Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Yogaputri

NPM : 110110200140
Kelas : Hukum Pidana C

1. JELASKAN APA MANFAAT TEORI-TEORI LOCUS DELICTI?


Locus delicti yaitu berlakunya hukum pidana dilihat dari lokasi perbuatan pidana.
Hal tersebut penting diketahui karena:
a. Menentukan hukum pidana mana yang akan diberlakukan. Apakah hukum pidana
Indonesia berlaku terhadap perbuatan pidana tersebut atau tidak. Hal ini berhubungan
dengan Pasal 2 – 8 KUHP.
b. Menentukan kompetensi relatif suatu pengadilan, dengan kata lain menentukan
pengadilan mana yang berwenang menangani suatu perkara pidana. Hal ini berhubungan
dengan Pasal 84 Ayat 1 KUHAP.

2. JELASKAN PENGERTIAN TENTANG ASAS-ASAS BERLAKUNYA HUKUM


PIDANA DISERTAI DASAR HUKUMNYA MENURUT KUHP DISERTAI
CONTOHNYA:
a. Asas Teritorial atau Asas Kewilayahan (territorealiteits beginsel ofland gebieds
beginsel)
Asas ini menjelaskan bahwa perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi
semua orang baik WNI ataupun WNA yang melakukan tindak pidana di dalam wilayah
Indonesia. Namun, tidak berlaku bagi yang memiliki kekebalan diplomatik, contohnya
duta besar.
Asas ini tercantum dalam Pasal 2 KUHP yang berbunyi “Ketentuan pidana
dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan
sesuatu tindak pidana di Indonesia.” Dan Pasal 3 KUHP yang berbunyi “Ketentuan
pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar
wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air atau pesawat udara
Indonesia.”
b. Asas Nasional Aktif atau Asas Personalitas (actieve nationaliteits beginsel of
personaliteits beginsel)
Menurut asas nasional aktif perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi
warga negara Indonesia yang melakukan perbuatan pidana di luar wilayah Republik
Indonesia. Perbuatan pidana tersebut dibatasi pada kejahatan tertentu seperti kejahatan
terhadap keamanan negara, kejahatan terhadap kedudukan kepala negara, kejahatan
tidak memenuhi kewajiban bela negara, dan kejahatan pembajakan.
Asas ini tercantum dalam Pasal 5 KUHP, Pasal 6 KUHP, dan Pasal 7 KUHP.
c. Asas Nasional Pasif atau Asas Perlindungan (passive nationaliteits beginsel of
beschermings beginsel)
Menurut asas perlindungan, berlakunya undang-undang pidana suatu negara
tidak tergantung pada tempat seorang pelaku telah melakukan tindak pidananya,
melainkan pada kepentingan hukum yang telah menjadi sasaran tindak pidana tersebut.
Dan negara yang kepentingan hukumnya telah menjadi sasaran tindak pidana itu
berwenang menghukum pelaku tindak pidana tersebut.
Asas nasional pasif menerangkan bahwa aturan perundang-undangan hukum
pidana berlaku bagi siapapun baik WNI atau WNA yang melakukan tindak pidana
tertentu di luar wilayah Indonesia, contohnya kejahatan tentang mata uang, uang kertas
negara, materai, atau merk yang dikeluarkan pemerintah Indonesia.
Asas nasional pasif tercantum dalam Pasal 4 butir 1,2,3, dan Pasal 8 KUHP.
d. Asas Universalitas (universaliteits beginsel)
Asas Universalitas memberlakukan aturan perundang-undangan hukum pidana
bagi siapapun yang melakukan tindak pidana di luar indonesia yang bertujuan untuk
merugikan kepentingan Internasional.
Kejahatan yang dapat dikenakan asas universalitas merupakan kejahatan yang
termasuk kedalam kejahatan musuh umat manusia (hostihumangeneris) contohnya
kejahatan narkotika, terorisme, pembajakan pesawat udara, genosida, kejahatan perang,
dan lain-lain.
Asas ini tercantum di dalam Pasal 4 butir 2 dan 4 KUHP.

Anda mungkin juga menyukai