1. JELASKAN APA MANFAAT TEORI-TEORI LOCUS DELICTI?
Locus delicti yaitu berlakunya hukum pidana dilihat dari lokasi perbuatan pidana. Hal tersebut penting diketahui karena: a. Menentukan hukum pidana mana yang akan diberlakukan. Apakah hukum pidana Indonesia berlaku terhadap perbuatan pidana tersebut atau tidak. Hal ini berhubungan dengan Pasal 2 – 8 KUHP. b. Menentukan kompetensi relatif suatu pengadilan, dengan kata lain menentukan pengadilan mana yang berwenang menangani suatu perkara pidana. Hal ini berhubungan dengan Pasal 84 Ayat 1 KUHAP.
2. JELASKAN PENGERTIAN TENTANG ASAS-ASAS BERLAKUNYA HUKUM
PIDANA DISERTAI DASAR HUKUMNYA MENURUT KUHP DISERTAI CONTOHNYA: a. Asas Teritorial atau Asas Kewilayahan (territorealiteits beginsel ofland gebieds beginsel) Asas ini menjelaskan bahwa perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua orang baik WNI ataupun WNA yang melakukan tindak pidana di dalam wilayah Indonesia. Namun, tidak berlaku bagi yang memiliki kekebalan diplomatik, contohnya duta besar. Asas ini tercantum dalam Pasal 2 KUHP yang berbunyi “Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia.” Dan Pasal 3 KUHP yang berbunyi “Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia.” b. Asas Nasional Aktif atau Asas Personalitas (actieve nationaliteits beginsel of personaliteits beginsel) Menurut asas nasional aktif perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi warga negara Indonesia yang melakukan perbuatan pidana di luar wilayah Republik Indonesia. Perbuatan pidana tersebut dibatasi pada kejahatan tertentu seperti kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan terhadap kedudukan kepala negara, kejahatan tidak memenuhi kewajiban bela negara, dan kejahatan pembajakan. Asas ini tercantum dalam Pasal 5 KUHP, Pasal 6 KUHP, dan Pasal 7 KUHP. c. Asas Nasional Pasif atau Asas Perlindungan (passive nationaliteits beginsel of beschermings beginsel) Menurut asas perlindungan, berlakunya undang-undang pidana suatu negara tidak tergantung pada tempat seorang pelaku telah melakukan tindak pidananya, melainkan pada kepentingan hukum yang telah menjadi sasaran tindak pidana tersebut. Dan negara yang kepentingan hukumnya telah menjadi sasaran tindak pidana itu berwenang menghukum pelaku tindak pidana tersebut. Asas nasional pasif menerangkan bahwa aturan perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi siapapun baik WNI atau WNA yang melakukan tindak pidana tertentu di luar wilayah Indonesia, contohnya kejahatan tentang mata uang, uang kertas negara, materai, atau merk yang dikeluarkan pemerintah Indonesia. Asas nasional pasif tercantum dalam Pasal 4 butir 1,2,3, dan Pasal 8 KUHP. d. Asas Universalitas (universaliteits beginsel) Asas Universalitas memberlakukan aturan perundang-undangan hukum pidana bagi siapapun yang melakukan tindak pidana di luar indonesia yang bertujuan untuk merugikan kepentingan Internasional. Kejahatan yang dapat dikenakan asas universalitas merupakan kejahatan yang termasuk kedalam kejahatan musuh umat manusia (hostihumangeneris) contohnya kejahatan narkotika, terorisme, pembajakan pesawat udara, genosida, kejahatan perang, dan lain-lain. Asas ini tercantum di dalam Pasal 4 butir 2 dan 4 KUHP.