Sejarah Hukum Pidana Indonesia Dibagi dalam 3 Masa : 1. Masa sebelum kedatangan Bangsa Belanda. Terbagi dalam Wilayah2 kerajaan. Raja kebanyakan menggunakan hukum adat 1. Masa Pendudukan Belanda. a.Pra-kodifikasi Hukum Pidana yang dibawa Belanda belum dikodifikasi diberlakukan sejak 1867. 1) Hukum dalam statuta Betawi. Pada mulanya VOC dibuat peraturan2 yang diumumkan dalam plakat- plakat. Tahun 1642 plakat-plakat itu dihimpun dan diumumkan dengan nama Statuten van Batavia ( Statuta Betawi) Lanjutan ………….. 2) Hukum Belanda yang Kuno. Menurut suatu plakat tahun 1625, hakim dan administrasi harus menjalankan hukum Belanda yang kuno bila hukum statuta tidak dapat menyelesaikan suatu perkara. 3)Asas-asas hukum Romawi yang mengatur kedudukan para budak. 4) Sejumlah perundang-undangan pidana tersendiri, seperti peraturan pidana tentang pemalsuan uang logam (staatsblad 1822 No. 32) dan peraturan pidana tentang perdagangan budak (staatsblad 1825 No. 44). b. Dualisme Kodifikasi Bagi Golongan Eropa berlaku Het Wetboek van Strafrecht voor de Europeanen (Staatsblad 1866 No. 55, mulai berlaku 1 Januari 1867). Bagi Golongan Indonesia dan yang dipersamakan berlaku : 1) Het wetboek van strafrecht voor Inlanders en Daarmede Gelijkgestelden, Staatblad 1872 No. 85 yang mulai berlaku 1 Januari 1873. 2) Bagi Kawula Daerah swapraja yang tunduk pada peradilan Swapraja dan orang-orang yang tunduk pada peradilan adat, selain diberlakukan kodifikasi juga diterapkan hukum pidana adat. 3) Unifikasi Kodifikasi. Tahun 1918, dua kodifikasi hukum pidana yang berlaku sebelumnya dan digantikan oleh Wetboek van strafrecht voor nederlands Indie, Staatsblad 1915 No. 732, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1918. C. Masa Kemerdekaan
Setelah Kemerdekaan, dibuat UU No. 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana. Kemudian diberlakukan KUHP Berbagai peraturan perundang-undangan di luar KUHP, seperti UU No. 7/Drt/1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. DI sejumlah Pengadilan Negeri, selain hukum pidana tertulis juga masih diberlakukan Hukum Pidana adat berdasarkan Pasal 5 ayat (3) b UU No. 1/Drt/1951 tentang Tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan susunan, Kekuasaan dan acara pengadilan Sipil. SEJARAH KUH PIDANA Pada Mulanya kelompok- kelompok masyarakat indonesia kebanyakan hidup menurut hukum adatnya masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Sebelum kedatangan Penjajahan Belanda, Hukum pidana yang berlaku sebagian besar hukum pidana tidak tertulis yang berlaku pada masing-masing kerajaan di di nusantara. KUHP yang digunakan Dengan UU No, 1 Tahun 1946 tentang Peraturan skrng pada dasarnya dari Hukum Pidana, kodifikasi peninggalan masa Wetboek van Strafrecht Pemerintahan Hindia voor Nederlands Indie Belanda. diganti menjadi Kodifikasi yang pertama kali Wetboek van Strafrecht atau KUHP. diundangkan dalam Staatsblad 1915-732 dengan nama Wetboek van Strafrecht voor Nederlands Indie, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1918. Pada saat diundangkan UU No. 1 tahun 1946 hanya untuk wilayah Pemerintahan RI Yogyakarta saja. Kalau ditinjau sejarah hukumnya, Wetboek van Strafrecht voor Nederlands Indie, di buat dengan berpedoman pada KUH Pid Belanda yang diundangkan sejak 1881. KUH Pid Belanda 1881 mendapat banyak pengaruh dari Code Penal Perancis karena Prancis pernah menjajah Belanda dan memberlakukan Code Penal mereka ke negeri Belanda. SISTEMATIKA HUKUM PIDANA Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) terdiri dari 569 Pasal, dengan sistematika sbb: 1. Buku I memuat ketentuan – ketentuan Umum (Algemene Leestrukken Bapalengen) Pasal 1 – 103. 2. Buku II Mengatur tentang Kejahatan (Misdrijven) Pasal 104 – 488. 3. Buku III Mengatur tentang Pelanggaran (Overstrdingen) (Pasal 489 – 569) Sistematika Hukuman Pada Pasal 10 menyatakan b. pidana tambahan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang 1. pencabutan hak- Pelaku tindak pidana hak tertentu; Pidana terdirl atas: 2. perampasan barang-barang a. pidana pokok: tertentu; 1. pidana mati; 3. pengumuman 2. pidana penjara; putusan hakim 3. pidana kurungan; 4. pidana denda; 5. pidana tutupan. ASAS – ASAS DALAM HUKUM PIDANA 1. Asas Legalitas 2. Asas Hukum Nullum Delictum Nulla Poena Sine Pravia Lege 3. Asas Territorial 4. Asas Perlindungan (Asas Perlindungan Pasif). 5. Asas Personal (Nasional aktif) 6. Asas Universal. 1. Asas Legalitas Asas sebagai tiang penyangga hukum pidana. Tersirat dalam Pasal 1 KUHP : (1) Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang- undangan pidana yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan. (2) Bilamana ada perubahan dalam perundang- undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling ringan bagi terdakwa. Makna asas legalitas:
1. Tidak ada perbuatan dilarang dan diancam
dengan pidana kalau perbuatan itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan hukum. 2. Untuk menentukan aturan pidana tidak boleh menentukan dengan analogi. 3. Undang-undang hukum pidana tidak berlaku mundur/surut. Tujuan asal legalitas 1. Menegakkan Kepastian Hukum. 2. Mencegah kesewenang-wenangan penguasa. 2. Asas Hukum Nullum Delictum Nulla Poena Sine Pravia Lege
“Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa
peraturan terlebih dahulu”. Tidak dapat dipidana jika tidak ada kesalahan. 3. Asas Territorial Berlakunya suatu undang-undang pidana suatu negara semata-mata digantungkan pada tempat dimana tindak pidana atau perbuatan pidana dilakukan, dan tempat tersebut harus terletak di dalam territori atau wilayah negara yang bersangkutan. Simons mengatakan bahwa berlakuknya asas territorial ini berdasarkan atas kedaulatan negara sehingga setiap orang wajib dan taat kepada perundang-undangan negara tersebut. 4. Asas Perlindungan (Asas Perlindungan Pasif). • Untuk melindungi Keamanan kepentingan hukum terhadap gangguan dari setiap orang di luar Indonesia terhadap kepentingan hukum Indonesia itu. • Tidak semua kepentingan hukum dilindungi, melainkan hanya kepentingan yang vital dan berhubungan dengan kepentingan umum yaitu: 1. Terjaminnya keamanan negara dan terjaminnya martabat kepala negara dan wakilnya (Pasal 4 ke 1 KUHP). 2. Terjaminnya kepercayaan terhadap mata uang, materai, dan merk yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dari kejahatan pemalsuan, (Pasal 4 ke 2 KUHP). 3. Terjaminnya kepercayaan terhadap surat utang, sertifikat utang, yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia (Pasal 4 ke 3 KUHP). 4. Terjaminnya alat-alat pelayaran Indonesia terhadap kemungkinan dibawa ke dalam kekuasaan bajak laut, (Pasal 4 ke 4 KHUP) 5. Asas Personal (Nasional aktif) Menurut Asas Ini ketentuan hukum pidana berlaku bagi setiap warga negara indonesia yang melakukan tindak pidana di luar indonesia. Pasal 5 KUHP berisi ketentuan tersebut, tetapi dengan pembatasan tertentu, yaitu jika yang dilakukan adalah perbuatan yang diatur dlam : 1. Bab I dan II Buku Kedua KUHP, yaitu kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan terhadap martabat Presiden dan wakil Presiden (Pasal 104 -139). 2. Pasal 160, 162 (menghasut dimuka umum untuk menentang penguasa umum ); Pasal 240 (seperti melakukan kewajiban negara sebagai warga negara seperti wajib militer, dsb), Pasal 279 (berkaitan dengan perkawinan yang dilarang); (Pasal 450 – 451 yang berkaitan dengan Pembajakan laut). 3. Perbuatan yang menurut Undang- undang di Indonesia termasuk kejahatan dan menurut ketentuan di negara itu dapat dipidana. 6. Asas Universal. Ikut serta memelihara ketertiban dunia, KUHP Indonesia juga mengatur tentang dapat dipidananya perbuatan seperti pembajakan di laut, meskipun berada di luar kendaraan air, jadi di laut bebas (mare liberum). Kejahatan tersebut lazim disebut kejahatan pelayaran. Asas ini disebut asas universal karena bersifat mendunia dan tidak membeda-bedakan warga negara apapun, yang penting adalah terjaminnya ketertiban dan keselamatan dunia. TERIMA KASIH UTS TANGGAL 29 Maret 2017 1. Sebutkan dan Jelaskan cakupan Istilah Hukum Pidana? 2. Bagaimana hubungan ilmu hukum pidana dengan ilmu kriminologi? 3. Jelaskan perbedaan lex specialis dan lex generali dan berikan contohnya dan Sebutkan sumber – sumber hukum pidana di Indonesia. 4. Bsebutkan minimal 3 asas hukum pidana di Indonesia dan jelaskan contohnya. 5. Sebutkan sistematika hukum pidana?