2%) lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki (20,3%).
Proporsi anemia pada kelompok umur 15-24 tahun sebesar 32% tahun
2018.(Depkes RI, 2018) Remaja putri rentan terkena anemia karena
mengalami masa menstruasi dan mengejar masa tumbuh. Remaja putri
yang sedang menstruasi mengalami kehilangan besi dua kali lipat
dibandingkan remaja putra. Selain itu, remaja putri biasanya sangat
memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi
konsumsi makan seperti pada diet vegetarian. (Sediaoetama, 2006)
Metode Kegiatan edukasi kesehatan ini dilakukan dengan metode konseling,
dimana setiap remaja yang berkunjung ke pameran yang
diselenggarakan oleh STIKes Medistra Indonesia dalam rangka Hari
Kesehatan Nasional selain dilakukan pemeriksaan HB juga diberikan
konseling tentang resiko anemia terhadap Kesehatan reproduksi
Hasil Penelitian Anemia yang dialami remaja putri akan menyebabkan masalah yang
cenderung lebih berat jika masalah ini tidak ditangani atau dibiarkan
berlanjut hingga dewasa. Mengingat wanita akan hamil dan
melahirkan, kondisi anemia berisiko terhadap: Bayi lahir prematur,
Berat badan bayi lahir rendah, Stunting atau balita pendek, Komplikasi
saat persalinan serta Kematian ibu dan anak Selain itu terdapat hasil
penelitian yang menyatakan bahwa anemia dapat mempengaruhi
siklus menstruasi pada seorang perempuan. Kadar hemoglobin yang
cukup atau seseorang tidak anemia akan membantu keteraturan siklus
menstruasi pada perempuan. Sebaliknya kekurangan zat besi dalam
tubuh dapat menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin, yang
akhirnya menimbulkan banyak komplikasi pada wanita.
Kesimpulan 1) Berdasarkan hasil penggalian persepsi remaja tentang anemia
didapatkan bahwa masih ada remaja yang memiliki persepsi
keliru seperti anemia merupakan tekanan darah rendah, masih
terdapat remaja yang tidak tahu tentang penyebab anemia pada
remaja dan resiko anemia Terhadap kesehatan reproduksi
remaja
2) Pelaksanaan edukasi Kesehatan dilakukan dengan metode
konseling oleh dosen dan mahasiswa STIKes Medistra
Indonesia dengan materi pengertian anemia, penyebab serta
dampak anemia pada Kesehatan reproduksi remaja
3) Setelah mendapatkan koseling peserta membuat kesepakatan
untukmelakukan pencegahan anemia dengan pola makan yang
sehat seperti konsumsi sayur dan buah serta tidak
meninggalkan sarapan pagi

Judul HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PENDEWASAAN


USIA PERKAWINAN TERHADAP RISIKO PERNIKAHAN USIA DINI
Tahun 2020
Penulis Agi Yulia Ria Dini,Vina Febriani Nurhelita
Vol. Vol. 2 No. 02 (2020): Oktober 2020
Pendahuluan Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh salah satu
pasangan yang memiliki usia dibawah umur 17tahun. Pernikahan
belum cukup umur ini marak terjadi di Indonesia, baik di desa maupun
kota. Fenomena pernikahan dini di wilayah Ciayumajakuning
berkontribusi sebesar 44,67% terhadap persentase perempuan yang
pernah kawin usia
dibawah 18 tahun di Jawa Barat. Perempuan yang menikah di usia dini
berisiko kematian lebih tinggi akibat komplikasi saat kehamilan dan
melahirkan dibandingkan perempuan dewasa. Tujuan peneliti adalah
untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang
pendewasaan usia perkawinan terhadap resiko pernikahan usia dini di
SMPN 9 Kota Cirebon Tahun 2019.
Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan
metode cross sectional, populasi pada penelitian adalah remaja putri
kelas 8 SMPN 9 Kota Cirebon dengan teknik accidental sampling
didapatkan
sampel sebanyak 32 remaja putri.Instrumen penelitian ini adalah
kuesioner tertutup. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa
pengetahuan remaja putri tentang pendewasaan usia perkawinan
dengan frekuensi terbanyak adalah kategori cukup (50%) dan tingkat
risiko pernikahan usia dini pada remaja putri terbanyak adalah pada
kategori
cukup (40,6%). Hasil analisa bivariat menggambarkan adanya
hubungan yang berarti (p value < α) antara pengetahuan remaja putri
tentang Pendewasaan Usia Perkawinan terhadap risiko Pernikahan
Usia Dini di SMPN 9 Kota Cirebon.
Hasil Penelitian Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden yang
memiliki
pengetahuan yang rendah lebih banyak melakukan pernikahan dini
karena pada umumnya belum mengetahu tentang batasan usia
pernikahan dan dampak negatif yang timbul apabila menikah pada usia
di bawah 20 tahun, serta kurangnya pengetahuan tentang Kesehatan
reproduksi. Seorang perempuan yang mempunyai pengetahuan tentang
reproduksi yang baik pasti akan lebih mempertimbangkan tentang hal
usia pernikahannya karena mereka mengetahui apa saja akibat dari
pernikahan usia dini terhadap reproduksinya.
Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang Pendewasaan Usia
Perkawinan di SMPN 9 Kota Cirebon tahun 2019 masuk ke
dalam kategori cukup (50%).
2. Keseluruhan tingkat pengetahuan remaja putri tentang risiko
Pernikahan Usia Dini di SMPN 9 Kota Cirebon tahun 2019
masuk ke dalam kategori cukup (40,6%).
3. Terdapat hubungan yang berarti (signifikan) antara
pengetahuan remaja putri tentang Pendewasaan Usia
Perkawinan terhadap risiko Pernikahan Usia Dini di SMPN 9
Kota Cirebon tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai