Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

SEJARAH HUKUM PIDANA ADAT


Hukum Pidana
Adat

Hukum
Adat/Adat recht

Hukum adat merupakan hukum asli dalam suatu masyarakat tertentu, yang
biasanya tidak tertulis , dimana pada masa dahulu dipergunakan sebagai pedoman
bagi seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal tersebut
bukao berarti bahwa hukum adatselamanya adalah hukum yang tidak tertulis.

Bagaimana sejarah hukum adat diakui sebagai


suatu sumber hukum di Indonesia
BERLAKUNYA HUKUM PIDANA ADAT
pasal 75 ayal (2) Belum Adanya kepentingan
Regeringsreglement (RR) 1854 diakui VOC

Berlaku hukum
Tahun 1808 dibawah Gubernur Hukum Adat
unuk golongan
Jenderal Indonesai Daendels diakui
Indonesia
Contoh dibakar bidup dengan
Hukuman terikat pada suatu tiang;
dimatikan (dibunub)
dengan mempergunakan
keris;
dicap bakar, dipukul,
dipenjara, dan beketja
paksi.
Era Raffles
LANJUTAN..

tidak tetjadi perubaban pada bukum adat karena ia beranggapan babwa bukum adat sama dengan
bukum Islam, sebingga ia tidak berani mengadakan perubaban.

periode
1815·1848

peryataan yang dikeluarkan oleb para Komisaris Jenderal Belanda, yaitu babwa keberadaan
bukum pidana. adat diakui, asal saja pelaksanaannya tidak melanggar asas-asas keadilan. Akan
tetapi’ teryata mengenai masalab pengbukumannYI masib diatur oleb· pemerintah Hindia
Belanda

dibakar bidup dengan


terikat pada suatu tiang;
dimatikan (dibunub)
dengan mempergunakan
keris;
dicap bakar, dipukul,
dipenjara, dan beketja
paksi.
LANJUTAN

kodifikasi bukum pidana di:


Indonesia pada tahun 1872

Del)gan berlakunya KUH Pidana


1873 maka hukum pidana adat tidak boleh dipakai lagi oleh hakim hakim
pemerintah, kecuali untuk daerah-daerah kerajaan, daerah-daerah swapraja,
dan daerah-daerah lainnya yang masih diperbolebkan untuk melaksanakan
pengadilan adat.

Hanya berlaku sampai 1915

pemerintah Hindia Belanda berhasil membuat KUH Pidana


yang diperuntukkan bagi semua golongan'penduduk di
Indonesia.
SEJARAH HUKUM PIDANA ADAT PASCA
KEMERDEKAAN
Tahun 1958

tetap mempergunakan KUH Pidana yang


dibuat oleb pemerintab Hindia Belanda tahun 1915 itu dengan
beberapa perubahan.

Undang-undang no. 73 tahun 1958 pemerintah


Indonesia menghapusbn Pengadilan Raja, Pengadilan Swapraja, dan
Pengadilan Adat.
Persoalannya sekarang yaitu apakah dengan kodifikasi dan unifikasi dalam bidang bukum
pidana itu telah dapat menjamin rasa keadilan bagi seluruh masyarat, berdasarkan ukuran hukum
yang hidup dalam masyarakat di seluruh Indonesia?
Sebab terdapat kemungkinan adanya. suatu perbuatan yang oleh masyarakat dianggap
bertentangan dengan hukum yang bidup dalam masyarakat tersebut, tetapi justru tidak diatur
didalam KUH I'idana.

Anda mungkin juga menyukai