Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA PEDOPHILIA

BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

A. Latar Belakang
Kejahatan selalu saja berkembang seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia itu sendiri. Dimana kejahatan tersebut tidak memilih, baik itu
laki-laki ataupun perempuan, tua-muda, kaya maupun miskin akan selalu
mempunyai potensi didalam dirinya untuk melakukan suatu kejahatan. Di tangan
orang dewasa ini, anak-anak dirampok, dirampas, atau dijarah harkat
kemanusiaannya, atau diperlakukan layaknya binatang yang dieksploitasi
khususnya secara seksiologis. Dalih kelainan seksual tersebut dikedepankan orang
dewasa untuk menjadikan anak-anak sebagai mangsanya. Tuntutan pemenuhan
kepuasan nafsu yang tidak wajar diajukannya sebagai pembenar dengan cara
menjadikan anak-anak sebagai obyek pelampiasan, kekerasan seksual terhadap
anak dibawah umur dapat dikategodikan sebagai penyimpangan seksual dan
gangguan kejiwaan.
Penyimpangan seksual merupakan ganguan perkembangan psikoseksual
atau penyelewengan fungsi seksual. Penyimpangan bisa terjadi karena adanya
faktor genetik (keturunan), pengaruh lingkungan, adanya trauma psikologis dan
moral yang rendah. Di masyarakat terdapat banyak sekali penyimpangan seksual,
salah satunya yaitu pedophilia.
Pedophilia menurut Sawitri Supardi Sadarjoen, adalah cinta kepada anak,
akan tetapi terjadi perkembangan kemudian, sehingga secara umum digunakan

sebagai

istilah

untuk

menerangkan

salah

satu

kelainan

perkembangan

psikoseksual dimana individu memiliki hasrat erotis yang abnormal terhadap


anak-anak. Pedophilia terjadi dikarenakan adanya tatanan moral dan etika yang
rendah dari pelaku pedophilia (Pedophil). Pelaku pedophilia (pedophil), menjerat
korbannya (anak-anak) dengan cara memaksa, merayu, mengancam, ataupun
memberi imbalan, sehingga pelaku dapat melakukan hubungan seks dengan anak.
Pedophilia terdiri dari dua jenis, yaitu pedophilia heteroseksual dan pedophilia
homoseksual. Pedophilia heteroseksual terjadi pada individu berbeda jenis
sedangkan pedophilia homoseksual terjadi pada individu sejenis.
Pedophilia merupakan salah satu jenis kekerasan atau deviasi seksual yang
dilakukan orang dewasa terhadap anak-anak dibawah umur. Dan orang yang
mempunyai kondisi ini disebut pedofil (Bahasa Inggris: pedophile). 1 Pelaku
pedophilia (pedophil) adalah pria atau wanita yang telah berumur. Pedophilia
terjadi karena kecenderungan kepribadian antisosial yang ditandai dengan
hambatan perkembangan pola seksual yang matang disertai oleh hambatan
perkembangan moral dan tatanan etika yang rendah.
Namun pada umumnya para pedofil tersebut adalah pria. Para pelaku
Pedophilia tidak hanya mencari atau mengincar korban yang berbeda jenis
kelaminnya dengan si pelaku (disebut dengan Pedophilia heteroseksual), namun si
korban juga berjenis kelamin sama dengan si pelaku (Pedophilia homoseksual).
Penderita Pedophilia juga bisa saja tertarik hanya pada anak-anak yang masih
mempunyai hubungan darah /keluarga dari penderita (incest).

http://id.wikipedia.org/wiki/pedofilia, diakses tanggal 25 Mei 2013

Keintiman seksual pedofil dapat dicapai melalui alat genital anak-anak,


yakni dengan melakukan penetrasi penis sebagian atau keseluruhan terhadap alat
genital anak. Dan terkadang anak sering dipaksa untuk melakukan hubungan seks
dengan cara mengulum alat kelamin pedofil / oral genital, atau dengan cara
memasukkan alat kelamin si pelaku Pedophilia ke dubur korban / anal. 2 Dengan
cara apapun penyimpangan seksual tersebut dilakukan, karena yang menjadi
korban adalah anak-anak yang belum cukup umur, maka perbuatan tersebut sudah
jelas tidak dapat dibenarkan dan harus diadili dengan sanksi yang setimpal dengan
kejahatan tersebut.
Menurut Surilena, dampak pada korban pedophilia tergantung pada tingkat
usianya, korban cenderung menjadi lebih pendiam, memiliki kelainan perilaku
seksual dibanding anak-anak lainnya, cenderung lebih depresi, memiliki
kepercayaan diri rendah, perasaan ingin bunuh diri, menggunakan alkohol dan
obat terlarang, lari dari rumah, dibanding anak-anak lain seusia mereka.
Masyarakat dihadapkan dengan masalah yang besar, sebab pedophilia sulit
untuk diungkap karena korban kurang berani mengungkapkannya dan memiliki
rasa takut karena diancam, dan pedophilia masih dianggap tabu dan aib jika
diungkapkan, sehingga akan lebih baik jika masyarakat dapat mencegah dan
mengantisipasinya.
Menurut Suryani, Direktur LSM Committee Againts Sexual Abuse
(CASA), aksi kejahatan para pedophil itu bukan semata-mata karena alasan
seksual saja, tetapi karena para pedophil memiliki alur pikiran yang distortif,
fantasi, rangsangan yang menyimpang dan manipulatif. Kurangnya profil para
2

Sawitri Supardi Sadarjoen, Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, hal. 71-73

pedophil itulah yang mengakibatkan langkah penanggulangannya tertuju pada


semaksimal mungkin mencegah si pedophil agar tidak mengulangi aksinya.
Padahal, penanggulangan juga harus difokuskan pada pencegahan para individu
bertendensi pedophilia agar tidak melakukan aksi kejahatannya.
Karena itu, hadirnya UU No 23 / 2002 tentang Perlindungan Anak adalah
salah satu langkah yang tepat untuk mereformasi hukum di Indonesia. Sebab, UU
No 23 / 2002 tentang Perlindungan Anak secara umum menjamin terpenuhinya
hak-hak anak agar dapat tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi optimal sesuai
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.
Sebagaimana dalam pasal 1 undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak dijelaskan yang masuk dalam perlindungan anak di sini adalah
segala bentuk kegiatan yang menjamin dan melindungi anak-anak dan hakhaknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Yang mana perlindungan anak dalam hal ini juga
termasuk perlindungan terhadap penyimpangan seksual yang dilakukan oleh
orang-orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.3
Pada pasal 82 telah dijelaskan pula hukuman bagi pelaku penyimpangan
seksual yang menjadikan anak-anak sebagai obyek pelampiasan nafsu seksualnya
adalah yang berbunyi:
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
3

Fokus Media. UU RI No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, h. 3-5

atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan


perbuatan cabul, dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan paling sedikit 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak 300 (tiga
ratus) juta rupiah dan paling sedikit 60 (enam puluh) juta rupiah
Pasal 82 tersebut ditujukan kepada siapa saja dan tidak memandang bulu
apakah pelaku tersebut tetangga ataupun saudara dari korban, yang mana
hukumannya adalah sama yakni dengan ancaman hukuman penjara dan disertai
dengan denda dalam jumlah yang tidak sedikit, yang mana tujuan dari hukuman
tersebut adalah agar pelaku jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi,
karena akibat dari tindakan pelaku tersebut akan berdampak bagi psikologis
korban dimasa depan mereka, oleh karena disertai dengan adanya denda adalah
guna untuk biaya pengobatan bagi korban. Untuk itu penulis tertarik untuk
mengangkat

permasalahan

ini

kedalam

bentuk

skripsi

yang

berjudul

TINJAUAN YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA PEDOPHILIA


BERDASARKAN

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

INDONESIA

B. Rumusan Masalah
Agar masalah yang diteliti jelas, maka permasalahannya tersebut, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaturan tentang tindak pidana phedofilia dalam peraturan
hukum di Indonesia?
2. Bagaimanakah sanksi yang bagi pelaku pidana pedophilia sesuai dengan
peraturan Perundang undangan Indonesia?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengaturan tentang tindak pidana phedofilia dalam
peraturan hukum di Indonesia?
2. Untuk mengetahui sanksi yang bagi pelaku pidana pedophilia sesuai
dengan peraturan Perundang undangan Indonesia?

D. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan judul diatas, maka penelitian ini mempunyai dua jenis
manfaat, yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka
pengembangan

ilmu

pengetahuan dan menambah

perbendaharaan

kepustakaan terutama bidang hukum.


2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
mewujudkan kesadaran masyarakat yang berdasarkan hukum, sehingga
peristiwa penyimpangan seksual pada anak-anak dapat berkurang.

E. Metode Penelitian
Metode

penelitian

yang

digunakan

dalam

penulisan

adalah

menggunakan pendekatan secara yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang


dilakukan dengan cara meneliti dan mengadakan penelusuran literature hukum
serta menganalisa data sekunder, tujuan untuk memperoleh data-data atau

kebenaran yang akurat sesuai dengan peraturan yang berlaku guna mendapatkan
kepastian hukum tetap.
Bahan pustaka yang digunakan terdiri dari:
1. Sumber Data
a. Data Primer
Adapun yang menjadi data primer pada penelitian ini adalah
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
2) Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3) Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
4) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
5) Dan Peraturan perundang-undangan terkait lainnya
2. Data Sekunder
Adalah bahan hukum yang berupa tulisan-tulisan ilmiah di bidang
hukumnya dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer
seperti buku-buku mengenai perlindungan hak-hak anak serta buku-buku
hukum mengenai kejahatan seksual terhadap anak dibawah umur di
Indonesia.

3. Bahan Hukum Tersier


Adalah bahan-bahan atau tulisan-tulisan yang dapat menambah
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan tersier, terdiri dari artikel,
kliping, seminar, internet, kamus hukum dan lainnya.
4. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah: studi
literature yaitu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, dengan

membaca dan mencatat pada buku-buku yang berkaitan dengan sanksi


tindak pidana Pedophilia.
5. Teknik pengolahan data
Semua data yang terkumpul kemudian diolah dengan cara
sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh,
terutama dari kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian dan
keselarasan antara yang satu dengan yang lain.
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data yang telah
diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan.
6. Teknik analisis data
Hasil dari kesimpulan pengolahan data tersebut akan di bahas
dan di analisis dengan menggunakan metode verifikatif yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. Dalam
penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menggambarkan atau
memaparkan sanksi hukum tindak pidana pedophilia dalam peraturan
perundang-undangan Indonesia, kemudian data tersebut akan di analisis
secara mendalam dengan menggunakan pola piker deduktif, yaitu
mengemukakan data-data yang bersifat umum untuk kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Metode ini digunakan untuk
menganalisis data-data umum tentang sanksi hukum atas kejahatan pada
pelaku tindak pidana pedophilia.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam studi ini, dan


agar dapat dipahami permasalahannya secara sistematis, maka pembahasannya
disusun dalam bab-bab yang masing-masing bab mengandung sub bab, sehingga
tergambar

keterkaitan

yang

sistematis,

untuk

selanjutnya

sistematika

pembahasannya disusun sebagai berikut:


Bab I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian serta
sistematika penulisan.
Bab II : TINAJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan tentang pengertian tindak pidana, unsur-unsur
tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana, pengertian phedofilia, ciri-ciri
dan faktor-faktor penyebab terjadi di Indonesia.
Bab III : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini berisikan pembahasan mengenai Bagaimana Pengaturan
tentang tindak pidana phedofilia dalam peraturan hukum di Indonesia dan
Bagaimanakah sanksi yang bagi pelaku pidana pedophilia sesuai dengan
peraturan Perundang undangan Indonesia
Bab IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini yang berisi
kesimpulan yang diambil dari penyusunan dari pokok bahasan yang
diangkat untuk dapat menjawab identifikasi masalah, dan saran masukan
yang diberikan oleh penulis untuk pihak-pihak yang terkait

Anda mungkin juga menyukai