Anda di halaman 1dari 3

1.

Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Pidana Menurut Tempat

Teori tentang ruang lingkup berlakunya hukum pidana nasional menurut tempat terjadinya. Perbuatan
( yurisiksi hukum pidana nasional), apabila ditinjaudari sudut negara ada 2 pendapat yaitu

1).Perundang undangan dimana hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang terjadi di
wilayah negara, baik dilakukan oleh warga negaranyasendiri maupun oleh orang lain (asas teritorial)

.2).Perundang - undangan hukum pidana berlaku bagi semua pidana yangdilakukan oleh warga negara,
dimana saja, juga apabila perbuatan pidana itudilakukan diluar wilayah negara. Pandangan ini disebut
menganut asas personal atau prinsip nasional aktif.

Asas berlakunya undnag undang hukum pidana menurut tempat dapatdibedakan menjadi empat asas,
yaitu asas territorial (territorialiteitsbeginsel), asas personal (personaliteitsbeginsel), asas perlindungan
atau nasional yang pasif(bescermingsbeginsel atau passief nationliteitsbeginsel), dan asas
universal(universal iteitsbeginsel)

Berlakunya undang undang hukum pidana berdasarkan asas hukummenurut tempat, telah
tercantumkan dalam ketentuan dari pasal 2 9 KUHP, berikut uraina asas asas hukum pidana menurut
tempat, antara lain :

1). Asas Teritorial Asas ini diatur dalam KUHP yaitu dalam pasal 2 KUHP yang menyatakan: “Ketentuan
pidana dalam perundang – undangan Indonesia ditetapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu
tindak pidana di Indonesia”. Perluasan dari asas teritorial diatur dalam pasal 3 KUHP yangmenyatakan:
“Ketentuna pidana perundang – undangan Indonesia berlaku bagisetiap orang yang diluar wilayah
Indonesia yang melakukan tindak pidana didalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”

2). Asas Personal (Nasional Aktif)Asas personal (actief nationaliteit) yang terkandung dalam pasal 5
KUHPdapat dibagi atas tiga golongan yaitu :

a). Pada ayat (1) ke-1 menetukan beberapa perbuatan pidana yang membahayakankepentingan nasional
bagi Indonesia, dan perbuatan perbuatan itu tidak dapatdiharapkan dikenai pidana ataupun sungguh
sungguh untuk dituntut oleh undang undang hukum pidana negara asing, oleh karena itu pembuat
deliknya adalahwarga negara Indonesia, maka kepada setiap warga negara Indonesia yang diluarwilayah
Indonesia yang melakukan perbuatan pidana tertentu itu berlaku KUHP.

b). Ayat (1) ke-2 memperluas ketentuan golongan pertama, dengan syarat syarat bahwa

1). Perbuatan perbuatan yang terjadi harus merupakan kejahatan menurut ketentuan KUHP, dan

2). Juga harus merupakan perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang undang hukum pidana
negara asing dimana perbuatanterjadi. Dua syarat itu harus dipenuho, sebab apabila menurut hukum
pidananegara asing tidak diancam dengan pidana, maka KUHP tidak berlaku sekalipun sebagai kejahatan
(diluar golongan pertama).
c). Pada ayat (2) untuk menhadapi kejahatan yang dilakukan dengan perhitunganyang masak dan agar
tidak lolos dari tuntutan hukum, yaitu apabila orang asinG

diluar negeri melakukan kejahatan (golongan kedua) dan sesudah itu melakukannaturalisasi menjadi
warga negara Indonesia, maka penuntutan atas kejahatan pasal 5 ayat (1) kedua masih dapat
dilaksankan.

Sekalipun rumusan pasal 5 ini memuat perkataan “Ditetapkan bagi warganegara Indonesia yang diluar
wilayah Indonesia”, sehingga seolah – olahmengandung asas personal akan tetapi sesungguhnya pasal 5
KUHP memuat asasmelindungi kepentingan nasional (asas nasional pasif) karena ketentuan pidanayang
diberlakukannya bagi warga negara diluar wilayah teritorial wilayahIndonesia tersebut hanya pasal pasal
tertentu saja, yang dianggap pentingsebagai pelindungan terhadap kepentingan nasional.

3). Asas Perlindungan (Nasional Pasif)Asas perlindungan (nasional pasif) adalah asas yang menyatakan
berlakunya undang undang hukum pidana Indonesia di luar wilayah negara bagisetiap orang, warga
negara atau orang asing yang melanggar kepentingan hukumIndonesia atau melakukan perbuatan
pidana yang membahayakan kepentingannasional Indonesia di luar negeri.

Pasal 4 ke-1, ke-2 bagian akhir dan ke-3 KUHP mengandung asas nasional passif atau asas perlindungan
(passief nasionaliteitsbeginsel atau beschermingsbeginsel), dengan alasan menilik kejahatan kejahatan
yangditunjuk disitu semua kejahatan yang amat penting karena menyangkut martabak Negara dan
Kepala Negara, Pemerintah, Kaemanan Negara, maupun Keuanganatas Perekonomian Negara.

4). Asas UniversalAsas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang melakukan perbuatan
pidana dapat dituntut undang undang hukum pidana Indonesia diluarwilayah negara untuk kepentingan
hukum bagi seluruh dunia. Namun tidakmungkin semua kepentingan hukum didunia akan mendapat
perlindungan,melainkan hanya untuk kejahatan yang menyaangkut tentang keuangan dan pelayaran.
Pasal 4 ke-2 kalimat pertama dan keempat KUHP mengandung asasuniversal yang melindungi
kepentingan hukum dunia terhadap kejahatan dalam mata uang atau uang kertas dan pembajakan laut,
yang dilakukan oleh setiaporang, dan dimana saja dilakukan.

2. Merujuk UU No 1 tahun 1979, ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang
meminta penyerahan seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar
wilayah negara yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara yang meminta penyerahan
tersebut, karena berwenang untuk mengadili dan memidananya.

Secara singkat, perjanjian ekstradisi adalah perjanjian untuk membebaskan seorang tersangka yang
ditahan di suatu negara agar dikembalikan ke negara asalnya. Selanjutnya akan diproses hukum sesuai
dengan hukum yang berlaku di negara asalnya.

3 Strafbaarfeit itu dikenal dalam hukum pidana, diartikan sebagai delik, peristiwa pidana, dan tindak
pidana. Strafbaarfeit terdiri dari 3 (tiga) kata yaitu straf, baar, dan feit

Anda mungkin juga menyukai