Anda di halaman 1dari 14

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum merupakan suatu aturan yang mengatur antara satu

masyarakat dengan masyarakt lain, hukum bisa tercipta karena adanya

masyarakat, bilamana tidak ada masyarakat atau orang maka tentunya

hukum pasti tidak ada dari kelahiran sampai kematian, manusia itu hidup

di tengah manusia lainnya. Hukum merupakan suatu aturan yang mengatur

setiap manusia, pelanggaran terhadap aturan merupakan Tindak Pidana,

Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan yang sangat dilarang

dimanapun berada dikarenakan adanya kepentigan atau hak-hak milik

orang lain yang tercampuri atau diganggu, perbuatan pidana atau suatu

tindak pidana disetiap Negara mempunyai variasi dimana ada suatu

perbuatan yang disatu Negara dengan Negara lain berbeda perlakuannya

atau dapat dikatakan pidana atau bukan tentunya apabila melakukan suatu

perjalan atau kegiatan ke luar wilayah Negara Indonesia atau ke luar

negeri setidaknya harus mengetahui peraturan yang berlaku di Negara

yang dituju.

Pada masa globalisasi ini juga hubungan atau sarana akses menuju

setiap-setiap Negara mempunyai kemudahan dimana transportasi yang

sering digunakan yaitu pesawat terbang, dalam hal ini membuktikan

bagaimana akses kita menuju suatu Negara sangat mudah dan bagi warga

Negara Indonesia yang menduduki peringkat ke tiga dengan penduduk

1
2

terbanyak didunia dalam mencari perekonomian atau mencari pekerjaan

membutuhkan persaingan yang begitu ketat dan sulit ditambah dengan

kecilnya lowongan pekerjaan yang dibuka di Negara sendiri

memungkinkan warga Negara Indonesia untuk mencari mata pencaharian

ke luar negeri.

Dalam hal ini peran Negara yaitu untuk selalu melindungi Warga

negaranya dimanapun mereka berada apalagi Negara Indonesia banyak

memperkerjakan Warga Negaranya di Negara – Negara Timur Tengah dan

kawasan ASEAN yaitu dikenal dengan Tenaga Kerja Indonesia ( TKI )

dan Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) yang bekerja sebagimana kemampuan

mereka yang dibutukan di Negara-negara tersebut.

Oleh karena itu kami memutuskan untuk membuat makalah yang

mengenai peran Negara terhadap warga Negara nya yang berjudul “

PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA DALAM ASAS

HUKUM PIDANA ASAS NASIONAL AKTIF “

B. Identifikasi Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Asas Nasional Aktif ?

2. Apa dasar hukum dari Asas Nasional Aktif ?

3. Bagaimana contoh penyelesaian Kasus yang menerapkan Asas

Nasional Aktif ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Asas Nasional Aktif.


3

2. Untuk mengetahui dasar hukum dari Asas Nasional Aktif.

3. Untuk mengetahui contoh penyelesaian kasus yang menerapkan Asas

Nasional Aktif.

D. Manfaat

1. Agar Pembaca dapat mengetahui yang dimaksud dengan Asas

Nasional Aktif.

2. Agar Pembaca dapat mengetahui dasar hukum dari Asas Nasional

Aktif.

3. Agar Pembaca dapat mengetahui contoh penyelesaian kasus yang

menerapkan Asas Nasional Aktif.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Asas Nasional Aktif

Dalam Hukum Pidana Internasional terdapat beberapa Asas yang

berlaku yaitu :

1. Asas territorial

2. Asas Nasional Aktif

3. Asas Nasional Pasif

4. Asas universal

5. Asas Au dedere Au Punere

6. Asas Au Derere Au Judicare

Bahasan dari makalah hanya akan mengangkat dari Asas Nasional

Aktif dimana dalam hukum internasional, suatu negara memiliki

yurisdiksi yang disebut yurisdiksi personal berdasarkan kewarganegaraan

(nasionalitas) aktif atas warga negaranya yang berada di luar wilayahnya.

Yuridiksi berdasarkan kewarganegaraan (nasionalitas) aktif ini didasarkan

pada adanya hubungan antara negara pada satu pihak dengan

warganegaranya yang berada diluar wilayah negaranya pada lain pihak.

Hubungan tersebut termanifestasikan dalam wujud hak, kekuasaan, dan

kewenangan dari negara untuk memberlakukan hukum nasionalnya

terhadap warganegaranya yang berada di luar wilayahnya. Sebaliknya

warga negaranya itu memiliki hak hak dan memikul kewajiban dalam

4
5

hubungan dengan negaranya selama dia berada di luar wilayah negaranya

sendiri.

Salah satu kewajibannya adalah tetap tunduk pada hukum nasional

negaranya selama dia berada diluar wilayah negaranya. Ini sesuai degan

adagium (yang tidak sepenuhnya berlaku) dalam hukum bahwa, e orang

membawa hukum negaranya sendiri kemanapun dia pergi dan dimanapun

dia berada. Sebagai contoh, adalah seorang warga negara indonesia yang

berada di wilayah negara lain, disamping tunduk pada hukum pidana

nasionalnya sendiri (meskipun tidak tunduk pada seluruh ketentuan

hukum pidananya) berdasarkan asas kewarga negaraan aktif, juga tunduk

pada hukum pidana nasional dari negara tempatnya berada berdasarkan

asas teritorial.1

Dalam penjelasan diatas diketahui bahwa status kewarganegaraan

akan selalu menempel kepada seorang individu, untuk itu apabila terjerat

permasalahan hukum maka peran Negara akan tidak diam Negara akan

berusaha untuk memperjuangkan warga negaranya walaupun individu

tersebut berbuat salah, tentunya untuk mencapai pemulangan atau

ekstradisi harus adanya perjanjian terdahulu dengan Negara yang

berkaitan dalam hal ini dengan Negara yang terlibat atau warga Negara

Indonesia yang melakukan tindak pidana di Negara lain , yang disebut

ekstradisi yaitu Menurut Budiarto , ekstradisi adalah suatu proses

penyerahan tersangka atau terpidana karena telah melakukan suatu

kejahatan yang dilakukan secara formal oleh suatu negara kepada negara

1
i wayan parthiana , hukum pidana internasional dan ekstradisi , Cetakan Ke 1, yrama widya,
bandung ,2003 , hlm 13
6

lain yang berwenang memeriksa dan mengadili pelaku kejahatan

tersebut.2 Oleh karena itu Indonesia membuat beberapa perjanjian

Bilateral dengan Negara-Negara yang banyak menjadi tempat bekerja

Tenaga Kerja Indonesia ( TKI ) dan Tenaga Kerja Wanita ( TKW ),

khususnya membahas mengenai Ekstradisi.

B. Dasar Hukum Asas Nasional Aktif

Asas personalitas ini bertumpu pada kewarganegaraan pembuat

delik. Hukum pidana Indonesia mengikuti warganegaranya kemana pun ia

berada. Asas ini bagaikan ransel yang melekat pada punggung warga

negara Indonesia kemana pun ia pergi.Inti asas ini tercantum di dalam

pasal 5 KUHP. Pasal 5 KUHP itu berbunyi:

Ayat (1): “ Aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia

berlaku bagi warga negara yang di luar Indonesia melakukan:

ke-1. salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua dan

pasal-pasal: 160, 161, 240, 279, 450, dan 451

ke-2. salah satu perbuatan yang oleh suatu aturan pidana dalam perundang-

undangan Indonesia dipandang sebagai kejahatan sedangkan menurut

perundang-undangan negara di mana perbuatan Dilakukan diancam

dengan pidana

Ayat (2): “Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam ke-2

dapat dilakukan juga jika terdakwa menjadi warga negara sesudah

melakukan perbuatan.

2
https://www.kajianpustaka.com/2019/06/pengertian-unsur-dan-asas-hukum-
ekstradisi.html?m=1 diakses pada hari minggu 29 September 2019
7

Pasal 5 ayat (1) ke-1 menentukan sejumlah pasal yang jika

dilakukan oleh orang Indonesia di luar negeri maka berlakulah hukum

pidana Indonesia. Kejahatan-kejahatan itu tercantum di dalam Bab I dan

II Buku Kedua KUHP (kejahatan terhadap keamanan negara dan

kejahatan terhadap martabat Presiden dan Wakil Presiden) dan pasal-pasal

160, 161, 240, 279, 450, dan 451. Tidak menjadi soal apakah kejahatan-

kejahatan tersebut diancam pidana oleh negara tempat perbuatan itu

dilakukan.

Dipandang perlu kejahatan yang membahayakan kepentingan

negara Indonesia dipidana, sedangkan hal itu tidak tercantum di dalam

hukum pidana di luar negeri. Ketentuan di dalam pasal 5 ayat 1 ke-2

bermaksud agar orang Indonesia yang melakukan kejahatan di luar negeri

lalu kembali ke Indonesia sebelum diadili di luar negeri, jangan sampai

lolos 479a sampai dengan 479b.

Pasal 5 ke-2: ini jangan dipandang sebagai imbangan dari prinsip

bahwa warganegara tidak diserahkan kepada pemerintah asing. Apa yang

mungkin dipidana menurut pasal ini adalah lebih luas daripada apa yang

mungkin menjadi alasan untuk menyerahkan seorang bukan warganegara.

Pasal 6 KUHP“membatasi” ketentuan pasal 5 ayat (1) kedua agar

tidak memberikan keputusan pidana mati terhadap terdakwa apabila

undang-undang hukum pidana negara asing tidak mengancam pidana mati,

sebagai asas keseimbangan politik hukum. Bunyi pasal 6 KUHP yaitu:

“Berlakunya pasal 5 ayat (1) ke-2 dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak
8

dijatuhkan pidana mati, jika menurut perundang-undangan negara di mana

perbuatan dilakukan, terhadapnya tidak diancam dengan pidana mati.

Ayat ke-2 diadakan untuk mencegah, bukan warganegara yang sesudah

melakukan perbuatan pidana di negeri asing, melarikan diri ke Indonesia

lalu minta dinaturalisasikan sebagai warganegara Indonesia, sehingga

dengan demikian tidak bisa diserahkan dan terluput dari penuntutan

pidana. Dengan adanya ayat tersebut, dalam hal demikian, mereka dapat

dituntut di sini karena perbuatannya di negeri asing.

C. Penyelesaian Kasus yang Menggunakan Asas Nasional Aktif.

Kasus yang menerapkan Asas Nasional Aktif adalah seorang

pembantu rumah tangga (PRT) asal Indonesia menjadi tersangka

pembunuhan dua majikannya di Singapura. Pembunuhan terjadi pada hari

Rabu 21 Juni 2017 di flat Bedok, Singapura, tersangka yang diketahui

bernama Khasanah Seperti diketahui, Khasanah ditangkap petugas Polres

Tanjung Jabung di Hotel Number, Jalan Beringin, Kecamatan Tungkal

Hilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, Selasa 27 Juni 2017

malam sekira pukul 23.00 WIB. Wanita itu ditangkap karena diduga

terlibat pembunuhan dua warga Singapura. Berdasarkan hasil penelusuran

tim Kepolisian, Khasanah diketahui melakukan komunikasi dengan

seseorang yang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan di sana.3

Dalam Kasus ini Pasal yang diterapkan terhadap Tersangka yaitu


berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu dijerat Pasal 340

3
https://international.sindonews.com/read/1216109/40/prt-indonesia-bunuh-2-majikannya-di-
singapura-lalu-kabur-1498178266 diakses pada hari minggu 29 September 2019
9

mengenai pembunuhan berencana karena menurut penyelidikan tersangka


telah menyiapkan cara dan menyiapkan alat untuk melakukan tindak
pidana pembunuhan tersebut, Dalam kasus pembunuhan berencana
terhadap 2 orang warga singapura oleh khasanah apabila menurut teori
umum ini adanya perencanaan upaya pembunuhan mempunyai 3 unsur
dalam perencanaa yaitu

1. Memutuskan kehendak dalam suasa tenang


pada saat memutuskan kehendak untuk membunuh itu dilakukan
dalam suasan batin yang tenang. Suasana batin yang tenang adalah
suasana tidak tergesa-gesa atau tiba-tiba, tidak ada dalam keadaan
terpaksa dan emosinya. Sebagai indicator ialah sebelum
memutuskan kehendak untuk membunuh itu, telah dipikirkan dan
dipertimbangkan, telah dikaji untung dan ruginya.4
Oleh karena dapat diketahui dalam memutuskan untuk
melakukan pembunuhan ini adanya ingatan atau pikiran yang tenang
dalam hal untuk menyusun strategi untuk bagaimana cara agar
korban dapat meninggal tentunya dengan cara yang sangat bersih
agar tidak meninggalkan jejak, itu lah yang dapat diartikan pendapat
tentang memutuskan kehendak dalam suasana tenang.

2. Ada tersedianya waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak


sampai dengan pelaksanaan kehendak.
Ada tenggang waktu yang cukup antara sejak timbulnya atau
diputuskannya kehendak sampai pelaksanaan keputusan
kehendaknya itu waktu yang cukup ini adalah relative dalam hal ini
tidak diukur dari lamanya waktu tertentu, melainkan bergantung
pada keadaan atau kejadian kongkret yang berlaku, tidak terlalu
singkat karena jika terlalu singkat tidak ada waktu untuk mempunyai
kesempatan untuk berfikir-fikir karena tergesa-gesa, waktu yang
demikian sudah tidak menggambarkan suasana yang tenang, begitu

4
Adam chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan nyawa, cetakan ke 1, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001 hlm 82
10

juga tidak boleh terlalu lama sebab bila terlalu lama sudah tidak lagi
menggambarkan ada hubungan antara pengambilan putusan
kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaan pembunuhan.5
Apabila jangka waktu merupakan suatu hal yang membedakan
antara pembunuhan berencana dengan pembunuhan biasa atau pokok
hal itu merupakan hal yang benar yaitu jarak dari rencana akan
membunuh lebih lama dengan terjadinya pembunuhan dalam waktu
tersebut terlihat adanya upaya pemikiran bagaimana cara
pembunuhan terjadi berbeda dengan cara pembunuhan yang biasa
dimana dapat terjadi dalam keadaan terpaksa dengan emosi yang
tinggi seperti dengan cara berkelahi dan lainnya.

3. Pelaksanaan kehendak perbuatan dalam suasana tenang


Mengenai syarat ketiga ini diakui sebagai yang terpenting
maksudnya hati dalam saat melaksanakan pembunuhan itu tidak
dalam suasana yang tergesa-gesa, amarah yang tinggi, rasa takut
yang berlebihan dan lain sebagainya.6

Penerapan Asas Nasional Aktif dalam Tindak Pidana Pembunuhan

ini dimana walaupun tempat kejadian dilakukan di singapura tetapi pelaku

diadili atau diproses hukum berdasarkan hukum pidana di Indonesia,

dimana adanya koordinasi antara pemerintah Indonesia dan Pemerintah

Singapura dalam upaya penyelesaian Kasus ini, dan juga Kasus ini tidak

membutuhkan proses yang rumit dimana Tersangka melarikan diri ke

Indonesia sehingga pihak kepolisian bisa menangkapnya secara langsung.

5
Ibid, hlm 83
6
Ibid, hlm 84
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Definisi Asas Nasional Aktif.

Asas Nasional Aktif yaitu hubungan antara negara pada satu pihak

dengan warganegaranya yang berada diluar wilayah negaranya pada

lain pihak. Hubungan tersebut termanifestasikan dalam wujud hak,

kekuasaan, dan kewenangan dari negara untuk memberlakukan hukum

nasionalnya terhadap warganegaranya yang berada di luar wilayahnya.

Sebaliknya warga negaranya itu memiliki hak hak dan memikul

kewajiban dalam hubungan dengan negaranya selama dia berada di

luar wilayah negaranya sendiri.

2. Dasar Hukum Asas Nasional Aktif.

Asas Nasional Aktif dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

diatur dalam Pasal 5,dan Pasal 6 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

( KUHP ) dimana telah dijelaskan dimana peraturan pidana tersebut

akan selalu melekat dimanapun seseorang berada.

3. Penyelesaian Kasus yang Menggunakan Asas Nasional Aktif.

Kasus Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap dua orangwarga

Negara Singapura oleh Khasanah warga Negara Indonesia dilakukan

dengan cara hukum pidana Indonesia yaitu dijerat pasal 340 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dan diadili di pengadilan di Indonesia.

11
12

B. Saran

1. Menurut Kami dimana penerapan asas ini harus lebih digiatkan

kembali dikarenakan ditakutkan apabila Indonesia kecolongan atas

Warga Negaranya Di Negara lain di jerat pidana di khawatirkan akan

mendapatkan hukuman yang diperberat karena bukan berasal dari

Negara yang terkait.

2. Pentingnya sosialisasi erhadap warga Negara Indonesia tentang

penerapan Asas ini dimana agar hak-hak mereka dapet terpenuhi

apabila terjerat hukum di luar negeri.

3. Pihak Pemerintah Indonesia harus lebih giat lagi melakukan hubungan

bilateral terhadap Negara-negara yang banyak warga Negara

Indonesia agar dapat melindungi apabila terjerat masalah hukum.


Daftar Pustaka

A. Buku

Adam chazawi, 2001, Kejahatan Terhadap Tubuh dan nyawa, Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada.

i wayan parthiana ,2003, hukum pidana internasional dan ekstradisi ,

Bandung : yrama widya

B. Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

C. Sumber Lainnya

https://www.kajianpustaka.com/2019/06/pengertian-unsur-dan-asas-

hukum-ekstradisi.html?m=1 diakses pada hari minggu 29

September 2019

https://international.sindonews.com/read/1216109/40/prt-indonesia-

bunuh-2-majikannya-di-singapura-lalu-kabur-1498178266

diakses pada hari minggu 29 September 2019

iii

Anda mungkin juga menyukai