Anda di halaman 1dari 15

Asas Hukum Pidana

Pengantar Hukum Indonesia


Tujuan Hukum Pidana
Tujuan Hukum Pidana :
 Untuk menakut- nakuti orang agar tidak
berbuat yang tidak baik.
 Untuk mendidik orang yang pernah berbuat
tidak baik, sehingga ia menjadi baik dan
dapat diterima kembali di lingkungannya.
Arti Hukum Pidana
 Ketentuan- ketentuan yang mengatur dan
membatasi tingkah laku manusia dalam
meniadakan pelanggaran kepentingan
umum.
Kriminologi : salah satu ilmu yang membantu
hukum pidana yang mempelajari sebab-
sebab seseorang melakukan tindak pidana,
apa motivasinya, bagaimana akibatnya dan
tindakan apa yan dapat dilakukan untuk
meniadakan perbuatan itu.
Sifat Publik Hukum Pidana
 Awalnya dianggap melanggar kepentingan
perorangan sehingga korban atau keluarga
korban membalas dendam kepada pelaku.
 Diganti dengan pembayaran ganti rugi,
dianggap sebagai hukum perdata dan
subyektif
 Berkembang,ternyata perbuatan pelaku telah
mengganggu ketertiban di masyarakat,
sehingga hukmannya pun harus bersifat
obyektif.
Peristiwa Pidana/ Delict
Suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman pidana.
Unsur- unsur pidana :
 Obyektif : tindakan/ perbuatan yang
bertentangan dengan hukum yang akibatnya
dilarang dengan ancaman hukuman.
 Subyektif : perbuatan seseorang/ pelaku
yang berakibat tidak dikehendaki oleh UU.
Syarat Peristiwa Pidana
 Harus ada perbuatan/ kegiatan
 Perbuatan tersebut harus sesuai dengan apa
yang dilukiskan/ rumusan dalam ketentuan
hukum
 Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Harus berlawanan/ bertentangan dengan
hukum
 Harus tersedia ancaman hukumannya
Sejarah Berlakunya KUHP
 Awalnya dualistis :
1. Gol Eropa : Stb 1866 : 55
2. Gol. Lain : Stb 1872 : 85
 Tahun 1915, dg Stb 1915 : 732 , dibentuk kodifikasi Hukum
Pidana dalam Wetboek van Straafrecht voor Nederlandsch-
Indie”
 1 Januari 1918 : berlaku di seluruh wilayah Indonesia
 Jaman Jepang : tetap berlaku
 Jaman Kemerdekaan : tetap berlaku berdasarkan Pasal II
Aturan Peralihan UUD’45.
 UU No 1 tahun 1946 : WvS Ned- Indie diubah seperlunya dan
diganti mjd Kitab Undang- Undang Hukum Pidana.
Sistematika KUHP
 Terdiri dari 569 Pasal
 Buku I : ttg Ketentuan Umum ( Psl 1- 103),
mengatur ttg pengertian dan asas hukum
pidana yang berlaku baik bagi TP yang diatur
dalam KUHP maupun yang di luar itu
sepanjang tidak ditentukan lain.
 Buku II : ttg TP Kejahatan (104- 488)
 Buku III : ttg TP Pelanggaran (489- 569)
Asas Berlakunya Hukum
Pidana
Pasal 1 ayat (1) : ASAS LEGALITAS
“Tiada suatu perbuatan yang boleh dihukum
melainkan atas kekuatan aturan pidana
dalam UU yang terdahulu dari perbuatan itu.”
mengandung asas “Nullum delictum, nulla
poena sine praevia lege punali” : tiada
delict, tiada hukuman tanpa suatu peraturan
yang terlebih dahulu menyebut perbuatan
yang bersangkutan, hal ini untuk melindungi
kemerdekaan individu.
Ruang Lingkup
Berlakunya Hukum Pidana
Ada 4 Asas :
1. Asas Teritorialitas
Pasal 2 :
“Ketentuan pidana dalam UU Indonesia berlaku
bagi setiap orang yang di dalam wilayah
Indonesia melakukan tindak pidana”
Diperluas Pasal 3 :
“Ketentuan Pidana dalam UU Indonesia berlaku
bagi setiap orang yang diluar Indonesia di atas
bahtera Indonesia melakukan suatu tindak
pidana”
Asas Nasionalitas Aktif/
Personalitas
Pasal 5 :
(1) Ketentuan Pidana dalam UU Indonesia berlaku bagi WNI yang diluar Indonesia
melakukan :
1. Salah kejahatan yang dituangkan pada bab I dan II dan pasal 160, 161, 240,
279, 450 dan 451.
2. suatu peristiwa yang dipandang sebagai kejahatan menurut ketentuan pidana
dalam UU negara tempat perbuatan itu dilakukan.

(2) Penuntutan terhadap suatu peristiwa yang dimaksudkan pada ke dua itu boleh
juga dijalankan jika tersangka baru menjadi WNI sesudah melakukan perbuatan
itu.

Pembatasan Pasal 5 (1) sub b : Pasal 6 : “Berlakunya pasal 5 ayat 1 sub 2 itu
dibatasi hingga tidak boleh dijatuhkan pidana mati untuk peristiwa yang tidak
diancam dengan hukuman mati menurut UU negara tempat peristiwa itu
dilakukan”
Asas Nasionalitas Pasif/
Perlindungan
Bertujuan untuk melindungi wibawa dan martabat Indonesia.
Pasal 4 :
“Ketentuan pidana dalam UU Indonesia berlaku bagi setiap orang yang
bersalah karena di luar Indonesia :
1. melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan pada pasal 104, 106, 107,
108, 110, 111, bis (1), 127 dan 131
2. melakukan kejahatan ttg mata uang, uang kertas negara atau uang kertas Bank
atau ttg materai atau merek yg dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia
3. Pemalsuan surat- surat utang atau sertifikat utang atas tanggungan Indonesia,
daerah atau bagian suatu daerah, surat- surat untuk sero atau surat- surat
bunga uang yang mengikuti surat- surat itu atau dengan sengaja menggunakan
surat palsu atau yang dipalsukan demikian itu seakan- akan surat itu benar dan
tidak dipalsukan.
Pasal 8 : perluasan asas nasional pasif, thd nahkoda atau penumpang melakukan
TP di luar wilayah, di luar kapal dlm kejahatan dan pelanggaran pelayaran.
Asas Universalitas
Melindungi kepentingan hubungan antar
negara tanpa melihat kewarganegaraan
pelakunya.
Pasal 4 sub 4 : Melakukan salah satu
kejahatan yang ditentukan dalam pasal 438,
444- 446 ttg pembajakan dan yang
ditentukan dalam pasal 447 ttg menyerahkan
suatu bahtera kepada kekuatan pembajak
dilaut.
Sistem Hukuman
 Hukuman Pokok :
1. Hukuman Mati
2. Hukuman Penjara (terbatas dan seumur hidup)
3. Hukuman Kurungan (1 hari - < 1tahun 4 bl)
4. Hukuman Denda
 Hukuman Tambahan
1. Pencabutan hak- hak tertentu
2. Perampasan barang- barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim.
Perkembangan Hukum Pidana
 Hukum pidana tidak hanya yang ada dalam
KUHP saja tapi sudah banyak yang diatur
dalam UU tersendiri, misalnya :
1. UU No 23 tahun 2004 ttg Penghapusan
KDRT
2. UU No 21 Tahun 2007 ttg Pemberantasan
TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang)
3. Dll.

Anda mungkin juga menyukai