Anda di halaman 1dari 8

Referensi: Prof. Drs. C.S.T. Kansil SH. Cetakan ketiga, 2007.

Sejarah hukum pidana di indonesia

Hukum Pidana yang berlaku sekarang ini ialah hukum yang tertulis dan yang telah dikodifikasikan.

Peraturan-peraturan Hukum Pidana ini tersebar di mana-mana sebab tiap-tiap Badan Legislatif dan tiap-
tiap orang yang diserahi tugas untuk menjalankan undang-undang (Presiden, Menteri, Kepala Daerah,
Komandan Tentara, dan sebagainya) berhak membuat Peraturan Pidana, yaitu peraturan-peraturan
yang mengandung ancaman-ancaman hukuman berupa suatu penderitaan terhadap si pelanggar.

Tentu saja peraturan-peraturan pidana yang dibuat oleh Badan Legislatif dan Badan Eksekutif yang lebih
rendah kedudukannya, tak boleh bertentangan dengan atau menyimpang dan peraturan-peraturan
pidana dari Badan-badan Legislatif dan Eksekutif yang lebih tinggi kedudukannya.
Di atas telah diterangkan, bahwa peraturan-peraturan pidana itu tersebar di mana-mana. Tetapi pada
umumnya kalau kita membicarakan tentang Hukum Pidana, maka yang dimaksudkan ialah peraturan-
peraturan pidana yang terkumpul dalam suatu kitab yaitu: Kitab Undang-undang Hukum Pidana
disingkat KUHP (Wetboek van Strafreeht = WvS).

Haruslah diperhatikan benar-benar, bahwa semua peraturan-peraturan pidana dibukukan dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana. Kitab Undang-undang Hukum Pidana itu merupakan induk dan
peraturan-peraturan pidana. KUHP memuat peraturan-peraturan pidana yang berlaku terhadap segenap
penduduk dan seluruh Indonesia, karena ia dibuat oleh Badan Legislatif yang tertinggi dan sesuai dengan
asas unifikasi hukum.

KUHP ialah kitab peraturan pidana yang dipakai sehari-hari. Bagi kita cukuplah dengan mempelajari
KUHP itu untuk sekadar mengetahui seluk beluknya Hukum Pidana kita. Sebelum kita mulai meninjau isi
KUHP, kita perlu terlebih dahulu mengetahui isinya.

Apakah KUHP yang berlaku sekarang ini asli ciptaan kita bangsa Indonesia?

Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berlaku sekarang ini bukanlah asli ciptaan kita bangsa
Indonesia. Kitab Undang-undang Hukum Pidana ini lahir dan telah mulai berlaku sejak 1 Januari 1918.
Jadi ia dibuat pada zaman Hindia Belanda dahulu.

Berdasarkan pasal II aturan peralihan dan UUD 1945 yo. pasal 192 Konstitusi RIS 1949 yo. pasal 142
UUDS 1950, maka sampai kini masih diberlakukan KUHP yang lahir pada 1 Januari 1918 itu, karena
belum juga diadakan KUHP yang baru. Tapi itu tidak berarti, bahwa KUHP kita yang sekarang, masih
dalam keadaan ash atau telah diainbil ahih langsung oleh negara kita, tetapi ismya dan jiwanya telah
banyak diubah dan diganti, sehingga telab sesuai dengan keperluan dan keadaan nasional kita dewasa
mi.

Dengan UU nomor berapakah diadakan dan perubahan yang penting pada KUHP ciptaan Hindia Belanda
dan apakah akibatnya?
Perubaban yang penting dari KUHP ciptaan Hindia Belanda itu diadakan dengan Undang-undang No. 1
Tahun 1946. Dengan KUHP itu maka mulai 1 Januani 1918 berlakulah satu macam Hukum Pidana untuk
semua golongan penduduk Indonesia (unifikasi Hukum Pidana).

2 KUHP sebelum tanggal 1 Januari 1918 di tanah air kita

Sebelum tanggal 1 Januari 1918 di tanah air kita ini berlaku dua KUHP yaltu:

satu untuk golongan Indonesia (mulal 1 Januan 1873);

satu untuk golongan Eropa (mulai 1 Januani 1867).

KUHP untuk golongan Indonesia (1873) adalah copy (turunan) dari KUHP untuk golongan Eropa (1867).
Dan KUHP untuk golongan Eropa ini adalah pula satu Copy dan Code Penal, yaitu Hukum Pidana di
Perancis di zaman NAPOLEON pada tahun 1811.

Perbedaan antara KUHP untuk Golongan Indonesia (1873) dengan KUHP untuk orang Eropa (1867)

Perbedaan antara KUHP untuk orang Eropa (1867) dan dengan KUHP orang Indonesia (1873) adalah
terutama macamnya hukuman.

Misalnya:

Orang Indonesia dapat diberi kerja paksa dengan lehernya diberi kalung besi atau kerja paksa dengan
tidak dibayar untuk mengerjakan pekerjaan umum, sedang orang-orang Eropa tidak, hanya hukuman
penjara atau hukuman kurungan saja;

KUHP untuk orang Indonesia disesuaikan dengan keadaan dan kebiasaan orang Indonesia.

Misalnya:

1) perkawinan dengan lebih dari satu orang perempuan tidak dihukum;


2) pengemisan dan mandi tanpa pakaian di muka umum tidak dihukum.

Hukum Pidana apakah yang berlaku bagi orang-orang Eropa di Indonesia sebelum tahun 1867 dan bagi
orang Indonesia sebelum tahun 1873?

Sebelum tahun 1867 orang-orang Eropa di Indonesia pada umumnya dikenakan Hukum Pidana dari
negeri Belanda atau Hukum Pidana Romawi. Sedangkan bagi orang Indonesia sebelum tahun 1873
diperlakukan Hukum Adat Pidananya masing-masing. Hukum Adat Pidana di Indonesia pada umumnya
tidak tertulis dan kalau tertulis belum merupakan suatu kodifikasi, sebab masih tercampur dengan
hukum yang lain, lagi pula Hukum Acara Pidana itu bersifat sedaerah-sedaerah.

Jadi mulai 1 Januari 1873 Hukum Adat Pidana yang bersifat sedaerah-sedaerah itu dihapuskan dan untuk
orang Indonesia berlaku satu KUHP saja.

Mengenai hukum Adat Pidana di Indonesia mulai dari tahun 1873

Contoh-contoh dan Hukum Adat Pidana yang tertulis:

1) Kutaramanawa dalam Kerajaan Majapahit kira-kira tahun 1350;

2) Pepakem Cirebon untuk Kerajaan cli Cirebon tahun 1768.

Jadi mulai 1 Januari 1873 Hukum Adat Pidana yang bersifat sedaerah-sedaerah itu dihapuskan dan untuk
orang Indonesia berlaku satu KUHP saja.
Dalam soal 12 sudah diterangkan bahwa KUHP 1873 adalah Copy dari KUHP 1967, dan KUHP 1967 ini
adalah pula turunan dari Code Penal Perancis.

Pada waktu 1 Januari 1918 di Indonesia sistem DUALISME dihapuskan dan hanya diadakan satu KUHP
saja untuk semua GOLONGAN penduduk di Indonesia, maka KUHP yang baru ini (1918), bukan lagi copy
dan Code Penal Perancis, melainkan merupakan turunan dan KUHP nasional negeri Belanda tahun 1886.

Sebelum tahun 1886, KUHP negeri Belanda adalah pula suatu copy dan Code Penal Perancis Tahun 1811.
Tetapi mulai dan tahun 1886 berlakulah di negeri Belanda suatu KUHP yang bersifat nasional. Beberapa
perbedaan penting antara KUHP Belanda yang nasional dengan yang merupakan copy dan Code Penal
adalah:

Hapusnya hukuman yang serendah-rendahnya dan hukuman mati (1870).

Tentang KUHP Belanda Nasional

Dalam KUHP Belanda nasional si pelanggar diperhatikan. Pada umumnya KUHP Belanda yang bersifat
nasional itu adalah lebih modern dan Iebih sesuai dengan kemajuan zaman, jika dibandingkan dengan
KUHP dari lain-lain negara pada waktu itu, sebab KUHP Belanda ini dibuat belakangan, sehingga dapat
menarik keuntungan-keuntungan dari KUHP negara lain.

Perbedaan yang penting antara KUHP Belanda 1886 dengan copynya di Indonesia yang mulai berlaku 1
Januari 1918 ialah masih ada hukuman mali dalam KUHP Indonesia pada tahun 1918

Referensi ke 2:yasir fatah oleh ongbany umas

Sejarah Hukum Pidana di Indonesia


Oleh Wongbanyumas

Membicarakan sejarah hukum pidana tidak akan lepas dari sejarah bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia
mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang hingga sampai dengan saat ini. Beberapa kali
periode mengalami masa penjajahan dari bangsa asing. Hal ini secara langsung mempengaruhi hukum
yang diberlakukan di Negara ini, khususnya hukum pidana. Hukum pidana sebagai bagian dari hukum
publik mempunyai peranan penting dalam tata hukum dan bernegara. Aturan-aturan dalam hukum
pidana mengatur agar munculnya sebuah keadaan kosmis yang dinamis. Menciptakan sebuah tata sosial
yang damai dan sesuai dengan keinginan masyarakat.

Hukum pidana menurut van hammel adalah “semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh
suatu Negara dalam menyelanggarakan ketertiban hukum yaitu dengan melarang apa yang
bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar peraturan
tersebut”. Mempelajari sejarah hukum akan mengetahui bagaimana suatu hukum hidup dalam
masyarakat pada masa periode tertentu dan pada wilayah tertentu. Sejarah hukum punya pegangan
penting bagi yuris pemula untuk mengenal budaya dan pranata hukum.

Hukum eropa continental merupakan suatu tatanan hukum yang merupakan perpaduan antara hukum
Germania dan hukum yang berasala dari hukum Romawi “Romana Germana”. Hukum tidak hanya
berubah dalam ruang dan letak, melainkan juga dalam lintasan kala dan waktu. Secara umum sejarah
hukum pidana di Indonesia dibagi menjadi beberapa periode yakni:

1. Masa kerajaan nusantara

Pada masa kerajaan nusantara banyak kerajaan yang sudah mempunyai perangkat aturan hukum.
Aturan tersebut tertuang dalam keputusan para raja ataupun dengan kitab hukum yang dibuat oleh para
ahli hukum. Tidak dipungkiri lagi bahwa adagium ubi societas ibi ius sangatlah tepat. Karena dimanapun
manusia hidup, selama terdapat komunitas dan kelompok maka akan ada hukum. Hukum pidana yang
berlaku dahulu kala berbeda dengan hukum pidana modern. Hukum pada zaman dahulu kala belum
memegang teguh prinsip kodifikasi. Aturan hukum lahir melalui proses interaksi dalam masyarakat
tanpa ada campur tangan kerajaan. Hukum pidana adat berkembang sangat pesat dalam masyarakat.

Hukum pidana yang berlaku saat itu belum mengenal unifikasi. Di setiap daerah berlaku aturan hukum
pidana yang berbeda-beda. Kerajaan besar macam Sriwijaya sampai dengan kerajaan Demak pun
menerapkan aturan hukum pidana. Kitab peraturan seperti Undang-undang raja niscaya, undang-
undang mataram, jaya lengkara, kutara Manawa, dan kitab adilullah berlaku dalam masyarakat pada
masa itu. Hukum pidana adat juga menjadi perangkat aturan pidana yang dipatuhi dan ditaati oleh
masyarakat nusantara.

Hukum pidana pada periode ini banyak dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan masyarakat. Agama
mempunyai peranan dalam pembentukan hukum pidana di masa itu. Pidana potong tangan yang
merupakan penyerapan dari konsep pidana islam serta konsep pembuktian yang harus lebih dari tiga
orang menjadi bukti bahwa ajaran agam islam mempengaruhi praktik hukum pidana tradisional pada
masa itu.

2. Masa penjajahan

Pada masa periodisasi ini sangatlah panjang, mencapai lebih dari empat abad. Indonesia mengalami
penjajahan sejak pertama kali kedatangan bangsa Portugis, Spanyol, kemudian selama tiga setengah
abad dibawah kendali Belanda. Indonesia juga pernah mengalami pemerintahan dibawah kerajaan
Inggris dan kekaisaran Jepang. Selama beberapa kali pergantian pemegang kekuasaan atas nusantara
juga membuat perubahan besar dan signifikan.

Pola pikir hukum barat yang sekuler dan realis menciptakan konsep peraturan hukum baku yang tertulis.
Pada masa ini perkembangan pemikiran rasional sedang berkembang dengan sangat pesat. Segala
peraturan adat yang tidak tertulis dianggap tidak ada dan digantikan dengan peraturan-peraturan
tertulis. Tercatat beberapa peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda seperti statuta
Batavia (statute van batavia).

Berlaku dua peraturan hukum pidana yakni KUHP bagi orang eropa (weetboek voor de europeanen)
yang berlaku sejak tahun 1867. Diberlakukan pula KUHP bagi orang non eropa yang berlaku sejak tahun
1873.

3. Masa KUHP 1915 - Sekarang

Selama lebih dari seratus tahun sejak KUHP Belanda diberlakukan, KUHP terhadap dua golongan
warganegara yang berbeda tetap diberlakukan di Hindia Belanda. Hingga pada akhirnya dibentuklah
KUHP yang berlaku bagi semua golongan sejak 1915. KUHP tersebut menjadi sumber hukum pidana
sampai dengan saat ini. Pembentukan KUHP nasional ini sebenarnya bukan merupakan aturan hukum
yang menjadi karya agung bangsa. Sebab KUHP yang berlaku saat ini merupakan sebuah turunan dari
Nederland Strafwetboek (KUHP Belanda). Sudah menjadi konskwensi ketika berlaku asas konkordansi
terhadap peraturan perundang-undangan.

KUHP yang berlaku di negeri Belanda sendiri merupakan turunan dari code penal perancis. Code penal
menjadi inspirasi pembentukan peraturan pidana di Belanda. Hal ini dikarenakan Belanda berdasarkan
perjalanan sejarah merupakan wilayah yang berada dalam kekuasaan kekaisaran perancis.

Desakan pembentukan segera KUHP nasional

Sebagai sebuah Negara yang pernah dijajah oleh bangsa asing, hukum yang berlaku di Indonesia secara
langsung dipengaruhi oleh aturan-aturan hukum yang berlaku di Negara penjajah tersebut. Negeri
Belanda yang merupakan negeri dengan sistem hukum continental menurunkan betuknya melalui asas
konkordansi. Peraturan yang berlaku di Negara jajahan harus sama dengan aturan hukum negeri
Belanda. Hukum pidana (straffrecht) merupakan salah satu produk hukum yang diwariskan oleh
penjajah.

Pada tahun 1965 LPHN (lembaga pembinaan hukum nasional) memulai suatu usaha pembentukan KUHP
baru. Pembaharuan hukum pidana Indonesia harus segera dilakukan. Sifat undang-undang yang selalu
tertinggal dari realitas social menjadi landasan dasar ide pembaharuan KUHP. KUHP yang masih berlaku
hingga saat ini merupakan produk kolonial yang diterapkan di Negara jajahan untukmenciptakan
ketaatan. Indonesia yang kini menjadi Negara yang bebas dan merdeka hendaknya menyusun sebuah
peraturan pidana baru yang sesuai dengan jiwa bangsa.

Anda mungkin juga menyukai