Anda di halaman 1dari 10

Artikel Penelitian

Bentuk-Bentuk Kekerasan yang Dialami Perempuan


Warga Komplek Dinas Peternakan
Provinsi Sumatera Utara

Form Of Violence Ecperienced by Women Citizens


Complex Dinas Peternakan North Sumatera Province

Hairani Siregar

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara

Abstrak
Kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Sebagai sebuah
negara yang ikut dalam deklarasi tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan, di antaranya
menyebutkan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah sikap tindakan berdasarkan jenis kelamin
yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikologis,
termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan dan perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang
baik yang terjadi di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Penelitian ini dilaksanakan pada
perempuan warga komplek Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara. Dengan hasil menunjukkan
bahwa persepsi yang bervariasi antara lain kekerasan yang dialami oleh perempuan. Bentuk-bentuk
kekerasan yang dialami berupa kekerasan fisik, psikologi, seksual dan kekerasan budaya.
Kata kunci: kekerasan dan perempuan

Abstract
Violence against women can happen everywhere, everytime and everyone. As a country is participating
in the declaration about elimination of violence against women, among states that violence against
women is every action based on sex resulted misery or suffery to women in physical, sexual, and
psychological indude threats certain action, coercion and deprivation the independence arbitrarity,
whether occuring in public or in privat. The research was conduction in womwn citizens complex Dinas
Peternakan North Sumatera Province. The result showing perception varied among other to violence
experienced by women. The form of violence experienced by women is physical violence,
psychological,sex and cultere violence.
Keywords: violence and women
Kekerasan bisa terjadi di tengah-tengah
Pendahuluan keramaian pasar di siang hari oleh seorang
Kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi perampok atau di sebuah taman yang lengang di
dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. kesunyian malam oleh seorang lelaki yang

10
Siregar, Bentuk-bentuk Kekerasan yang Dialami Perempuan

mabuk. Akan tetapi yang sangat mengherankan perdamainan pada tahun 1975 (tahun wanita
bahwa banyak kekerasan yang terjadi di rumah internasional), dan disosialisasikan kepada semua
tangga, dan banyak kekerasan tersebut dilakukan negara, termasuk Indonesia. Pada tahun 1979
oleh seorang yang dekat dan dikenal baik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
korban. Di dalam keluarga, kekerasan terhadap mengeluarkan Konvensi Penghapusan Segala
perempuan bisa terjadi. Kekerasan tersebut bisa Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
dilakukan oleh suami kepada istri, seorang ayah (Convention On The Elimination Of All Forms Of
atau ibu kepada anak perempuannya atau anak Diskrimination/ SEDAW) yaang intinya lebih
laki-lakinya kepada saudara perempuan lainnya. menciptakan kesetaraan antara laki-laki dan
Penyebabnya bisa berbagai macam. perempuan dan hak asasi perempuan. Indonesia
Menurut Aripurnami (2003), kekerasan telah meratifikasi konvensi ini dalam bentuk
terhadap perempuanini sulit terungkap karena Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 (Ihromo,
beberapa alas an, di antaranya : a) masalah 2000).
kekerasan terhadap perempuan dianggap masalah Selanjutnya ada kesepakatan-kesepakatan
yang tidak perlu diungkapkan karena tidak ada internasional mengenai upaya memajukan dan
penyelesaiannya dan perempuan sebagai korban penghapusan diskriminasi terhadap perempuan,
selalu disalahkan b) lembaga pendamping misalnya Deklarasi Penghapusan Kekerasan
perempuan yang mengalami kekerasan (kantor terhadap Wanita yang diterima oleh PBB tahun
polisi, lembaga pemerintah dan non pemerintah) 1993 yang prinsipnya menghapuskan segala
belum bekerja secara optimal c) sosialisasi tindak kekerasan berdasarkan jenis kelamin
masalah kekerasan belum menyeluruh ke semua (gender based violence) yang berakibat
lapisan dan pemangku bebijakan sehingga belum kesengsaraan atau penderitaan terhadap
ada tindakan yang efektif bagi perempuan yang perempuan baik fisik, seksual dan psikologis
mengalami kekerasan. termasuk ancaman, tindakan tertentu, pemaksaan
Masalah kekerasan terhadap perempuan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-
sudah ada sejak peradaban manusia pada masing- wenang, baik yang terjadi di depan umum atau
masing fase kehidupan. Umumnya perempuan dalam kehidupan pribadi. Konvensi ini juga
menganggap bahwa tindak kekerasan adalah menjadi dasar bagi Pemerintah Indonesia dalam
berkisar pada fisik saja seperti penyiksaan penghapusan kekerasan terhadap perempuan
(ditampar, dijambak, ditendang, dipukul, diludahi dalam rumah tangga (KDRT) melalui UU No. 23
dan lainnya), pemerkosaan, kekerasan dalam tahun 2004.
hubungan intim (apapun yang diinginkan suami, Perkembangan di tingkat internasional dan
istri harus memenuhinya), perdagangan nasional menunjukkan adanya tekad yang kuat
perempuan dan anak (termasuk legalitasi untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi
prostusi), sistem pengupahan pada tenaga kerja; dan kekerasan berdasarkan jenis kelamin yang
upah perempuan lebih rendah dari laki-laki, tidak dilakukan oleh pemerintah, organisasi non
melibatkan istri dalam membuat keputusan baik peremerintah. Sidang Umum PBB
dalam maupun luar keluarga dan banyak lagi mengumandangkan dekade pertama pertama
jenis kekerasan yang mengakibatkan penderitaan untuk perempuan (1975 – 1985) dengan seruan
lahir batin nagi perempuan. persamaan, pembangunan dan perdamaina.
Negara Indonesia telah meratifikasi Sosialisasi kesetaraan dan hak asasi perempuan
konvensi yang berkaitan dengan diskriminasi dan ini berkumandang, ke banyak negara, namun
kekerasan terhadap perempuan, namun masalah tingkat kekerasan yang dialami perempuan tetap
kekerasan terhadap perempuan masih saja terjadi saja meningkat. Misalnya saja di Indonesia
dan kondisi inilah yang menyebabkan perempuan (Kompas 2007) bahwa kekerasan yang dialami
menjadi marginal dan dipinggirkan. Di tingkat perempuan meningkat sebesar 31% per tahun,
dunia, untuk menciptakan kesetaraan antara laki- yang disebabkan oleh rendahnya perlindungan,
laki dan perempuan maka dicetuskan Deklarasi rendahnya pemahaman dan kesadaran, masih
Mexiko mengenai persamaan perempuan, kuatnya budaya yang menomorduakan
sumbangan mereka kepada pembangunan dan

11
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015

perempuan dan rendahnya sumberdaya penelitian ini adalah semua perempuan dewasa
perempuan. yang ada di komplek Dinas peternakan yang
Kekerasan terhadap perempuan akan terus berjumlah 45 orang. Variabel dan indikator
meningkat dan bila tidak dilakukan penanganan dalam penelitian merupakan hal yang penting
secara komprehensip melalui penyadaran, dalam penelitian ini. Variabel merupakan konsep
membuat peraturan/hukum untuk membela yang diperjelas dan diubah bentuknya sehingga
korban kekerasan dan advokasi baik oleh dapat diukur dan digunakan secara operasional.
pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Parameter penelitian adalah sesuatu yang
Hal-hal sebagai tindak kekerasan, adakalanya menghubungkan konsep yang abstrak dengan
dianggap sebagian masyarakat sebagai sesuatu realita dan dapat dirumuskan untuk diuji.
yang wajar dan harus dihadapi oleh perempuan.
Persepsi seperti ini dibentuk oleh kebiasaan Hasil Penelitian dan Pembahasan
masyarakat (budaya) dan keluarga belum 1. Persepsi perempuan tentang masalah
sepenuhnya dapat mengikis pemahaman ini, kekerasan.
sehingga kekerasan masih saja terjadi menimpa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
perempuan. persepsi adalah sebagai tanggapan
Konvensi tentang penghapusan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan
diskriminasi terhadap perempuan, peraturan- ataupun proses seseorang mengetahui
peraturan tentang perlindungan perempuan beberapa hal melalui panca inderanya.
masalah kekerasan telah diratifikasi Indonesia, Dengan perkataan bahwa persepsi mencakup
dan disosialisasikan ke seluruh lapisan penerimaan, stimulus, pengorganisasian
masyarakat diharapkan sebagai salah satu media stimulus, dan penejemahan atau penafsiran
untuk menyadarkan masyarakat. Namun pada stimulus yang telah diorganisasikan dengan
kenyataannya masih banyak keluarga yang belum cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan
memahami apa sebenarnya makna dari pembentukan sikap seseorang terhadap suatu
kesetaraan dan persamaan antara perempuandan kasus.
laki-laki sehingga masih sangat sulit untuk Persepsi (tanggapan/ penerimaan) perempuan
mensosialisasikannya kepada masyarakat. tentang masalah kekerasan sangat dipengaruhi
Penjelasan di atas menunjukkan, bahwa oleh apa yang dilihat, didengar dan dirasakan
kekerasan masih dialami oleh perempuan maka dan akan mempengaruhi perilaku dan sikap
penelitian ini ingin melihat bagaimana bentuk- perempuan atas masalah kekerasan tersebut.
bentuk kekerasan yang dialami perempuan Indikator dalam persepsi perempuan tentang
Warga Komplek Dinas Peternakan Provinsi masalah kekerasan ini adalah pemahaman dan
Sumatera Utara Kota Medan. kesadaran atas kekerasan yang dihadapi oleh
perempuan.
Metode Penelitian Pada proses sosialisasi tentang masalah
Penelitian ini tergolomg penelitian kekerasan di ruang publik dan domestik ,
deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan terdapat persepsi yang bervariasi, antaranya :
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan a. Tidak menyadari bahwa yang dihadapi
keadaan subjek dan objek penelitian lembaga, adalah masalah kekerasan.
seseorang dan lain-lain pada saat sekarang b. Persoalan kekerasan adalah bahagian dari
berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau kehidupan yang mesti dihadapi oleh
bagaimana adanya (Nawawi, 1990;63). perempuan.
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, c. Masalah kekerasan yang dihadapi adalah
yang diperuntukkan kepada perempuan dewasa masalah pribadi yang tidak perlu
yang berdomilisi di Komplek Dinas Peternakan diungkapkan karena tidak akan
peovinsi Sumatera Utara. Alamat lengkap terselesaikan.
penelitian Jalan Binje Km. 7 (Jl. Gatotsubroto) d. Kekerasan berasal dari budaya patriahki.
Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal,
Kota Medan. Pemilihan populasi dalam

12
Siregar, Bentuk-bentuk Kekerasan yang Dialami Perempuan

e. Kekerasan akan terjadi ketika terjadi mengalami kekerasan fisik melapor ke


ketimpangan terhadap akses pendidikan, polisi. Dari hasil kompilasi data dari
sumber daya sosial, ekonomi dan politik. media cetak terbitan di Kota Medan
tindak kejahatan yang paling banyak
2. Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami adalah perampokan hipnotis,
A. Kekerasan yang dialami di ruang publik pencopetan, dan hipnotis di tempat
a. Kekerasan fisik ramai (pasar, terminal bus). Umumnya
Kekerasan fisik yang dialami antara korban kekerasan menceritakan
lain dipaksa menyerahkan barang persoalannya kepada wartawan media
dengan ditodong, dijambret dan cetak (khususnya media yang
dicopet. Dalam catatan kepolisian mengungkapkan masalah-masalah
Poltabes Kota Medan, kejahatan yang kriminal, seperti Medan Pos, Pos Metro
paling banyak di Kota Medan adalah dan lain-lain dibanding melapor ke
pencopetan, perampokan, penjam- polisi. Hal ini disebabkan karena
bretan, hipnotis dan penodongan. Masih wartawan media kriminal dekat dengan
dalam catatan kepolisian di Kota masyarakat dan memburu berita.
Medan bahwa tindak kriminalitas yang Tindakan responden atas kejadian ini
berhubungan dengan perempuan dalam adalah: a)Menghindar, karena pelaku
lima tahun terakhir meningkat sebanyak lebih marah lagi jika dilawan; b)
28,3% per tahun. Namun diperkirakan Melawan dengan cara memaki,
peningkatan kejahatan ini lebih besar, biasanya dilakukan oleh responden
karena tidak seluruhnya korban yang yang berusia di atas 25 tahun.

Tabel 2. Kekerasan seksual di ruang publik bersifat ringan


No Kekerasan Seksual (%) Lokasi Tindakan
1 Siulan, ditatap penuh Pinggir jalan, lokasi dimana Diam saja dan bila keadaan
nafsu, diseyumi nakal : laki-laki mendominasi semakin tidak menyenangkan
60% tempat tersebut biasanya marah
2 Dipeluk, diraba, dicubit, Terminal bus, angkutan Marah dan memaki, biasanya
disenggol, dicolek : 30% umum, pasar tradisional, di pelaku senyum saja dan pergi,
tempat kerja biasanya pekerja sektor informal
merasa bahwa kejadian ini tidak
perlu dipermasalahkan.
3 Diajak bicara cabul/ Di tempat keja Menghindar dan diam
ditelpon seks : 12%

Tabel 3. Kekerasan seksual di ruang publik bersipat berat


No Kekerasan Fisik (%) Loasi Tindakan
1 Diintip dengan maksud Toilet umum dan di luar Menghindar dan diam
seksual : 18% rumah
2 Diperlihatkan alat Di toilet umum dan Menghindar dan diam
kelamin : 12% tempat tertutup
3 Diperkosa : 2% Di jalan yang tidak jauh Tidak melapor kepolisi karena
dari rumah dan malu, tapi meminta petunjuk
pelakunya adalah orang kepada pemuka agama
yang dikenal

13
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada (pembantu rumah tangga, penjaga toko atau
tabel 2 diketahui bahwa bentuk kekerasan seksual restoran).
dalam ketegori yang berat juga dialami oleh Kekerasan emosional ini lebeh banyak
beberapa respondnen, yakni diintip, dirasakan oleh perempuan daripada laki-laki.
dipertunjukkan alat kelamin. Kekerasan seksual Laki-laki mendapat kekerasan biasanya akan
diintip biasanya di toilet umum (pasar tradisional, melawan bahkan pada kondisi yang ekstrim laki-
terminal) dan toilet terbuka atau toilet dengan laki bisa melakukan perlawanan kepada pelaku.
pintu yang tidak tertutup bagus dipergunakan Sedangkan perempuan akan menerima makian
lebih dari satu keluarga. dan bentakan apabila melakukan kesalahan
sehingga intensitas kekerasan emosianal diterima
b. Kekerasan Emosional lebih tinggi. Selain itu ada juga responden yang
Kekerasan emosioanal adalah sebuah dipekerjakan melampai batas waktu, mulai dari
bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pukul 05.30 sampai 21.00 dengan standart upah
masyarakat yang menimbulkan luka batin bagi dibawah upar minimum regional. Tindakan ini
perempuan, seperti dicaci, dicela dibentak, diterima oleh korban, karena sulitnya mendapat
dipekerjakan malampai batas waktu. Kekerasan lapangan pekerjaan dan sumber daya manusia
emosional ini terjadi ketika terjadi kesenjangan yang rendah sehingga tidak memiliki alternatif
kekuasaan baik antara laki-laki maupun yang lebih baik.
perempuaan dan antar sesama perempuan.
Kekerasaan ini terjadi pada sektor informal

Tabel 4. Kekerasan emosional di ruang publik


No Kekerasan emosional (%) Lokasi Tindakan
1 Dicaci/ dibentak/ diperlakukan Ditempat kerja (jika Diam saja karena katut
secara kasar 8% melakukan kesalahan) diberhentikan
2 Bekerja di luar batas waktu Bekerja di sektor jasa, Menerima saja karena
(tidak sesuai dengan upah pelayanan toko, pembantu tidak memiliki tempat
minimum provinsi) 14% rumah tangga, pekerja pubrik pekerjaan yang lain
yang lebih baik

c. Kekerasan Budaya masih kurang, beban kerja dalam keluarga yang


Jenis kekerasan budaya ini adalah membuat perempuan terfokus pada kegiatan
tindakan mendiskriminasi perempuan, domestik.
memberikan streotype (cap negatif) pada Kekerasan budaya yang paling prinsipil
perempuan dan adanya jargon (istilah) yang lainnya adalah keberpihakan pada laki-laki,
merendahkan harkat dan martabat perempuan. dengan tidak rasional, sehingga perempuan
Budaya yang berkembang di masyarakat adalah menjadi tersudut, terutama dalam hal keturunan.
lebih mengutamakan laki-laki daripada Perempuan dianggap tidak sempurna bila tidak
perempuan dalam setiap aspek kehidupan. mampu memberikan anak di tengah-tengah
Kondisi ini dapat dilihat seperti tidak melibatkan keluarga. Hal ini sama dengan pandangan
perempuan dalam pengambilan keputusaan rapat Pudjiwati (1988), pemahaman masyarakat bahwa
adat (perkawinan, kematian dan acara adat perempuan adalah mesin reproduksi yang harus
lainnya) sehingga masukan yang membela mampu memberikaan keturunan bagi keluarga.
kepentingan perempuan seringkali terabaikan. Pada etnik Batak, anak dianggap harta yang
Hampir seluruh responden pernah paling berharga (khususnya anak laki-laki) dan
mengalami diskriminasi dalam pengambilan seringkali tindak kekerasan emosional ini
keputusan dalam rapat adat. Sikap perempuan menimpa perempuan ketika perempuan tersebut
dalam hal ini adalah membiarkan kondisi ini tidak dapat memberikan keturunan laki-laki
terus berkelanjutan disebabkan sumber daya yang dalam keluarga. Tidak jarang suami akan kawin

14
Siregar, Bentuk-bentuk Kekerasan yang Dialami Perempuan

lagi (terkadang tidak diketahui istri) ataupun rasional, perempuan menggoda iman laki-laki
melakukan hubungan seksual dengan perempuan dan lain-lainnya. Menjadi salah satu kendala bagi
lain untuk mendapatkan anak. Perempuan yang perempuan untuk mengembangkan dirinya.
tidak dapat memberika anak dalam keluarga Khususnya bagi responden yang bekerja di sektor
biasanya pasrah dan merasa dirinya tidak informal (pedagang di pasar) mereka tidak
sempurna, dan membiarkan suaminya melakukan menghiraukan cap-cap negatif tersebut.
apa saja di luar asal tidak diketahui oleh keluarga Selain itu masalah ekonomi juga yang
terdekat. menghambat perempuan dalam mengembangkan
Keutuhan rumah tangga menjadi sesuatu dirinya di dunia publik. Idiologi gender yang
yang penting bagi masyarakat pada umumnya, melekat dalam tatanan masyarakat menyebabkan
sehingga perempuan banyak memilih untuk diam perempuan kurang dapat mengembangkan
dan pasrah untuk mempertahan rumah tangga dirinya di dunia publik, sistem tradisional, kuat
mereka. Dalam cacatan Jurnal Kesehatan (2000) dan patriarki menyokong peranan-peranan yang
dikatakan adanya faktor perempuan tidak dapat terpisah secara seksual, dan apa yang disebut
memberikan keturunan, diantaranya: sebagai nilai-nilai kulturaltradisional
a. Kesehatan pada alat reproduksi perempuan. menghalanghalangi kemajuan perempuan,
b. Kesehatan pada alat reproduksi laki-laki. perkembangan dan partisipasi perempuan,
c. Polusi lingkungan. perkembangan dan partisipasi perempuan dari
setiap proses kehidupan publik. Inilah
d. Stress yang berlebihan.
lingkungan yang dihadapi oleh perempuan, satu
e. Tidak cocoknya kandungan kimiawi sel telur lingkungan dimana citra kolektif tertentu
dan sperma laki-laki. seseorang perempuan dalam peran-peran
Jadi untuk menghasilkan anak tidaklah tradisional yang terus mendominasi. Idiologi
menjadi kesalahn alat reproduksi dari perempuan. gender ini terdiri dari peran tradisional yang
Sebenarnya laki-laki berpendidikan juga sudah menghambat perempuan menjadi pemimpin,
mengerti tentang faktor-faktor yang serta kurangnya kepercayaan bila perempuan
mempengaruhi terbentuknya janin dalam alat menjadi seorang pemimpin.
reproduksi perempuan, namun pandangan Peran tradisional tentang perempuan
tradisional yang selalu mempermasalahkan menjadi pemimpin bukan datang dari luar
perempuan membuat laki-laki ingin perempuan melainkan datang dari diri perempuan
membuktikan bahwa dia mampu menghasilkan itu sendiri. Pandangan bahwa perempuan lebih
anak dengan melakukan hubungan seksual emosional dan mendikte bahwa perempuan tidak
dengan perempuan lain. Tidak jarang laki-laki menjadi pemimpin menjadi faktor yang
kawin lagi (baik diketahui maupun tidak menyebabkan rendahnya jumlah perempuan yang
diketahui oleh istri) dan bercerai, hal ini menjadi pemimpin. Selain kedua faktor ini,
membuat luka batin bagi perempuan. Responden perempuan harus mengubah pola
yang mengalami hal kekerasan budaya karena kepemimpinannya seperti laki-laki dan
tidak memiliki anak sebanyak 2% dan 1% perempuan tidak mampu memimpin juga
diantaranya bercerai. berpengaruh terhadap proporsi jumlah
Pemberian istilah (jargon) kepada perempuan menjadi pemimpin.
perempuan seperti perempuan sirurat nakun Kurangnya rasa percaya diri adalah salah
(perempuan yang menyendokkan nasi) dalam satu sebab utama kurang terwakilinya perempuan
etnik karo, parsonduk bolon dalam etnik Toba, dalam dunia publik. Dengan adanya kepercayaan
oppu ni api dalam etnik mandailing yang berarti diri dan tekad yang bulat, perempuan dapat
fungsi perempuan dalam rumah tangga berkisar meraih derajat tertinggi dalam proses aktualisasi
di ranah domestik. Kondisi ini akan diri. Untuk itulah mengapa perempuan harus
mempengaruhi persepsi perempuan dalam percaya diri mereka dan harus membuang jauh
mengembangkan dirinya di sektor publik. persepsi yang berkembang luas bahwa laki-laki
Cap negatif (streotipe) yang diberikan harus menjadi pemimpin mereka. Perempuan
kepada perempuan antara lain: perempuan lebih setara dapat memperjuangkan hak-haknya.
emosional, tidak mampu memimpin, tidak

15
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015

Perempuan adalah pemimpin, organisator, produktivitas perempuan, penderitaan anak-


mobilisator dukungan yang sangat baik, tetapi anak akibat pelampiasan kemarahan orang
rasa khawatir kadang-kadang menghalangi tua, kenakalan remaja akibat buruknya
mereka untuk ikut berkompetisi dalam hubungan orangtua dan masalah-masalah
pengembangan karir. lainnya.
Sumber Daya Manusia perempuan juga Setelah diberlakukannya UU No. 23
menjadi salah satu prioritas dalam beraktivitas di Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dunia publik. Bila perempuan memiliki wawasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), maka kekerasan
yang cukup, maka rasa percaya diri akan muncul yang dialami perempuan dalam rumah tangga
sehingga aktualisasi di ruang publik akan terlihat. dianggap sebagai kejahatan criminal, dengan
Pendidikan yang dimiliki oleh perempuan demikian menjadi isu publik. UU ini
merupakan warisan budaya masa lalu, dimana memperjuangkan dan memuat azas-azas baru
prioritas pendidikan lebih diberikan kepada laki- dalam hukum pidana yang selama ini diatur
laki. Sebagai akibatnya secara umum pendidikan dalam KUHP seperti perlindungan dan
laki-laki lebih timggi daripada pendidikan penegakan hak azasi manusia, kesetaraan dan
perempuan. Selain itu pendidikan tambahan yang keadilan gender, anti diskriminasi serta keadilan
jauh lebih banyak diterima laki-laki daripada dalam relasi sosial dan perlindungan korban. UU
perempuan. Dalam acara-acara diskusi, ini melindungi siapa saja baik laki-laki maupun
pelatihan-pelatihan, pesertanya kebanyakan laki- perempuan khususnya mereka yang berada di
laki sehingga kesempatan untuk mendapatkan subordinat dan rentan terhadap kekerasan dalam
informasi bagi perempuaan lebih kecil dibanding rumah tangga akibat adanya relasi sosial yang
laki-laki. timpang dalam masyarakat. Jika selama ini
catatan yang merekam KDRT yang dialami
B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
perempuan hanyalah sebagian kecil, namun
Perempuan pada umumnya mengalami
dengan diberlakukannya UU ini perempuan
berbagai macam kekerasan dalam kehidupannya
memiliki keberanian untuk menyuarakan
baik dalam rumah tangga maupun dalam
persoalan-persoalan yang dihadapi.
keluarga. Terdapat kesulitan untuk melihat
Mitra Perempuan Jakarta dalam
jumlah yang sebenarnya tentang kasus kekerasan
penelitiannya terhadap 165 korban kasus KDRT
yang dialami oleh perempuan, hal ini karena :
(2012) menunjukkan bahwa kasus korban KDRT
a. KDRT sejauh ini tidak dikenal sebagai
berdampak pada gangguan kesehatan jiwa
kejahatan dalam masyarakat seperti
(kecemasan, rasa rendah diri, fobia dan defresi)
pemukulan istri oleh suami, penyiksaan
sebanyak 73,94%, gangguan kesehatan fisik dan
terhadap anak-anak, menyakiti secara
reproduksi (cidera, gangguan fungsional, keluhan
emosional, tidak berlaku adil terhadap anak-
fisik dan cacat fisik sebanyak 50,30% dan
anak baik laki-laki maupun perempuan.
gangguan kesehatan reproduksi (kehamilan yang
Persepsi yang berkembang dalam masyarakat
tidak diinginkan, penyakit seksual menular dan
bahwa KDRT adalah sebagai urusan pribadi
keguguran) sebanyak 4.85%.
(personil) dan pihak luar (keluarga,
Dari beberapa catatan media cetak di
masyarakat dan penegak hukum) tidak patut
Kota Medan, tampak bahwa beberapa bentuk
untuk ikut campur di dalamnya (intervensi).
kekerasan yang dialami oleh perempuan di
b. Kebanyakkan korban tidak bicara terbuka,
Provinsi Sumatera Utara adalah pemukulan,
karena kasus ini tidak langsung ditanggapi
tamparan, tendangan bahkan ada yang berakibat
oleh keluarga/masyarakat.
hilangnya nyawa perempuan. Kekerasan yang
c. Adanya pandangan bahwa kekerasan yang
dialami oleh perempuan ini dipicu oleh masalah
dialami perempuan adalah akibat
ekonomi keluarga, campur tangan pihak lain
ketidakmampuan perempuan sebagai istri
dalam keluarga, perbedaan pendapat suami istri,
sehingga masalah ini dianggap sebagai aib
suami cemburu dan alkoholik.
keluarga. Mamun bila dikaji kasus KDRT ini
Pelaku langsung kekerasan terhadap
akan menimbulkan persoalan lebih luas
perempuan di lingkup domestik adalah laki-laki,
seperti gangguan jiwa, menurunnya

16
Siregar, Bentuk-bentuk Kekerasan yang Dialami Perempuan

namun tidak terlepas juga dari pengaruh 4. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa
perempuan (di luar korban). Banyak kasus pemukulan, tamparan, tendangan bahkan ada
memperlihatkan pelaku kekerasan merasa yang berakibat hilangnya nyawa perempuan.
frustasi, rasa bersalah, depresi dan karakter laki- Kekerasan yang dialami oleh perempuan ini
laki itu sendiri pemarah, sensitif dan dipicu oleh masalah ekonomi keluarga,
tempramental. Mereka secara sadar telah campur tangan pihak lain dalam keluarga,
melakukan kekerasan dan menyakiti istri, namun perbedaan pendapat suami istri, suami
tetap mengulangi kembali. cemburu.
Di satu sisi, pihak korban semakin imun 5. Pelaku kekerasan memiliki masa lalu yang
dan di pihak lain pelaku kekerasan semakin sarat dengan kekerasan, apakah itu yang
meningkatkan kualitas dan kuantitas dilakukan ayah kepada ibunya, saudara-
kekerasannya. Banyak penelitian menunjukkan saudaranya atau dirinya sendiri. Akibatnya
bahwa pelaku kekerasan memiliki masa lalu yang adanya semacam proses peniruan apa yang
sarat dengan kekerasan apakah itu yang dilihat dan dirasakannya pada masa kecilnya
dilakukan ayah kepada ibunya, saudara- atau berkaitan juga dengan mengulang
saudaranya atau dirinya sendiri. Akibatnya kembali tindak kekerasan dan ini ditujukan
adanya semacam proses peniruan apa yang kepada istri maupun anak-anaknya.
dilihat dan dirasakannya pada masa kecilnya atau
berkaitan juga dengan mengulang kembali tindak Rekomendasi
kekerasan dan ini ditujukan kepada istri maupun Berdasarkan kesimpulan penelitian,
anak-anaknya. diajukan rekomendasi sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada semua pihak agar
Kesimpulan dipahami bahwa kekerasan terhadap
Berdasarkan analisis data yang telah perempuan adalah hal yang tidak boleh terjadi
disajikan berikut ini dirumuskan kesimpulan: baik dalam rumah tangga, keluarga,
1. Persepsi (tanggapan/penerimaan) perempuan lingkungan kerja dan masyarakat umum.
tentang masalah kekerasan sangat dipengaruhi 2. Diharapkan kepada masyarakat yang
oleh apa yang dilihat, didengar dan dirasakan mengalami dan mengetahui tentang adanya
dan akan mempengaruhi perilaku dan sikap kekerasan dalam rumah tangga dapat
perempuan atas masalah kekerasan tersebut. melaporkan kepada pihak yang berwajib.
Oleh karena itu responden memiliki persepsi Lahirnya UU No. 23 tahun 2004 tentang
yang bervariasi terhadap kekerasan. Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
2. Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami terdiri Tangga diharapkan dapat memberikan
dari : a) kekerasan yang dialami di ruang perlindungan terhadap korban kekerasan
publik b) kekerasan dalam rumahtangga. dalam rumah tangga.
3. Kekerasan yang dialami di ruang publik 3. Kepada pihak pemerintah agar dapat
adalah berupa kekersan fisik, kekerasan mensosialisasikan tentang UU No 23 tahun
seksual (siulan, ditatap penuh nafsu, 2004 kepada aparat pemerintah dan
disenyumi nakal sebanyak 60%, dipeluk, masyarakat.
diraba, dicubit, disenggol, dicolek sebanyak
30%, diajak bicara cabul/ditelepon seks Daftar Pustaka
sebanyak 12%, diintip dengan maksud seksual Budiman, Arief, Pembagian Kerja Secara
sebanyak 18%, diperlihatkan alat kelamin Seksual, 1985, Gramedia, Jakarta.
sebanyak 12%, diperkosa sebanyak 2%),
kekerasan emosional di ruang publik (dicaci/ Faqih Mansour, Analisis Gender dan perubahan
dibentak/ diperlakukan secara kasar sebanyak Organisasi, Menjembatani Kesenjangan
8%, bekerja di luar batas waktu 14%), Antara Kebijakan dan Praktik, 1999,
kekerasan budaya (hampir seluruh responden INSIST dan REMDEC Jakarta.
pernah mengalami diskriminasi dalam
pengambilan keputusan dalam rapat adat.

17
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015

Hassan Fuad, Ikhiar Meredam Kultus Kekerasan, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Jurnal Perempuan No.18 2001, Yayasan terhadap Perempuan (Convention
Jurnal Perempuan Jakarta. Diskrimination of All Form of diskrimination
Against Woman)
Hutajulu T, Peranan Perempuan Batak Dalam Wandita, Galuh. Tambang dan Perempuan, Sebuah
Perekonomian Kelurga, 1991, Fakultas Kritik tentang Industri Tambang dan
Pertanian USU, Medan. Advokasinya dari Perspektif Perempuan,
2000, makalah untuk Kongres Masyarakat
Ihromi, Tapi Omas et.all, Penghapusan Adat Nusantara.
Diskriminasi terhadap Perempuan, 2000,
alumni Bandung. Wattie, Anna Marie, Kekerasan Terhadap
Perempuan di Ruang Publik, 2002, Fakta,
Oey-Gardiner, M.Pengakuan Atas Peran dan Penanganan dan Rekomendasi
Keterlibatan Perempuan dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Makalah Yan Ollan Paulinus, Perlunya Spritualisme Feminis,
dalam Konferensi Nasional Pengelolaan dalam Kompas 23 Mei 2005.
Sumber Daya Alam, 2000, Jakarta UU No 23 tahun 2004, Penghapusan Segala Bentuk
Kekerasan Terhadap Perempuan dalam
Kardinah, Wanita Martabat dan Pembangunan, Rumah Tangga.
1993, Forum Pengembangan
Keswadayaan, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai