Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alexander Yohanes

NIM : 2140050129

Mata Kuliah : Hukum Pidana

2) Asas Teritorial

Berdasarkan asas berlakunya hukum pidana suatu Negara, pada umumnya


yang dianut oleh semua Negara di dunia adalah asas territorial. Menurut
Moeljatno, asas ini diartikan perundang-undangan hukum pidana suatu
Negara berlaku bagi semua orang yang melakukan perbuatan pidana di
Negara tersebut, baik oleh warga Negaranya sendiri maupun warga ngara
asing, Senada dengan Moeljatno adalah Enschede yang menyatakan “hukum
pidana nasional diterapkan terhadap setiap orang yang melakukan perbuatan
pidana di wilayah nasional negaranya”. Hal ini berdasarkan postulat interest
reipublicae ne maleficia remaneant impunita Artinya, kepentingan suatu
Negara agara kejahatan yang terjadi di negaranya tidak dibiarkan saja.

Demikian pula menurut van Hamel yangmenyatakan “menurut asas


territorial, maka undang-undang hukum pidana suatu Negara menguasai
semua perbuatan yang dilakukan dalam batas-batas Negara, yang menurut
sifatnya tidak tergantung kewaganegaraan pelaku atau kepentingan hukum
yang diserang”. Dalam konteks hukum pidana Indonesia, hal ini secara
eksplisit tertuang dalam pasal 2 KUHP “Aturan pidana dalam perundang-
undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan perbuatan
pidana di dalam Indonesia”

Sebagaimana asas hukum pada umumnya, asas territorial ini juga terdapat
pengecualian-pengecualian. Pengecualian asas territorial yang pertama
adalah terhadap orang, tidak semua orang yang melakukan perbuatan pidana
di suatu Negara akan diadili dengan hukum Negara tersebut. Pengecualian
terhadap orang antara lain adalah kepala Negara, duta besar, konsul,
diplomat serta petugas lembaga internasional, pengecualian terhadap kepala
Negara berdasarkan asas par in parem non hebet imperium yang berarti
bahwa kepala Negara tidak dapat dihukum dengan menggunakan hukum
Negara lain, Asas ini merupakan hak impunitas atau kekebalan dari
seseorang kepala Negara asing dalam hubungan internasional.

Pengecualian asas territorial yang kedua adalah terhadap tempat wilayah


seperti wilayah kedutaan besar di suatu Negara, wilayah angkatan bersenjata
suatu Negara di Negara lain dan kapal berbendera asing, termasuk property
lainnya. Disamakan dengan wilayah angkatan bersenjata adalah kapal
perang suatu Negara, sebagi missal jika terjadi suatu perbuatan pidana di
kapal perang, kendatipun kapal perang tersebut sedang berada di laut
territorial Negara lain, bahkan sedang merapat di suatu dermaga, hukum
yang digunakan adalah hukum Negara yang punya kapal perang tersebut.

Selain asas territorial ini, dalam rangka mengantisipasi berbagai kejahatan


yang dilakukan di luar wilayah suatu Negara, hukum pidana mengenal
perluassan yurisdiksi territorial, perluasan territorial tersebut baik meliputi
perluasan teknis, perluasan berdasarkan prinsip kewarganegaraan, perluasan
berdasarkan prinsip proteksi dan perluasan berdasarkan prinsip universal,
perluasan asas territorial prinsip teknis dibedakan menjadi prinsip teknis
subjektif dan prinsip teknis objektif, sedangkan perluasan asa territorial
perinsip kewarganegaraan terdiri dari prinsip kewargangeraan aktif dan
prinsip kewarganegaraan pasif.

Anda mungkin juga menyukai