Anda di halaman 1dari 32

SEJARAH HUKUM DI

INDONESIA
Tim Dosen Pengantar Hukum Indonesia

Fakultas Hukum UNPAS


Pra Kemerdekaan
1. Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC/1602-1799)

Sebelum orang-orang Belanda datang pada tahun 1596 di


Nusantara, hukum yang berlaku di daerah-daerah Indonesia pada
umumnya adalah hukum yang tidak tertulis yang disebut hukum adat.
Supaya tidak terjadinya persaingan antar para
pedagang yang membeli rempah-rempah dari
Tujuan VOC orang pribumi, dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan yang besar di pasaran Eropa.

.
Nusantara mulai terjadi dualisme
tata hukum yang berlaku, yaitu :
• Hukum Adat
• Hukum Belanda
Hak Octrooi Hukum Belanda ini adalah hukum yang berlaku bagi orang
eropa, khususnya Belanda di pusat dagang VOC.
Yaitu hak istimewa oleh Sebelumnya, hukum yang berlaku adalah hukum bagi
pemerintah Belanda meliputi : kapal-kapal VOC. Bagian terbesar hukum kapal tersebut
• Monopoli pelayaran dan yaitu hukum disiplin (tucht recht). Hukum Belanda juga
perdagangan diberlakukan kepada pribumi dalam beberapa hal.
• Mengumumkan perang
• Mengadakan perdamaian Hukum Belanda yang berlaku di daerah
• Mencetak uang
kekuasaan VOC terdiri dari :
❖ Hukum Statuta “Statuten Van Batavia”
❖ Hukum Belanda yang kuno
❖ Asas-asas hukum Romawi
Pieter Both ditunjuk menjadi Gubernur
Jenderal pertama (1610-1614), VOC
diberi wewenang membuat peraturan di
daerah yang dikuasainya. Peraturan
yang dibuat adalah “plakaat”, tetapi
tidak dikelola dengan baik dan akhirnya
timbul pergolakan rakyat karena
kebingungan terkait plakaat yang masih
berlaku dan mana yang sudah dicabut.

Plakaat berhasil dihimpun ,


kemudian diumumkan dengan
nama Statuten Van Batavia
(Statuta Betawi). Statuta
tersebut berlaku sebagai hukum
positif.
Dalam berbagai hal VOC mencampuri
peradilan-peradilan adat dengan alasan-
alasan, bahwa :
• Sistem hukum pada hukum adat, tidak memadai untuk
memaksakan rakyat menaati peraturan-peraturan
• Hukum adat adakalanya tidak mampu menyelesaikan suatu
perkara, karena persoalan alat-alat bukti
• Adanya tindakan-tindakan tertentu yang menurut hukum adat
bukan merupakan kejahatan, sedangkan menurut hukum positif
merupakan tindak pidana yang harus diberikan suatu sanksi.
Salah satu campur tangan penjajah yaitu
diadakannya “pakem Cirebon” yang isinya
memuat sistem hukuman seperti,
pemukulan cap bakar,dirantai. Misalnya
Aceh sudah dikenal sistem penghukuman Sebagaimana diketahui, VOC
yang kejam seperti hukuman mati bagi dinyatakan pailit dan dibubarkan oleh
seorang istri yang melakukan perzinaan, pemerintah Belanda pada 31
hukuman potong tangan bagi orang yang Desember 1799, karena banyak
mencuri, dan yang lainnya. menanggung utang.

Indonesia menjadi babak baru untuk


jatuh ke tangan Inggris. Tetapi pada
jaman Raffles tidak banyak perubahan
di bidang hukum. Akhirnya Inggris
menyerahkan kekuasaan Indonesia ke
tangan Belanda kembali
02
Masa Besluiten Rengerings (1814-1855)
Penguasaan atas wilayah nusantara diberikan kepada Belanda oleh
Inggris. Menurut pasal 36 Nederlands Gronwet tahun 1814 (UUD
Negeri Belanda) menyatakan bahwa “Raja yang berdaulat, secara
mutlak mempunyai kekuasaan tertinggi atas daerah-daerah
jajahan dan harta milik negara di bagian-bagian lain”.
Kekuasaan mutlak raja tersebut diterapkan dalam membuat
dan mengeluarkan peraturan yang berlaku umum dengan
sebutan “Algemene Verordening” (Peraturan Pusat). Karena
dibuat oleh raja, dinakaman juga “Koninklijk Besluit” (Besluit
Raja). Berikut sifat yang tergantung dari kebutuhannya :

Besluit sebagai tindakan


legislatif, yaitu mengatur
Besluit sebagai tindakan
misalnya berbentuk
eksekutif raja, misalnya
Algemene Verordening atau
ketetapan pengangkatan
Algemene Maatregel Van
gubernur jenderal.
Bestur (AMVB) di negeri
Belanda
Komisaris Jenderal yang terdiri dari Elout, Buykes dan Vander Capellenn
yang diangkat oleh raja untuk melaksanakan pemerintahan di
“Nederlands Indie” (Hindia Belanda).
Akibat dari pendudukan Prancis tahun 1810-1814 terjadi kekoosongan kas negara
Belanda, maka Gubernur Jenderal Du Bus de Gesignes memperlakukan politik agraria
dengan cara mempekerjakan para terpidana pribumi yang dikenal “dwangs arbeid”
(kerja paksa) berdasarkan pada stbl.1828 nomor 16, yang dibagi dua golongan, yaitu :

1. Yang dipidana kerja rantai


Ditempatkan dalam suatu tuchtplaats, dipekerjakan pada openbare werker
di Batavia dan Surabaya.

2. Yang dipidana kerja paksa


Ditempatkan dalam suatu werkplaats, akan dipekerjakan pada
landbouweta blissementen yang dibuat oleh pemerintah baik diupah maupun tidak.
Pemerintah Belanda berhasil mengkodifikasikan hukum perdata pada tahun 1830.
selanjutnya timbul pemikiran pengkodifikasian huku perdata bagi orang Belanda
yang berada di Hindia Belanda. Komisi ini dalam tugasnya dapat menyelesaikan
beberapa peraturan yang disempurnakan oleh Mr. H.L. Wicher.

1
Reglement op de
2
Algemene Bepalingen
3
Burgerlijk Wetboek (BW)
Rechterlijke Organisatie Van Wetgeping (AB) atau atau Kitab Undang-
(RO) atau Peraturan Ketentuan Umum Undang Hukum Sipil
Organisasi Pengadilan tentang Perundang- (KUHS).
(POP). undangan.

4
Wetboek Van Koophandel
5
Reglement op de
(WVK) atau Kitab Burgerlijke Rechts
Undang-Undang Hukum Vordering (RV) atau
Dagang (KUHD). Peraturan tentang Acara
Perdata (AP).
Tata Hukum pada masa Bisleiten
Regerings (BR) ini teridiri dari
peraturan tertulis yang
dikodifikasikan, dan yang tidak
dikodifikasi, serta peraturan tidak
tertulis atau yang disebut hukum
adat khusus berlaku bagi orang
bukan golongan Eropa.
Masa Regerings Reglement (1855-
1926)
3
Pada tahun 1848 terjadi perubahan Grond Wet (UUD) di Belanda.
Perubahan ini mengakibatkan terjadinya pengurangan terhadap
kekuasaan raja, karena Staten General (Parlemen) campur
tangan dalam pemerintahan dan perundang-undangan jajahan
Belanda di Indonesia.
Perubahan penting yang berkaitan dengan pemerintahan dan
perundang-undangan yaitu dengan dicantumkannya Pasal 59
ayat (I),(II), dan (IV) Grand Wet yang isinya :

Ayat (II)
Ayat (I) dan (IV)

Aturan tentang kebijaksanaan


Raja mempunyai kekuasaan Pemerintah ditetapkan melalui
tertinggi atas daerah jajahan undang-undang . Hal-hal lain yang
dan harta kerajaan di bagian menyangkut mengenai daerah-
dari dunia. daerah jajahan dan harta, kalau
diperlakukan akan diatur dengan
undang-undang
Dari ketentuan pasal (I), (II) dan (V) tampak jelas berkurangnya
kekuasaan raja terhadap daerah jajahan Belanda di Indonesia.
Dengan demikian, sistem Pemerintahannya berubah

Dari → Menjadi

Monarki
Monarki Konstitusional
Konstitusional Parlementer

Regerings Reglement ini berbentuk undang-undang yang diundangkan


melalui S.1855:2 ini peraturan dasar yang dibuat bersama oleh raja
dengan parlemen berisi 130 pasal dan 8 bab mengatur tentang
pemerintahan di Hindia Belanda, RR ini dianggap sebagai Undang-
Undang Dasar pemerintahan jajahan Belanda
Kitab-kitab Hukum Pada Masa Regerings Reglement
3
Kitab hukum pidana bagi orang
1
Kitab hukum pidana untuk golongan
bukan Eropa melalui S.1872:85 yang
isinya hampir sama dengan kitab
Eropa melalui S.1866:55 sebagai hasil hukum pidana Eropa tahun 1866.
saduran dari Code Penal yang berlaku
di Belanda pada waktu itu.
4
Politie Strafreglement bagi orang
bukan Eropa melalui S.1872:111.

2 5
Algement Politie Strafreglement
sebagai tambahan kitab hukum pidana Wetboek Van Strafrecht diundangkan
untuk golongan Eropa tahun 1872. pada tahun 1915 dengan S.1915;732 di
Hindia Belanda dalam suatu kodifikasi
yang berlaku bagi semua golongan
penduduk mulai 1 Januari 1918.
4 Masa Indische Staatsregeling (1926-1942)
Pada masa berlakunya IS tata hukum yang berlaku di Hindia Belanda adalah pertama-
tama yang tertulis dan yang tidak tertulis (hukum adat) dan sifatnya masih pluralistis
khusunya hukum perdata. Pada Pasal 131 IS menjelaskan bahwa pemerintah Hindia
Belanda kemungkinan adanya usaha untuk unifikasi huku bagi ketika golongan
penduduk Hindia Belanda yaitu, Eropa, Timur Asing, dan Pribumi.
1. Golongan Eropa
Susunan peradilan yang dipergunakan bagi
golongan Eropa di Jawa dan Madura adalah :

Raad Van Justitie


Residentie Gerecht
Hoogerechtshof
Acara peradilan diluar Jawa dan Madura
diatur dalam Rechts Reglement
Buitengewesten (R.Bg) berdasarkan
S.1927: 227 untuk daerah hukumnya
masing-masing
2. Golongan Pribumi (Bumi Putra )
a. Hukum perdata adat
dalam bentuk tidak tertulis

• S.1927:523 tentang koperasi pribumi

• S. 1931:53 tentang pengangkatan wali di Jawa • S. 19333:75 tentang pencatatan jiwa bagi
dan Madura orang Indonesia di Jawa, Madura,
Minahasa, Amboina, Saparua,, dan Banda
• S. 1933:74 tentang perkawinan orang Kristen
di Jawa, Minahasa, dan Ambon • S. 1939:569 tentang Maskapai Andil

• S. 1939:570 tentang perhimpunan pribumi


b. Hukum pidana materill yang berlaku bagi golongan
pribumi

Hukum pidana materill yaitu


Werboek Van Starf recht
sejak tahun 1918 berdasarkan
S.1915: 723

Hukum acara perdata untuk


daerah Jawa dan Madura
adalah “Inlands Reglement”
(IR)
3. Bagi golongan Timur Asing, berlakulah :

▪ WvS yang berlaku sejak 1


➢ Hukum perdata, hukum pidana januari 1918 untuk hukum
adat mereka menurut pidana materill
ketentuan pasal 11 AB,
berdasarkan S.1855:79 (untuk
semua golongan Timur Asing)
➢ Hukum perdata golongan Eropa (BW)
▪ Hukum acara yang berlaku bagi hanya bagi golongan Timur Asing Cina
golongan Eropa dan hukum acara untuk wilayah Hindia Belanda melalui
yang berlaku bagi golongan pribumi, S.1924:557. Dan untuk daerah Kalimantan
karena dalam praktik kedua hukum Barat berlakunya BW tanggal 1 September
acara tersebut digunakan untuk 1925 melalui S.1925:92
peradilan bagi golongan Timur Asing
5. Masa Jepang (Osamu Seirei)
Pada masa pemerintahan Jepang
pelaksanaan tata pemerintahan di Indonesia
berpedoman undang-undang yang disebut
“Gunseirei”, melalui Osamu Seirei.
Gun Seirei Nomor 14 Tahun 1942 mengatur susunan
lembaga peradilan yang terdiri dari :

● Tihoo Hooin, berasal dari landraad (Pengadilan Negeri)


● Keizai Hooir, berasal dari landgerecht (Hakim Kepolisian)
● Ken Hooin, berasal dari Regentschap Gerecht (Pengadilan Kabupaten)
● Gun Hooin, berasal dari Districts Gerecht (Pengadilan Kewedanan)
● Koikyoo Kootoo Hooin, berasal dari Hof Voor Islami etische Zaken
(Mahkamah Islam Tinggi)
● Sooyoo hooin, berasal dari Priesterraad (Rapat Agama)
● Gunsei Kensatu Kyoko, terdiri dari Tihoo Kensatu Kyoko (Kejaksaan
Pengadilan Negeri), berasal dari Paket voor de Landraden
Pasca Kemerdekaan
Era orde lama ini dimana Soekarno
memerintah menggunakan konstitusi Undang- 1. ORDE LAMA
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17
Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959. Sebelum Melalui perjanjian antara tiga negara
Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, bagian, Negara Republik Indonesia, Negara
pada saat itu terjadi demo besar-besaran Indonesia Timur, dan Negara Sumatera
menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Timur dihasilkan perjanjian pembentukan
Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus
1950.
Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini yaitu :

Kabinet Natsir Kabinet Ali


Kabinet Sukiman- Kabinet Wilopo
(1950-1951) Sastroamidjojo I
Suwirjo (1951-1952) (1952-1953)
(1953-1955)

Kabinet
Burhanuddin Kabinet Ali
Kabinet Djuanda
Harahap Sastroamidjojo II
(1957-1959)
(1955-1956) (1956-1957)
2. Orde Baru
Orde Baru merupakan sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soeharto di Indonesia yang berlangsung dari tahun 1966 hingga
1998.

Pada pembangunan lima tahun yang merupakan sebagai Rule of Law pada
tahun 1969 merujuk kepada paragraf Pendahuluan Bab XIII UUD 1945 bahwa
Indonesia adalah negara yang berazas atas hukum dan bukan negara yang
berdasarkan atas kekuasaan belaka, dimana Hukum di fungsikan sebagai
sarana untuk merekayasa masyarakat proses pembangunan melakukan
pendekatan baru yang dapat dipakai untuk merelevansi permasalahan hukum
dan fungsi hukum dengan permasalahan makro yang tidak hanya terbatas
pada persoalan normative dan ligitigatif (dengan kombinasi melakukan
kodifikasi dan unifikasi hukum nasional).
3. Reformasi
Istilah Reformasi pertama kali digunakan oleh
Paus Gregorius VII, yang artinya sebagai usaha
untuk membentuk kembali. Era ini dimulai saat
Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei
1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie.

Tujuan dari Reformasi ini adalah


untuk memperbaiki sistem hukum,
menegakkan supremasi hukum,
sistem politik, agar dapat
mencapai tujuan negara.
Hukum pada zaman Reformasi ini lebih ditekankan pada
tereliminasi posisi ABRI di DPR, DPD menggantikan
Utusan Daerah dan Utusan golongan, Terbentuknya multi
partai politik, Terealisasinya penyelenggaraan otonomi
daerah yang dititik beratkan pada daerah Tk. II, MPR
hanya sebagai forum pertemuan antara DPD dan DPR,
Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung serta
terbentuknya lembaga hukum yang baru seperti MK, KPK
dan KY.
Pokok-pokok Program Kerja Kabinet Bersatu :

Pertahanan, Keamanan, Politik, dan


Sosial untuk Mewujudkan Indonesia
yang Lebih Aman dan Damai

Keadilan, Hukum, HAM dan


Demokrasi untuk Mewujudkan Ekonomi dan Kesejahteraan
Masyarakat yang Lebih Adil dan Untuk Mewujudkan
Demokratis Masyarakat yang Lebih
Sejahtera
4. Kabinet Bersatu
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi presiden Republik Indonesia
untuk dua periode yakni dari tahun 2004-2009, dengan didampingi wakil
presiden Drs.H.M.Yusuf Kalla, Kabinet pemerintahannya disebut Kabinet
Indonesia Bersatu I. kemudian beliau terpilih kembali pada pemilu di tahun
2009, dengan masa jabatan 5 tahun ( 2009-2014), dengan didampingi wakil
presiden Prof. Dr. Boediono, M.Ec. Kabinet pemerintahannya disebut Kabinet
Indonesia Bersatu II.

Kabinet ini mempunyai Misi yaitu


Mewujudka Indonesia yang aman damai,
Indonesia yang adil ,demokratis, dan
Indonesia yang sejahtera.
5. Kabinet Kerja dan Indonesia Maju
Kabinet Indonesia Maju adalah kabinet
pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf
Amin.

Tata hukum yang berlaku pada masa ini adalah


tata hukum yang terdiri dari semua peraturan
yang berlaku pada masa tahun 1950-1959 dan
yang dinyatakan masih berlaku berdasarkan
ketentuan Pasal I dan II aturan peralihan UUD
1945 dengan ditambah berbagai peraturan yang
dibentuk setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Sumber hukum dan tata urutan peraturan
perundang-undangan menurut Ketetapan MPR
No.III/2000, hierarkinya sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR)
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang
5. Peratutan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
TERIMA KASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai